Metode Pemberdayaan Korban Tsunami dan Perang Sampit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Saat ini di Pondok Pesantren Yatim Indonesia ada sekitar 65 ekor kambing yang harus dirawat para santri untuk menumbuhkan karakter kewirausahaan mereka. Awalnya pada tahun 2011 kambing tersebut berjumlah 30 ekor. Tetapi lambat laun jumlah kambing semakin meningkat karena banyak kambing-kambing yang beranak, sehingga ada sebagian kambing yang dijual dan dibelikan dengan seekor sapi. Di dalam kandang milik Pondok Pesantren Yatim Indonesia yang terletak di sebelah kanan musholla, terdapat 4 ekor sapi yang sudah terbeli. Rencananya juga sapi tersebut akan dikembangbiakkan seperti kambing-kambing tersebut. Manfaat dalam membudidayakan kambing ini adalah jika ada kebutuhan mendesak kambing tersebut dapat dijual, seperti untuk memenuhi kebutuhan santri yang meningkat KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah bisa memakai uang dari hasil penjualan kambing tersebut. Selain itu pada acara-acara penting, kambing tersebut juga dapat disembelih, mereka tidak perlu lagi membeli daging kambing atau sapi di pasar maupun diluar sana. 2. Memberi Pelatihan Mengelola Pupuk Dalam mengelola kotoran kambing di halaman pondok, Pondok Pesantren Yatim Indonesia mempunyai cara tersendiri untuk mengelolanya. Dari pada tidak terpakai dan terbuang sia-sia kotoran kambing tersebut dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk. Pupuk organik kotoran kambing dari hasil peternakan kambing sering digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menghasilkan limbah yang bila penanganannya kurang benar bisa mencemari lingkungan. Pada umunya limbah yang dihasilkan dari peternakan kambing adalah kotoran kambing dan sisa makanan kambing. Oleh karena itu limbah tersebut masih bisa dimanfaatkan KH. Abdul Kholiq, yaitu salah satunya dengan mengolahnya menjadi pupuk organik. Beliau mengajak para santrinya untuk ikut belajar dan terjun langsung membuat pupuk dari kotoran kambing tersebut. 26 Selain untuk menjaga kebersihan pondok dari kotoran-kotoran kambing, dari hasil pembuatan pupuk tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanaman. 27 Karakteristik pupuk organik kotoran kambing berbentuk butiran-butiran kecil, tingkat kadar air yang rendah merupakan faktor yang penting dalam hal mudah dalam pengelolahan dan kualitas pupuk lebih baik dibanding dengan ternak yang lain, seperti sapi maupun kerbau. Bahan-bahan yang diperlukan KH. Abdul Kholiq dalam pembuatan pupuk organik kotoran kambing antara lain cukup dari kotoran kambing tersebut dicampur dengan kotoran ayam, abu sisa pembakaran, pupuk urea dan air secukupnya, kemudian semua itu digiling menjadi satu. Dari hasil pembuatan pupuk, pupuk-pupuk tersebut biasanya dimanfaatkan KH. Abdul Kholiq untuk menyuburkan tanaman di sekitar area pondok dan kesuburan padi-padi di sawah. Banyak para 26 Mahfud Wahyudi, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 Maret 2016. 27 Abdul Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id donatur juga yang biasanya meminta pupuk tersebut untuk dibawah pulang. 28 KH. Abdul Kholiq tidak mempunyai keinginan untuk menjual pupuk tersebut karena beliau juga masih belajar dan ingin memanfaatkannya untuk kebutuhan sendiri. Bagi orang-orang yang ingin meminta pupuk tersebut, KH. Abdul Kholiq akan memberikannya secara gratis sesuai kebutuhan mereka. 