PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT DAN AKTIVITAS REMAJA (STUDI PADA KELURAHAN PERUMNAS WAY HALIM KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG)
PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT DAN AKTIVITAS REMAJA
(STUDI PADA KELURAHAN PERUMNAS WAY HALIM KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG)
Oleh
Edward Pehulisa Tarigan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI
Pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
ABSTRACT
Peer group ROLE OF YOUTH INTERESTS AND ACTIVITIES
(STUDY ON WAY WARD PERUMNAS HALIM DISTRICT
KEDATON BANDAR LAMPUNG)
ByEdward P. Tarigan
This research is motivated by the presence of the peer group in the Village Housing Way Halim. Peer groups in Housing Way Halim generally contains a dozen years olds. As it is known that peer groups have a role in influencing adolescent behavior, including the effect of interest and activity in adolescents, so that the problem in this study is whether the role of peer groups and activities to interest youth in the Village Housing Way Halim. The purpose of this study was to determine the role of peer groups for youth interests and activities. This study used qualitative methods with seven informants. Data collected by in-depth interviews, observation, documentation and data analysis techniques used are data reduction, data display and conclusion. Results of this study showed that of the seven informants that the factors that caused the peer group is the same understanding as well as a nice person, in peer groups are impersonal rules that are not written, the positive role of the peer group is taught solidarity and concern and teach solidarity and negative role is to have a bad habit informant after making friends with a group of his peers, the positive impact serdangkan direct impact on self-informant made bertidak adult informants, while the negative impact felt by informants eklusivisme, chauvinism, and the lack of interaction between informants with his family.
(3)
ABSTRAK
PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT DAN AKTIVITAS REMAJA
(STUDI PADA KELURAHAN PERUMNAS WAY HALIM KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG)
Oleh
Edward Pehulisa Tarigan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terdapatnya kelompok teman sebaya di Kelurahan Perumnas Way Halim. Kelompok teman sebaya di Perumnas Way Halim umumnya berisi remaja berusia belasan tahun. Seperti diketahui bahwa kelompok teman sebaya memiliki peranan yang berpengaruh terhadap perilaku remaja, termasuk pengaruh di dalam minat dan aktivitas remaja, sehingga masalah dalam penelitian ini adalah apakah peranan kelompok teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja di Kelurahan Perumnas Way Halim. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peranan kelompok teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuh orang informan. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tujuh informan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kelompok teman sebaya adalah adanya pemahaman yang sama serta pribadi yang menyenangkan, di kelompok teman sebaya terdapat aturan-aturan impersonal yang tidak tertulis, peranan positif kelompok teman sebaya adalah mengajarkan solidaritas dan kepedulian dan mengajarkan solidaritas dan peranan negatif adalah informan menjadi memiliki kebiasaan buruk setelah berteman dengan kelompok teman sebayanya tersebut, serdangkan dampak positif yang berdampak lansung pada diri informan menjadikan informan bertidak dewasa, sedangkan dampak negatif yang dirasakan oleh informan eklusivisme, chauvinisme, serta kurangnya interaksi antara informan dengan keluarganya.
Kata kunci : Remaja, Kelompok teman sebaya, Peran
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... I HALAMAN JUDUL ...II PENGESAHAN ...III RIWAYAT HIDUP ...IV MOTO ...V PERSEMBAHAN ...VI SANWACANA...VII DAFTAR ISI ... VIII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peranan ... 9
B. Tinjauan Kelompok Teman Sebaya ... 15
C. Fungsi Teman Sebaya ... 17
D. Jenis-Jenis Kelompok Teman Sebaya ... 19
E. Ciri-ciri Kelompok Teman Sebaya ... 24
F. Minat ... 25
G. Aktivitas ... 32
H. Remaja ... 32
I. Batas Usia Remaja ... 36
J. Remaja Ciri-cirinya ... 37
(8)
A. Metode Penelitian ... 41
B. Fokus Penelitian ... 43
C. Lokasi Penelitian ... 45
D. Informan Penelitian ... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ... 46
F. Teknik Analisis Data... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi ... 50
B. Pemerintahan... 51
C. Kependudukan ... 52
D. Sumber Daya Kesejahteraan Sosial ... 56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pembahasan ... 63
B. Pembahasan ... 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Aristoteles dalam Hassan Shadily (1984:56) manusia adalah Zoon Politikon, yaitu makhuk sosial yang suka hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama. seperti yang diungkapkan oleh Hassan Shadily (113-134) umumnya penyebab manusia lebih suka bemasyarakat karena :
1. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak biologis yang di luar penguasaan akal) untuk mencari teman hidup, pertama untuk memenuhi kebutuhan seksual yang sifatnya biologis sebagaimana terdapat pada semua mahluk hidup. Dari sifat manusia yang biologis itu kemudian mendorong untuk memenuhi kebutuhan seksnya. Kebutuhan ini sebagai manusia yang beradab dan beragama biasanya dipenuhi dengan syarat-syarat perkawinan secara sah. Dari keluarga-keluarga yang terbentuk itu kemudian berhubungan antara satu sama lain yang kemudian menjadi kelompok-kelompok sosial yang disebut masyarakat.
2. Kelemahan manusia selalu mendesak untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga dapat berlindung bersama-sama dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan
(10)
usaha bersama. Keadaan demikian ini akhirnya mendorong setiap manusia untuk tidak terlepas dari hidup bermasyarakat.
3. Manusia adalah mahluk sosial yang hanya menyukai hidup bergolongan, atau setidaknya mencari teman untuk hidup bersama.
4. Manusia hidup bersama bukan karena persamaan, melainkan oleh karena adanya perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya. Kenyataan hidup baru terasa dengan adanya perbedaan antara manusia dalam kehidupan bergolongan.
Menurut Soerjono Soekanto, ada tiga alasan yang mendasari manusia hidup bermasyarakat, yaitu:
1. Naluri manusia (kehendak biologis yang di luar penguasaan akal manusia). 2. Manusia itu hidup dalam ketidakpastian. Dengan hidup bersama atau
bermasyarakat semuanya serba mungkin terjadi atau dilakukan.
3. Manusia mempunyai hasrat untuk hidup secara layak atau pantas. Kelayakan atau kepantasan itu hanya dapat dicapai apabila manusia hidup dalam masyarakat.
Fungsi masyarakat bagi kehidupan manusia dimananpun dia berada antara lain ialah:
1. Untuk melindungi masyarakat atau untuk menghindari segala penderitaan, perpecahan, perselisihan dan segala bentuk kejahatan yang ditimbulkan oleh
(11)
individu maupun kelompok yang ada dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat itu sendiri.
2. Untuk menyusun kelangsungan hidup yang lebih tertib dan damai.
3. Untuk meningkatkan pertahanannya sehingga segala kepentingan, keselamatan serta kebutuhan hidupnya akan lebih terjamin.
4. Untuk memperlancar sistem komunikasi termasuk pemahamannya terhadap berbagai bentuk adat istiadat yang berlaku dalam suatu masyarakat.
5. Untuk lebih meningkatkan stabilitas pribadi dan identitas diri kearah yang lebih positif.
Dalam bermasyarakat tiap-tiap individu melakukukan interaksi sosial, interaksi sosial antar satu individu dengan individu lainnya. Untuk mengadakan interaksi sosial, dimana suatu pihak memberikan instruksi-instruksi tersebut.dan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yaitu :
1. Adanya kontak sosial (social-contact)
Kingsley Davids (1960: 149) mengatakan, kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi bila di artikan secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatau hubungan badaniah, oleh karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut.
