PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PENGGUNA KARTU ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) TERHADAP POLA KONSUMSI MAHASISWA

(1)

Oleh

MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC STATUS AND CARD USER PEER GROUP AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) CONSUMPTION

PATTERNS OF STUDENTS

By

MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA

The purpose of this study was to clarify the effect of socioeconomic status and peer groups ATM card users against student consumption patterns . This study took place at the Department of Sociology Faculty of Social Unila . This study uses quantitative explanatory , which is to get clear or explain a phenomenon , explain the relationship and examine the relationship between the variables studied , as well as to test hypotheses with correlational statistical sample data to generalizations in a population with a draw from a random sample of the population studied . Sampling in this study was purposive sampling . Purposive sampling was chosen as an informant sample deliberate consideration capable of providing the necessary data and information that is being targeted in this study . From the results of this study indicate that there is influence between socioeconomic status and peer groups ATM card users against the consumption patterns of students . the higher the socioeconomic status of the student's parent will mahasiswapun meninggkat consumption patterns . The higher the intensity and quantity of student interaction with their peers , the excessive consumption patterns of students and make students as active ATM card users .


(3)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PENGGUNA KARTU ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)

TERHADAP POLA KONSUMSI MAHASISWA

Oleh

MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa. Penelitian ini mengambil lokasi di FISIP Unila Jurusan Sosiologi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksplanatoris, yaitu untuk memperoleh kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan dan menguji hubungan antar variabel yang diteliti, serta untuk menguji hipotesis dengan statistik korelasional untuk generalisasi data sampel pada populasi dengan menarik sampel random dari suatu populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel dipilih sebagai informan secara sengaja dengan pertimbangan mampu memberikan data dan informasi yang dibutuhkan yang menjadi target dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa. semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua mahasiswa maka pola konsumsi mahasiswapun akan meninggkat. Semakin tinggi intensitas dan kuantitas pergaulan mahasiswa dengan teman sebayanya, maka pola konsumsi mahasiswa berlebihan dan menjadikan mahasiswa sebagai pengguna kartu ATM aktif.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SAWACANA .. ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi ... 6

1. Tingkat Pendidikan ... 6

2. Jenis Pekerjaan ... 8


(9)

C. Tinjauan Tentang ATM ... 13

D. Tinjauan Tentang Pola Konsumsi ... 14

E. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 19

1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 19

2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 20

F. Kerangka pikir dan Hipotesis ... 21

1. Kerangka Pikir ... 21

2. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Tipe Penelitian ... 26

B. Lokasi Penelitian ... 26

C. Definisi Konseptual ... 27

D. Definisi Operasional dan Indikator Variabel ... 27

E. Populasi dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Pengolahan Data ... 33

H. Penentuan Skor dan Kategori ... 34

I. Teknik Analisa Data ... 35

J. Pengujian Hipotesis ... 37


(10)

A. Sejarah Singkat ... 41

B. Visi, Misi dan Tujuan ... 43

C. Sasaran Pembangunan ... 45

D. Fasilitas ... 46

V. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasi Penelitian ... 49

1. Identitas Responden ... 49

1.1. Umur Responden ... 50

1.2. Semester Kuliah ... 50

1.3. Angkatan kuliah ... 51

1.4. Jenis Kelamin ... 52

2. Status Sosial Ekonomi ... 53

2.1. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 53

2.2. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 54

2.3. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 55

2.4. Jenis pemilikan Barang ... 56

3. Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM ... 60

3.1. Kuantitas Pergaulan ... 60

3.2. intensitas ... 61

4. Pola Konsumsi Mahasiswa ... 64

4.1. Banyaknya ATM yang dimiliki Mahasiswa ... 64

4.2. Uang yang Dihabiskan Dalam Sehari ... 65

4.3. Jenis Barang yang Dibeli Mahasiswa ... 66

4.4. Model Berbelanja Mahasiswa ... 67

5. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Kelompok Teman Sebaya pengguna Kartu Atm Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 70


(11)

5.2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap

Pola Konsumsi Mahasiswa ... 74

B. Pembahasan ... 77

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 50

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Semester kuliah ... 51

3. Karakterisrik Responden Angkatan kuliah ... 52

4. karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

5. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 54

6. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 55

7. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 56

8. Pemilikan Barang Berupa Rumah ... 57

9. Pemilikan Barang berupa Kendaraan Pribadi ... 57

10. Kategorisasi Status Sosial Ekonomi ... 59

11. Kuantitas Pergaulan ... 60

12. Intensitas pergaulan ... 61

13. Kategorisasi Kelompok Teman Sebaya Pengguna kartu ATM ... 63

14. ATM yang Dimiliki Mahasiswa ... 64

15. Uang yang Dihabiska Dalam Sehari ... 65

16. Jenis Barang yang Biasa Mahasiswa Beli ... 66

17. Model Berbelanja Mahasiswa ... 67

18. Kategorisasi Pola Konsumsi Mahasiswa ... 69

19. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasisawa .... 71

20. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap pola Konsumsi Mahasiswa ... 75


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan pemilikan barang. Setiap individu atau masyarakat pasti menginginkan status sosial ekonomi yang lebih baik. Namun pada kenyataannya masih banyak individu atau masyarakat yang berstatus sosial ekonomi rendah.

Menurut Bome dan Walles (dalam Myers, 1983: 220) individu yang mempunyai tingkat ekonomi menengah keatas akan cenderung lebih memiliki pola konsumsi yang berlebihan dari pada mereka yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah.

Individu atau masyarakat lebih menghargai kekayaan material dibandingkan dengan yang lainnya, individu yang mempunyai kekayaan akan menempati posisi atau lapisan paling atas. Sedangkan mereka yang tidak memiliki kekayaan, akan selamanya berada dilapisan masyarakat yang paling bawah.

Status sosial ekonomi sangat berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai potensi serta kepribadian yang memungkinkan dia diterima dalam pergaulan dengan individu yang lain.


(14)

Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut untuk kepentigan tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan mengakuinya.

Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam kelompok dimana dia berada.

Masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi tinggi cenderung bergaul dengan status sosial ekonomi yang sama. Hal ini ini dikarenakan seseorang yang memiliki latar belakang status sosial ekonomi yang berbeda kurang disenangi dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai latar belakang yang sama.

Adanya perbedaan status sosial ekonomi ini mencerminkan perbedaan yang amat mencolok, sebagai akibatnya akan mempengaruhi pergaulan yang ada dalam lingkungan sosialnya, terutama dalam kelompok teman sebaya.

Masyarakat memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Bagi kebanyakan masyarakat, pandangan teman sebaya terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.

Menurut Santrock (2007), fungsi utama dari teman sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga, sehingga hubungan dengan teman sebaya yang baik dapat membawa seseorang keperilaku yang baik dan begitu sebaliknya.

Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu


(15)

komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan dengan perilaku dan prestasi, (Santrock, 2003: 257).

Namun pada saat ini kelompok teman sebaya cenderung memberikan dampak yang negatif bagi masyarakat. Hal ini jelas terlihat sekali, para remaja selalu berperilaku boros demi bisa berkumpul dengan kelompok teman sebayanya. Perilaku boros remaja mengakibatkan pola konsumsi yang menjadi berlebihan. Hal ini tidak terlepas dari intensitas dan kuantitas pertemuan dengan teman-teman sepergaulannya. Teman yang menjadi tempat sosialisasi sekunder memiliki pengaruh besar terhadap pola hidup individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Teman adalah bagian dari kelompok rujukan, dimana setiap perilaku dan kebiasaan individu tidak terlepas dari kebiasaan kelompok teman sepergaulannya.

Hal semacam ini juga terjadi dilingkungan Universitas Lampung, khususnya di jurusan Sosiologi Fisip. Mahasiswa yang berada disana cendrung berkelompok dengan teman-teman sebayanya. Para mahasiswa senang menghabiskan waktu dengan teman sebayanya hanya untuk sekedar mengobrol saja.