3. Memberi Pelatihan Berbudidaya Ikan Masyarakat di Desa Metatu adalah mayoritas penduduknya gemar berbudidaya ikan, tidak heran karena di Desa Metatu mempunyai banyak tambak-tambak kolam yang membentang luas. Mereka lebih suka berbudidaya ikan karena sebenarnya dalam untung dan hasilnya lebih besar berbudidaya ikan dari pada padi dan lainnya. Kalau musim hujan biasanya lahan-lahan tersebut dijadikan tambak kolam untuk diisi ikan. Sedangkan kalau musim kemarau tiba, tambak-tambak tersebut dialihfungsikan untuk ditanami padi, jagung, kacang-kacangan dan lain-lain. Di dalam area Pondok Pesantren Yatim Indonesia juga memiliki kolam ikan tambak yang cukup luas dengan warna air yang cukup hijau. Kolam tersebut berisi ikan mujair, sombro ikan mas, udang dan bandeng. 29 Tiga bulan sekali KH. Abdul Kholiq beserta para santri mengambil menjala ikan tersebut untuk dijual. Para santri juga biasanya sering memancing ikan di tambak tersebut untuk 28 Latifah Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 Maret 2016. 29 Ali Mashudi, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dimasak. Umpan yang biasanya digunakan untuk memancing agar mendapatkan ikan dan ikan cepat mau makan adalah dengan menggunakan capung atau cacing. Cara yang dilakukan KH. Abdul Kholiq dan para santrinya, agar ikan cepat besar cukup dengan mensiasatinya memberi jerami padi, karena ikan-ikan tersebut seperti mujaer dan bandeng biasanya sudah makan ganggang dan lumut-lumut di area permukaan tambak. Maka dari itu, air di tambak hijau karena banyak ditumbuhi lumut- lumut dan ganggang sehingga air kelihatan berwarna hijau. Banyak para santri yang biasanya lebih suka menikmati duduk-duduk santai di dekat kolam tersebut sambil menunggu tibanya adzan ashar, tidak heran karena area di dekat kolam tambak sangat sejuk dengan dikelilingi pohon-pohon yang rindang. 30 4. Memberi Pelatihan Bercocok Tanam Penduduk Desa Metatu sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai petani. Sebagaimana di Pondok Pesantren Yatim Indonesia selain mempunyai tambak, juga mempunyai sawah yang cukup luas di belakang asrama. Maka dari itu, para santri juga diajarkan untuk bercocok tanam. Hal ini KH. Abdul Kholiq lakukan untuk mendidik anak-anak asuhnya terutama anak korban tsunami dan perang sampit agar mereka mempunyai sikap mandiri dan pekerja 30 Hasil observasi langsung, tanggal 15 Maret 2016 pukul 16.00 WIB. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id keras, selain itu untuk menggalih potensi dan jiwa kewirausahaan mereka. Hj. Latifah juga mengungkapkan, bahwa: “Dengan diajarkan bercocok tanam, para santri akan tau bagaimana proses asal mulanya nasi yang mereka makan sehari- hari tersebut berasal dari padi gabah”. 31 KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah tidak hanya diam di tempat dan hanya asal merintah saja, beliau juga ikut terjun langsung untuk mengajarkan para santrinya bagaimana tata cara menanam tandur dan mengambil ngarit padi yang benar. Semangat mereka pun sangat tinggi, dengan membawa sebuah sabit untuk mengambil padi ngarit, mereka langsung terjun ke sawah tidak peduli panas bahkan sampai harus kotor-kotoran terkena lumpur. 32 Setiap enam bulan sekali biasanya padi tersebut sudah dapat dipanen. Padi tersebut biasanya dijual dan digiling ke tempat penggilingan padi selep terdekat, seperti di wilayah Metatu sendiri. Tetapi kalau panen bertepatan dengan musim hujan, padi tersebut cenderung dibeli dengan harga lumayan murah karena kalau musim hujan padi gabah akan basah, hal itu sangat menyulitkan pengusaha penggilingan padi untuk mengeringkannya sebelum dijual ulang, karena kalau tidak cepat dikeringkan padi tersebut akan membusuk dan tidak dapat dikonsumsi. Berbeda lagi kalau musim panas harga penjualannya sangat tinggi. 31 Latifah Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 Maret 2016. 32 Hasil observasi langsung, tanggal 15 Maret 2016 pukul 16.00 WIB. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV PERKEMBANGAN KORBAN TSUNAMI ACEH DAN PERANG SAMPIT