(12)
2. Adanya komunikasi.
Adanya komunikasi seperti yang diungkapkan Abu Ahmadi (1991:76) didalam kelompok-kelompok tersebutlah manusia atau individu dapat mendapatkan memuaskan kebutuhannya yang fundamental atau dari kelompok-kelompok tersebut manusia yang menjadi anggotanya mendapatkan pengalaman yang baru misalkan : merokok, mencuri, minum-minuman keras, mengisap ganja, berkelahi, menentang orang dewasa dan lain-lian (Ahmadi 1991-196).
Interaksi sosial antara remaja adalah kontak sosial antara remaja itu sendiri dengan suatu kelompoknya. Di mana masa remaja merupakan peralihan masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi perkembangan yang telah dialami sebagai persiapan menuju masa dewasa, yaitu dari masa yang tergantung menjadi masa yang mandiri. Pada remaja yang umumnya sering ditemui adalah remaja hidup dalam kelompok-kelompok sebaya, yang ditinjau dari sifat organisasinya kelompok-kelompok remaja bersifat informal.
Remaja merupakan individu yang masih labil indiviu yang masih mencari jati diri atau karakter mereka, masa-masa dimana mereka membuka diri dengan hal-hal yang baru, mencari tahu apa yang menarik bagi diri mereka, dimana mereka mendapatkan pengalaman dari apa yang mereka cari, dan dari pengalaman itu yang menjadi salah satu pembentuk karakter remaja itu sendiri.
(13)
Pembentukan karakter sangat penting pada masa-masa remaja, dimana pembentukan karakter ini akan menetukan perilaku atau pemikiran dari remaja itu sendiri, arah yang akan dituju yang akan menunjukan remaja itu menjadi karakter atau perilaku yang seperti apa. Dalam pembentukan karakter remaja dapat terjadi tidak hanya dari faktor sisi keluarga saja, namaun dapat juga dari faktor pertemanan, faktor pertemanan yang dilakukan remaja ke kelompok-kelompok teman sebayanya.
Berkaitan dengan penelitian yang ingin peneliti lakukakan di Kelurahan Perumnas Way Halim, Kecamatan Kedaton Bandar Lampung, di daerah tersebut terdapat kelompok-kelompok sebaya yang beranggotakan remaja-remaja berusia 14-16 tahun. Dari data di kelurahan yang saya dapatkan jumlah remaja yang berusia 14-16 tahun berjumlah 490 orang data tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah remaja yang berusia 14 sampai 16 tahun
No. Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-4 Tahun 180 170 350
2 5-6 Tahun 85 100 185
3 1-13 Tahun 254 275 529
4 14-16 Tahun 255 235 490
5 17-24 Tahun 2.450 2.375 4.825
6 25-54 Tahun 2.460 2.472 4.932
7 55 Tahun Keatas 617 657 1.274
Jumlah 6.301 6.284 12.585
(14)
Para remaja tersebut dengan segala minat dan aktivitasnya masing-masing, seperti misalkan dari sebagian para remaja tersebut ada yang berkumpul sore hari sebagai ajang sosialisasi atau ada sebagaian lagi yang menaruh minat pada aktivitas keagamaan misalnya dengan mengikuti organisasi keagaamaan seperti RISMA, atau bagi mereka yang menaruh minat ke dalam kegiatan sosial.
Ada pula remaja yang melakukan kegiatan-kegiatan yang negatif, seperti berkumpul pada sore hari untuk melakukan kegiatan kebut-kebutan atau biasa disebut balapan liar, berkumpul untuk minum-minuman keras dan berjudi terlepas dari segala pilihan remaja tersebut terdapat peranan kelompok dalam minat dan akitivitas yang dipilih oleh remaja tersebut.
Berdasarkan uraian diatas mengingat pentingnya peranan kelompok sebaya dalam pembentukan keperibadian remaja, oleh karena itu penelitian ini diperlukan untuk melihat bagaimana peranan kelompok teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja, dimana peranan ini dilihat dan didapat dari interaksi remaja dengan kelompok-kelompok sebaya, dimana dalam interaksi kelompok-kelompok tersebut kelompok-kelompok tersebut memiliki peranan dalam membentuk kepribadian remaja dalam hal aktivitas dan minat mereka, mengingat pada saat ini banyak sekali terdapat kelompok-kelompok sebaya yang mengarah ke perilaku remaja yang menyimpang.
Melihat latar belakang diatas maka penulis memandang perlu untuk mengangkat kedalam bentuk penelitian dengan judul : Peranan kelompok Teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja (studi pada Kelurahan Perumnas Way Halim Kecamatan Kedaton Bandar Lampung).
(15)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada penjelasan tentang latar belakang masalah dalam penelitian ini maka perumusan masalah adalah bagaimana peranan kelompok teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui peranan kelompok teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja di Kelurahan Perumnas Way Halim Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis : 1. Secara teoritis.
Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan ilmiah yang berkaitan dengan ruang lingkup sosiologis, khususnya sosiologi keluarga.
2. Secara praktis.
a) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi orang tua agar orang tua dapat mengetahui apa saja yang menjadi dampak dalam pergaulan kelompok-kelompok teman sebaya serta apa yang menyebabkan mereka lebih bisa membuka diri ke kelompoknya dibandingkan ke orang tua mereka.
(16)
b) Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemikiran, pemahaman, sekaligus memberikan pembekalan kepada perkumpulan remaja.
c) Hasil penelitian ini dapat juga memberikan informasi serta membuka wawasan kepada mahasiswa dalam mengambil penelitian yang sama atau berbeda dengan judul skripsi ini.
(17)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perananan
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Pentingnya peranan adalah untuk mengatur perilaku seseorang pada batas-batas tertentu. Dengan demikian orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku dirinya dengan perilaku orang lain dalam kelompoknya.
Peranan itu diatur oleh norma yang berlaku dimasyarakat dan melekat pada diri seseorang yang berbeda dengan posisi atau tempatnya dalam masyarakat. Peranan lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri, perangkat harapan pada diri seseorang yang pada dasarnya merupakan suatu proses dalam beradaptasi sesuai dengan kedudukan sosial tertentu.
Masyarakat mengharapkan agar menggunakan cara-cara yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Keadaan semacam ini disebut sebagai “prescribed role” (peranan yang dianjurkan). Tetapi adakalanya orang-orang yang diharapkan ini tidak berperilaku menurut cara-cara yang konsisten dengan harapan-harapan orang lain. Mereka masih bisa dianggap menjalankan peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat walaupun tidak konsisten dengan harapan-harapan si pemberi peran. Keadaan seperti ini disebut sebagai “enacted role” (peranan yang
(18)
dijalankan) yaitu keadaan yang sesungguhnya dari seseorang dalam menjalankan peranan tertentu.
Menurut Yasyin (1995:176) peranan adalah sesuatu yang diperbuat, sesuatu tugas, sesuatu hal yang pengaruhnya pada suatu peristiwa. Sedangkan Soerjono Soekanto (2000:268) mengungkapkan bahwa peranan adalah aspek dimana dari kedudukan atau status, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya berarti ia menjalankan peranannya. Peranan lebih menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
Soejono Soekanto (2000:270) menyebutkan bahwa suatu peranan paling sedikit mencakup tiga hal yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan ketiga hal di atas, maka dalam peran perlu adanya fasilitas-fasilitas bagi seseorang atau kelompok untuk dapat menjalankan peranannya. Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada merupakan bagian dari masyarakat yang dapat memberikan peluang untuk pelaksanaan peranan seseorang atau kelompok.