Pada kalangan mahasiswa, berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki status sosial ekonomi yang sama merupakan sebuah hal yang penting, karena dengan begitu mereka diakui keberadaannya.

Pada kalangan mahasiswa yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi, perilaku menggunakan kartu ATM biasa terjadi karena pengaruh dari temannya, hal ini menjadi salah satu cara mahasiswa beradaptasi dan melebur dalam kelompok temannya tersebut yang kemudiaan menjadi sebuah kebiasaan. Tanpa mereka sadari, kebiasaan berkumpul dengan teman sebaya pengguna kartu ATM mengakibatkan mereka memiliki pola konsumsi yang berlebihan.


(16)

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai “pengaruh status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna kartu anjungan tunai mandiri (ATM) terhadap pola konsumsi mahasiswa” sebagai salah satu tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apakah status ekonomi mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa?

2. Apakah kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa?

3. Bagaimanakah status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh status ekonomi terhadap pola komsumsi mahasiswa. 2. Mengetahui pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM

mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa.

3. Menjelaskan pengaruh status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa.


(17)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap dunia akademis dan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa. Sehingga nantinya mahasiswa bisa memanfaatkan ATM dengan sebaik mungkin


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi

Menurut Rossides (dalam Yulisanti: 2000) status sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarkhis yang merupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam masyarakat yang biasanya dikenal sebagai previlese berupa kekayaan, serta pendapatan, dan prestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan. Sedangkan menurut Polak (1971:154) status sosial ekonomi adalah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok atau dalam masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa status sosial ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan pemilikan barang yang dapat meningkatkan prestise.

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia, yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, baik secara formal, informal, maupun non formal.


(19)

Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidkan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan, (UU RI No. 20, 2003:3). Sedangkan menurut Fuad Ihsan (2003: 18) tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Menurut Fuad Ihsan (2003: 22) pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan, (Fuad Ihsan, 2003: 23).

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas, (Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 19 dan 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Berdasarkan pendapat diatas, tingkat pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia, yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam


(20)

penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal dan informal yang dimiliki orang tua mahasiswa jurusan Sosiologi Fisip Unila angkatan 2011-2012.

2. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.

Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia dengan berbagai tujuan. Ada yang melakukan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas. Ada yang melakukan pekerjaan karena membutuhkan pekerjaan tersebut dan ada juga yang melakukan pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, jenis-jenis pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang.

Setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis-jenis pekerjaan dapat dibedakan berdasarkan hasil dari pekerjaannya, yaitu barang dan jasa.

a. Pekerjaan yang menghasilkan barang

Jenis pekerjaan ini menghasilkan barang yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti makanan minuman dan perabot rumah tangga, dan lain-lain. Jenis-jenis pekerjaan serta hasilnya yaitu petani menghasilkan padi, jagung, dan lain-lain, pengrajin menghasilkan meja, kursi dan kerajinan lain-lain, peternak menghasilkan telur,daging,dan susu. b. Pekerjaan yang menghasilkan jasa

Jenis pekerjaan ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kita membutuhkan pendidikan, layanan kesehatan, layanan transportasi,


(21)

dan lain-lain. Dokter merupakan pekerjaan yang menghasilkan jasa dalam bidang kesehatan.

Jenis-jenis pekerjaan serta jasanya yaitu guru berjasa dalam pendidikan, dokter berjasa dalam kesehatan, sopir berjasa dalam layanan transportasi. Jenis pekerjaan lain yang menghasilkan jasa ialah montir, pengacara, polisi tentara, jaksa, hakim, pegawai negeri, perias pengantin, dan perawat (http://syadiashare.com).

Dengan demikian dapat dikatakan jenis pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Jenis pekerjaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan tetap dan pekerjaan sampingan yang dimiliki orang tua mahasiswa yang menghasilkan penghasilan tiap bulannya.

3. Tingkat Pendapatan

Untuk menjalankan dan mempertahankan kelangsungan hidup seseorang harus berusaha dan bekerja. Mereka akan mendapatkan imbalan upah atau imbalan dari hasil pekerjaannya. Upah yang telah diterimanya tersebut, maka dapat membiyai hidupnya, dengan demikian akan dapat meneruskan dan mempertahankan eksistensi kehidupannya.

Pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung kelangsungan kehidupan suatu keluarga. Dimana orang tua sebagai fungsi ekonomis dalam keluarga tersebut akan memenuhi semua kebutuhan demi berlangsungnya hidup keluarganya tersebut. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin tinggi pemenuhan kebutuhan–kebutuhan dari anggota keluarga itu.


(22)

Menurut Christpher Pass dan Bryan Lowes (1994: 287), pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Valerie J. Hull (dalam Masri Singarimbun, 1985: 24), bahwa jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga termasuk barang dan hewan peliharaan dipakai untuk membagi keluarga ke dalam tiga kelompok pendapatan yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan pendapatan rendah.

Sementara itu menurut Kadariyah (1981: 26), pendapatan seseorang terdiri dari penghasilan berupa upah/gaji, bunga sewa, dividend, keuntungan, dan merupakan suatu arus uang yang diukur dalam suatu jangka waktu, umpamanya seminggu, sebulan atau setahun. Selain itu, pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi, (Boediono, 1996: 170).

Sumardi (1982:92) membagi pendapatan menjadi tiga macam yaitu :

1. Pendapatan pokok, artinya pendapatan utama dan pokok, yaitu hasil yang didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

2. Pendapatan tambahan, yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap bulan, dan selalu berusaha untuk mencari tambahan serta usaha yang dapat menambah penghasilan rumah tangga.

3. Pendapatan keseluruhan, yaitu pendapatan pokok ditambah pendapatan tambahan yag diperoleh keluarga pada setiap bulan.


(23)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pendapatan tidak hanya berupa uang tetapi juga berupa barang dan sejumlah kekayaan yang dimiliki oleh lembaga tertentu. Pendapatan yang dimaksud adalah seluruh penerimaan baik berupa barang atau uang dari pihak lain atau hasil kerjanya sendiri, termasuk dari anggota lainnya, menilainya dengan berupa uang atau barang yang dinilai harganya dalam satuan rupiah saat ini.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keseluruhan yang dimiliki orang tua mahasiswa dalam setiap bulannya.

4. Pemilikan Barang

Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status social ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan barang. Pemilikan barang-barang yang berhargapun dapat digunakan untuk ukuran tersebut. Semakin banyak seseorang itu memiliki sesuatu yang berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat dikatakan bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi dan mereka semakin dihormati oleh orang-orang disekitarnya.

Apabila seseorang memiliki tanah, rumah sendiri, sepeda motor, mobil, komputer, televisi dan tape biasanya mereka termasuk golongan orang mampu atau kaya. Apabila seseorang belum mempunyai rumah dan menempati rumah dinas, punya kendaraan, televisi, tape, mereka termasuk golongan sedang. Sedang apabila seseorang memiliki rumah kontrakan, sepeda dan radio biasanya termasuk golongan biasa.


(24)

Yang dimaksudkan pemilikan barang dalam penelitian ini adalah dilihat dari status kepilikan rumah yang mahasiswa dan orang tua tempati, dan kendaraan yang mahasiswa miliki.

B. Tinjauan Tentang Kelompok Teman Sebaya

Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama (Santrock 2007). Pada fase ini, remaja sudah mulai keluar dari lingkungan keluarganya dan memasuki lingkungan pergaulan sosial dalam masyarakat yang lebih luas dan di dalam lingkungan yang baru inilah para remaja membentuk kelompok-kelompok, (Gunarsa SD & Gunasa Y 2003).

Kelompok sebaya ini sangat berpengaruh terhadap perilaku individu dibandingkan dengan kelompok teman sebaya sebelumnya. Karena dalam kelompok sebaya ini remaja merasa mendapatkan teman dan juga dukungan dari teman-temannya. Melalui kelompok sebaya itu anak belajar menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya tentang kejujuran, keadilan kerjasama tanggung jawab, tentang peranan sosialnya sebagai pria dan wanita, memperoleh berbagai macam informasi, meskipun kadang-kadang infosrmasi yang menyesatkan, serta mempelajari kebudayaan khusus masyarakatnya yang bersifat etnik, keagamaan, kelas sosial, dan kedaerahan, (St. Vembriarto, 1993:61).

