SEJARAH BERDIRI DAN BERKEMBANGNYA PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA SEBAGAI PENAMPUNG KORBAN TSUNAMI DAN PERANG SAMPIT DI DESA METATU KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK TAHUN 2005-2015.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Oleh:

Fenny Fitria Indahsari

NIM: A0.22.12.003

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Penelitian skripsi ini berjudul “Sejarah Berdiri dan Berkembangnya

Pondok Pesantren Yatim Indonesia sebagai Penampung Korban Tsunami dan

Perang Sampit di Desa Metatu, Gresik (2005-

2015)”. Rumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu: 1) Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren

Yatim Indonesia?, 2) Bagaimana gambaran profil, program dan strategi serta

metode pemberdayaan yang digunakan di Pondok Pesantren Yatim Indonesia?, 3)

Bagaimana perkembangan korban tsunami dan perang sampit di Pondok

Pesantren Yatim Indonesia?, 4) Bagaimana dinamika respon masyarakat terhadap

Pondok Pesantren Yatim Indonesia?.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah karena termasuk studi historis,

untuk menganalisisnya, peneliti juga menggunakan pendekatan historis.

Sedangkan teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan teori

perubahan sosial yang dikembangkan oleh Maclver.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, 1) Pondok Pesantren Yatim

Indonesia berdiri pada tahun 2005. Awal berdirinya pondok ini, karena adanya

lima santri dari korban tsunami Aceh. Dalam perkembangannya, tahun 2006-2012

jumlah santri semakin meningkat. Baru pada tahun 2013 datang anak dari korban

perang sampit, tahun 2014-2015 juga masih banyak santri yang berdatangan. 2)

Profil PondokPesantren Yatim Indonesia yaitu membina dan menyantuni anak

yatim secara intensif dengan memberikan program pendidikan gratis bagi

anak-anak yatim dan terlantar. Strategi yang dilakukan pengasuh pondok dalam

mendidik para santrinya yaitu dengan membentuk generasi yatim tangguh, alim,

mandiri dan amanah. Dalam memberdayakan para santrinya, pondok memberikan

pelatihan-pelatihan khusus,seperti berbudidaya kambing, mengelola pupuk dan

bercocok tanam. 3) Selama berada di Pondok Pesantren Yatim Indonesia para

santri dari korban tsunami dan perang sampit banyak mengalami perubahan

positif terhadap pola pikir, sikap dan prilaku mereka, seperti dulu yang susah

diatur, sekarang lebih sering mematuhi peraturan pondok. 4) Dinamika respon

masyarakat terhadap Pondok PesantrenYatim Indonesia bermacam-macam, tetapi

semua menunjukan respon yang positif, seperti tanggapan dari Bapak Kepala

Desa Metatu (Nurul Askin), bahwa dengan adanya Pondok Pesantren YAI secara

tidak langsung dapat memberi perubahan pertumbuhan ekonomi kepada

masyarakat.


(7)

ABSTRACT

This thesis research entitled “The

history and development of Indonesian

orphan boarding school as a container for tsunami victims and Sampit war in the

village of Metatu, Gresik (2005-

2015)”. The problem

of this study includes: 1)

What is lies behind the establishment of the Indonesian orphan boarding school,

2) How does the image of the profile, programs and strategies and methods of

empowerment used in Indonesian orphan boarding school, 3) How is the

development victims of the tsunami and Sampit war in Indonesian orphan

boarding school, 4) How does the dynamics of the public response to the

Indonesian orphan boarding school.

This study uses historical method for including historical study, to analyze

the researcher also used historical approach. While the theories used in writing

this essay uses the theory of social change developed by Maclver.

The result of this study concluded that, 1) Indonesian orphan boarding

school was established in 2005. Initial establishment of this cottage, because there

are five students from victims of the tsunami Aceh, but its development, in

2006-2012 the number of students is growing. New in 2013 the child come victim of

Sampit war, in the years 2014-2015still many students who came from both inside

and outside the island. 2) Indonesian orphan boarding school profile that foster

and sympathize orphans intensively by providing free education program for

orphans and abandoned.

The Stakeholder’s strategies to educate their stud

ents

that is forming atough, pious, independent and trustworthy generation of orphans.

In empowering his students, the lodge provides special training, such as cultured

goat, manage fertilizer and farming. 3) While in Indonesian orphan boarding

school the student from victims of the tsunami and Sampit war undergone many

positive changes in the mainset, attitudes and behaviors, as it once unruly, now

more often comply with regulations cottage.4) the dynamics of public response to

the Indonesian orphan boarding school assortment, but all showed a positive

response, as a response from Mr. Metatu village head (Nurul Askin), that with the

Indonesian orphan boarding school may indirectly provide a change of economic

growth to the community.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

TRANSLITERASI ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I:

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 10

C.

Tujuan Penelitian ... 10

D.

Kegunaan Penelitian ... 11

E.

Pendekatan dan Kerangka Teori ... 11

F.

Penelitian Terdahulu ... 15

G.

Metode Penelitian ... 16

H.

Sistematika Bahasan ... 21

BAB II:

SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN YATIM

INDONESIA DI DESA METATU KECAMATAN BENJENG

KABUPATEN GRESIK

A.

Deskripsi Geografis dan Demografis ... 23

1.

Letak Geografis Pondok Pesantren Yatim Indonesia ... 23


(9)

3.

Kondisi Keagamaan di Desa Metatu ... 31

B.

Geneologi Pendiri Pondok Pesantren Yatim Indonesia ... 33

1.

Biografi KH. Abdul Kholiq Hamid ... 33

2.

Kiprah KH. Abdul Kholiq Sebelum Menjadi Pengasuh Pondok

Pesantren Yatim Indonesia ... 37

C.

Kronologi Pendirian Pondok Pesantren Yatim Indonesia ... 40

1.

Faktor Keterlibatan Pendiri Pondok Pesantren Yatim Indonesia

Sebagai Relawan Korban Tsunami ... 40

2.

Proses Penyelamatan dan Pengasuhan Korban Ke Pondok

Pesantren Yatim Indonesia ... 41

3.

Pondok Pesantren Yatim Indonesia Sebagai Program Yayasan

Himmatun Ayat ... 43

BAB III: PROFIL PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA DAN

PROGRAMNYA BAGI KORBAN TSUNAMI ACEH DAN

PERANG SAMPIT

A.

Visi, Misi dan Strategi Pondok Pesantren Yatim Indonesia ... 51

B.

Program dan Kegiatan Pondok Pesantren Yatim Indonesia ... 53

1.

Pemberian Beasiswa Melalui Jaringan Kerjasama Dari Dalam

dan Luar Negeri (mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan

Tinggi ... 53

2.

Kegiatan Keagamaan ... 56

a.

Sholat Berjamaah Lima Waktu ... 56

b.

Membaca dan Menghafal Al-

Qur’an

... 58

c.

Belajar Kitab dan Tafsir Ayat-ayat Yatim ... 60

C.

Metode Pemberdayaan Korban Tsunami dan Perang Sampit ... 61

1.

Memberi Pelatihan Budidaya Kambing ... 62

2.

Memberi Pelatihan Mengelola Pupuk ... 65

3.

Memberi Pelatihan Budidaya Ikan ... 67


(10)

BAB IV: PERKEMBANGAN KORBAN TSUNAMI ACEH DAN PERANG

SAMPIT DI PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA DAN

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN

YATIM INDONESIA

A.

Pondok sebagai Sarana Perubahan Mental Korban Tsunami dan

Perang Sampit (Perubahan Pola Pikir, Sikap dan Prilaku ... 71

B.

Pondok Pesantren Yatim Indonesia Mendidik Kemandirian

Korban

Tsunami

dan

Perang

Sampit

(Tidak

Adanya

Ketergantungan) ... 77

C.

Dinamika Respon Masyarakat Terhadap Pondok Pesantren Yatim

Indonesia ... 80

a.

Respon Masyarakat di Sekitar Desa Metatu ... 80

b.

Respon Kepala Desa Metatu Terhadap Pondok Pesantren

Yatim Indonesia ... 82

c.

Respon Keluarga Santri Terhadap Pondok Pesantren Yatim

Indonesia ... 84

BAB V:

PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 87

B.

Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Anak adalah makhluk sosial, mereka membutuhkan orang lain

untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Dari interaksi sosialnya mereka

dapat memenuhi kebutuhan akan perhatian, kasih sayang dan cinta. Anak

tidak bisa lepas dari lingkungan sosialnya karena mereka belajar dan

berkembang dari dan didalamnya. Untuk itulah teman dan lingkungan

sosial yang mendukung menjadi penentu kematangan anak ke depannya.

Membina dan menyantuni anak yatim adalah tugas kita sebagai

seorang muslim, karena ditangan merekalah tergenggam masa depan

bangsa dan negara.

1

Islam memberikan tempat dan perhatian yang tinggi

kepada anak-anak, prinsipnya anak-anak didalam Islam adalah amanah

sekaligus karunia Tuhan yang Maha Esa yang diberikan Allah kepada

setiap manusia. Amanah tersebut harus kita jaga dan pelihara dengan baik,

karena didalam diri anak terdapat harkat, martabat dan hak untuk hidup

dengan layak. Anak juga sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita

perjuangan bangsa, agama dan keluarga.

Kondisi anak pada saat ini sangat menentukan masa depan bangsa

dimasa yang akan datang. Kebutuhan anak-anak baik kebutuhan fisik,

sosial maupun mental rohaniyah harus terpenuhi agar tumbuh menjadi

generasi yang berkualitas. Tetapi yang sering menjadi masalah utama di

1 Budi Hartoyo, “Menjadi Hero Sejati Berjuang Tanpa Perih”, Bilyatimi, (Edisi 175, November,


(12)

negara ini adalah banyaknya anak-anak terlantar, bahkan secara ekstrim

dinyatakan bahwa situasi krisis telah mengancam masa depan anak-anak,

karena sejak dini anak-anak terpaksa kehilangan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan yang layak, sehingga banyaknya anak-anak yang

sampai harus putus sekolah karena orang tua tidak mampu untuk

membiayai dan terpaksa mereka harus bekerja bahkan hidup dijalanan.