(19)
Peranan yang melekat pada setiap individu dan suatu memiliki kepentingan dalam hal-hal :
1. Bahwa peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak mempertahankan kelangsungannya.
2. Peran hendaknya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.
3. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tidak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan. Oleh karena mungkin pelaksanaanya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak artinya kepentingan-kepentingan pribadinya.
4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang bahkan sering kali terlihat masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam peran terdapat unsur individu sebagai subyek yang melakukan peranan tertentu. Selain itu, dalam peran terdapat pula adanya status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat, artinya jika seseorang memiliki kedudukan (status) maka yang bersangkutan menjalankan peran tertentu pula.
Dengan demikian antara peran dan kedudukan (status) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Peran dan kedudukan (status) mempunyai hubungan yang saling berkaitan, setiap peran yang dijalankan seseorang merupakan gambaran dari kedudukan (status) yang ia miliki. Karena peranan adalah konsekuensi dari kedudukan (status) yang dimiliki seseorang.
(20)
Dan berkaitan dengan peranan kelompok teman sebaya, menurut Santosa
(2004;82) semakin berkembangnya suatu kelompok teman sebaya mengakibatkan adanya kelas sosial, in group, dan out group .
1. Kelas sosial ialah pembentukan kelompok sebaya berdasarkan status sosial ekonomi individu sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.
2. In group dan out group, in group adalah teman sebaya dalam kelompok sedangkan out group adalah teman sebaya di luar kelompok. Contoh in group dan out group dapat dirasakan di dalam kelas, yaitu ketika kita mempunyai teman akrab dan teman tidak akrab (biasa). Teman akrab di sebut in group dan tidak akrab disebut out group.
Santosa (2004;82), Mencontohkan peranan positif kelompok teman sebaya dalam minat dan aktivitas remaja, yaitu:
1. Membantu menyeleksi kebudayaan yang mereka anggap baik dari beberapa temannya, misalkan mengajarkan berbuat baik melalui membantu sesama.
2. Sebagai penstranfer ilmu pengetahuan dan melatih bakat, misalkan dalam bermain musik maupun bidang seni.
Contoh peranan negatif dari kelompok teman sebaya dalam minat dan aktivitas remaja menurut Abu Ahmadi (1991:196) contoh aktivitas negatif misalkan : merokok, mencuri, minum-minuman keras, mengisap ganja, berkelahi, menentang orang dewasa dan lain-lain.
(21)
B. Tinjauan Tentang Kelompok Sosial
Kelompok sosial atau “social group” adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antar mereka.
Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soerjono Soekanto, 2000:166).
Sejak individu dilahirkan di dunia ini selalu dilingkungi oleh benda-benda. Di samping itu juga dilahirkan di dalam dunia sosial dari organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok yang masing-masing memiliki pola-pola tingkah laku sendiri-sendiri. Terjadilah interaksi dengan individu-individu yang lain itu di dalam kelompok organisasi tersebut dapat membentuk individu menjadi person dan mengubah sifat-sifat asli menjadi sederhana maupun orang-orang moderen yang hidup di kota-kota besar selalu berinteraksi dalam kelompok sosialnya (Ahmadi, 1991 : 76).
Beberapa persyaratan dari kelompok sosial menurut (Soerjono soekanto, 2000:166) adalah;
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok tang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
(22)
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
4. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.
5. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Tipe-tipe kelompok sosial itu sendiri terdari dari berbagai macam kelompok, tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut, atau atas dasar berbagai kriteria ukuran. Jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompok tersebut serta interaksi sosial antar anggota kelompok tersebut.
Ciri-ciri kelompok sosial menurut Muzafer Sherif, kelompok sosial adalah : 1. Adanya dorongan atau motivasi yang sama pada setiap individu sehingga
menjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama. 2. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu
dengan individu yang lain akibat terjadinya interaksi sosial.
3. Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam rangka tujuan bersama.
4. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok.
(23)
Sumner mengutarakan fungsi sosial dari pada kelompok yang telah bekerja sama dengan Keller dalam menganalisa tempat dan peranan dalam kehidupan manusia. Salah satu dari tipe-tipe kelompok sosial ialah teman sebaya.
B. Tinjauan Kelompok Teman Sebaya
Teman sebaya (peer group) ialah kelompok yang atas sejumlah individu yang sama.
Pengertian dari kata sama ini sendiri, bahwa individu-individu anggota kelompok sebaya tersebut mempunyai persamaan-persamaan dari berbagai aspek. Persamaan yang penting yang terutama sama dari aspek usia dan status sosialnya. Menurut Selamet Sentosa (2004:78-79) Pada hakikatnya teman sebaya ialah :
1. Teman sebaya terbentuk dari pertemanan informal ke organisasi, semula individu yang bukan anggota kelompok sekarang menjadi anggota kelompok teman sebaya.
2. Teman sebaya mempunyai aturan-aturan tersendiri baik kedalam maupun keluar.
3. Teman sebaya menyatakan tradisi, kebiasaan, nilai, bahkan bahasa mereka. Karena dalam kelompok sebaya terdapat aturan-aturan tersendiri, mereka juga ingin menunjukan ciri khas kelompoknya dengan tradisi atau kebiasaan mereka.
4. Harapan pertemanan sebaya sepenuhnya disetujui oleh harapan orang dewasa. Pembentukan pertemanan sebaya seperti teman bermain di sekitar anak secara tidak langsung di setujui oleh orang tua karena orang tua mudah
(24)
mengawasinya. Atau pertemanan di sekolahnya disetujui oleh guru karena memenuhi harapan guru agar hubungan sosial anak berkembang.
5. Pada kenyataannya pertemanan sebaya diketahui dan diterima oleh sebagian besar orang tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan sosial individu sering tidak dikenal oleh anak. Sebagai perbandingan dengan lembaga sosial lainnya seperti keluarga atau sekolah. Oleh karena itu, kelompok sebaya merupakan lembaga sosial yang tidak formal. Dari kelompok sebaya, anak belajar tentang hubungan sosial dari yang sempit sampai yang ke semakin luas. Dari teman sebaya di rumah, sampai teman sekolah dan hal ini dapat diketahui dan diterima oleh orang tua dan guru.
6. Secara kronologis, kelompok sebaya adalah lembaga kedua yang utama untuk sosialisasi. Biasanya antara umur 4-7 tahun, dunia sosial anak berubah secara radikal dari dunia yang sempit dalam keluarga menuju dunia yang lebih luas dalam kelompok sebaya. Jadi, anak berkembang dari lembaga pertama, yaitu keluarga menuju lembaga kedua dalam kelompok sebayanya.
Unsur pokok dalam pengertian teman sebaya (Ahmadi, 1991:192) yaitu:
1. Teman sebaya adalah kelompok yang primer yang hubungan antar anggotanya intim.
2. Anggota teman sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi sosial.
3. Istilah teman sebaya dapat menunjukan kelompok anak-anak, kelompok remaja, atau kelompok orang dewasa.
(25)
C. Fungsi Kelompok Teman Sebaya
Didalam kelompok teman sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya. Didalam kelompok sebaya ini anak belajar memberi dan menerima dalam pergaulan dengan sesama temannya.
Didalam kelompok sebaya memberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial (sosial learing), (Abu Ahmadi 1991:193).
Didalam kelompok teman sebaya anak mempelajari kebudayaan masyarakatnya. Melalui kelompok sebaya itu anak mempelajari bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerja sama serta tanggung jawab (Havinghurts & Neugarten).
Dalam kelompok teman sebaya anak belajar patuh kepada aturan sosial yang impersonal (impersonal “rule of the game”) dan kewibawaan yang impersonal. Didalam keluarga anak patuh perintah dan larangan dari orang tuanya. Demikian juga anak anak patuh kepada ayah dan ibunya karena takut, segan atau sayang. Kepatuhan kepada aturan dan kewajiban demikian yang bersifat personal (Abu Ahmadi, 1992:193).