Dalam penelitian ini, pengaruh teman sebaya dilihat dari kuantitas dan intensitas pergaulan. Kuantitas pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan pergaulan dengan teman sebayanya dikampus. Sedangkan intensitas adalah seberapa dekat tingkat hubungan mahasiswa dengan sebayanya.


(25)

Dari berbagai macam pendapat dan berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perilaku konsumsi pengguna ATM yang dipengaruhi oleh faktor kelompok teman sebaya adalah kuantitas dan intensitas pergaulan. Perilaku konsumsi yang dipengaruhi oleh faktor kelompok teman sebaya dikarenakan kelompok teman sebaya tersebut memperlihatkan perilaku dan gaya hidup baru atau pola hidup dalam konsumsi. Kelompok teman sebaya juga seringkali memperlihatkan penggunaan kartu ATM dalam pergauulan mereka. Hal ini menjadikan mahasiswa sebagai pengguna kartu ATM aktif.

C. Tinjauan Tentang ATM

ATM dalam bahasa inggris dikenal dengan Automatic teller machine, atau dalam bahasa Indonsia dikenal dengan Anjungan Tunai Mandiri. ATM merukan alat elektronik yang diberikan oleh bank yang kepada pemilik rekening yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek saldo, mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu dilayani seorang teller. Setiap pemegang kartu diberikan PIN (personal identification number), atau nomor pribadi yang bersifat rahasia untuk keamanan dalam penggunaan ATM lalu apa beda kartu ATM dengan kartu Debit.

Kartu Debit dan Kartu ATM berguna sebagai alat bantu untuk melakukan transaksi dan memperoleh informasi perbankan secara elektronis. Jenis transaksi yang tersedia antara lain:


(26)

1. Penarikan tunai 2. Setoran tunai 3. Transfer dana 4. Pembayaran 5. Pembelanjaan

Jenis informasi yang tersedia antara lain: 1. Informasi saldo

2. Informasi kurs

Dalam penggunaan kartu ATM pasti memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat mempremudah masyarakat. Keuntungan menggunakan kartu ATM adalah:

1. Mudah, tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi atau memperoleh informasi.

2. Aman, tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan transaksi belanja. 3. Fleksibel, transaksi penarikan tunai/pembelanjaan via ATM/EDC dapat

dilakukan dijaringan bank sendiri, jaringan lokal dan internasional. 4. Leluasa, dapat bertransaksi setia saat meskipun hari libur.

(http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/)

Berdasarkan pendapat di atas kartu ATM adalah sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah Bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang pegawai Bank atau teller.

Pada saat ini banyak remaja yang menggunakan kartu ATM. faktor yang memotivasi kepemilikan kartu ATM di kalangan mahasiswa adalah karena pemanfaatan teknologi, kemudahan, dan keamanan. Dengan kepemilikan kartu


(27)

ATM, para mahasiswa mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari – hari. Namun tidak dapat dipungkiri, mahasiswa yang memiliki kartu ATM cenderung berperilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan, dengan adanya kartu ATM mereka dapat mengambil uang atau melakukan transaksi penarikan uang tunai tanpa batas waktu karena jika uang cash mereka bawa habis, mereka tinggal pergi ke mesin ATM terdekat dan melakukan penarikan uang tunai.

Kegiatan konsumsi yang dilakukan mahasiswa kebanyakan juga berdasarkan keinginan bukan atas dasar kebutuhan. Tidak jarang mahasiswa membeli suatu barang tanpa ada perencanaan terlebih dahulu.

D. Tinjauan Tentang Pola Konsumsi

Pola adalah suatu bentuk, sistem, atau pun cara kerja yang biasanya berlangsung secara terus menerus baik mengalami perubahan ataupun tidak. Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan, memakai, menggunakan, atau mengurangi kegunaan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut Mankiw (2000) konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat–alat elektronik, Ketiga, jasa (Services) meliputi pekrjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat kedaokter.


(28)

Sedangkan menurut Samuelson & Nordhaus (1996) konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pola konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa. Contoh dari kegiatan konsumsi antara lain: makan, minum, naik kendaraan umum, menonton film di bioskop.

Sebagian besar tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah karena suatu kebutuhan. Walaupun kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan hidup, namun bukan berarti kebutuhan sekunder dapat dikesampingkan. Hal ini merupakan konsekuensi dalam hidup di masyarakat yang senantiasa menuntut kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Remaja termasuk bagian masyarakat pun melakukan hal tersebut.

Pada masyarakat Indonesia yang saat ini sudah sangat modern, identitas seseorang saat ini biasanya dipengaruhi oleh pemahaman simbolik atas barang-barang yang dimilikinya. Kepemilikan materipun juga menempatkan seseorang dalam lingkungan sosial material. Terlebih lagi kepemilikan materi memberi informasi kepada seseorang tentang identitas orang lain. Pola konsumsi remaja saat ini sedikit banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan pop yang merefleksikan gaya hidup industrial kapitalis yang sering ditampilkan media massa.


(29)

Gaya hidup sebagai pembeda kelompok, akan muncul dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Setiap kelompok dalam masyarakat akan memiliki gaya hidup yang khas. Dapat dikatakan bahwa gaya hidup inilah yang menjadi simbol-simbol prestise dalam setiap stratifikasi sosial.

Budaya konsumen telah menyumbang pada suatu hubungan yang reflektif yang kemudian meningkat terhadap identitas diri melalui pembagiannya dalam seperangkat pengetahuan keahlian, contohnya dalam hubungan dengan gaya hidup, selera, fashion dan lain lain.

Menurut Mary Douglas dan Baron Isherwood (dalam Lury, 1998:16-17), konsumsi yang terjadi dalam masyarakat adalah merupakan fenomena budaya sebagaimana halnya sebuah fenomena ekonomi. Hal ini berkaitan dengan makna, nilai, dan komunikasi seerat kaitan antara pertukaran, harga, dan ekonomi. Kegunaan barang-barang selalu dibingkai oleh konteks budaya, bahkan benda-benda sederhana dalam kehidupan sehari-hari memilki makna budaya. Benda-benda mampu menciptakan atau menggerakkan asumsi-asumsi dan keyakinan budaya, dan menjadikan keyakinan tersebut sebagaisebuah realitas, sebuah fakta, yang disebut sebagai kekonkritan.

Kebangkitan budaya konsumen dicirikan dengan gaya hidup. Produksi, pertukaran, dan pemanfaatan barang-barang konsumsi makin distrukturkan oleh aspek-aspek akspresif yang disadari atau aspek simbolis barang-barang tersebut. Gaya hidup (lifestyle) merujuk pada kepekaan konsumen baru yang diidentifikasikasi sebagai karakter konsumsi modern. Melalui gaya hidup, para konsumen dianggap membawa kesadaran atau kepekaan yang lebih tinggi terhadap proses konsumsi. Sebagai sebuah mode konsumsi atau sikap konsumsi


(30)

hal itu merujuk pada cara orang-orang berusaha menampilkan individulitas mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan barang-barang yang mereka konsumsi seperti pakaian, makanan, minuman, alat komunikasi, ataupun kendaraan. Hal tersebut mendukung pandangan bahwa praktek-praktek konsumsi dapat dipahami dalam konteks sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial. Budaya konsumen membuka peluang untuk konsumsi produktif, dalam arti menjanjikan kehidupan pribadi yang lebih indah dan memuaskan, menentukan kepribadian melalui perubahan diri dan gaya hidup. Budaya konsumen dapat dikatakan merupakan unsur utama dalam produksi budaya masa kini. Hal ini disebabkan, karena meskipun kelompok-kelompok yang berada diluar atau menjauhi diri dari jangkauan pasar dan perilaku yang melawan arus, seperti sub-budaya remaja dan gerakan-gerakan sosial baru, dinamika proses pasar yang selalu mengejar hal yang baru itu menyebabkan budaya konsumen dapat merajut dan mengolah ulang tradisi dan gaya hidup mutakhir.

