w x
2.1.1.1 Karakteristik dalam Segi Inteligensi
Kemampuan intelegensi anak tunarungu sama seperti anak yang normal pendengarannya. Anak tunarungu ada yang memiliki inteligensi tinggi, rata-rata dan
rendah. Perkembangan inteligensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan yang mendengar. Anak yang mendengar, belajar banyak dari apa yang di dengarnya,
misalnya cerita kakak tentang kota, cerita ibu tentang pasar, dan cerita ayah tentang kantor dan lain sebagainya. Anak menyerap dari segala yang didengarnya dan segala
sesuatu yang didengarnya merupakan sesuatu latihan berfikir, sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada anak tunarungu.
Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan intelektualnya yang rendah, tetapi pada umumnya disebabkan karena inteligensinya
tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimal. Tidak semua aspek inteligensi anak tunarungu terhambat, tetapi hanya yang bersifat verbal, misalnya
dalam merumusan pengertian, menarik kesimpulan dan meramalkan kejadian. Aspek inteligensi yang bersumber pada penglihatan dan yang berupa motorik tidak banyak
mengalami hambatan, bahkan dapat berkembang dengan cepat. Kemampuan anak tunarungu juga tergantung pada faktor kebahasaan, sesuai derajat ketunaan yang
disandang. Hal ini didasarkan adanya kenyataan bahwa berat ringannya kelainan akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan berbahasa penyandang
tunarungu. Adanya bimbingan yang teratur terutama dalam kecakapan berbahasa akan dapat membantu perkembangan intelegensi anak tunarungu.
y
2.1.1.2 Karakteristik dalam Segi Bahasa dan Bicara
Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, hal ini disebabkan perkembangan bahasa erat kaitannya dengan
kemampuan mendengar. Perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan karena meraban merupakan
kegiatan alami pernafasan dan pita suara. Pada akhir masa meraban mulai terjadi perbedaan perkembangan bahasa antara anak tunarungu dan anak-anak normal.
Anak-anak pada umumnya merasakan adanya kenikmatan dalam meraban karena dapat mendengarkan adanya suara yang keluar dari mulutnya. Sedangkan pada anak
tunarunguhal-hal tersebut tidak dapat dilakukan karena adanya hambatan pendengaran. Perkembangan bahasa anak tunarungu umumnya terhenti pada tahap
meraban. Setelah masa meraban, pola perkembangan bahasa anak tunarungu adalah
masa meniru. Pada masa meniru anak tunarungu terbatas pada peniruan yang sifatnya visual yaitu gerak dan isyarat. Perkembangan bicara selanjutnya pada anak tunarungu
memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Bahasa adalah alat berfikir dan sarana utama seseorang untuk berkomunikasi, untuk saling menyampaikan ide, konsep dan perasaannya. Serta
termasuk didalamnya kemampuan untuk mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasa serta penerapan. Kemampuan membaca, menulis, berbicara dan
mendengar merupakan alat komunikasi bahasa. Anak yang mendengar pada
z {
umumnya memperoleh kemampuan berbahasa dengan sendirinya bila dibesarkan dalam lingkungan berbahasa, yaitu lingkungan yang dalam kesehariannya selalu
berkomunikasi dengan bahasa yang baik. Maka dengan sendirinya anak akan mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasanya.
Anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila tidak dididik atau dilatih secara khusus. Akibat dari
ketidakmampuannya dibandingkan dengan anak yang mendengar dengan usia yang sama, maka dalam perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal.
2.1.1.3 Karakteristik dalam Segi Emosi dan Sosial