Anak-anak terpaksa kehilangan kesempatan untuk menikmati masa

tumbuh kembang secara wajar.

2

Di Indonesia jumlah anak-anak yatim dan terlantar semakin

bertambah. Hal ini bukan semata sebagai proses alamiah, seperti karena

ayah atau kedua orang tuanya meninggal dunia, sakit atau sebab

semacamnya, tetapi juga sebagai akibat dari ulah dan rekayasa manusia

sendiri yang telah menimbulkan penderitaan pada sejumlah anak-anak

yang kemudian menjadi yatim. Di dunia Islam banyak anak menjadi yatim

lantaran rekayasa, pembunuhan dan peperangan yang diciptakan penjajah

Barat, termasuk aksi brutal zionis Israel dan Amerika Serikat, seperti di

Palestina, Irak dan Afganistan.

Islam menaruh perhatian besar terhadap nasib anak-anak yatim

yang hidupnya terlantar tanpa mendapatkan kasih sayang dari orang tua.

3

Perhatiannya tidak hanya pada hal-hal yang menyangkut kebutuhan hidup

untuk di dunia ini semata, tetapi juga berhubungan dengan masa depan

kehidupan mereka di akhirat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka,

2 Abdul Chayyi Fanany, Pesantren Anak Jalanan (Surabaya: Alpha, 2008), 41. 3 Muhsin, Mari Mencintai Anak Yatim (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 23.


(13)

Allah telah memerintahkan hamba-hambanya untuk melakukan berbagai

aktivitas penyantunan terhadap anak-anak yatim. Allah SWT berfirman

tentang perlakuan seorang muslim terhadap anak-anak yatim, piatu,

maupun terlantar. Seorang muslim diperintahkan untuk menjaga dan

memelihara mereka, sebagaimana Allah terangkan dalam QS. Al-Ma’un

yang Artinya:

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah

orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi

makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,

(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat

riya’ dan enggan menolong dengan barang berguna”. (QS.

Al-Ma’un:1-7).

4

Mereka yang telah berjasa mengorbankan jiwa, raga dan materi

yang dimilikinya untuk menolong dan membantu anak-anak terlantar,

telah diberikan jaminan dan ganjaran oleh Allah, bahwa kelak akan

mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Permasalahan anak terlantar

merupakan permasalahan yang harus ditangani sampai ke akar-akarnya,

sebab jika permasalahan hanya ditangani di permukaan saja, maka setiap

saat permasalahan tersebut akan muncul kembali, serta menyebabkan

timbulnya permasalahan lain yang justru lebih kompleks, seperti

munculnya orang dewasa jalanan, kriminalitas, premanisasi, ekploitasi

tenaga, ekploitasi seksual serta prilaku-prilaku menyimpang lainnya.

5

4 al-Qur’an, 545 (al-Ma’un): 1-7.

5

Muhammad So’im, “Strategi Pemberdayaan Anak Terlantar: Upaya Pemberdayaan Kapasitas Penanganan Anak Terlantar di Yayasan Himmatun Ayat Kupang Panjaan Surabaya”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah, Surabaya, 2015), 2-3.


(14)

Setiap saat anak terlantar akan berhadapan dengan situasi yang

mengancam ketenangan, keselamatan dan harga diri sebagai manusia.

Mereka praktis tidak mendapatkan kesempatan untuk bisa tumbuh dan

berkembang secara sehat. Maka dari itu banyak usaha yang telah

dilakukan dalam menangani masalah sosial anak yatim dan anak terlantar,

baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Salah satunya adalah

dengan mendirikan lembaga perlindungan anak seperti pondok pesantren

yatim atau panti asuhan.

Suatu lembaga kesejahteraan sosial ini bertujuan untuk

menampung dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial kepada anak terlantar, memberikan pelayanan

pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh

kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan

kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari

generasi penerus cita-cita bangsa. Terutama dalam hal memberi pelayanan

pendidikan, agar anak-anak yatim dan anak-anak terlantar dapat

bersekolah.

Untuk menjawab masalah-masalah anak-anak yatim dan anak-anak

terlantar, Pondok Pesantren Yatim Indonesia (YAI) sangat tepat untuk

mengurangi atau meminimalisir jumlah anak yatim dan anak terlantar di

seluruh Indonesia. Pondok Pesantren Yatim Indonesia adalah salah satu

organisasi sosial Islam yang bertujuan membangun kepedulian masyarakat

kepada anak-anak yatim dan terlantar dalam meraih cita-cita menuju masa


(15)

depan yang lebih baik. Diberi nama Pondok Pesantren Yatim Indonesia,

karena para santrinya tidak hanya berasal dari pulau Jawa saja, melainkan

dari luar pulau seperti Aceh, Kalimantan, Papua dan Nusa Tenggara

Timur.

Pondok Pesantren Yatim Indonesia (YAI) ini dibawah naungan

Yayasan Himmatun Ayat yang berada di jalan Dukuh Kupang XX/ 40.

Himmatun Ayat adalah kependekan dari Himpunan Masyarakat Muslim

Penyantun Anak Yatim dan Terlantar. Berdiri pada tanggal 28 April 2000,

sedangkan Pondok Pesantren Yatim Indonesia sendiri berdiri pada Juli

2005, semenjak adanya kiriman lima anak dari korban tsunami Aceh.

Yayasan Himmatun Ayat memiliki banyak cabang-cabang di kota-kota

besar maupun di desa-desa seperti Pondok Pesantren Yatim Indonesia,

diantara berbagai banyak cabang dari Yayasan Himmatun Ayat, Pondok

Pesantren Yatim Indonesia adalah pondok yang pertama kali didirikan

oleh Yayasan Himmatun Ayat.

Pada awalnya, sebelum menjadi Pondok Pesantren Yatim

Indonesia, tempat yang sekarang dijadikan sebagai area pondok ini sempat

dijadikan tempat santunan untuk anak-anak yatim dan jama’ah pengajian

oleh masyarakat sekitar, tetapi setelah terjadinya tsunami yang mengoyak

wilayah pesisir Provinsi Aceh pada Minggu, 26 Desember 2004. Bencana

alam terbesar sepanjang abad ke-21 itu menewakan sekitar 126.741 warga

Aceh dan 93.285 orang hilang. Tragedi dahsyat itu mengetuk hati KH.

Abdul Kholiq Hamid selaku pendiri Pondok Pesantren Yatim Indonesia


(16)

sekaligus dewan pembina dari Yayasan Himmatun Ayat ini untuk ikut

berempati.

Setelah kejadian tersebut beliau memutuskan untuk berangkat ke

Aceh. Selama hampir setengah tahun beliau menghabiskan waktu menjadi

relawan di lokasi bencana tersebut. Hingga pada Juni 2005, beliau

mendatangi pejabat Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Aceh untuk meminta

izin agar diperbolehkan membawa pulang beberapa anak korban tsunami

ke Jawa, tetapi semua itu tidak mudah dan butuh proses yang panjang.

Sesampai di rumah, beliau ditelepon oleh pihak Dinas Sosial bahwa ada

anak Aceh yang ingin studi ke Jawa. Setelah didata, KH. Abdul Kholiq

diberi lima anak. Semuanya laki-laki, rata-rata usianya 10-15 tahun.

Mereka adalah segelintir anak korban tsunami yang kehilangan sanak

keluarga, termasuk orang tua.

Pada pertengahan 2005, KH. Abdul Kholiq dan istri (Hj. Latifah)

resmi pindah ke Gresik. Mereka tinggal di rumah orang tua Hj. Latifah di

Desa Metatu Kecamatan Benjeng. Waktu itu area pondok pesantren masih

dimanfaatkan sebagai tempat jama’ah pengajian dan santunan kepada

anak-anak yatim di sekitar yang dikelola almarhum H. Dirin, selaku

mertua dari KH. Abdul Kholiq. Melihat kesungguhan menantunya,

almarhum meminta KH. Abdul Kholiq mengelola area tersebut menjadi

sebuah pondok pesantren. Saat itulah, ayah tiga anak tersebut mendirikan

Pondok Pesantren Yatim Indonesia (YAI) yang berada di Desa Metatu

Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik.


(17)

Seiring berjalannya waktu, informasi keberadaan Pondok

Pesantren Yatim Indonesia dan kekhususannya semakin diketahui

khalayak.

6

Seiring itu pula, para santrinya semakin bertambah. Mereka

datang dari berbagai pulau termasuk Kalimantan, Papua dan Nusa

Tenggara Timur, khususnya berasal dari daerah-daerah konflik, seperti

perang antar etnis di Sampit pada awal 2001 membuat anak-anak tidak

berdosa kehilangan kasih sayang orang tuanya. Selain itu lokasi Pondok

Pesantren yang sangat strategis karena dekat dengan sarana pendidikan

(TK, SD, MI, MTsN dan MAN) dan sarana kesehatan (Puskesmas) serta

pasar Desa Metatu membuat Pondok Pesantren Yatim Indonesia mudah

untuk dijangkau.

Pondok Pesantren Yatim Indonesia mempunyai visi dan misi yang

menarik, salah satu visinya adalah menjadikan lembaga peduli anak yatim

dan terlantar nasional yang

Profesional Prophetic.

Profesional Prophetic

artinya profesional yang menjunjung sifat-sifat yang dicontohkan

Rasulullah SAW (Siddiq, Amanah, Tabligh, Fatonah). Dari visi tersebut,

Pondok Pesantren Yatim Indonesia juga mempunyai misi ingin membina

serta menyantuni anak yatim dan anak terlantar secara intensif, berdakwah

secara fokus dalam pemberdayaan anak yatim dan anak terlantar menuju

kemandirian dan kesejahteraan, serta membawa dakwah yatim ke ranah

ilmiah (keilmuan).

7

6

Umar Wirahadi, “Tanpa Publikasi Santri Terus Berdatangan”, Jawa Pos (10 Juli 2015), 55. 7


(18)

Kegiatan sehari-hari para santri di Pondok Pesantren Yatim

Indonesia sama halnya dengan santri-santri yang ada di Pondok Pesantren

pada umumnya. Tetapi uniknya, di Pondok Pesantren Yatim Indonesia

dalam memberdayakan anak yatim dan anak terlantar, mereka dididik

keterampilan-keterampilan pekerjaan, dan pendampingan secara langsung

yang diterapkan oleh pihak Yayasan Himmatun Ayat untuk meningkatkan

skill dan keterampilan membangun jiwa kewirausahaan agar mereka

nantinya dapat meraih mimpi dan cita-cita yang diinginkan.