Budaya konsumen tidak dapat dianggap sekedar suatu budaya materialis rasional. Budaya ini tidak hanya menimbulkan pergantian konsumsi barang atau nilai pakai, yang memiliki makna tetap, dengan perhitungan nilai tukar. Lebih dari itu, nilai tukar cenderung melonggarkan atau meninggalkan nilai pakai semula dan menyingkapkan asal usul sosialnya, yang membuka jalan untuk pandangan mengenai komoditi dari sudut yang disebut nilai pakai kedua (Evers,1998:53-55).


(31)

E. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa

1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa Pola konsumsi seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang untuk memperoleh kesenangan, meskipun sebenarnya kebahagiaan yang diperoleh hanya bersifat semu. Dalam setiap perilaku konsumsi tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah status sosial ekonomi.

Dalam penelitian ini status sosial ekonomi yang dimaksud adalah status sosial ekonomi yang dimiliki oleh orang tuanya. Mahasiswa yang memiliki orangtua yang status sosial ekonominya tinggi belum tentu dirinya merasa sebagai orang yang memiliki status sosial ekonomi tinggi. Sebaliknya ada mahasiswa yang memiliki orang tua yang berstatus sosial sedang, tetapi merasa seperti orang kaya, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi mahasiswa yang dipengaruhi oleh status sosial ekonomi orang tua.

Pada kenyataannya saat ini orang-orang yang mempunyai perilaku konsumsi tinggi adalah orang-orang yang mempunyai penghasilan tinggi, karena untuk mengkonsumsi suatu barang menghabiskan uang yang tidak sedikit. Selain pada penghasilan yang tinggi perilaku konsumsi juga dipengaruhi oleh adanya tingkat pendidikan seseorang sehingga bisa terlihat jelas cara seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa ada pembedaan-pembedaan untuk menunjukkan bahwa seseorang tersebut mempunyai taraf hidup yang lebih baik.

Dengan adanya hal tersebut maka kemungkinan besar mahasiswa yang mempunyai orang tua dengan penghasilan dan pendidikan tinggi maka pola konsumsinya juga akan meningkat. Tidak hanya pada penghasilan dan pendidikan


(32)

yang tinggi, status sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari penilaian orang yang menganggap seseorang tersebut terpandang , terkenal serta kedudukan nya di dalam suatu lingkungan, juga menentukan perilakunya dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa karena untuk menunjukkan prestise dalam pergaulannya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat penulis simpulkan bahwa, status sosial ekonomi orang tua sangat berperan dalam menentukan pola konsumsi mahasiswa. Jadi semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua maka pola konsumsi mahasiswa juga meningkat atau konsumtif.

2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa

Usia remaja adalah usia dimana terjadi peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kelompok sebaya ini sangat berpengaruh terhadap perilaku individu dibandingkan dengan kelompok teman sebaya sebelumnya. Karena dalam kelompok sebaya ini remaja merasa mendapatkan teman dan juga dukungan dari teman-temannya.

Pada kalangan mahasiswa perilaku menggunakan kartu ATM biasa terjadi karena pengaruh dari temannya, hal ini menjadi salah satu cara mahasiswa beradaptasi dan melebur dalam kelompok temannya tersebut yang kemudiaan menjadi sebuah kebiasaan. Tanpa mereka sadari, kebiasaan berkumpul dengan teman sebaya pengguna kartu ATM mengakibatkan mereka memiliki pola konsumsi yang berlebihan.

perilaku konsumsi mahasiswa pengguna kartu ATM yang berlebihan ini, tidak terlepas dari intensitas dan kuantitas pertemuan dengan teman-teman sebayanya.


(33)

Teman yang menjadi tempat sosialisasi sekunder memiliki pengaruh besar terhadap pola hidup mahasiswa.

Berdasarkan peryataan diatas, peran teman sebaya pengguna kartu ATM sangat mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat diakui keberadaannya di dalam kelompok jika mereka memiliki ATM.

F. Kerangka Pikir dan Hipotesis 1. Kerangka Pikir

Mahasiswa zaman sekarang mempunyai pola konsumtif yang sangat tinggi, hal ini didukung oleh fasilitas umum yang sekarang ini sangatlah praktis dengan adanya kartu ATM yang memudahkan pemiliknya dalam hal berbelanja karena tidak perlu membawa banyak uang apabila mau bepergian ataupun akan berbelanja. Hanya dengan menggesek ATM pada alat yang biasanya disediakan oleh suatu tempat pembelanjaan dari mitra khusus bank yang mengeluarkan kartu tersebut ataupun melakukan penarikan uang tunai dengan menggunakan kartu ATM dari mesin ATM khusus yang tersebar di fasilitas-fasilitas umum kita sudah bisa berbelanja ataupun mendapat uang tunai kapanpun kita perlukan.

ATM sekarang ini menjadi trend alat pembayaran baru dikalangan para mahasiswa, para mahasiswa banyak menggunakan fasilitas ATM untuk bebelanja di mall, menonton bioskop atau pun untuk membayar jasa seperti pergi ke salon ataupun ke restoran. Hal ini tidak lepas dari faktor pendorong dan faktor penarik dari penggunaan ATM itu sendiri karena selain untuk memberikan fasilitas bagi para pemiliknya, sekarang ini ATM bergeser fungsi sebagai identitas status sosial seseorang. Para orang tua yang kebanyakan memberikan fasilitas ini pada anaknya yang masih remaja tidak berpikir panjang akan manfaat sebenarnya dari ATM


(34)

tersebut dan tidak juga memikirkan akibat-akibat negatif yang menyertai penggunaan ATM ini oleh para mahasiwa.

Kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu pekerjaan yang dimilki orang tua, karena orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh, selain itu apabila mahasiswa yang orangtua nya memiliki pekerjaan dengan tingkat pendidikan tinggi, pendapatan yang tinggi, dan pemilikan barang yang mewah maka akan menyebabkan perilaku konsumsi seorang mahasiswa pengguna ATM menjadi berlebihan. Hal ini merupakan bagian dari status ekonomi orang tua mahasiswa yang mempengaruhi perilaku konsumsi.

Faktor lain yang mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa yaitu kelompok teman sebaya pengguna ATM, yang menjadi teman sepermainannya dalam lingkungan kampus. Kelompok teman sebaya adalah sekolompok orang yang menjadi acuan seorang mahasiswa dalam berperilaku konsumsi. Kelompok teman sebaya dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kuantitas dan intensitas pergaulan. Kuantitas pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan pergaulan dengan teman sepermainannya di kampus, dan intensitas pergaulan adalah seberapa dekat hubungan mahasiswa dengan teman sepermainannya di kampus. Kuantitas dan intensitas pergaulan bisa menjadikan mahasiswa memiliki pola konsumsi yang berlebihan. Pola konsumsi yang berlebihan ini dikarenakan kelompok teman sebaya tersebut memperlihatkan perilaku dan gaya hidup baru atau pola hidup dalam konsumsi.


(35)

Bagan Skema Kerangka Pikir

2. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan insrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris (Singarimbun dan effendi,1987: 43).

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah, atau palsu dan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat tergantung pada hasil-hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumplkan. Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitin ini menggunakan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).

Status sosial ekonomi (X1)

Kelompok teman sebaya (X2)

pendidikan pekerjaan pendapatan

Kuantitas pergaulan

Intensistas pergaulan

Pola

konsumsi (Y) Pemilikan


(36)

Dimana jika hipotesis alternatif (Ha) diterima maka, hopotesis nol (Ho) ditolak. Begitu juga sebaliknya, jika hipotesis nol (Ho) diterima maka, hopotesis alternatif (Ha) ditolak.