Fungsi-fungsi kelompok teman sebaya menurut pandangan Slamet Santosa (2004:79-80)
1. Mengajarkan kebudayaan.
Dalam peer group diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. Misalnya, orang luar negeri masuk ke Indonesia maka teman sebaya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
(26)
2. Mengajarkan mobilitas sosial.
Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamika mobilitas sosial.
3. Membatu peranan sosial yang baru.
Kelompik sebaya memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya, anak yang belajar menjadi pemimpin yang baik dan sebagainya.
2. Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan bagi masyarakat.
3. Dalam kelompok sebaya, idividu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. karena dalam kelompok sebaya ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok dan saling tergantung satu sama lain.
4. Kelompok sebaya mengajarkan moral orang dewasa. anggota kelompok sebaya bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, mereka belajar memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa tetapi mereka tidak mau disebut dewasa. mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Mereka ingin menunjukan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.
5. Dalam kelompok sebaya, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak, atau menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggotanya juga juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama.
(27)
6. Di dalam kelompok sebaya anak-anak mempunyai organisasi yang baru. Anak belajar tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat dalam keluarga. Dalam keluarga yang strukturnya lebih sempit, anak belajar bagaimana menjadi anak dan saudra. Sekarang dalam kelompok sebaya mereka belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana mereka berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain, dan bagaimana menjadi seorang pemimpin dan pengikut.
Berdasarkan pada pendapat para ahli tentang fungsi kelompok teman sebaya ialah, kelompok teman sebaya berfungsi sebagai pembelajaran anak atau remaja dalam berinteraksi sosial, pembelajar anak dalam berhubungan dengan sesama anggota kelompok dan dalam kelompok sebaya anak dapat belajar bagai mana menjadi anggota masyarakat yang baik.
D. Jenis-Jenis Kelompok Teman Sebaya.
Menurut pendapat dari (Abu Ahmadi, 1991:194) ditinjau dari sifat organisasinya, kelompok sebaya dibedakan menjadi :
1. Kelompok teman sebaya yang bersifat informal. Kelompok sebaya ini dibentuk, diatur, dan dipimpin oleh anak sendiri (origi-nated, child-constitude, child-directed). Yang termasuk kelompok sebaya yang informal ini misalnya : kelompok permainan (play group), gang dan klik (clique). 2. Kelompok teman sebaya yang bersifat formal. Di dalam kelompok sebaya
(28)
Kelompok sebaya formal ini, misalnya : Kepramukaan, Klub, Perkumpulan Pemuda, dan Organisasi Mahasiswa.
Menurut Robbins, ada empat jenis kelompok teman sebaya yang mempunyai peran penting dalam peroses sosialisasi, yaitu : kelompok permainan, gang, klub, dan klik.
1.Kelompok permainan.
Kelompok permainan (play group). “The play group is a grouping which usually forms on the basis of neighborhhood proximity”. Kelompok sebaya ini terbentuk secara sempontan dan merupakan kegiatan khas anak-anak. Meskipun kegiatan anak-anak pada kelompok permainan itu bersifat khas anak-anak, namun di dalam tercermin pula struktur dan proses masyarakat luas. (Abu ahmadi 1991 :196).
2. Gang.
Gang ini sendiri dibedakan menjadi :
a) Delinque gang yaitu gang remaja yang bertujuan melakukan kenakalan untuk mendapatkan keuntungan material.
b) Retreatist gang, yaitu gang yang anggota-anggotanya mempunyai kecenderungan mengasingkan diri, misalnya: mabuk-mabukan, mengisap ganja, kecanduan narkotika.
(29)
d) Violent gang, yaitu gang remaja yang tujuan kegiatannya melakukan kekerasan demi kekerasan itu sendiri.
Menurut penelitian Frederic M. Thrasher “ganging” dipandang sebagai gejala perkembangan yang wajar menuju ke kedewasaan. Partisipasi remaja dalam kegiatan gang dapat memberikan getaran pengalaman petualangan baru seperti : merokok, mencuri, minum-minuman keras, menghisap ganja, berkelahi, menentang orang dewasa, dan lain-lain.
3. Klub.
Klub sendiri mempunyai pengertian sebagai kelompok sebaya yang bersifat formal dalam artian mempunyai organisasi sosial yang teratur serta dalam artian mempunyai pengarahan dari orang dewasa. Yang termasuk dalam klub ini adalah : perkumpulan kepramukaan, perkumpulan olah raga dan kesenian remaja, organisasi kemahasiswaan, dan lain-lain. klub ini dinilai positif oleh orang tua dan guru sebagai wahana proses sosialisasi anak dan remaja. (Abu ahmadi, 1991 : 196).
4. Klik (clique).
Klik (clique). Ialah apabila dua orang atau lebih bergabung dalam hubungan yang sangat akrab terbentuklah klik. Ciri yang penting adalah para anggotanya selalu merencanakan untuk berada bersama, mengerjakan sesuatu bersama, dan pergi kesuatu tempat bersama pula. Keanggotaan klik bersifat suka rela dan informal. Hubungan antar anggota-anggotanya bersifat emosional. Perbedaan dari gang, adalah bahwa gang itu cenderung
(30)
menimbulkan konflik dengan lingkungannya, sedangkan klik biasanya tidak menimbulkan konflik sosial. (Abu Ahmadi 1991 : 197).
Menurut pandangan (Abu Ahmadi, 1991:198), sendiri klik mempunyai peran peranan positif dan negatif berikut peran positif dan negatif dari klik itu sendiri : 1. Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari suatu keanggotaan suatu klil
tertentu, hal mana penting bagi perkrmbangan jiwa yang sehat.
2. Rasa aman yang timbul karena remaja diterima oleh kliknya akan menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri; artinya, tidak tergantung pada siapapiun.
3. Didalam klik itu sendiri remaja dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takut, rasa khawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan mendapatkan yang wajar dari rekan-rekannya se-klik.
4. Klik memungkinankan remaja mengembangkan kemampuan dalam keterampilan-keterampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuakan diri dengan keadaan.
5. Lazimnya suatu klik mempunyai pola prilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap tindak secara dewasa.
Namun dibalik peran-peran positif tersebut harus dipertimbangkan pula bahwa kemungkinan timbulnya peran yang negatif. Hal-hal yang negatif ini antara lain :
1. Klik mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota klik, hal ini mungkin menimbulkan sika tindak yang kurang adil.
(31)
2. Klik mendorong timbulnya sikap individualisme, oleh karena rasa kepatuhan hanya dikembangkan secara pribadi.
3. Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota klik yang berasal dari keluarga kurang mampu, terhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
4. Kesetiaan terhadap klik kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan terhadap orang tua, saudara atau kerabat.
5. Klik merupakan suatu kelompok tertutup yang sulit sekali untuk ditembus sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
6. Suatu klik mendorong anggota-anggotanya untuk menyelesaikan diri dengan pola kehidupan yang sama latar belakagnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
7. Kadang-kadang terdapat menghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi oleh klik.
8. Euphemisme dipengaruhi klik tertentu.
Menurut pendapat dari Philip Jacob bahwa pengalaman studi di perguruan tinggi kecil saja pengaruhnya terhadap sistem nilai mahasiswa, tetapi justru pengaruh kelompok sebaya lebih besar. (Abu Ahmadi 1991 : 198).