Setiap cabang-cabang dari Yayasan Himmatun Ayat memiliki cara

tersendiri dalam membuat pelatihan-pelatihan yang diajarkan oleh para

santrinya, salah satunya yang terjadi di Pondok Pesantren Yatim Indonesia

(cabang dari Himmatun Ayat). Para santri termasuk korban tsunami dan

perang sampit diajarkan untuk berwirausaha dengan beternak kambing.

Setelah besar dan berkembang, kambing tersebut dijual untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka, sisanya dari hasil penjualan kambing tersebut

akan dibelikan sapi.

8

Selain itu, keterampilan yang diberikan adalah dalam

cara pengelolahan pupuk dari kotoran kambing tersebut, cara berbudidaya

ikan dan bercocok tanam serta pendidikan moral. Kegiatan Pondok

Pesantren ini merupakan benih sangat potensial yang nantinya menjadikan

Pondok Pesantren sebagai salah satu alternatif dalam upaya

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.

9

8 Latifah Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 September 2015.


(19)

Kehadiran Pondok Pesantren Yatim Indonesia bagaikan gedung

ilmu yang membuka wawasan serta masa depan anak yatim dan anak

terlantar di seluruh Indonesia, khususnya pada anak korban tsunami dan

perang sampit. Keberadaan Pondok Pesantren Yatim Indonesia ini secara

tidak langsung juga mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di Desa

Metatu, karena di Pondok Pesantren Yatim Indonesia memberikan

pendidikan gratis untuk anak-anak yatim dan anak terlantar, bukan hanya

korban tsunami dan perang sampit melainkan semua anak-anak yatim

yang ada di Indonesia.

10

Yayasan Himmatun Ayat juga bekerjasama dengan Peyatim

(Pertubuhan Kebajikan Anak Yatim Malaysia), yakni yayasan yang

membiayai perkuliahan anak yatim dari Pondok Pesantren Yatim

Indonesia. Hal ini dapat dilihat Dato’ Tengku Mahmud Bin Mansor,

presiden Pertubuhan Kebajikan Anak Yatim Malaysia (Peyatim),

11

memberangkatkan empat santri dari Pondok Pesantren Yatim Indonesia

yang dikirim keluar negeri untuk mendapat beasiswa di Universiti College

Bestari (UCB) Terengganu Malaysia. Empat calon mahasiswa yang

dikirim keluar negeri ini berasal dari berbagai daerah diantaranya

Zamzami (Aceh), Emen Zainuddin (Nusa Tenggara Timur), Agus Santoso

(Surabaya) dan Muhammad Farid (Gresik).

12

Dengan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

menyusun skripsi ini dengan judul “Sejarah Berdiri dan Berkembangnya

10 Abdul Haris, Wawancara, Metatu, Gresik, 05 Oktober 2015.

11 Anam Rifai, Terima Presiden Peyatim Malaysia, Jawa Pos (18 Januarai 2010), 15. 12 Budi Hartoyo, “Beasiswa Kuliah Luar Negeri”, Bilyatimi (Edisi 175, November, 2014), 7.


(20)

Pondok Pesantren Yatim Indonesia Sebagai Penampung Korban Tsunami

dan Perang Sampit di Desa Metatu Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik,

2005-2015 M”.

A.

Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.

Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren Yatim

Indonesia?

2.

Bagaimana gambaran profil, program dan strategi serta metode

pemberdayaan yang digunakan di Pondok Pesantren Yatim Indonesia?

3.

Bagaimana perkembangan korban tsunami Aceh dan perang sampit di

Pondok Pesantren Yatim Indonesia?

4.

Bagaimana dinamika respon masyarakat terhadap Pondok Pesantren

Yatim Indonesia?

B.

Tujuan Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah yang telah disebutkan di atas,

maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Yatim

Indonesia.

2.

Untuk mengetahui gambaran profil, program dan strategi serta metode

pemberdayaan yang digunakan di Pondok Pesantren Yatim Indonesia.

3.

Untuk mengetahui perkembangan korban tsunami Aceh dan perang


(21)

4.

Untuk mengetahui respon masyarakat dengan adanya Pondok

Pesantren Yatim Indonesia.

C.

Kegunaan Penelitian

Sebagaimana lazimnya, suatu pembahasan mempunyai kegunaan

atau manfaat kegunaan dalam penelitian ini, antara lain:

1.

Memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam

program Strata Satu (S1) di Fakultas Adab dan Humaniora pada

Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam di Universitas Islam Negeri

(UIN) Sunan Ampel Surabaya.

2.

Memberikan tambahan khazanah keilmuan tentang sejarah Indonesia

pada umumnya dan sebagai bahan referensi dalam bidang sejarah dan

kebudayaan Islam pada khususnya, serta memberikan wawasan serta

informasi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian.

3.

Menumbuhkan sikap peduli dan empati terhadap anak-anak yatim dan

anak-anak terlantar diseluruh dunia khususnya pada korban tsunami

dan perang sampit, serta memberikan kesempatan kepada anak-anak

yang kurang beruntung untuk mendapatkan masa depan yang layak.

D.

Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Menurut Sartono Kartodirjo, penggambaran kita mengenai suatu

peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita

memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang


(22)

diungkapkan dan sebagainya.

13

Dengan pendekatan tersebut, maka akan

memudahkan penulis untuk mengetahui bahwa ilmu sosial sebagai ilmu

bantu dalam sejarah.

Berdasarkan judul diatas, maka pendekatan yang digunakan dalam

penulisan ini menggunakan pendekatan sejarah/ historis. Sebagai sebuah

ilmu, sejarah membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur,

tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku. Menurut ilmu ini, segala

peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana,

apa sebabnya dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.

14

Dalam

pendekatan historis penulis menggambarkan sejarah awal berdirinya

Pondok Pesantren Yatim Indonesia beserta perkembangannya dari tahun

ke tahun, termasuk perkembangan para santri korban tsunami dan perang

sampit.

Teori merupakan pedoman guna mempermudah jalannya penelitian

dan sebagai pegangan pokok bagi peneliti dalam memecahkan masalah

penelitian.

15

Penulisan skripsi ini menggunakan teori perubahan sosial

yang dikembangkan oleh sosiolog yaitu Maclver. Perubahan sosial adalah

semua perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat

yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalam nilai, sikap dan

pola prilaku diantara kelompok dalam masyarakat.

16

13

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993), 4.

14 Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), 105.

15 Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi (Jakarta:

Liberty, 1990), 11.


(23)

Penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial untuk

menjelaskan tentang bagaimana Pondok Pesantren Yatim Indonesia di

Desa Metatu Kecamatan Benjeng, seperti memberi kontribusi

(sumbangan) kepada masyarakat dalam melahirkan generasi muda yang

berkualitas dengan cara memberikan pendidikan gratis di luar pondok

untuk anak yatim dan anak terlantar di sekitar Desa Metatu maupun di luar

pulau Jawa, seperti anak korban tsunami di Aceh dan perang sampit.

Bentuk-bentuk perubahan, antara lain adalah:

17

a.

Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi

secara cepat

Perubahan secara lambat adalah perubahan yang memerlukan

waktu lama dan terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil

yang saling mengikuti dengan lambat. Perubahan secara cepat adalah

perubahan yang menyangkut sendi-sendi pokok dari kehidupan

masyarakat dengan waktu yang relatif cepat.

Di Pondok Pesantren Yatim Indonesia, Santri-santri yang

berasal dari luar pulau Jawa khususnya anak korban tsunami dan

perang sampit ada sebagian memerlukan waktu yang lama untuk

belajar beradaptasi dan sulit menerima adat dan kebiasaan yang

diterapkan di lingkungan barunya (lingkungan pondok dan sekitar).

Seperti pola pikir, sikap dan prilakunya masih labil dan lemah.

17 Ibid., 292-297.


(24)

Perubahan secara cepat pula, banyak juga yang dengan mudah

beradaptasi dalam waktu yang singkat di lingkungan barunya.

b.

Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar

Perubahan yang kecil pengaruhnya adalah perubahan-perubahan

pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh

langsung bagi masyarakat. Sedangkan perubahan yang besar

pengaruhnya adalah perubahan yang membawa pengaruh besar bagi

masyarakat.

Perubahan yang kecil pengaruhnya adalah pada permulaan

berdirinya Pondok Pesantren Yatim Indonesia ini, jumlah santri hanya

5 orang yaitu yang berasal dari korban tsunami di Aceh. Perubahan

yang besar pengaruhnya adalah setelah beberapa bulan berdirinya

Pondok Pesantren Yatim Indonesia, jumlah santri semakin tahun

semakin bertambah.

c.

Perubahan yang dikehendaki

(intendent change) atau perubahan yang

direncanakan

(planed change) dan perubahan yang tidak dikehendaki

(unintended change) atau perubahan yang tidak direncanakan

(unplanned change)

Perubahan yang dikehendaki dan direncanakan merupakan

perubahan yang diperkirakan terlebih dahulu oleh pihak yang hendak

mengadakan sesuatu perubahan disebut

agent of change, yaitu

seseorang atau kelompok orang yang mendapat kepercayaan dari

masyarakat untuk mengadakan perubahan. Sedangkan perubahan yang


(25)

tidak dikehendaki dan tidak direncanakan merupakan perubahan yang

terjadi tanpa dikehendaki secara langsung di luar jangkauan

pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial

yang tidak diharapkan oleh masyarakat seperti santri-santri di Pondok

Pesantren Yatim Indonesia ini tidak mematuhi peraturan pondok.

Bentuk-bentuk perubahan di atas, jika dikaitkan dengan

perjuangan KH. Abdul Kholiq Hamid pada Pondok Pesantren Yatim

Indonesia di Desa Metatu, maka perjuangan beliau masuk dalam

bentuk perubahan yang dikehendaki dan direncanakan.

E.

Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian penulis perlu melakukan penelitian

terdahulu, yaitu sebagai bukti bahwa penelitian yang dilakukan penulis

dapat dipertanggung jawabkan keasliannya. Penelitian terdahulu yang

membahas tentang sejarah berdiri dan berkembangnya Pondok Pesantren

Yatim Indonesia (YAI) di Desa Metatu sebagai penampung korban

tsunami dan perang sampit, belum pernah diteliti oleh siapapun, akan

tetapi ada satu skripsi yang membahas mengenai yayasan dari Pondok

Pesantren Yatim Indonesia yaitu Yayasan Himmatun Ayat di Surabaya.

Skripsi ini adalah karya dari: M. So’im (B02209044), Strategi

Pemberdayaan Anak Terlantar (Upaya Pemberdayaan Kapasitas

Penanganan Anak Terlantar di Yayasan Himmatun Ayat Kupang Panjaan

Surabaya). Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, 2015.


(26)

Skripsi ini menjelaskan bagaimana cara untuk meminimalisir

jumlah anak-anak terlantar yang ada di Indonesia dengan melakukan

pemberdayaan seperti membangun pola pikir dan pelatihan-pelatihan

untuk

membuka

wawasan

seorang

anak.

Tetapi

dalam

memberdayakannya, terdapat cara yang berbeda dalam memberi

pelatihan-pelatihan dan membangun pola pikir anak yatim dan anak terlantar antara

yang saya bahas, yaitu di Pondok Pesantren Yatim Indonesia dengan

Yayasan Himmatun Ayat (induknya), walaupun Pondok Pesantren Yatim

Indonesia adalah cabang dari Yayasan Himmatun Ayat.

F.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

historis atau metode sejarah. Langkah-langkah yang digunakan oleh

peneliti sejarah yang berkaitan dengan penerapan metode sejarah adalah

sebagai berikut:

1.

Pemilihan Topik

Pada umumnya dalam melakukan suatu penelitian sejarah,

langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik,

dalam menentukan topik harus topik sejarah yang dapat diteliti

sejarahnya.

18

Tema skripsi ini adalah “Pondok Pesantren Yatim

Indonesia sebagai penampung korban tsunami dan perang sampit

tahun 2005-2015”.


(27)

Alasan penulis menulis tema ini karena:

a.

Rasa ketertarikan penulis terhadap KH. Abdul Kholiq dan Hj.

Latifah sebagai salah satu publik figur yang peduli akan nasib

anak-anak yatim dan anak-anak terlantar di Indonesia khususnya

anak dari korban tsunami dan perang sampit.

b.

Pondok Pesantren Yatim Indonesia berbeda dengan Pondok

Pesantren lainnya, karena Pondok Pesantren Yatim Indonesia

banyak menampung anak-anak yatim dan anak-anak terlantar

korban konflik dan bencana khususnya dari tsunami Aceh dan

perang sampit.

2.

Pencarian Data (Heuristik)

Heuristik berasal dari bahasa Yunani

heurishein yang artinya

memperoleh, secara terminologi adalah suatu teknik, suatu seni

mencari sumber dalam penelitian sejarah.

19

Diharapkan sejarawan

sebagai peneliti mencari sumber yang utama yang berkaitan dengan

penelitian, karena sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara.

20

Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling

utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia

bisa dipahami oleh orang lain.

Adapun sumber yang digunakan, yakni:

a.

Sumber Primer adalah sumber yang dihasilkan atau ditulis oleh

pihak-pihak yang secara langsung terlibat atau menjadi saksi mata

19 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 55. 20Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah I (Laporan Penelitian, 2005), 16.


(28)

dalam peristiwa sejarah. Dalam penulisan ini peneliti

menggunakan sumber:

1)

Dokumen yang berupa arsip profil singkat tentang Pondok

Pesantren Yatim Indonesia

2)

Majalah Bilyatimi (Baitulmaal Yatim Indonesia)

3)

Wawancara langsung dengan Bapak KH. Abdul Kholiq dan

Ibu Hj. Latifah Kholiq selaku pasangan suami istri pendiri

Pondok Pesantren Yatim Indonesia

4)

Wawancara langsung dengan Bapak Nurul Askin selaku

Kepala Desa Metatu

5)

Wawancara langsung dengan H. Mad Daroem selaku mantan

Kepala Desa Metatu

6)

Wawancara langsung dengan sebagian masyarakat Desa

Metatu

7)

Wawancara langsung dengan orang tua atau keluarga santri

8)

Wawancara langsung dengan para santri Pondok Pesantren

Yatim Indonesia

9)

Artikel-artikel berupa surat kabar yang diterbitkan oleh

Kompas dan Jawa Pos berisi tentang Pondok Pesantren Yatim

Indonesia

10)

Surat akta notaris no. 52 (28-04 2000) dibuat oleh Heroe

Djatmiko, SH tentang awal berdirinya YA HIMMATUN

AYAT (Yayasan Himpunan Muslim Penyantun Anak Yatim)


(29)

11)

Akta pembaharuan no. 176 (29-07 2011) dibuat oleh Ranti Nur

Sukmahandayani, SH tentang pembaharuan nama YA

HIMMATUN AYAT menjadi Himmatun Ayat (Himpunan

Muslim Penyantun Anak Yatim dan Anak Terlantar).

12)

SK. Menkumham RI No. AHU-8258. AH.01.04. Tahun 2011

tentang pengesahan akta pendirian yayasan yang diterima pada

02 Desember 2011

13)

Data santri asrama dan non asrama.

b.

Sumber sekunder adalah sumber yang dihasilkan oleh orang yang

tidak terlibat atau menyaksikan secara langsung peristiwa yang

ditulis.

1)

Himmatun Ayat, Tafsir Ayat-Ayat Yatim, Surabaya: Himmatun

Ayat, 2006.

3.

Kritik Sumber

Kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber yang

dibutuhkan, kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian

mengenai keautentikan sumber itu.

Dalam metode sejarah kritik dibagi menjadi dua, yaitu:

a.

Kritik ekstern adalah kegiatan sejarawan untuk melihat apakah

sumber yang didapatkan autentik ataukah tidak. Dalam kritik

ekstern pada penelitian ini, bahwa tidak adanya bukti tertulis yang

menunjukkan berdirinya Pondok Pesantren Yatim Indonesia, hanya

terdapat akta pendirian yayasan (Himmatun Ayat).


(30)

b.

Kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan

untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup kredibel atau

tidak.

21

4.

Interpretasi (Penafsiran)

Interpretasi atau Penafsiran sering disebut sebagai

subyektivitas,

22

adalah tahapan yang memberikan penafsiran atas data

yang tersusun menjadi fakta juga merupakan suatu usaha sejarawan

untuk mengkaji kembali terhadap sumber-sumber yang ada, apakah

sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah teruji keasliannya

dapat saling berhubungan. Oleh karena itu, peneliti melakukan

penafsiran terhadap sumber atau data yang telah didapatkan.

Interpretasi juga menguraikan hal setelah data terkumpul dan

dibandingkan lalu disimpulkan untuk ditafsirkan sehingga dapat

diketahui kualitas dan kesesuaian dengan masalah yang dibahas.

5.

Historiografi

Historiografi adalah cara penyusunan dan pemaparan hasil

penelitian dalam bentuk tulisan yang didapatkan dari penafsiran

sumber-sumber yang terkait dengan penelitian ini. Dalam buku lain,

historiografi juga menunjuk kepada tulisan atau bacaan yang dapat

diproses penulisan sejarah yakni, mempersatukan didalam sebuah

sejarah, unsur-unsur yang diperoleh dari rekaman-rekaman melalui

21

Ibid, 16-17. 22


(31)

penetrapan yang seksama.

23

Dalam hal ini penulis berusaha

menuliskan laporan penelitian ke dalam suatu karya ilmiah.

G.

Sistematika Bahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mudah dimengerti

tentang keseluruhan dari pembahasan penulisan skripsi ini, maka perlu

dirumuskan suatu sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Pendekatan

dan Kerangka Teori, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian dan

Sistematika Bahasan.

Bab kedua, Memfokuskan kepada latar belakang berdirinya

Pondok Pesantren Yatim Indonesia yang ditinjau dari tempat dan waktu,

serta menjelaskan tentang geneologi pendiri Pondok Pesantren Yatim

Indonesia.

Bab ketiga, Membahas mengenai visi, misi, strategi dan program

serta kegiatan di Pondok Pesantren Yatim Indonesia.

Bab keempat, Membahas mengenai perkembangan para santri

khususnya korban tsunami dan perang sampit di Pondok Pesantren Yatim

Indonesia serta menjelaskan respon masyarakat dengan adanya Pondok

Pesantren Yatim Indonesia.

Bab kelima, Merupakan penutup yang terbagi atas kesimpulan dan

saran. Kesimpulan adalah hasil analisa dan pemaparan bab-bab

23


(32)

sebelumnya dari awal sampai akhir, tidak lupa penulis menyertakan

saran-saran untuk membangun demi kesempurnaan kepada pembaca maupun

penulis sendiri.


(33)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA

DI DESA METATU KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

A.

Deskripsi Geografis dan Demografis

1.

Letak Geografis Pondok Pesantren Yatim Indonesia

Letak geografis adalah letak suatu lokasi dilihat dari bentuk fisik di

sekitarnya, baik skala mikro maupun skala global. letak geografis sering

juga disebut sebagai lokasi relatif, dimana menggunakan aspek bentuk

lahan, waktu, arah dan jarak dari satu tempat ke tempat lain.

1

Berdasarkan letak geografisnya, Pondok Pesantren Yatim

Indonesia terletak di Desa Metatu Kecamatan Benjeng Kabupaten

Gresik. Kecamatan Benjeng berada di wilayah selatan Kabupaten Gresik,

tepatnya arah barat daya dari Kota Gresik, berjarak sekitar 28 km.

Sedangkan Pondok Pesantren Yatim Indonesia yang berada di Desa

Metatu sendiri berjarak kurang lebih 5 km dari pusat kantor kecamatan

dan 20 km dari kantor Kabupaten Gresik. Ketinggian rata-rata Desa

Metatu adalah 4 m dari permukaan laut.