Hipotesis Mayor

Ho: tidak ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap pola konsumsi mahasiswa

Ha: ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap pola konsumsi mahasiswa

Ho: tidak ada pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa

Ha: ada pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa

Hipotesis Minor

1. Semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua maka mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa

2. Semakin tinggi tigkat pendidikan orang tua maka mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa

3. Perbedaan jenis pekerjaan orang tua mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa

4. Jenis kepimilakan barang orang tua mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa


(37)

5. Kuantitas pergaulan mahasiswa mempengaruhi pengguna kartu ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa

6. Intensitas pergaulan mahasiswa mempengaruhi pengguna kartu ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa


(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Sumardjono (1997:42), yang dimaksud dengan penelitian adalah penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan terencana yang dilandasi metode Ilmiah.

Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris, yaitu untuk memperoleh kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan dan menguji hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian eksplanasi ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan statistik korelasional untuk generalisasi data sampel pada populasi dengan menarik sampel random dari suatu populasi yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang beralamat di Jalan Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Rajabasa Bandar Lampung. Adapun alasan peneliti memilih FISIP sebagai tempat penelitian, dikarenakan lokasi ini cukup terjangkau oleh peneliti karena masih berlokasi di kota yang sama dan lokasi ini bertempat dikampus peneliti sendiri, yaitu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung guna untuk memperoleh data.


(39)

C. Definisi Konseptual

Untuk memudahkan dalam memahami dan menafsirkan berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini, maka ditentukan konsep-konsep yang digunakan dengan menjelaskannya dalam definisi konseptual berikut:

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau tingkat ekonomi seseorang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan keadaan ekonomi atau tingkat pendapatan seseorang, (Harton, 1993: 46). Status sosial ekonomi juga dapat dilihat dari kepemilikan barang seseorang.

Kelompok teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama, (Santrock, 2007).

Pola konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.

Mahasiswa adalah individu atau sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu dan terikat dengan perguruan tinggi.

D. Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Definisi operasional merupakan penjabaran dari masing-masing variabel tersebut. Penjabaran definisi operasional dan indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur penelitian ini antara lain ialah sebagai berikut:


(40)

a. Status sosial ekonomi adalah kedudukan yang diukur dari pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan dan pemilikan barang yang diperoleh seseorang. Indikatornya adalah:

1) tingkat pendidikan

dalam penelitian ini tingakat pendidikan yang dimaksud adalah kepemilikan ijazah yang pernah ditempuh (SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi).

2) jenis pekerjaan

dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan pokok orang tua, seperti buruh, karyawan, pegawai dan wiraswasta.

3) tingkat pendapatan

dalam penelitian ini tingkat pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan pokok yang dihasilkan orang tua.

4) pemilikan barang

dalam penelitian ini pemilikan barang yang dimaksud adalah harta benda pribadi yang dimiliki oleh orang tua dan mahasiswa, seperti rumah, kendaraan pribadi dan kepemilikan alat-alat elektronik.

b. Kelompok teman sebaya adalah sekumpulan orang yang menjadi acuan seseorang dalam berperilaku konsumsi. Indikatornya adalah:

1) kuantitas pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan pergaulan dengan sepermainannya dikampus.


(41)

2) intensitas pergaulan adalah seberapa dekat mahasiswa dengan teman sepermainannya dikampus.

c. Pola konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa. Indikatornya adalah:

1) seberapa tinggi, sedang dan rendah mahasiswa membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhannya.

2) jenis barang.

3) tempat berbelanja (mall dan pasar). 4) model belanja (langsung dan online).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989:18), populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Jurusan Sosiologi Fisip Unila yang diambil dari tahun 2011-2012. Alasanya adalah karena dalam rentang tahun angkatan tersebut mahasiswa masih aktif di kampus (masih memiliki mata kuliah) dan belum lulus (wisuda). Jumlah mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Unila angkatan tahun 2011-2012 adalah 193 mahasiswa, (Unila:2013).


(42)

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sedangkan menurut Surakhmad (1987:115), sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari suatu populasi. Dalam penelitian ini banyaknya sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut:

N

n =

N.(d)² +1

Keterangan :

N : banyaknya populasi

n : banyaknya sampel

d : Sampling error (ditetapkan 10 %)

(Jalaludin Rahmat 1997:82)

Berdasarkan rumus pengambilan sampel, maka banyaknya sampel penelitian adalah : 193

n =


(43)

193

n =

2.93

= 65.87

Maka sampel pada penelitian ini adalah 65.87 dibulatkan menjadi 66 mahasiswa. Teknik penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih sebagai informan secara sengaja dengan pertimbangan mampu memberikan data dan informasi yang dibutuhkan yang menjadi target dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat dan sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden tinggal mengisi dan menandainya dengan cepat.

Adapun tujuannya ialah:

a. Untuk memproleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

b. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas setinggi-tingginya (Masri Singarimbun, 1981: 171).


(44)

Di dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner ini pertama-tama penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam bentuk angket, kemudian disebarkan kepada para responden. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku konsumsi mahasiswa jurusan Sosiologi angkatan 2011-2012 Universitas Lampung.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan format Tanya jawab yang terencana, untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi. Hendaknya wawancara dijalankan secara personal (Masri Singarimbun, 1981: 174).

Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang siapa yang menjadi kelompok teman sebaya mahasiswa, dalam perilaku konsumsi dengan aspek-aspek pendapatan orang tua, uang saku, pola makan, alat transportasi yang dipakai, alat komunikasi, kepemilikan alat-alat elektronik dan penggunaan ATM, maka penulis melakukan wawancara terhadap beberapa responden dengan tujuan dapat diperoleh informasi secara mendetail mengenai pola konsumsi mahasiswa.

3. Studi Pustaka

Teknik ini dilakukan dengan mencari literatur dan referensi dari buku-buku bacaan yang mengandung teori, keterangan atau laporan yang berhubungan dengan penelitian ini (Singarimbun dan Effendi 1989:147).


(45)

G. Tehnik Pengolahan Data

1. Tahap Editing

Pada tahap ini data yang dapat diperiksa kembali apakah ada kesalahan dalam melakukan pengisian yang tidak lengkap atau tidak jelas. Dalam tahap ini penulis melakukan pengecekan terhadap kuesioner yang telah diisi oleh para responden untuk menyeleksi apakah kuesioner tersebut diisi dengan benar atau tidak oleh responden secara asal-asalan, sehingga kuesioner yang tidak sesuai tersebut tidak digunakan dalam hasil penelitian.

2. Tahap Koding

Tahap mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden menurut jenis pertanyaan kuesioner dengan memberikan kode tertentu pada setiap jawaban. Setelah penulis melakukan pengecekan terhadap kuesioner kemudian penulis memberikan kode buat masing-masing pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut.

3. Tahap Tabulating

Pada tahap ini hasil kuesioner dimasukkan ke dalam table dan kemudian di interpretasikan. Dalam tahap ini setelah kuesioner selesai diberi kode maka kuesioner tersebut disajikan di dalam bentuk tabel dengan menggunakan kode-kode yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian isi dari tabel tersebut diinterpretasikan atau dijelaskan dalam bentuk kalimat agar lebih mudah untuk dipahami oleh para pembaca.