(32)
Berdasarkan dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa banyak terdapat jenis-jenis kelompok sebaya, baik jenis berdasarkan formal tidaknya kelompok maupun berdasarkan kegunaan bagi anggota-anggota kelompok yang ada dalam kelompok sebaya tersebut.
E. Ciri-ciri kelompok Teman sebaya
Adapun ciri-ciri kelompok sebaya menurut pandangan (Slamet Santosa, 2004;81), ialah. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas, bersifat sementara, mengajarkan tentang kebudayaan yang luas, serta anggotanya adalah sebaya.
1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas, kelompok sebaya terbentuk secara sepontan. Di antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin yang dianggap oleh semua anggotanya bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin.
2. Bersifat sementara, karena tidak ada struktur yang jelas, kelompok ini tidak bisa bertahan lama. Lebih-lebih jika yang menjadi keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai. Atau keadaan yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah.
3. Kelompok teman sebaya mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas, misalnya kelompok sebaya di sekolah, mereka umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau kebiasaan yang berbeda-beda.
(33)
Lalu mereka memasukannya dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasaan itu dan dipiih yang sesuai dengan kelompok, kemudian dijadikan kebiasaan kelompok.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya, contoh konkret pada anak-anak usia SMP atau SMA yang mempunyai keinginan, tujuan, dan tujuan yang sama.
F. Minat
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan bila orang tersebut diberi kebebasan untuk memilih (Elisabeth B. Hurlock 1999:114). Menurut Bringham dan Mac Daniel (Dalam Munandir, 1997:146) Minat adalah kecenderungan orang untuk tertarik dalam suatu pengalaman dan untuk terus demikian itu. Kecenderungan itu tetap bertahan sekalipun seseorang sibuk mengerjakan hal lain. Kegiatan yang diikuti seseorang karena kegiatan itu menarik baginya merupakan perwujudan dari minatnya.
Andi Mappiare (1994:62) berpendapat bahwa minat juga adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan yang lain mengarahkan seseorang atau individu ke arah suatu pilihan tertentu.
Minat juga merupakan kecenderungan tingkah laku umum seseorang untuk tertarik kepada sekolompok tertentu (Guilford, dalam Munandir, 1997:112). Sedangkan menurut Abd Rahman Abror (1993:112) minat mengandung unsur kognisi (logika), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Unsur konasi dalam
(34)
minat ini didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju adalah minat tersebut. Unsur emosi terdapat karena dalam partisipasi atau pengalaman tertentu (rasa senang), sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan dan hasrat untuk melakukan sesuatu kegiatan.
Menurut Slameto (1995: 180), minat juga dapat diartikan sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara dir sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar pula minat. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula ditunjukkan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Menurut Whitherington (1985: 135), minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Menurut Slameto (1995:57), minat adalah kecenderungan seseorang yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang dan diperhatikan secara terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
adalah suatu perasaan suka atau tertarik terhadap suatu objek diluar diri individu yang diikuti dengan munculnya perhatian terhadap objek tersebut yang mengakibatkan seseorang mempunyai keinginan untuk terlibat atau
(35)
berkecimpung dalam suatu objek tersebut, karena dirasakan bermakna pada dirinya sehingga ada harapan dari objek yang dituju.
b. Ciri-ciri Minat
Minat yang terjadi dalam diri individu dipengaruhi dua faktor yang menentukan yaitu faktor keinginan dari dalam diri individu atau keinginan dari luar diri individu. Minat dari dalam individu berupa keinginan atau senang pada perbuatan. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri. Minat dari luar individu berupa dorongan atau paksaan dari luar individu untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Menurut Siti Rahayu Hadinoto (1998: 189), ada dua faktor yang mempengaruhi minat seseorang, yaitu:
1. Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya. Di sini minat datang dari diri orang itu sendiri. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri.
2. Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Orang melakukan kegiatan ini karena ia didorong atau dipaksa dari luar.
c. Jenis-jenis Minat
Pengelompokkan jenis minat menurut Whiterington (1985:136) adalah sebagai berikut:
(36)
1. Minat biologis atau minat primitif, yaitu minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang berkisar pada hal makan dan kebebasan beraktivitas.
2. Minat sosial atau minat kultural, yaitu minat yang berasal dari belajar yang lebih tinggi sifatnya, minat ini meliputi: kekayaan, bahasa simbol, harga diri, atau prestise sosial, dan sebagainya.
d. Cara Mengukur Minat
Menurut Super dan Crities (dalam John Killis, 1988: 23-24), ada empat cara untuk menjaring minat dari subjek, yaitu:
1. Melalui pernyataan senang atau tidak senang terhadap aktivitas (expressed interest) pada subjek yang diajukan sejumlah pilihan yang menyangkut berbagai hal atau subjek yang bersangkutan diminta menyatakan pilihan yang paling disukai dari sejumlah pilihan.
2. Melalui pengamatan langsung kegiatan-kegiatan yang paling sering dilakukan (manitest interest), cara ini disadari mengandung kelemahan karena tidak semua kegiatan yang sering dilakukan merupakan kegiatan yang disenangi sebagaimana kegiatan yang sering dilakukan mungkin karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan atau maksud-maksud tertentu.
3. Melalui pelaksanaan tes objektif (tested interest) dengan coretan atau gambar yang dibuat. Dengan menggunakan tes bidang minat yang lebih dipersiapkan secara baku (inventory interest).
(37)
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Super dan Cities (dalam John Killis, 1988: 25) adalah seperti faktor pekerjaan, sosial ekonomi, bakat, jenis kelamin, pengalaman dan lingkungan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang adalah sebagai berikut:
1) Rasa Senang atau Rasa Tertarik
Tertarik merupakan rasa suka atau senang setiap individu, tetapi individu tersebut belum melakukan aktivitas atau sesuatu hal yang menarik baginya. Jadi tertarik merupakan sebuah awal dari individu dalam menaruh minat. 2) Perhatian
Menurut Bimo Walgito (1997: 56), perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Bila individu mempunyai perhatian terhadap suatu objek, maka timbul minat spontan dan secara otomatis terhadap objek tersebut. Perhatian merupakan keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada suatu barang yang ada di dalam maupun di luar diri individu (Dakir, 1993: 144). Menurut Bimo Walgito (1997: 57-58), ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.
Perhatian spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan secara spontan. Sedangkan perhatian tidak spontan yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.
(38)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian merupakan pemusatan konsentrasi individu kepada suatu objek baik di dalam maupun di luar diri individu tersebut dengan mengesampingkan objek yang lainnya.
3) Aktivitas
Menurut Sumadi Suryabrata (2004:72), aktivitas adalah banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaannya, dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Aktivitas merupakan keaktifan atau partisipasi langsung dari individu terhadap sesuatu hal. Jadi, aktivitas membentuk sebuah kebiasaan yang akhirnya akan menumbuhkan rasa senang atau tertarik.
4) Peran Guru Pembimbing atau Pelatih
Pelatih adalah orang yang pekerjaannya melatih suatu kegiatan tertentu. Menurut Suparlan (2006:9), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Jadi peran guru pembimbing atau pelatih adalah sesuatu yang diharapkan dari seseorang agar bisa mengajar, mendidik, danmengarahkan suatu kegiatan tertentu.
5) Alat dan Fasilitas
Menurut Agus Suryosubroto (2004:4) alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah bahkan dibawa oleh pelakunya, yaitu siswa. Sedangkan fasilitas
(39)
adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, bersifat permanen atau tidak dapat dipindahkan.