2

Sebelah utara berbatasan

dengan Desa Pundutterate, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Klampok, sebelah timur berbatasan dengan Desa Terongbangi

1 Wirastuti Widyatmanti, Geografi (Jakarta: Grasindo, 2008), 6.

2 Metatu City, “Metatuku: Letak Geografis”, dalam http://metatu-benjeng.blogspot.ae/2015 /05/letak-geografis.html?m=1 (31 Mei 2015).


(34)

Kecamatan Cerme, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Desa

Jogodalu.

3

Pondok Pesantren Yatim Indonesia letaknya sangat strategis karena

dekat dengan sarana pendidikan (TK, SD, MI, MTsN dan MAN) dan

sarana kesehatan (Puskesmas) serta pasar Desa Metatu. Hal ini yang

menjadi alasan KH. Abdul Kholiq Hamid untuk mendirikan Pondok

Pesantren Yatim Indonesia tersebut, karena di sebelah kiri Pondok

Pesantren Yatim Indonesia sudah ada MTsN 1 Metatu sedangkan sebelah

kanan Pondok Pesantren ada MAN 2 Metatu Gresik, puskesmas dan

pasar Desa Metatu. Di depan sebelah kanan juga sudah ada TK, SD dan

MI Desa Metatu.

Berdasarkan sumber yang didapat, diambil dari monografi Desa

Metatu. Tingkat pendidikan Desa Metatu dapat dilihat sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 2.1

Tingkat Pendidikan Desa Metatu

No.

Jenis Pendidikan

Jumlah Penduduk

Prosentase

(%)

L

P

Jumlah

1

Buta Huruf Usia

> 10 th

0

0

0

0

2

Usia Pra-Sekolah

23

17

40

1,57

3

Tidak Tamat SD

17

38

45

1,76

4

Tamat SD

208

279

487

19,13

5

Tamat SMP

500

559

1059

41,61

6

Tamat SMA

426

432

858

33,71


(35)

7

Tamat Perguruan

Tinggi/ Akademi

20

36

56

2,20

Sumber: Data monografi Desa Metatu

Luas wilayah Desa Metatu adalah 600,631 Ha. Wilayah Desa

Metatu terdiri dari tiga Dusun yaitu Dusun Metatu, Medangan dan

Purworejo. Masing-masing dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun.

Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di

Desa Metatu, dari ketiga dusun tersebut dibagi menjadi 7 Rukun Warga

(RW) dan 24 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan data Administrasi

Kependudukan Pemerintahan Desa Metatu, jumlah penduduk Desa

Metatu terdiri dari 1.379 KK, dengan jumlah total 5.033 jiwa, dengan

rincian 2.506 laki-laki dan 2.527 perempuan. Kepadatan penduduk

tertinggi adalah Dusun Metatu, sedangkan kepadatan terendah ada di

Dusun Purworejo. Sebagaimana tertera dalam tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk dan Keluarga

No.

Dusun

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

L

P

Jumlah

1 METATU

984

1041

2025

621

2 MEDANGAN

768

847

1615

435

3 PURWOREJO

618

775

1393

323


(36)

Berdasarkan usia, penduduk Desa Metatu dapat digolongkan

seperti tercantum dalam tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3

Jumlah penduduk menurut usia Dusun Metatu

No. Klasifikasi

Usia

Dusun

Jumlah Penduduk

Prosentase

(%)

L

P

Jumlah

1

0 – 5

Metatu

71

82

163

8,4

2

6 – 15

Metatu

160 180

340

7,3

3

16 – 25

Metatu

167 180

347

17,7

4

26 – 55

Metatu

360 394

754

38,4

5

> 55

Metatu

175 181

355

18,1

Sumber: Data sensus penduduk Desa Metatu

Desa Metatu merupakan daerah yang strategis karena terletak di

perempatan yang menghubungkan kecamatan-kecamatan. Seperti,

Benjeng disisi sebelah selatan Desa Metatu, Cerme disisi sebelah timur,

Balongpanggang disisi sebelah barat dan Duduksampeyan disisi sebelah

utara. Desa Metatu juga merupakan salah satu pusat perekonomian di

Kabupaten Gresik, sektor industri pertanian khususnya penggilingan

padi. Desa Metatu juga termasuk wilayah dataran rendah yang beriklim

tropis, bahkan cenderung panas seperti wilayah Surabaya. Suhu udara

pada siang hari dapat mencapai 35 derajat celcius.

4

Di Metatu terdapat

banyak lahan-lahan pertanian, sawah dan ladang maupun kebun

terbentang luas di sekitar area desa. Lahan pertanian tersebut sekaligus

4

Noer Cholis, “Sejarah Desa Metatu”, dalam http://cholis145.blogspot.ae/2014/02sejarah-desa-metatu.html?m=1 (02 Februari 2014).


(37)

digunakan bergantian sebagai lahan perikanan. Selain usaha pertanian

dan perikanan sebagian warga juga mengembangkan usaha peternakan.

Desa Metatu merupakan suatu daerah pedesaan yang sederhana.

Semua penduduknya adalah beragama Islam.

5

Oleh karena itu, maka

tidak heran sistem religi di Desa Metatu sangat kental dengan nuansa

Islam. Di Metatu terdapat banyak bangunan masjid, surau ataupun

langgar. Disamping mempunyai tempat-tempat ibadah yang cukup

banyak, juga terdapat lembaga kesejahteraan sosial seperti Pondok

Pesantren Yatim Indonesia yang dibawah naungan oleh Yayasan

Himmatun Ayat Dukuh Kupang Surabaya. Pondok Pesantren Yatim

Indonesia adalah salah satu organisasi sosial Islam yang bertujuan

membangun kepedulian masyarakat untuk menampung anak-anak yatim

dan terlantar dalam meraih cita-cita menuju masa depan yang lebih baik.

Dengan adanya Pondok Pesantren Yatim Indonesia, anak-anak yatim dan

anak terlantar di Indonesia khususnya di Desa Metatu sendiri dapat

memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan masa depan

yang lebih layak.

2.

Kondisi Sosial dan Ekonomi di Desa Metatu

Metatu merupakan sebuah pedesaan yang mempunyai solidaritas

yang tinggi. Masyarakat Desa Metatu mempunyai ciri khas tersendiri

yaitu mudah bergaul, gaya bicaranya sangat terbuka, mempunyai sifat

demokratis, toleran dan senang menolong sesama. Selain itu dalam

5


(38)

kehidupan sosial masyarakatnya masih memegang pada budaya yang

bersifat gotong royong, kekeluargaan dan saling membantu satu sama

lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Nurul Askin:

“Hal ini karena adanya sosial kontrol yang tinggi dan persaudaraan

serta persahabatan yang baik diantara mereka dan menimbulkan rasa

saling menghormati, saling menghargai, saling membantu diantara

mereka atas dasar kekeluargaan”.

6

Dengan adanya sosial kontrol yang tinggi, tali persaudaraan dan

persahabatan yang baik diatara mereka, sehingga dapat berakibat pada

pola kehidupan mereka yang saling mengenal antara warga yang satu

dengan warga yang lainnya, seperti kerja bakti, saling membantu antara

warga apabila ada salah satu warga dari mereka yang kesusahan atau

terkena musibah. Disisi lain, lingkungan sosial di Desa Metatu ini sangat

mudah terisolasi dari dunia luar, sehingga tidak heran jika gaya hidupnya

tidak mau ketinggalan dengan gaya hidup orang kota. Hal ini karena

letak desa yang sangat strategis, karena itu banyaknya orang-orang

pendatang yang tinggal di Desa Metatu.

Tata letak pemukiman di Desa Metatu juga sebagian masih tersisa

aspek-aspek yang menunjukkan tata letak pemukiman tradisional.

Pemukimannya tidak terlalu padat, jarak antara rumah satu dengan yang

lainnya tidak berdekatan. Setiap rumah memiliki halaman yang luas.

Rumah memiliki atap limas dan berjoglo. Perubahan mulai terjadi

beberapa tahun ini seiring dengan modernisasi. Dimana mulai muncul

bangunan-bangunan baru milik pendatang. Bangunan-bangunan ini

6


(39)

didirikan di wilayah yang strategis. Hal ini mengakibatkan tata letak

pemukiman warga yang dahulu berjauhan kini semakin lama semakin

berdempetan antara yang satu dengan yang lain. sudah jarang terlihat

halaman rumah warga yang luas. Kini semuanya telah berdiri bangunan

permanen. Namun seiring itu semua, kebersihan desa masih tetap terjaga

karena gotong royong warga masih sangat kuat.

7

Sedangkan jika dilihat dari tingkat ekonomi di Desa Metatu

cenderung merata, tidak ada perbedaan yang jauh antara kaya dan

miskin. Kebanyakan warga desa berprofesi sebagai petani. Mereka

menggantungkan penghasilan sebagian dari hasil panen padi dan

perikanan serta peternakan. Aktifitas pertanian dilakukan sejak pagi hari

hingga sore hari. Selain sebagai petani masyarakat desa juga berprofesi

sebagai buruh tani. Mereka menggarap tanah milik orang lain dengan

imbalan tertentu. Aktifitas kerja mereka tidak berbeda dengan petani,

yang membedakan hanya dalam hal kepemilikan tanah.

Usaha yang pasti ada di Desa Metatu yang mayoritas petani adalah

penggilingan padi.

8

Melayani warga petani yang menggiling beras untuk

dikonsumsi sehari-hari. Pengusaha penggilingan padi

(selep) mendapat

upah jasa dari beras perkilonya. Lebih menguntungkan lagi, pengusaha

penggilingan padi

(selep) mereka membeli gabah (beras yang belum

digiling) dari petani kemudian digiling menjadi beras, lalu dijual kembali

ke pasar dengan nilai yang cukup tinggi.

7 Ibid.

8


(40)

Jenis profesi lain warga Desa Metatu yaitu sebagai buruh kerja di

pabrik (karyawan). Mereka bekerja di pabrik-pabrik, baik di wilayah

Kabupaten Gresik maupun diluar Kabupaten Gresik seperti di Kabupaten

Lamongan, Sidoarjo dan Surabaya. Terdapat pula pekerja kasar

(serabutan). Aktifitas kerja mereka tidak menentu, mereka juga

cenderung dibayar dengan upah yang lebih murah dari buruh pabrik.