(46)

4. Tahap Interpretasi

Tahap ini dari penelitian yang berupa data yang diinterpretasikan agar lebih mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam tahap ini, setelah data-data tersebut selesai dijadikan tabel dan dihitung kemudian penulis menginterpretasikan hasil tabel dan perhitungan tersebut dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

H. Penentuan Skor dan kategori

Aspek-aspek yang dievaluasi dalam kuesioner akan dibuat pertanyaan-pertanyaan untuk masing-masing variabel X dan Y dengan tiga alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan akan diberikan penilaian atau skor yaitu sebagai berikut:

1. untu jawaban yang diharapkan yaitu A diberikan skor 4

2. untuk jawaban yang diharapkan yaitu B diberikan skor 3

3. untuk jawaban yang diharapkan yaitu C diberikan skor 2

4. untuk jawaban yang diharapkan yaitu D diberikan skor 1

Selanjutnya untuk mengkategorikan jawaban responden pada setiap variabel penelitian digunakan rumus interval sebagai berikut:

NT - NR

I =


(47)

Keterangan:

I = Interval

NT = Nilai tertinggi

NR = Nilai terendah

K = Kategori jawaban

(Sutisno Hadi, 1990 :112)

I. Tehnik Analisa Data

Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa data kuantitatif. Analisakuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur secara langsung atau lebih tepatnya dapat dihitung. Setelah diadakan pengolahan data, maka analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan tabel silang. Untuk meguji hipotesis dalam penelitian ini, analisisdengan menggunakan metode statistik adapun teknik statistic yang digunakan untuk analisa data adalah sebagai berikut:

1. Analisis Koefesien Determinasi (R2)

Koefesien determinasi ini mencerminkan seberapa besar variasi dan untuk mrngrtahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Langkah perhitungannya sebagai berikut:


(48)

Keterangan:

Kd = koefesien determinasi yang digunakan untuk mengukur besarnya konstribusi variabel x terhadap variabel y

r = koefesien korelasi

2. Analisis Korelasi (R)

Korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment dari persons yang dilakukan dengan program SPSS of windows. Adapun tujuan yang digunakan program tersebut adalah dengan harapan bahwa dalam penggunaan program ini tingkat kesalahan akan semakin kecil. Rumus product moment sebagai berikut:

�= �Σ − Σ .Σ

�Σ 2−(Σ )2][(�Σ 2− Σ 2]

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

X = Skor yang diperoleh dari variabel bebas

Y = Skor yang diperoleh dari variabel terkait

XY = jumlah X dikali Y

N = jumlah subyek atau responden (sampel)

Apabila nilai r telah ditentukan, kemudian kita melihat tabel korelasi untuk mengetahui apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak dengan taraf signifikansi

95%. Apabila r hitung ≥ r tabel, maka nilai r yang diperoleh signifikan apabila


(49)

Untuk mengetahui bagaimana nilai korelasi Product Moment tersebut kita dapat melihat kriteria korelasi yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1983 :116) sebagai berikut:

0,81-1,00 : korelasi sempurna (sangat tinggi)

0,61-0,80 : korelasi kuat (tinggi)

0,41-0,60 : korelasi sedang

0,21-0,40 : korelasi rendah

0,00-0,20 : korelasi sangat rendah

J. Pengujian Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji hubungan kedua variabel, maka diuji dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

1. Uji Statistik F (Uji Simultan)

Uji F merupakan uji model secara keseluruhan (simultan) atau dengan kata lain pengujian secara serentak atau bersama-sama, ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama, pengujian ini menggunakan distribusi F yaitu membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. Oleh sebab itu Uji F ini lebih relevan dilakukan pada regresi berganda. Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau dengan kata lain model diterima. Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima atau variabel bebas (independen) secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (dependen), dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat


(50)

(dependen) tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (independen), dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5 %.

2. Uji Statistik t (Uji Parsial)

� =� � −2 1− �2

Keterangan:

t = statistic t

r = koefisien korelasi

n = banyaknya sampel

n-2 = derajat bebas

pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel pada taraf signifikan 95%, ketentuan yang dipakai dalam perbandingan ini adalah sebagai berikut:

jika nilai t-hitung > t-tabel dengan taraf signifikan 95%, maka koefisien korelasinya signifikan yang berarti hipotesisnya diterima.

Jika nilai t-hitung < t-tabel dengan taraf signifikan 95%, maka koefisien korelasinya tidak signifikan yang berarti hipotesisnya ditolak.


(51)

K. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas instrument penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan atau kevalidan kuesioner penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah perhitungan per item pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi Product moment diperoleh (r-hitung) maka angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r (r-tabel).

Jika nilai hitung product moment lebih kecil atau di bawah angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut tidak valid. Sebaliknya jika nilai hitung product moment lebih besar atau diatas angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut valid (Singarimbun dan Efendi, 1989:137).

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument sudah baik. Instrument yang sudah baik tidak bersifat tendensus mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila data yang terkumpul memang benar atau sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (instrument). Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikuntoro, 1998:154).


(52)

Untuk mencari realibilitas keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien Alfa (Croncbach). Instrument penelitian dikatakan memenuhi syarat jika koefisien alfa . r-tabel, lalu diinterpretasikan pada tabel interpretasi nilai r.

Rumus koefisien Alfa (Croncbach) yang digunakan adalah:

� = �

� −1 − 1− Σ��2

��2

α = Nilai reabilitas

k = Jumlah item pertanyaan

��2 = Nilai Varians masing-masing item


(53)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Jurusan Sosiologi FISIP Unila

Lampung terdiri dari beraneka macam suku dan budaya. Keanekaragaman suku dan budaya di daerah Lampung merupakan modal dasar dan potensial bagi pembangunan apabila dikelola secara tepat, baik dan benar Masyarakat dapat diarahkan untuk berubah dan mengembangkan tingkat kehidupannya secara progresif. Oleh karena itu, diperlukan sistem pendidikan yang multi-disiplin guna memenuhi tuntutan pembangunan dan perkembangan IPTEK. Hal inilah yang mendasari Unila dan Pemda Tingkat I Lampung bersepakat untuk mengarahkan pengembangan PT dengan jalan membuka jurusan dan program studi yang relevan bagi pembangunan daerah.

Dalam Rancangan Pola Dasar Pembangunan Daerah Tingkat I Lampung, pada sektor pendidikan telah ditetapkan Unila akan dikembangkan menjadi 9 fakultas. Sosiologi merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila, yang pada awalnya masih berupa program studi di bawah koordinasi Persiapan Fisip pada tahun 1983.

Program Studi Sosiologi sebagai Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mulai melaksanakan kegiatannya setelah keluar Surat Keputusan Rektor Universitas Lampung No. 90/KPTS/R/983 tanggal 28 Desember 1983 tentang


(54)

Panitia Pendirian Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Selanjutnya pada tanggal 21 Agustus 1984 keluar Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud No. 103/DIKTI/Kep/1984 tentang Jenis dan Jumlah Program Studi pada setiap jurusan di lingkungan Universitas Lampung. SK Dirjen Dikti inilah yang mengukuhkan keberadaan Program Studi Sosiologi berada dalam lingkungan Fakultas Hukum sebagai induk Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan menetapkan Drs. Abdulkadir, M.S sebagai Ketua Program Studi Sosilogi. Oleh karena itu mulai tahun akademik 1985/1986 Persiapan Fisip Unila menerima mahasiswa baru melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) dan jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru).

Pada tahun 1991/1992 diadakan pergantian personalia unsur pimpinan Persiapan FISIP dan penyempurnaan struktur organisasi yang juga merubah unsur pimpinan Ketua Program Studi Drs. A. Kantan Abdulah. Pada tahun 1995 Ketua Program Studi Sosiologi dijabat oleh Drs. Hodlan Pangihutan, M.Si.

Berdasarkan SK Mendikbud No. 0333/O/1195, tanggal 15 Nopember 1995, Tentang Pembukaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas Lampung, maka persiapan Fisip resmi menjadi Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Terbitnya SK Dirjen Dikti Depdikbud RI No. 37/DIKTI/Kep/1997, tanggal 27 Pebruari 1997, maka status Program Studi Sosiologi ditingkatkan menjadi Jurusan Sosiologi. Dengan status jurusan maka perubahan strukur pimpinan di Jurusan


(55)

Sosiologi adalah Drs. Hartoyo, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Sosiologi, Drs. Sindung Haryanto, M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Sosiologi dan Kepala Laboratorium Sosiologi dijabat oleh Drs. Benyamin, M.S.