DI PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA A. Pondok sebagai Sarana Perubahan Mental Korban Tsunami dan Perang Sampit Perubahan Pola Pikir, Pola Sikap dan Prilaku Orang tua, keluarga dan lingkungan sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Dalam berpikir, bersikap dan berprilaku anak biasanya cenderung meniru gaya dari orang tua, keluarga dan lingkungannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hj. Latifah: “Kalau yang diajarkan orang tuanya baik, Insya Allah mereka juga pasti akan meniru sikap dan sifat yang baik seperti yang dicontohkan oleh orang tuanya, karena lingkungan keluarga memiliki andil besar dalam perkembangan psikologi anak”. 1 Dalam Pondok Pesantren Yatim Indonesia, untuk membentuk pola pikir, pola sikap dan prilaku anak-anak asuhnya, KH. Abdul Kholiq selalu menerapkan dan mengajarkan sesuatu atau hal-hal yang bersifat positif. Islam dengan prinsip-prinsipnya yang universal dan dengan peraturan- peraturannya yang abadi, mendorong para orang tua, ibu bapak, untuk selalu mengawasi dan mengontrol anak-anak mereka dalam setiap segi kehidupan. 2 Maka dari itu, disetiap harinya KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah selalu mengontrol dan mengawasi perkembangan para santri 1 Latifah Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 20 Maret 2016. 2 Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam: Kaidah-kaidah Dasar Bandung: Roesda Karya, 1992, 129. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id terutama dalam masalah pergaulan. KH. Abdul Kholiq dan istri juga selalu mencurahkan seluruh tenaga dan kasih sayangnya demi untuk kebahagiaan anak-anaknya termasuk anak asuhnya. Beliau tidak pernah membeda- bedakan dan membagi kasih sayangnya antara anak kandung dengan anak- anak asuhnya. Hal ini beliau lakukan semata-semata hanya untuk membentuk pola pikir, sikap dan prilaku para santri agar menjadi pribadi yang lebih baik dan bermoral. Beliau tidak ingin mereka menjadi anak- anak yang liar karena kekurangan kasih sayang. Seperti halnya para santri yang berasal dari luar pulau Jawa, mereka adalah kebanyakan anak-anak dari korban konflik yang kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Bahkan ada anak dari korban perang sampit bernama Jeri Maulana yang ditemukan hidup sebatang kara disebuah hutan yang berada di Kalimantan. Pada tahun 2002, Jeri baru tinggal di panti asuhan di Kecamatan Melayu, Barito Utara, Kalimantan Tengah. Dari lahir, dia sudah ditinggal orang tuanya dan tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua, sehingga wajar, pada saat pertama kali masuk di Pondok Pesantren Yatim Indonesia tahun 2013, dia cenderung bersikap liar dan sangat emosional. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hj. Rusmiati orang tua dari Hj. Latifah: “paling arek’e yo durung terbiasa ambek budaya’e wong kene” “mungkin anaknya ya belum terbiasa dengan budaya orang sini orang Jawa”. 3 3 Solikha Dirin, Wawancara, Metatu, Gresik, 20 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Pada waktu itu, Jeri juga sempat ditanya oleh wartawan dari Jawa Pos yang berkunjung di pondok, bahwa cita-cita Jeri adalah ingin menjadi penjahat. KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah merasa kaget sekaligus tidak menyangka dengan jawaban Jeri tersebut. Selain itu, banyak pula santri- santri dari luar pulau Jawa lainnya yang seperti Jeri. Seperti yang dari Nusa Tenggara Timur, Papua, Kalimantan bahkan Aceh. Mereka semua awalnya juga seperti Jeri. Sekitar tiga bulan di Pondok Pesantren Yatim Indonesia, Jeri lambat laun mulai berubah. Dia mulai akrab dengan teman- temannya, berbagai kegiatan pondok juga diikutinya dengan tertib. 4 Terkait dengan hal tersebut, Hj. Latifah menyatakan bahwa: “Dibutuhkan kesabaran untuk membinanya. Intinya, dia hanya butuh perhatian lebih”. 