Dalam hai ini, alat dan fasilitas sangat berpengaruh terhadap timbulnya minat siswa, jika alat dan fasilitasnya lengkap dan memadai, ini akan membuat siswa lebih berantusias dan lebih aktif dalam mengikutinya. 2. Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk lebih memperluas atau meningkatkan kemampuan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran di bangku sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler diperuntukkan bagi siswa yang ingin mengembangkan bakat dan kegemarannya.
Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasar pada kebutuhan.
Menurut Agus Suryosubroto (2002: 270), kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, kepramukaan, dan berbagai macam keterampilan yang diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa.
Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah tempat atau wahana bagi siswa untuk menampung, menyalurkan dan pembinaan minat, bakat serta kegemaran siswa. Kegiatan ekstrakurikuler tidak diatur dalam kurikulum, artinya kegiatan ini fleksibel dan
(40)
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pelajaran, termasuk hari libur yang ditujukan untuk menambah keterampilan dan pengembangan bakat.
Menurut Depdikbud (1995:3), tujuan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:
a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, serta melengkapi upaya pambinaan manusia seutuhnya.
b. Lebih memantapkan pendidikan dan kepribadian serta untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Jadi, kegiatan ekstrakurikuler dapat menambah keterampilan, pengetahuan lain di luar akademik dan mengurangi berbagai hal yang bersifat negatif dari siswa.
G.Aktivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan /
keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.
H.Remaja
“Remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity ( Golinko. 1984 dalam rice, 1990). Beberapa tokoh lain yang
(41)
membrikan pandangan tentang remaja antara lain, Debrun (dalam Rice, 1990). Mendefinisikan remaja sebagi periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Menurut Papalia dan Olds (2001) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal dua puluhan tahun.
Pandangan Adams dan Gullota (dalam Auro, 1997). Tentang masa remaja ialah meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi, masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Transisi pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masi di alami namun sebagian kematangan masa dewasa telah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis, misalnya kematangan kognitif yang di tandai dengan mampu berfikir secara abstrak (Hurlock, 1990 ; Papali dan Olds, 2001).
Perkembangan ini sendiri mempunyai pengertian pertumbuhan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia dan Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh ; dan kuantitatif, misalnya perubahan secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001).
(42)
Perkembangan dalam kehidupan manusia pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu:
1. Perkembangan fisik ialah perubahan pada tubuh, otak kapasitas sensoris dan keterampilan motorik (Papalia dan Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
2. Perkembangan kognitif, menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotifasi untuk memahami dunia karena perilaku adap tasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapat tidak langsung diterima begitu saja kedalam sekema kognitif mereka.
3. Perkembangan kepribadian sosial. Adalah perubahan secara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan kepribadian sosial adalah perubahan dalam hubungan dengan orang lain (Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan sosial ini sendiri pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan orang tua (Conger, 1991; Papalia dan Olds, 2001). Dibandingkan pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991 ; Papalia dan Olds, 1991).
Menurut pandangan Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability, yaitu keyakinan diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian
(43)
yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan yang berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk, 1993). Pada umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa memikirkan kemungkinan bahya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993), kemudian membuktikan bahwa ternyata baik dari remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang merusak diri (self-destroctive). Mereka juga mengungkapkan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability.
Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
WHO sendiri mendefinisikan remaja sebagai masa dimana :
1. Individu berkembang dari saat pertama ia menunjukan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual.
(44)
2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh dengan keadaan yang relatif lebih mandiri.
Seperti yang dikemukakan Anna Freud (Enha 2005 : 8), bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Neidahart (Enah 2005 : 8). Menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa ketergantungan masa anak-anak ke masa dewasa dan pada masa ini remaja di tuntut untuk mandiri. Sedangkan E. H. Erikson (Enha, 2005 : 9), menyatakan masa remaja kritis identitas atau masalah identitas-ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranan dalam masyarakat.
I. Batasan Usia Remaja
Knoers dan Haditono(dalam Deswita, 2006 : 192). membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 12-15-18 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun.
maka jika dikaitan dengan penelitian ini maka yang dimaksud remaja dalam penelitian ini peneliti mengambil remaja masa pertengahan dan remaja akhir yaitu
(45)
dari usia 14-16 tahun yang berlokasi di Perumnas Wayhalim Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.
J. Remaja dan Ciri-cirinya
Dari sudut kepribadian remaja mempunya berbagai ciri tertentu, baik bersifat spiritual maupun badaniah (Soerjono Soekanto, 1992 : 51-52). Contoh ciri-cri tersebut adalah.
1. Perkembangan fisik yang pesat, sehingga ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau wanita tampak semakin tegas, halmana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja.
2. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau dianggap lebih matang pribadinya.
3. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa, walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang.
4. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomis maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.
5. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk mendapatkan identitas diri.
(46)
6. Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu sama dengan sistem kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa.
K. Kerangka Pikir
Pendekatan teoritis yang melatar belakangi studi peranan kelompok sebaya terhadap aktifitas dan minat remaja adalah teori belajar sosial.
Teori ini mengatakan bahwa peniruan (imitation) di antara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis, akan tetapi kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu proses belajar, bukan bisa begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan "social learning " - "pembelajaran sosial", sehingga terkait dengan penelitian ini, remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing
Teman sebaya seperti teman kelompok bermain memiliki peranan yang sangat banyak dalam proses pembentukan minat serta aktifitas remaja.
Karena masa remaja pada umumnya lebih banyak menerima dan lebih terbuka terhadap teman sebayanya dibandingkan orang tua mereka sendiri.
(47)
Alasan mengapa mereka lebih terbuka terhadap teman kelompok sebayanya dikarenakan didalam kelompok sebaya mereka lebih bisa merasa dihargai atau diakui keberadaannya, rasa nyaman serta rasa memiliki dan dimiliki di dalam kelompok sebaya lebih mendorong remaja itu sendiri untuk lebih terbuka dan lebih menerima apa yang disampaikan serta yang dia pelajari dari teman-teman kelompok sebaya dibandingkan dari orang tua mereka sendiri.
Teman sebaya berperan dalam aktifitas dan pembentukan minat serta karakter remaja yang ada dalam pertemanan tersebut karena waktu intensitas remaja cenderung lebih banyak dengan kelompok sebaya mereka dibandingkan dengan orang tua remaja itu sendiri
Waktu kebersamaan antara teman sebaya akan menimbulkan hubungan ketergantungan serta membuat remaja lebih dekat dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua remaja itu sendiri. Akibatnya remaja akan lebih terbuka dengan teman sebaya dibandingkan kepada orang tua nya sendiri, bahkan mereka cenderung tertutup dengan orang tua nya dan lebih banyak menceritakan permasalahan mereka kepada kelompok mereka dibandingkan kepada orang tua mereka sendiri.
Dalam pertemanan remaja dengan teman sebayanya tidak selalu berpengaruh positif, melainkan dapat juga memberikan remaja tersebutan pengaruh negatif. Oleh sebab itu di sini lah peran orang tua sebagai pengingat atau penyaring pengaruh tersebut bagi anak mereka dengan cara-cara pendekatan pemahaman remaja.
(48)
Aktivitas
1. Merokok 2. Karate 3. Miras 4. Ganja
5. Naik Gunung 6. Berkelahi 7. Bolos sekolah
8. Menentang orang tua 9. Bermain Basket Skema Kerangka Pikir
Peranan Kelompok Teman Sebaya
Minat
1. Berolahraga 2. Bermusik 3. Travelling 4. Dalam hal buruk
Peranan Kelompok Teman Sebaya Terhadap Minat dan
(49)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut M. Nazir (1988:5) metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat-alat apa yang dipergunakan untuk mengukur, maupun mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian dilapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang akan menghasilkan data deskriptif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan dan memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi serta realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.
Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam
(50)
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang dialamiahkan dengan cara memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Sedangkan menurut M. Nazir (1988:63) penelitian kualitatif adalah metode dalam meneliti suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskripsi gambaran atau secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktor-faktor serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Menurut Sugiyono (2007:9) makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Dengan kata lain, penelitian ini menuntut peneliti selaku instrument untuk melihat point of view dari informannya.
Dalam memposisikan diri sebagai instrument penelitian, peneliti mengumpulkan data dengan teknik utama yaitu wawancara mendalam (indepth interview). Data akan dikumpulkan dalam berbagai cara intisari dokumen, observasi, dan notulensi rekaman wawancara. Data-data tersebut biasanya terlebih dulu diproses sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan kalimat, dan penulisan).
Selain itu metode kualitatif ini dalam menggunakan analisis isi sebagai sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasikan secara sistematik dan obyektif karakteristik khusus dalam sebuah teks. Analisis isi maksudnya untuk meneliti obyek tidak hidup, seperti dokumen-dokumen,
(51)
catatan-catatan, buku-buku, dan sebagainya. Sifatnya yang non reaktif, akan menghindarkan dari hal-hal yang bersifat subyektif atau data yang rekayasa.
Dengan demikian metode penelitian ini menganalisis obyek penelitian yaitu narasi dokumen dengan apa adanya, sebagaimana yang termuat dalam dokumen ilmiah sehingga data yang diperoleh dapat terjamin.
B. Fokus Penelitian
Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Penetapan fokus penelitian kualitatif sangat penting karena untuk membatasi studi dan untuk mengarahkan pelaksanaan suatu pengamatan. Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dengan latar penelitian.
Menurut Miles dan Hubermas (1992:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data yang dipandang kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkaitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah peranan kelompok teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja. Peranan yang dimaksud dalam kelompok ini adalah fungsi kelompok teman sebaya baik secara positif maupun negatif yang berpengaruh terhadap remaja.
(52)
Aspek peranan kelompok teman sebaya dalam minat dan aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu:
Peranan negatif dari kelompok teman sebaya dalam minat dan aktivitas remaja misalkan :
1. Merokok. 2. Mencuri
3. Minum-minuman keras 4. Mengisap ganja
5. Berkelahi, menentang orang dewasa dan lain-lain.
Sedangkan peranan positif kelompok teman sebaya dalam minat dan aktivitas remaja, misalkan yaitu:
1. Membantu menyeleksi kebudayaan yang mereka anggap baik dari beberapa temannya, misalkan mengajarkan berbuat baik melalui membantu sesama. 2. Sebagai penstranfer ilmu pengetahuan dan melatih bakat, misalkan dalam
bermain musik maupun bidang seni.
3. Memberikan rasa aman bagi remaja yang menjadi anggota kelompoknya. 4. Menumbuhkan rasa mandiri
5. Sebagai tempat penyaluran emosi baik emosi positif maupun emosi negatif. 6. Membantu remaja untuk bertindak dewasa melalui aturan-aturan kelompok.
(53)
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Perumnas Way Halim Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.
Alasan dipilihnya lokasi ini adalah karena salah satu daerah di Bandar Lampung yang terdapat kelompok teman sebaya yang berperan dalam menentukan minat dan aktivitas seorang remaja.
D. Informan Penelitian
Faisal (dalam Sugiyono, 2008:293) dengan mengutip pendapat Spradley mengatakan bahwa hendaknya informan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkuturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing”dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Berdasarkan kriteria tersebut maka informan dalam penelitian ini adalah : 1. Mereka yang berusia remaja.
(54)
2. Mereka yang memiliki minat dan ativitas tertentu. 3. Mereka yang masih asing bagi peneliti.
4. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
Alasan mengapa mengambil informan dengan kriteria tersebut adalah agar memperoleh informasi yang tepat, benar, dan selengkap-lengkapnya, kemudian peneliti juga dapat mengetahui bagaimana peranan kelompok teman sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja
Metode yang digunakan dalam penentuan informan ini adalah menggunakan metode purposif caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008:224) teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian dan berguna untuk mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, maka adapun teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Wawancara Mendalam
Wawancara yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui percakapan langsung dengan para informan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Wawancara mendalam akan dilakukan dengan dengan menggunakan pedoman
(55)
wawancara yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada informan. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan kepada informan terarah tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terjaga agar kesan dialogis dan informal.
b. Observasi
Teknik observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan lansung tentang objek yang akan menjadi topik kajian dalam penelitian ini. Penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap fenomena yang tidak diperoleh melalui teknik wawancara. Teknik observasi juga digunakan karena dapat mendukung data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga akan diketahui apakah data yang akan diberikan informan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan cara atau berdasarkan catatan-catatan yang terdokumentasi (otentik) baik berupa data statistik, arsip, gambar-gambar, buku-buku, kumpulan peraturan dan perundangan-undangan.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2008:244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
(56)
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilah mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2008:247).
2. Penyajian Data (Display Data )
Penyajian data dilakukan dalam uraian singkat, data disajikan dalam teks yang bersifat naratif. Dikatakan Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2008:249) bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif .
3. Penarikan Kesimpulan ( Verifikasi Data )
Langkah terakhir yang dilakukan dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan, Sehingga hasil wawancara dari informan ditarik kesimpulannya sesuai dengan masalah
(57)
dan tujuan penelitian. Pada tahap ini data yang telah dihubungkan satu dengan yang lain sesuai dengan konfigurasi ditarik suatu kesimpulan dalam data tersebut.
(58)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kelompok teman sebaya dalam penelitian ini adalah kelompok yang terbentuk atas dasar kesamaan tempat tinggal (Perumahan Wayhalim). Para remaja yang tergabung dalam kelompok teman sebaya adalah remaja putra yang memiliki rata-rata usia 17 – 18 tahun.
Alasan yang melatarbelakangi para remaja tersebut (informan) tergabung dalam kelompok teman sebaya karena adanya kesamaan kesukaan (minat) pada masing-masing anggota, seperti kesamaan hobi (sepak bola, mendaki gunung, dll).
Kelompok teman sebaya, khususnya ingroup , terjadi karenaterdapat faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, serta adanya dorongan atau motivasi yang sama pada setiap individu. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Perumnas Wayhalim, umumnya penyebab terbentuk kelompok teman sebaya dikarenakan terdapat dorongan dalam diri informan untuk berkumpul bersama kelompok teman sebanya serta motivasi yang sama dengan anggota kelompok teman sebanya, dorongan untuk berkumpul bersama dengan kelompok teman sebanya tersebut dikarenakan hal-hal berikut :
a. Adanya Pemahaman yang Sama b. Pribadi yang Menyenangkan
(59)
Teman sebaya mempunyai aturan-aturan tersendiri baik kedalam maupun keluar dan berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Perumnas Wayhalim, umumnya aturan-Aturan Sosial Impersonal (impersonal “Rule Of The Game”) bersifat tidak tertulis, diantaranya adalah
a. Memiliki hubungan dengan adik dari anggota kelompok lainnya b. Saling menjaga sikap (saling menghargai)
c. Menjaga kesolitan kelompok
d. Tidak saling berkelahi sesama anggota kelompok e. Saat berkumpul membawa suasana menyenangkan f. Tidak saling tersinggungan sesama anggota kelompok
Aktivitas yang tidak dilakukan setelah bergaul dengan teman sebaya menjadi aktivitas yang dilakukan adalah bagi informan yang sebelumnya tidak memiliki kebiasaan buruk menjadi mengenal kebiasaan buruk dari ingroup nya seperti menkonsumsi narkoba, menkonsumsi minuman keras, berjudi, bergadang dan merokok.