Selain itu ada juga sebagian warga yang berprofesi sebagai pegawai

negeri maupun wiraswasta. Aktifitas kerja pegawai negeri cenderung

lebih fleksibel. Tingkat pendapatannya juga lebih banyak jika

dibandingkan dengan petani, buruh tani, buruh pabrik dan pekerja kasar.

Tidak jarang profesi seperti ini menjadi idaman setiap warga di Desa

Metatu. Selain jenis pekerjaan yang sudah dijelaskan diatas, terdapat

banyak jenis pekerjaan lain yang warga Desa Metatu geluti, dan tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Dilihat dari mata penceaharian penduduk Desa Metatu, sebagian

besar bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 40,98 %, petani sebanyak

11,13 % dan buruh tani sebanyak 7,73 %. Rincian data penduduk

menurut pekerjaan tertera sebagaimana dalam tabel 2.4.


(41)

Tabel 2.4

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian/pekerjaan

No.

Jenis Pekerjaan

Jumlah Penduduk

Prosentase

(%)

L

P

Jumlah

1

Tani

137

155

292

11,13

2

Peternakan

23

1

24

0,914

3

Nelayan/ Perikanan

15

-

15

0,571

4

Buruh/ Buruh Tani

92

111

203

7,73

5

TNI/ Polri

1

-

1

0,03

6

PNS

10

25

35

1,33

7

Pegawai BUMN

-

-

-

0

8

Pegawai Swasta

451

624

1075

40,98

9

Wirausaha/ Pedagang

13

4

17

0,64

10 TKI

5

1

6

0,22

11 Tidak Bekerja

472

483

955

36,408

Sumber: Data monografi Desa Metatu

3.

Kondisi Keagamaan di Desa Metatu

Di Desa Metatu semua penduduknya adalah beragama Islam, tidak

heran di Metatu terkenal dengan sistem religi yang sangat kental dengan

nuansa Islami. setiap hari-hari besar Islam banyak dilakukan acara-acara,

baik di masjid, surau ataupun langgar. Islam memang sangat masuk

mendalam dalam kebudayaan desa. Semenjak wali sembilan (wali songo)

datang ke Nusantara untuk menyebarkan Islam, Desa Metatu merupakan

salah satu desa yang pernah dibuat persinggahan oleh Sunan Giri (Raden

Paku).

9

9


(42)

Pada setiap dusun di Metatu memiliki satu masjid besar yang selalu

ramai setiap harinya. Banyak masyarakat yang memilih melakukan sholat

berjama’ah lima waktu di masjid-masjid tersebut dibandingkan sholat di

rumah, karena jarak masjid pun sangat dekat dengan pemukiman warga.

Masyarakat Desa Metatu juga mempunyai kegiatan keagamaan setiap

harinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Haris salah satu warga

Desa Metatu, bahwa:

“Hampir setiap hari ada tahlilan bersama di masjid pada siang hari.

Bapak-bapak juga ada tahlilan rutin tiap minggu, ibu-ibu jama’ah

tauhid hari kamis, jama’ah tahlil hari sabtu dan diba’an anak-anak

remaja hari jumat”.

10

Dari yang diungkapkan Abdul Haris diatas dapat disimpulkan

bahwa, masyarakat Desa Metatu hampir setiap harinya (siang hari)

mengadakan tahlilan bersama di masjid yang diikuti oleh bapak-bapak,

ibu-ibu maupun anak-anak. Khusus bapak-bapak tahlilan rutin diadakan

setiap hari minggu malam yang dilakukan di rumah masing-masing

secara bergiliran, sedangkan untuk ibu-ibu jama’ah tauhid diadakan

setiap kamis malam dan jamaah tahlil setiap hari sabtu malam yang juga

dilakukan di rumahnya masing-masing secara bergiliran. Selain itu pada

setiap jum’at malam diadakannya rutinitas diba’an bagi anak-anak

remaja”. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.


(43)

Tabel 2.5

Daftar kegiatan keagamaan di Desa Metatu

No.

Nama Kegiatan

Peserta

Jadwal

Tempat

1

Tahlilan Bersama Umum

Tidak tentu

(siang hari)

Masjid

2

Tahlilan Rutin

Bapak-bapak Minggu

malam

Rumah

3

Jama’ah Tauhid

Ibu-ibu

Kamis

malam

Rumah

4

Jama’ah Tahlil

Ibu-ibu

Sabtu malam Rumah

5

Diba’an

Remaja

Jum’at

malam

Rumah

Di Desa Metatu, kehidupan beragama berjalan sangat damai.

Bahkan tidak ada perselisihan antara dua kelompok Islam yakni

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’, walaupun terkadang ada

perbedaan penentuan awal puasa dan hari raya kelompok ini tetap saling

menghormati. Diantara tradisi yang berkembang dalam masyarakat di

Desa Metatu adalah tradisi

prepekan riyoyo, bisa diartikan sebagai

kesibukan berbelanja untuk menyongsong datangnya lebaran. Selain

prepekan riyoyo, ada juga tradisi

tinjo bandeng dapat diartikan

memberikan bingkisan kepada keluarga. Saudara yang paling muda

memberikan bingkisan ke saudara yang paling tua berupa makanan

seperti ikan bandeng, kue, gula, minyak dan lain-lain. Tinjo bandeng ini


(44)

biasanya dilakukan ketika mempunyai hajatan keluarga atau menjelang

hari raya idul fitri.

11

B.

Genealogi Pendiri Pondok Pesantren Yatim Indonesia

1.

Biografi KH. Abdul Kholiq Hamid

KH. Abdul Kholiq Hamid adalah anak kelima dari pasangan suami

istri H. Hamid dan Dewi Kilmi. Beliau lahir di Jombang pada tanggal 23

Juli 1970. Pendidikan yang beliau tempuh pada waktu Sekolah Dasar,

beliau menuntut ilmu di SDN Kayen Jombang. Setelah lulus dari Sekolah

Dasar pada tahun 1986, beliau melanjutkannya di SMP Negeri 1 Perak,

dan setelah lulus dari SMP pada tahun 1989 beliau langsung melanjutkan

pendidikannya di SMA Negeri Ploso Jombang. Beliau juga seorang

mahasiswa lulusan dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Setelah lulus dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya pada tahun

2000 beliau dan kawan-kawan resmi mendirikan sebuah organisasi Islam

penyantun anak yatim yang diberi nama Himmatun Ayat yang

berlokasikan di Dukuh Kupang.

12

Sesudah menikah dengan Hj. Latifah

pada tahun 2001, pada pertengahan 2005 setelah beliau pulang dari Aceh,

KH. Abdul Kholiq dan Hj. Latifah resmi pindah ke Gresik. Mereka

tinggal di rumah orang tua Hj. Latifah di Desa Metatu Kecamatan

Benjeng yang waktu itu masih dimanfaatkan sebagai tempat jamaah

pengajian yang dikelola almarhum H. Dirin, mertua KH. Abdul Kholiq.

13

11 Ibid.

12 Abdul Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 September 2015.


(45)

KH. Abdul Kholiq Hamid adalah seorang pribadi yang sangat

perhatian terhadap keluarga terutama kepada istri beliau yaitu Hj. Latifah

Kholiq. Hj. Latifah adalah seorang istri solehah yang sangat patuh

terhadap suami, apapun nasihat KH. Abdul Kholiq selalu beliau patuhi.

Hj. Latifah merupakan seorang ibu rumah tangga yang sangat telaten

mendidik anaknya dan banyak membantu KH. Abdul Kholiq dalam

urusan pondok pesantren. Dari hasil pernikahannya, mereka dikaruniai 3

(tiga) orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Anak yang pertama

bernama Muhammad Muflih Ihsanuddin yang sekarang duduk di bangku

kelas 1 MTsN Mualimin Tambak Beras Jombang, dan anak yang kedua

adalah seorang perempuan yang sangat cantik bernama Minhatus

Saniyyah duduk di bangku kelas 3 MI Rodhotul Ulum Metatu, kemudian

yang terakhir bernama Himamul Arifin yang masih duduk di bangku TK

Darma Wanita Benjeng.

14

Selain pribadi yang perhatian kepada keluarga, beliau juga dikenal

sebagai pribadi yang sangat sayang terhadap anak-anak terutama anak

yatim. Hal itu dapat dilihat dalam tekatnya yang mendirikan sebuah

Pondok Pesantren Yatim Indonesia yang berada di tempat tinggalnya

sekarang ini yaitu di Desa Metatu. Pondok Pesantren Yatim Indonesia ini

dibawah naungan oleh Yayasan Himmatun Ayat yang terletak di jalan

Dukuh Kupang XX/40 Surabaya. Yayasan Himmatun Ayat didirikan

oleh KH. Abdul Kholiq beserta kawan-kawannya yang berasal dari


(46)

alumni Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Tujuan didirikannya

Pondok Pesantren Yatim Indonesia di Desa Metatu yaitu untuk

menampung anak-anak yatim dan anak-anak terantar di sekitar maupun

di luar pulau Jawa seperti halnya anak-anak korban tsunami Aceh dan

perang sampit. Beliau memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak

yatim tersebut dari mulai Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi

bagi para santri yang mau melanjutkannya.

Sebagai pengasuh pondok pesantren, KH. Abdul Kholiq dan Hj.

Latifah sangat sabar dan telaten dalam mendidik anak-anak asuhnya,

walaupun bukan dari darah daging sendiri beliau tidak pernah

membeda-bedakan antara anak kandungnya sendiri dan anak asuhnya. Segala

tenaga dan kasih sayang beliau curahkan kepada mereka. KH. Abdul

Kholiq dan Istri selalu mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan

kedisiplinan kepada semua anak asuhnya. Terutama, pembelajaran

keagamaan seperti sholat lima waktu berjama’ah, (kecuali Dzuhur tidak

diwajibkan), membaca Al-qur’an, membaca huruf-huruf pego, hafalan

kitab-kitab, dzikir dan lain-lain. bahkan banyak anak-anak yang masih

berumur 5 tahun sudah dapat menghafal bacaan sholat.

15

KH. Abdul

Kholiq tidak pernah melarang anak-anak asuhnya untuk bergaul dan

bermain dengan siapa saja, beliau selalu memberi kebebasan kepada

mereka, asalkan tau batas dan dapat membedakan mana hal yang baik

atau bukan.