5 Perubahan pun bukan terjadi pada Jeri saja, melainkan pada santri- santri yang lainnya. Semua itu berkat didikan dan kasih sayang dari KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah. Mereka yang dulunya cenderung keras dan kasar, sekarang lebih lemah lembut dan mau mematuhi nasihat dari KH. Abdul Kholiq selaku orang tua asuh mereka. Bahkan waktu dulu, pada awal pertama kali masuk Pondok Pesantren Yatim Indonesia kebanyakan para santri yang berasal dari luar pulau Jawa sering membuat ulah di pondok maupun diluar pondok seperti di sekolah dan masyarakat di Desa Metatu atau sekitar. 4 Umar Wirahadi, “Pernah Ingin Jadi Penjahat Sekarang Pilih Pilot”, Jawa Pos 17 Februari 2015, 36. 5 Latifah Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 20 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bentuk perubahan positif mereka antara lain, seperti: 1 Pada awal pertama kali masuk Pondok Pesantren Yatim Indonesia banyak santri yang tidak mau ikut melakukan kegiatan harian pondok, seperti mengaji, sholat berjama’ah lima waktu bahkan membaca kitab. Sebelum masuk Pondok Pesantren Yatim Indonesia, mereka juga kebanyakan tidak bisa membaca Al-Qur’an. Tetapi, setelah tinggal lama di pondok, mereka jadi mulai bisa mengaji bahkan mematuhi aturan-aturan dari pondok. 2 Banyak sebagian dari mereka, terutama santri dari luar pulau Jawa, sering kali mengambil hak milik orang lain seperti, mengambil ikan di tambak dan tanaman milik warga seperti pohon mangga. Mereka mengira, bahwa ikan-ikan dan pohon mangga tersebut milik umum yang bisa mereka ambil dengan sesuka hati seperti pada waktu mereka hidup di hutan dulu. Tetapi, dalam waktu beberapa bulan mereka tinggal di Pondok Pesantren Yatim Indonesia, mereka sudah tidak lagi melakukan kebiasaan buruk tersebut. Lambat laun mereka dapat membedakan mana barang milik umum atau bukan. 3 Kebanyakan santri yang baru masuk di Pondok Pesantren Yatim Indonesia, sewaktu habis pulang dari sekolah, mereka tidak langsung pulang, bahkan ada juga santri yang tidak pulang sampai berhari-hari. Kegiatan mereka di luar sana adalah bermain game. Mereka memanfaatkan game dengan membuat ajang taruhan bersama teman- temannya, siapa yang menang akan mendapatkan uang dan yang kalah digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id akan dimintai uang dari sang pemenang tersebut. Mereka baru akan pulang ke pondok, setelah uangnya habis. Selain itu, mereka juga sering membantah bapak dan ibu gurunya di sekolah, berantem dengan teman, tidak mau mengerjakan tugas dari sekolah dan sering absen. Padahal, setiap pagi mereka selalu berpamitan ke KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah untuk berangkat ke sekolah, tetapi kata gurunya, mereka tidak pernah masuk sekolah. KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah lama-lama menjadi curiga terhadap prilaku mereka, karena beliau sering mendapatkan kabar dan teguran yang kurang enak oleh warga sekitar tentang ulah mereka para santri. 6 Hj. Latifah juga sering mendapatkan panggilan dari sekolah- sekolah di Metatu seperti MTsN dan MAN, karena tingkah laku mereka yang melebihi batas. Akibat ulah mereka, Hj. Latifah sering keluar masuk mendapatkan panggilan dari sekolah. Bahkan, sempat juga ada yang mau dikeluarkan dari sekolah karena buku poin mereka sudah penuh. Tetapi, kepala sekolah memberi kesempatan lagi untuk mereka, selain itu dari pihak sekolah juga merasa iba dan kasihan serta dapat memahami kondisi Hj. Latifah yang menjadi ibu tunggal dengan merawat anak-anak yang begitu banyak. KH. Abdul Kholiq dengan tegas memberi hukuman kepada mereka para santri, karena beliau merasa tidak enak kepada pihak sekolah dan 6 Ibid.