Minat yang muncul dikarenakan anda bergabung dengan kelompok teman sebaya informan.
1. Mengajarkan solidaritas dan kepudulian
Informan mengenal rasa solidaritas dan kepedulian dari kelompok teman sebayanya ketika kelompok teman sebayanya atau ingroup nya mendapatkan masalah maka anggota dari ingroup tersebut lansung turun
(60)
tangan membantu memecahkan masalah tersebut, misalkan salah satu anggota ingroup terlibat konflik yang berujung kekerasan dengan kelompok lain, maka kewajiban untuk membantunya.
2. Mengajarkan Toleransi
Informan belajar bertoleransi dari kelompok teman sebayanya ketika informan diharapkan untuk mengerti situasi dan kondisi anggota ingroup nya, dalam hal ini berati informan harus memilih waktu yang tepat untuk bercanda maupun mengajak berbicara anggota ingroup nya.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai keberadaan kelompok sebaya Perumnas Wayhalim, peneliti memberikan saran pada pihak-pihak terkait, antara lain:
1. Orangtua informan
a. Harus lebih memperhatikan lingkungan pergaulan anak agar anak tidak masuk atau bergaul dengan kelompok-kelompok yang dapat “merusak
pribadi anak”.
b. Harus lebih memiliki sifat keterbukaan terhadap keinginan, kemauan, kesukaan, maupun ketidaksukaan anak sehingga anak lebih merasa nyaman untuk tetap berinteraksi dengan keluarga dan tidak mencari kesenangan sendiri di luar rumah.
c. Mengajarkan anak tentang ilmu agama agar anak tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari agama, mengetahui hal yang
(61)
baik dan buruk untuk di lakukan, baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun lingkungannya
2. Masyarakat Perumnas Wayhalim
Harus lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemuda di lingkungan perumnas wayhalim, melakukan pengontrolan terhadap aktivitas baik positiv dan negatif para remaja
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki kekurangan kurang sempurna dalam hal penyajian informasi berdasarkan metodelogi penelitian, maka dengan itu disarankan kepada peneliti peneliti lain yang ingin meneliti dengan tema yang sama untuk dpat lebih menyempurnakan penyajian data berdasarkan metodelogi penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara yang benar-benar mendalam terhadap para informan secara lebih intensif, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih relevan, falid, menarik, dan bermutu mengenai peranan kelompok sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja.
(62)
1 Ahmadi,Abu.1991. SOSIOLOGI PENDIDIKAN. PT RINEKA CIPTA. Jakarta.
Gunarsa S.1983. Sosiologi Remaja. Jakarta. P. T. BPK Gunung Mulia.
Papalia, D E. Olds, S. W, & Feldham, Ruth D. (2001) Human development (8th). Boston : Mc Graw Hill.
Rice, F. P. (1990). The adolescent development, relationship & Culture (6th ed) Boston : Ally & Bacon.
Soekanto,Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga Ikhwal keluarga, Remaja dan Anak. PT RINEKA CIPTA, Jakarta.
Monks, F.J., A.M.P., Knoers & Siti Rahayu Haditono. 2002. Psikologi Perkembangan ; Pengantar dalam berbagai bagiannya. Gajah Mada Univercity Press. Yogyakarta.
Sumber lainnya :
http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2minat.pdf
(63)
(64)
(1)
83
Teman sebaya mempunyai aturan-aturan tersendiri baik kedalam maupun keluar dan berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Perumnas Wayhalim, umumnya aturan-Aturan Sosial Impersonal (impersonal “Rule Of The Game”) bersifat tidak tertulis, diantaranya adalah
a. Memiliki hubungan dengan adik dari anggota kelompok lainnya b. Saling menjaga sikap (saling menghargai)
c. Menjaga kesolitan kelompok
d. Tidak saling berkelahi sesama anggota kelompok e. Saat berkumpul membawa suasana menyenangkan f. Tidak saling tersinggungan sesama anggota kelompok
Aktivitas yang tidak dilakukan setelah bergaul dengan teman sebaya menjadi aktivitas yang dilakukan adalah bagi informan yang sebelumnya tidak memiliki kebiasaan buruk menjadi mengenal kebiasaan buruk dari ingroup nya seperti menkonsumsi narkoba, menkonsumsi minuman keras, berjudi, bergadang dan merokok.
Minat yang muncul dikarenakan anda bergabung dengan kelompok teman sebaya informan.
1. Mengajarkan solidaritas dan kepudulian
Informan mengenal rasa solidaritas dan kepedulian dari kelompok teman sebayanya ketika kelompok teman sebayanya atau ingroup nya mendapatkan masalah maka anggota dari ingroup tersebut lansung turun
(2)
84
tangan membantu memecahkan masalah tersebut, misalkan salah satu anggota ingroup terlibat konflik yang berujung kekerasan dengan kelompok lain, maka kewajiban untuk membantunya.
2. Mengajarkan Toleransi
Informan belajar bertoleransi dari kelompok teman sebayanya ketika informan diharapkan untuk mengerti situasi dan kondisi anggota ingroup nya, dalam hal ini berati informan harus memilih waktu yang tepat untuk bercanda maupun mengajak berbicara anggota ingroup nya.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai keberadaan kelompok sebaya Perumnas Wayhalim, peneliti memberikan saran pada pihak-pihak terkait, antara lain:
1. Orangtua informan
a. Harus lebih memperhatikan lingkungan pergaulan anak agar anak tidak masuk atau bergaul dengan kelompok-kelompok yang dapat “merusak pribadi anak”.
b. Harus lebih memiliki sifat keterbukaan terhadap keinginan, kemauan, kesukaan, maupun ketidaksukaan anak sehingga anak lebih merasa nyaman untuk tetap berinteraksi dengan keluarga dan tidak mencari kesenangan sendiri di luar rumah.
c. Mengajarkan anak tentang ilmu agama agar anak tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari agama, mengetahui hal yang
(3)
85
baik dan buruk untuk di lakukan, baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun lingkungannya
2. Masyarakat Perumnas Wayhalim
Harus lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemuda di lingkungan perumnas wayhalim, melakukan pengontrolan terhadap aktivitas baik positiv dan negatif para remaja
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki kekurangan kurang sempurna dalam hal penyajian informasi berdasarkan metodelogi penelitian, maka dengan itu disarankan kepada peneliti peneliti lain yang ingin meneliti dengan tema yang sama untuk dpat lebih menyempurnakan penyajian data berdasarkan metodelogi penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara yang benar-benar mendalam terhadap para informan secara lebih intensif, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih relevan, falid, menarik, dan bermutu mengenai peranan kelompok sebaya terhadap minat dan aktivitas remaja.
(4)
1 DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu.1991. SOSIOLOGI PENDIDIKAN. PT RINEKA CIPTA. Jakarta.
Gunarsa S.1983. Sosiologi Remaja. Jakarta. P. T. BPK Gunung Mulia.
Papalia, D E. Olds, S. W, & Feldham, Ruth D. (2001) Human development (8th). Boston : Mc Graw Hill.
Rice, F. P. (1990). The adolescent development, relationship & Culture (6th ed) Boston : Ally & Bacon.
Soekanto,Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga Ikhwal keluarga, Remaja dan Anak. PT RINEKA CIPTA, Jakarta.
Monks, F.J., A.M.P., Knoers & Siti Rahayu Haditono. 2002. Psikologi Perkembangan ; Pengantar dalam berbagai bagiannya. Gajah Mada Univercity Press. Yogyakarta.
Sumber lainnya :
http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html
http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2minat.pdf
(5)
(6)