15 Ibid.


(47)

Dengan semangat yang tinggi dari KH. Abdul Kholiq dan Hj.

Latifah dalam mendirikan Pondok Pesantren Yatim Indonesia,

diharapkan anak-anak yatim dan anak terlantar khususnya di Indonesia

dapat merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua, walaupun itu

bukan dari orang tua kandungnya sendiri. Bagi KH. Abdul Kholiq

kebahagiaan anak sangat penting dari segalanya. Pemimpin umat Islam,

Nabi Muhammad SAW, juga sangat mencintai dan dekat sekali dengan

anak-anak,

16

karena anak adalah titipan dari sang pencipta yang harus

dijaga dan dipelihara dengan baik. Dengan menyantuni anak-anak yatim

KH. Abdul Kholiq dan Istri selalu merasakan ketenangan jiwa yang

belum tentu orang lain rasakan. Beliau yakin dengan mencintai dan

menyantuni anak yatim selain surga balasannya, kalau kelak

anak-anak mereka menjadi yatim piatu pasti bakal ada yang menolong dan

merawatnya.

17

2.

Kiprah KH. Abdul Kholiq Sebelum Menjadi Pengasuh Pondok Pesantren

Yatim Indonesia

Sebelum mendirikan Pondok Pesantren Yatim Indonesia, KH.

Abdul Kholiq berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris dibeberapa sekolah

yang ada di Surabaya. Selain itu, beliau adalah salah satu aktifis di

masjid kampusnya dulu, beliau juga pernah menjabat sebagai sekretaris

senat di kampusnya yaitu Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

18

Pada

16 Teguh Iman Perdana, Mengasuh Anak dengan Energi dan Emosi Positif (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2012), 17.

17 Ibid.


(48)

waktu itu, KH. Abdul Kholiq beserta kawan-kawannya dari alumni

Universitas Wijaya Kusuma yang waktu itu menjabat sebagai ta’mir

masjid, berinisiatif ingin mendirikan organisasi penyantun anak yatim.

Mengingat pada tahun 1997 telah terjadi krisis moneter yang

berdampak besar pada kehidupan perekonomian bangsa Indonesia, dan

yang paling merasakan dampaknya adalah kaum dhuafa’ terutama

anak-anak yatim dan terlantar. Hingga awal tahun 1999 perekonomian

Indonesia juga belum pulih yang mengakibatkan banyak anak-anak putus

sekolah. Hal tersebut mendorong beberapa alumni aktifis masjid kampus

di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya berfikir dan bertindak untuk

mencari solusi dari persoalan itu. Dimotori oleh KH. Abdul Kholiq

Hamid dan H. Agus Sukoco, serta beberapa alumni aktifis masjid

kampus berinisiatif untuk mengadakan kegiatan yang dapat

menyelamatkan anak-anak yatim dari ancaman putus sekolah.

Kegiatan tersebut diberi nama AKBARYA (Amal Kesejahteraan

Bagi Pelajar Yatim) yang mempunyai basecamp disalah satu kamar kos

rumah milik orang tua salah satu aktifis. Kegiatan Akbarya adalah

mengumpulkan santunan dari mahasiswa-mahasiswa yang disalurkan

dalam bentuk pembinaan dan penyantunan anak yatim usia sekolah di

sekitar kampus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Dalam

mewujudkan keinginannya untuk membentuk sebuah organisasi sosial

Islam penyantun anak yatim, terdapat berbagai macam kalangan seperti

NU, Muhammadiyah, maupun HTI yang berkumpul menjadi satu.


(49)

Walaupun dari kalangan berbeda-beda tetapi tujuan mereka sama yaitu

untuk berdakwah dan memperjuangkan nasib anak-anak yatim dan anak

terlantar dibelahan bumi nusantara.

19

Setelah setahun berjalan ternyata apresiasi masyarakat sungguh

luar biasa dan mendorong untuk melegalkan kegiatan dalam bentuk

sebuah organisasi. Dengan berbagai pertimbangan, maka dibentuklah

Yayasan Himmatun Ayat (Himpunan Masyarakat Muslim Penyantun

Anak Yatim dan Terlantar) pada bulan April 2000. Jadi, Yayasan

Himmatun Ayat ini dipelopori oleh alumni Universitas Wijaya Kusuma

salah satunya adalah KH. Abdul Kholiq Hamid. Pada waktu awal

berdirinya, KH. Abdul Kholiq beserta kawan-kawan sempat membuka

minimarket kecil untuk berjualan beras dan gula sebagai modal untuk

memenuhi kebutuhan anak-anak yatim. Seperti yang dikatakan Hj.

Latifah pada wawancara sore itu, beliau mengungkapkan bahwa:

“Kalau tidak membuka minimarket pada saat itu, mungkin

kebutuhan anak-anak yatim tersebut tidak akan cukup jika hanya

mengandalkan dari donatur saja, mengingat masih barunya

organisasi itu dibentuk jadi tidak seberapa sumbangan dari donatur

yang masuk”.

20

Seiring berjalannya waktu Yayasan Himmatun Ayat banyak

diketahui khalayak. Seiring itu pula menjadi maju dan berkembang. Hal

ini dapat dibuktikan Himmatun Ayat membuka cabang-cabang di

kota-kota besar maupun desa-desa terutama di Desa Metatu yang didirikan

sendiri oleh KH. Abdul Kholiq yang diberi nama Pondok Pesantren YAI

19 Latifah Kholiq, Wawancara, Gresik, 15 September 2015. 20 Ibid.


(50)

(Yatim Indonesia). Pondok Pesantren Yatim Indonesia berdiri, karena

pada waktu itu datang lima anak korban tsunami dari Aceh yang ingin

studi ke Jawa. KH. Abdul Kholiq diberi lima anak korban tsunami

tersebut dari lembaga sosial yang ada di Aceh setelah beliau pulang dari

Aceh. Tidak lama kemudian anak itu datang dengan didampingi

perwakilan dari keluarganya. beliau berinisiatif ingin merawatnya

sendiri, maka dari itu lima anak korban tsunami tersebut tidak

ditempatkan di Yayasan Himmatun Ayat (induknya).

21

C.

Kronologi Pendirian Pondok Pesantren Yatim Indonesia

1.

Faktor Keterlibatan Pendiri Pondok Pesantren Yatim Indonesia Sebagai

Relawan Korban Tsunami

Peristiwa yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah

Aceh. Waktu itu pada Minggu pagi, 26 Desember 2004 terjadilah

tsunami yang menewaskan ribuan penduduk di Aceh. Gempa yang

berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa

bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang

menghantam Aceh, menewaskan hampir sekitar 126.741 warga Aceh dan

93.285 orang hilang. Ribuan bangunan hancur lebur, ribuan mayat hilang

tidak ditemukan dan ribuan pula mayat yang dikuburkan secara massal.

22

Tragedi dahsyat itu mengetuk hati KH. Abdul Kholiq untuk ikut

berempati. Beberapa bulan setelah kejadian, sekitar bulan April beliau

21 Ibid.

22 Rachmad Gempol, “Tragedi Tsunami Aceh Paling Hebat di Dunia Pada Abad ke-21”,dalam http://m.kompasiana.com/rachmadgempol/tragedi-tsunami-aceh-paling-hebat-di-dunia-pada-abad-ke-21 (25 Juni 2015).


(51)

dan kawan-kawan memutuskan untuk berangkat ke Aceh. Padahal saat

itu beliau baru saja pulang dari rumah sakit dikarenakan usus buntu.

Sebelumnya, Yayasan Himmatun Ayat sudah bekerja sama dan

menyantuni sebuah organisasi-organisasi sosial Islam penyantun anak

yatim di Aceh. Mendengar kabar bahwa telah terjadi tsunami di Aceh,

semua bantuan dari Surabaya pun langsung diterbangkan ke sana. Tidak

lama kemudian KH. Abdul Kholiq beserta kawan-kawan dari Surabaya

langsung terbang ke Aceh.

Dengan modal 10 juta KH. Abdul Kholiq beserta kawan-kawan

dengan tekat kuatnya langsung berangkat ke Aceh. Selama hampir empat

bulan beliau menghabiskan waktu untuk menjadi relawan di lokasi

bencana tersebut, beliau disana merawat korban-korban yang terluka

dengan semampunya. Melihat nasib anak-anak korban tsunami yang

kehilangan sanak keluarganya termasuk orang tuanya, beliau

berkeinginan untuk membawa sebagian anak korban tsunami untuk

pulang ke Jawa.

Sampai akhirnya pada Juni 2005 beliau mendatangi pejabat Dinas

Sosial (Dinsos) Provinsi Aceh untuk meminta izin agar diperbolehkan

membawa pulang beberapa anak korban tsunami ke Jawa. Beliau

meyakinkan pemerintah setempat akan merawat dan menyayanginya

seperti anak mereka sendiri serta memberikan pendidikan yang layak

untuk anak-anak tersebut.

23


(52)

2.

Proses Penyelamatan dan Pengasuhan Korban Ke Pondok Pesantren

Yatim Indonesia

Setelah hampir setengah tahun pernah menjadi relawan di Aceh,

KH. Abdul Kholiq beserta kawan-kawan akhirnya pulang ke Jawa.

Sesampainya di rumah beliau mendapat kabar bahwa ada lima anak

korban tsunami dari Aceh yang ingin studi ke Jawa. Sebelumnya, KH.

Abdul Kholiq sempat mendatangi pejabat Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi

Aceh untuk meminta izin agar diperbolehkan membawa pulang beberapa

anak korban tsunami ke Jawa. Tetapi semua itu tidak mudah dan butuh

proses yang panjang dengan berbagai pertimbangan, karena pada waktu

itu semua anak korban tsunami dihimbau untuk tidak boleh keluar dari

Aceh, takutnya terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

24

Melalui

berbagai pertimbangan, ternyata banyak anak-anak korban tsunami yang

ingin studi ke Jawa. Sampai akhirnya pada Juli 2005 mereka langsung

diterbangkan menggunakan pesawat garuda dengan didampingi

perwakilan dari keluarganya.