Pada tahun 2001 Struktur manjemen Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut: Drs. Hartoyo, M.Si. (Ketua Jurusan Sosiologi) dan Drs. Suwarno, M.H (Sekretaris Jurusan Sosiologi). Sejak tahun 2004/2005 perubahan struktur manajemen di Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut: Drs. Ikram M.Si. (Ketua Jurusan Sosiologi) dan Drs. Benyamin, M.Si. (Sekretaris Jurusan Sosiologi). Dan sekarang manajemen di Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut: Drs. Susetyo, M.Si. (Ketua Jurusan Sosiologi) dan Dra. Anita Damayantie, M.H (Sekretaris Jurusan Sosiologi).

Pengembangan Jurusan Sosiologi yang terus-menerus dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas Jurusan Sosiologi. Hingga pada tahun 2000 Jurusan Sosiologi memperoleh Sertifikat dari BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI dengan kualifikasi Akreditasi B.

B. Visi, Misi dan Tujuan Jurusan Sosiologi Fisip Unila

1. Visi Jurusan Sosiologi Fisip Unila

“Pada tahun 2025 Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung menjadi jurusan unggulan dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berorientasi kepada pengembangan manajemen pemberdayaan masyarakat”.


(56)

2. Misi Jurusan Sosiologi Fisip Unila

a. Menyelenggarakan pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) yang bermutu tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan pemberdayaan masyarakat, sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi dan berketrampilan khusus, serta mampu bersaing di tingkat lokal maupun nasional;

b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi sosial melalui penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang berorientasi pada pengembangan manajemen pemberdayaan masyarakat;

c. Menciptakan iklim akademik yang kondusif untuk mendorong sivitas akademika dalam meningkatkan kinerja secara berkesinambungan;

d. Mengembangkan jaringan kerjasama (kemitraan) di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada pengembangan manajemen pemberdayaan masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional;

e. Mengembangkan manajemen kelembagaan jurusan yang profesional dan bertanggung jawab.

3. Tujuan Jurusan Sosiologi Fisip unila

a. Menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam hal: penguasaan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan teori-teori sosial; mampu menganalisis masalah-masalah sosial yang timbul pada masyarakat yang mengalami proses perubahan sosial ke arah kehidupan yang lebih maju, serta


(57)

mampu menetapkan alternatif pemecahannya; mampu mengembangkan teori, metode, model dan konsepsi-konsepsi sosial yang ilmiah dalam rangka peningkatan keahlian dan ketrampilan.

b. Menghasilkan temuan atau inovasi model-model pemberdayaan masyarakat berdasarkan disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi sosial melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

c. Mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menunjang pelaksanaan otonomi daerah guna menuju terciptanya masyarakat madani.

d. Mengembangkan manajemen pemberdayaan masyarakat melalui penguatan basis data dan fungsi konsultasi pembangunan komunitas, khususnya pada masyarakat perdesaan.

C. Sasaran Pengembangan Jurusan Sosiologi

1. Terselenggaranya proses pembelajaran yang bermutu tinggi dengan menggunakan prinsip-prinsip andragogi dengan sistem menejemen yang efektif dan profesional; inovasi ipteks sosial, publikasi/didesiminasi, dan aplikasi di masyarakat;

2. SDM berkualitas dan mandiri;

3. Terwujudnya iklim akademik yang kondusif, dinamis dan demokratis bagi pengembangan jurusan;


(58)

4. Terbentuknya jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kinerja jurusan.

D. Fasilitas Jurusan Sosiologi Fisip Unila

Sebagian besar ruang kuliah telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana proses pembelajaran yang relative memadai, seperti wireless, white board, dan OHP. Bahkan mulai semester genap tahun akademik 2005/2006 ini, Jurusan Sosiologi telah memiliki sebuah ruang kuliah bermutu yang nyaman ( ber-AC) dengan ukuran yang relatif memadai (tidak terlalu besar) dan dilengkapi berbagai alat pembelajaran, antara lain : papan tulis, OHP, Slide Projector, LCD, dan seperangkat komputer. Dengan dimilikinya ruang kuliah bermutu tersebut diharapkan suasana proses pembelajaran menjadi lebih baik, dosen dapat mengembangkan berbagai model-model pembelajaran dan mahasiswa nyaman dalam terlibat dalam pembelajaran, sehingga mendukung pencapaian kompetansi mata kuliah.

Jurusan Sosiologi telah memiliki ruangan sendiri (ruang jurusan) sebagai pusat operasional dan pengendalian kegiatan akademik dan administrasi. Selain itu, Jurusan Sosiologi juga memiliki beberapa ruang kerja dosen. Luas rata-rata ruangan adalah 20 m². Setiap ruangan rata-rata untuk tiga sampai empat dosen. Setiap ruang kerja dosen dilengkapi dengan seperangkat komputer yang telah dilengkapi fasilitas internet. Penyediaan komputer ini tak hanya bermanfaat untuk upaya pengembangan diri dosen, namun juga untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas dosen, terutama dalam kaitannya penggunaan fasilitas SIAKAD-On line.


(59)

Fasilitas lain yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi adalah laboratorium. Terdapat dua laboratorium yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi, yakni Laboratorium Sosial dan Laboratorium Komputer Sosiologi. Kedua laboratorium tersebut telah memiliki ruang tetap. Aktivitas utama yang dilakukan oleh Laboratorium Sosial adalah koordinasi pelaksanaan PKL untuk mahasiswa Jurusan Sosiologi. Untuk peningkatan peran Laboratorium Sosial ini, Jurusan Sosiologi melakukan lokakarya untuk penyusunan Program Kerja Laboratorium Sosial pada bula Oktober 2004. Sementara itu, laboratorium komputer Sosiologi telah dipersiapkan pengoperasionalannya. Fasilitas laboratorium komputer telah dilengkapi dengan jaringan LAN dan Internet. Selama ini, labotorium komputer telah dimanfaatkan untuk pelayanan proses pembelajaran mata kuliah-mata kuliah yang memerlukan sarana komputer, seperti mata kuliah Metode Penelitian Survei, Aplikasi Komputer, dan Statistik. Disamping itu, juga telah dimanfaatkan untuk pelatihan-pelatihan pengembangan diri dosen dan mahasiswa, misalnya: Pelatihan Pengolahan Data Penelitian dan Pelatihan Pembuatan Sarana Publikasi Ilmiah. Penambahan fasilitas komputer untuk Jurusan Sosiologi juga diupayakan. Dalam tahun anggaran 2004 Jurusan Sosiologi telah memenangkan Block Grant Bersaing SP4 2004 yang dalam programnya juga direncanakan penambahan fasilitas komputer dengan kualifikasi tinggi dan kuantitas yang memadai untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan. Kedepan, laboratorium komputer Sosiologi ini diharapkan untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh civitas akademika untuk keperluan akademik, administrasi, dan penelitian.

Perpustakaan yang dapat dipergunakan oleh civitas akademika maupun mahasiswa jurusan Sosiologi tersedia dan dikelola oleh universitas. Di tingkat


(60)

fakultas juga telah tersedia ruang baca yang menyediakan pula buku-buku dan karya ilmiah yang dapat dipergunakan oleh civitas akademika Jurusan Sosiologi, berupa koleksi buku-buku teks Indonesia maupun asing dan beberapa jurnal ilmiah.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

A. I., Yulisanti. 2000. Status Sosial Ekonomi dan Perilaku Konsumtif Kelas Menengah Baru. Yogyakarta: APMD.

Boediono. 1996. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE.

EB, Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Evers, Hans-Dieter. 1998. Teori Masyarakat: Proses Peradaban Dalam Sistem Dunia Modern. Jakarta : Yayasan Obor lndonesia.

Ihsan, Faud. 2003. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Kadariyah. 1981. Analisa Pendapatan Nasional. Jakarta: Bina Aksara. Lury Celia. 1998. Budaya Konsumen. Jakarta : Yayasan Obor lndonesia.

Mankiw, N Greegory. 2000. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat. Myers, D. 1983. Social Psychology. NewYork: Mc. Graw Hill.

Pass, Christpher dan Bryan Lowes. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Polak, M. 1971. Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: Balai Pustaka Ikhtiar.

Santrock, J. W. 2003. Adolecense (Perkembangan Remaja). Terjemahan Soedjrwo. Jakarta: Erlangga.