Setelah sesampainya di pulau Jawa tepatnya di Desa Metatu,

kelima anak tersebut langsung dimasukkan ke sekolah-sekolah di sekitar

Desa Metatu. Ada yang masuk MI dan MTsN Metatu Gresik. Pada tahun

2013, juga datang anak korban dari perang sampit yang bernama Jeri

Maulana. Yayasan Himmatun Ayat menitipkan Jeri ke Pondok Pesantren

Yatim Indonesia karena sudah tidak sanggup lagi untuk merawatnya

24


(53)

dikarenakan sikap dan prilakunya yang susah diatur. Yayasan Himmatun

Ayat juga mendapatkan Jeri dari salah satu Pondok Pesantren Yatim di

Yogyakarta yang kebetulan pengasuh dari pondok pesantren adalah salah

satu aktifis asal Yogyakarta yang bernama Dwi Aris Susanto. Beliau

pernah ke Kalimantan dan mendapatkan Jeri di panti asuhan yang kurang

terawat.

Sejak tahun 2002 Jeri tinggal disebuah panti asuhan di Kecamatan

Melayu, Barito Utara, Kalimantan Tengah. Dwi Aris Susanto kemudian

membawanya pulang ke Kota Gudeg, karena merasa kasihan dengan Jeri

bocah malang tersebut. Berdasarkan informasi dari panti asuhan yang

berada di Kalimantan, Jeri ditemukan hidup sebatang kara di hutan yang

tidak diketahui siapa orang tuanya.

25

Sejak lahir pada tahun 2001, dia

tidak pernah mendapatkan perhatian layaknya seorang anak. Kata

penduduk setempat, Jeri adalah korban dari perang sampit. Perang yang

berawal dari konflik antara suku Dayak asli dan warga migran Madura

dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika

dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Perang ini

mengakibatkan lebih dari 500 orang meninggal dunia, dengan lebih dari

100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.

26

Banyak warga

Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

25

Abdul Kholiq, Wawancara, Metatu, Gresik, 15 September 2015.

26 Febrio Valentino, “Perang Sampit”, dalam http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/05/perang-sampit_2.html?m=1 (05 Desember 2013).


(1)

ingin membina serta menyantuni anak yatim dan anak terlantar secara intensif. Strategi yang dilakukan KH. Abdul Kholiq untuk mewujudkan visi dan misi tersebut yaitu dengan membentuk generasi Yatama (Yatim Tangguh, Alim, Mandiri dan Amanah). Dalam rangka mencapai visi, misi dan strategi tersebut, KH. Abdul Kholiq membuat berbagai program kegiatan, seperti pada program pemberian beasiswa melalui kerja sama baik dari dalam maupun luar negeri, seperti bekerja sama dengan Peyatim (Pertubuhan Kebajikan Anak Yatim Malaysia), yakni yayasan yang membiayai perkuliahan anak yatim dari Pondok Pesantren Yatim Indonesia.

Pondok juga mempunyai kegiatan sehari-hari seperti kegiataan keagamaan sholat lima waktu berjama’ah, membaca Al-Qur’an dan belajar kitab-kitab serta menghafal tafsir ayat-ayat yatim. Selain itu dalam memberdayakan para santrinya, pondok memberikan pelatihan-pelatihan khusus seperti berternak kambing, membuat pupuk, berbudidaya ikan dan bercocok tanam.

3. Selain perkembangan jumlah santri yang semakin tahun semakin meningkat, selama berada di Pondok Pesantren Yatim Indonesia para santri juga banyak mengalami perubahan positif terhadap pola pikir, sikap dan prilaku mereka, seperti yang terjadi pada santri luar pulau Jawa khususnya anak korban tsunami dan perang sampit. Dari sebelum mereka masuk ke Pondok Pesantren Yatim Indonesia, para santri cenderung bersikap kasar, keras dan sangat emosional, tetapi selama


(2)

berada di Pondok Pesantren Yatim Indonesia, mereka menjadi lemah lembut dan sering mematuhi peraturan pondok.

4. Terdapat banyak respon positif dari mulai Kepala Desa Metatu, keluarga santri sampai masyarakat sekitar Desa Metatu mengenai adanya Pondok Pesantren Yatim Indonesia. Semua respon mereka kesimpulannya sama, yakni dengan adanya Pondok Pesantren Yatim Indonesia anak-anak yatim dapat sekolah secara gratis, karena Pondok Pesantren Yatim Indonesia memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak yatim dan terlantar di Indonesia. Dengan demikian masa depan anak-anak yatim dapat terjamin.

B. Saran

Sebagai bagian akhir ini, penulis hanya memberi masukan atau saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perkembangan Pondok Pesantren Yatim Indonesia pada masa yang akan datang, bahwa: sebagai pondok pesantren yang banyak menampung anak-anak yatim dan terlantar dari luar Pulau Jawa seperti Aceh, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Kalimantan, alangkah baiknya para santrinya ditambah dari Sumatra atau Sulawesi, karena melihat di Pondok Pesantren Yatim Indonesia belum adanya santri yang berasal dari kedua pulau tersebut, seperti pula yang dikatakan oleh Hj. Latifah (istri pendiri pondok).

Sebagai manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik selalu kami nantikan guna penyempurnaan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Hukum

Surat akta notaris no. 52 (28-04 2000) dibuat oleh Heroe Djatmiko, SH tentang awal berdirinya YA HIMMATUN AYAT (Yayasan Himpunan Muslim Penyantun Anak Yatim)

Akta pembaharuan no. 176 (29-07 2011) dibuat oleh Ranti Nur Sukmahandayani, SH tentang pembaharuan nama YA HIMMATUN AYAT menjadi Himmatun Ayat (Himpunan Muslim Penyantun Anak Yatim dan Anak Terlantar).

B. Buku

Abdullah, Taufik. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

A, Rofiq. Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.

A’la, Abdul. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2006.

Choliq, Abdul. Tafsir Ayat-Ayat Yatim. Surabaya: Himmatun Ayat, 2006. Djarwanto. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan

Skripsi. Jakarta: Liberty, 1990.

Fanany, Abdul Chayyi. Pesantren Anak Jalanan. Surabaya: Alpha, 2008. Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah Cet 4. Jakarta: UI Press, 1985.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia, 1993.

Kuntowijiyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995.


(4)

Perdana, Teguh Iman. Mengasuh Anak dengan Energi dan Emosi Positif. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2012.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar cet 4. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990.

Ulwan, Abdullah Nasikh. Pendidikan Anak Menurut Islam: Kaidah-kaidah Dasar. Bandung: Roesda Karya, 1992.

Widyatmanti, Wirastuti. Geografi. Jakarta: Grasindo, 2008. Zulaicha, Lilik. Metodologi Sejarah I. Laporan Penelitian, 2005. C. Majalah, Surat Kabar, dan Artikel

Budi Hartoyo. “Beasiswa Kuliah Luar Negeri”. Bilyatimi. Edisi 175, November 2014.

Budi Hartoyo. “Menjadi Hero Sejati Berjuang Tanpa Perih”. Bilyatimi. Edisi 175, November 2014.

Budi Hartoyo. “Profil Yayasan Himmatun Ayat”. Bilyatimi. Edisi 175, November 2014.

Umar Rifai. ”Terima Presiden Peyatim Malaysia”. Jawa Pos. 18 Januarai 2010.

Umar Wirahadi. “Pernah Ingin Jadi Penjahat Sekarang Pilih Pilot”. Jawa Pos. 17 Februari 2015.

Umar Wirahadi. “Tanpa Publikasi Santri Terus Berdatangan”. Jawa Pos. 10 Juli 2015.

D. Skripsi, Tesis dan Dsertasi

So’im, Muhammad. Strategi Pemberdayaan Anak Terlantar: Upaya Pemberdayaan Kapasitas Penanganan Anak Terlantar di Yayasan

Himmatun Ayat Kupang Surabaya. Skripsi, UIN Sunan Ampel


(5)

E. Internet

Febrio Valentino, “Perang Sampit”, dalam http://kupasiana.psik ologiup45.com/2013/05/perang-sampit_2.html?m=1 (05 Desember 2013).

Metatu City, “Metatuku: Letak Geografis”, dalam http://metatu-benjeng.blogspot.ae/2015/05/letak-geografis.html?m=1 (31 Mei 2015).

Noer Cholis, “Sejarah Desa Metatu”, dalam http://cholis145.blogspot.ae/ 2014/02sejarah-desa-metatu.html?m=1 (02 Februari 2014).

Rachmad Gempol, “Tragedi Tsunami Aceh Paling Hebat di Dunia Pada Abad ke-21”,dalam http://m.kompasiana .com/rachmadg empo l/ tragedi -tsunami-aceh-paling-hebat-di-dunia-pada-abad-ke-21 (25 Juni 2015).

Sholihin Ichin, “Nabi SAW Menggembala Kambing”, dalam http://cintarasul.org/nabi-saw-menggembala-kambing/ (07 Februari 2015).

Zainullah Rois, “Janji Allah Bagi Penghafal Qur’an”, dalam http://majalahqalam. wordpress.com/kolom/tausiyah/janji-allah-bagi-penghafal-qur’an/ (11 Februari 2016).

F. Wawancara

Abdul Haris, Wawancara, Gresik, 05 Oktober 2015. Abdul Kholiq, Wawancara, Gresik, 15 September 2015. Ali Hikma, Wawancara, Gresik, 22 Maret 2016.

Ali Mashudi, Wawancara, Gresik, 15 Maret 2016. Lasmiati, Wawancara, Gresik, 02 April 2016.

Latifah Kholiq, Wawancara, Gresik, 15 September 2015. Lisa Anggraeni, Wawancara, Gresik, 22 Maret 2016. Mad Daroem, Wawancara, Gresik, 05 Oktober 2015. Mahfud Wahyudi, Wawancara, Gresik, 15 Maret 2016.


(6)

Mujabir Kao, Wawancara, Gresik, 15 Maret 2016. Nurul Askin, Wawancara, Gresik, 21 September 2015. Salut, Wawancara, Gresik, 02 April 2016.

Solikha Dirin, Wawancara, Gresik, 10 Maret 2016. Salut, Wawancara, Gresik, 02 April 2016.