---. 2007. Perkembangan Anak. Terjemahan Child Development. Jakarta: Erlangga.


(62)

Sastropraja, 1991. Kamus Istilah Pendidikan Umum. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya: Indonesia.

SD, Gunarsa dan Gunarsa Y. 2003. Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Singarimbun, Masri dan Sofian, Efendi. 1987. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES.

Singarimbun, Masri. 1985. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soemardjono. 1997. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Kanisius.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Sumardi, Mulyanto dan Hans Dieter-evers. 1982. Kemiskinan dan kebutuhan

pokok. Jakarta: Rajawali.

UU RI No. 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu. Vembriarto. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Sumber Lain:

http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/)

wikipedia.com

http://syadiashare.com. tanggal 29 agusutus 2013.

Unila. 2013. Siakad Unila. Diakses https://siakad.unila.ac.id. tanggal 29 agustus 2013.


(1)

mampu menetapkan alternatif pemecahannya; mampu mengembangkan teori, metode, model dan konsepsi-konsepsi sosial yang ilmiah dalam rangka peningkatan keahlian dan ketrampilan.

b. Menghasilkan temuan atau inovasi model-model pemberdayaan masyarakat berdasarkan disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi sosial melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

c. Mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menunjang pelaksanaan otonomi daerah guna menuju terciptanya masyarakat madani.

d. Mengembangkan manajemen pemberdayaan masyarakat melalui penguatan basis data dan fungsi konsultasi pembangunan komunitas, khususnya pada masyarakat perdesaan.

C. Sasaran Pengembangan Jurusan Sosiologi

1. Terselenggaranya proses pembelajaran yang bermutu tinggi dengan menggunakan prinsip-prinsip andragogi dengan sistem menejemen yang efektif dan profesional; inovasi ipteks sosial, publikasi/didesiminasi, dan aplikasi di masyarakat;

2. SDM berkualitas dan mandiri;

3. Terwujudnya iklim akademik yang kondusif, dinamis dan demokratis bagi pengembangan jurusan;


(2)

46

4. Terbentuknya jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kinerja jurusan.

D. Fasilitas Jurusan Sosiologi Fisip Unila

Sebagian besar ruang kuliah telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana proses pembelajaran yang relative memadai, seperti wireless, white board, dan OHP. Bahkan mulai semester genap tahun akademik 2005/2006 ini, Jurusan Sosiologi telah memiliki sebuah ruang kuliah bermutu yang nyaman ( ber-AC) dengan ukuran yang relatif memadai (tidak terlalu besar) dan dilengkapi berbagai alat pembelajaran, antara lain : papan tulis, OHP, Slide Projector, LCD, dan seperangkat komputer. Dengan dimilikinya ruang kuliah bermutu tersebut diharapkan suasana proses pembelajaran menjadi lebih baik, dosen dapat mengembangkan berbagai model-model pembelajaran dan mahasiswa nyaman dalam terlibat dalam pembelajaran, sehingga mendukung pencapaian kompetansi mata kuliah.

Jurusan Sosiologi telah memiliki ruangan sendiri (ruang jurusan) sebagai pusat operasional dan pengendalian kegiatan akademik dan administrasi. Selain itu, Jurusan Sosiologi juga memiliki beberapa ruang kerja dosen. Luas rata-rata ruangan adalah 20 m². Setiap ruangan rata-rata untuk tiga sampai empat dosen. Setiap ruang kerja dosen dilengkapi dengan seperangkat komputer yang telah dilengkapi fasilitas internet. Penyediaan komputer ini tak hanya bermanfaat untuk upaya pengembangan diri dosen, namun juga untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas dosen, terutama dalam kaitannya penggunaan fasilitas SIAKAD-On line.


(3)

Fasilitas lain yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi adalah laboratorium. Terdapat dua laboratorium yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi, yakni Laboratorium Sosial dan Laboratorium Komputer Sosiologi. Kedua laboratorium tersebut telah memiliki ruang tetap. Aktivitas utama yang dilakukan oleh Laboratorium Sosial adalah koordinasi pelaksanaan PKL untuk mahasiswa Jurusan Sosiologi. Untuk peningkatan peran Laboratorium Sosial ini, Jurusan Sosiologi melakukan lokakarya untuk penyusunan Program Kerja Laboratorium Sosial pada bula Oktober 2004. Sementara itu, laboratorium komputer Sosiologi telah dipersiapkan pengoperasionalannya. Fasilitas laboratorium komputer telah dilengkapi dengan jaringan LAN dan Internet. Selama ini, labotorium komputer telah dimanfaatkan untuk pelayanan proses pembelajaran mata kuliah-mata kuliah yang memerlukan sarana komputer, seperti mata kuliah Metode Penelitian Survei, Aplikasi Komputer, dan Statistik. Disamping itu, juga telah dimanfaatkan untuk pelatihan-pelatihan pengembangan diri dosen dan mahasiswa, misalnya: Pelatihan Pengolahan Data Penelitian dan Pelatihan Pembuatan Sarana Publikasi Ilmiah. Penambahan fasilitas komputer untuk Jurusan Sosiologi juga diupayakan. Dalam tahun anggaran 2004 Jurusan Sosiologi telah memenangkan Block Grant Bersaing SP4 2004 yang dalam programnya juga direncanakan penambahan fasilitas komputer dengan kualifikasi tinggi dan kuantitas yang memadai untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan. Kedepan, laboratorium komputer Sosiologi ini diharapkan untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh civitas akademika untuk keperluan akademik, administrasi, dan penelitian.

Perpustakaan yang dapat dipergunakan oleh civitas akademika maupun mahasiswa jurusan Sosiologi tersedia dan dikelola oleh universitas. Di tingkat


(4)

48

fakultas juga telah tersedia ruang baca yang menyediakan pula buku-buku dan karya ilmiah yang dapat dipergunakan oleh civitas akademika Jurusan Sosiologi, berupa koleksi buku-buku teks Indonesia maupun asing dan beberapa jurnal ilmiah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. I., Yulisanti. 2000. Status Sosial Ekonomi dan Perilaku Konsumtif Kelas Menengah Baru. Yogyakarta: APMD.

Boediono. 1996. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE.

EB, Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Evers, Hans-Dieter. 1998. Teori Masyarakat: Proses Peradaban Dalam Sistem Dunia Modern. Jakarta : Yayasan Obor lndonesia.

Ihsan, Faud. 2003. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Kadariyah. 1981. Analisa Pendapatan Nasional. Jakarta: Bina Aksara. Lury Celia. 1998. Budaya Konsumen. Jakarta : Yayasan Obor lndonesia.

Mankiw, N Greegory. 2000. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat. Myers, D. 1983. Social Psychology. NewYork: Mc. Graw Hill.

Pass, Christpher dan Bryan Lowes. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Polak, M. 1971. Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: Balai Pustaka Ikhtiar.

Santrock, J. W. 2003. Adolecense (Perkembangan Remaja). Terjemahan Soedjrwo. Jakarta: Erlangga.

---. 2007. Perkembangan Anak. Terjemahan Child Development. Jakarta: Erlangga.


(6)

Samuelson, Paul A., William D. Nordhaus. 1996. Makro Ekonomi. Jakarta: erlangga.

Sastropraja, 1991. Kamus Istilah Pendidikan Umum. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya: Indonesia.

SD, Gunarsa dan Gunarsa Y. 2003. Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Singarimbun, Masri dan Sofian, Efendi. 1987. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES.

Singarimbun, Masri. 1985. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soemardjono. 1997. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Kanisius.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Sumardi, Mulyanto dan Hans Dieter-evers. 1982. Kemiskinan dan kebutuhan

pokok. Jakarta: Rajawali.

UU RI No. 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu. Vembriarto. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Sumber Lain:

http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/)

wikipedia.com

http://syadiashare.com. tanggal 29 agusutus 2013.

Unila. 2013. Siakad Unila. Diakses https://siakad.unila.ac.id. tanggal 29 agustus 2013.