Plankton Predation of anchovy during capture process of bagan rambo: its relation to plankton abundance

oksigen dalam air akan menurunkan laju metabolisme aktif dan menghambat aktivitas spesies seperti pertumbuhan, perkembangan dan pergerakan. Salinitas pada perairan pantai umumnya bervariasi karena input aliran sungai. Variasi salinitas ini akan mempengaruhi osmoregulasi ikan dan menentukan kemampuan mengapung telur ikan. Salinitas juga mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan karena ikan bertoleransi terhadap kisaran salinitas tertentu. Pengaruh salinitas terhadap ikan juga berkaitan dengan orientasi migrasi ikan sebagai respon terhadap gradien salinitas, serta pengaruhnya terhadap keberhasilan reproduksi. Teri pada umumnya bersifat pelagis dan hidup pada lingkungan perairan pesisir Laevastu dan Hayes 1981.

2.3 Plankton

Plankton merupakan organisme renik yang melayang pasif dalam kolom air, tidak dapat melawan pergerakan massa air karena kemampuan renangnya yang sangat lemah Parson et al. 1977. Plankton berukuran mikroskopik antara 0,02 – 200 µm, hidupnya melayang atau mengapung dan tidak mempunyai kemampuan renang melawan arus, secara umum terbagi atas fitoplankton dan zooplankton Nybakken 1992; Romimohtarto dan Juwana 2001. Fitoplankton merupakan plankton yang bersifat nabati yang mampu memanfaatkan zat-zat anorganik dan merubahnya menjadi zat organik dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis yang hasilnya disebut produksi primer Nybakken 1992. Menurut Kaswadji et al. 1995 fitoplankton merupakan awal dari model rantai makanan di lautan, organisme ini dimangsa oleh zooplankton yang kemudian akan dimangsa oleh ikan dan predator lainnya sehingga mengantarkan energi dan materi ke jenjang trofik yang lebih tinggi. Komponen komunitas fitoplankton dalam suatu perairan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu sehingga akan menimbulkan proses suksesi. Jenis tertentu pada suatu saat akan muncul, kadang-kadang terjadi ledakan populasi dan pada saat yang lain jenis tersebut akan berkurang atau hilang sama sekali dan posisinya akan digantikan oleh jenis yang lain Nybakken 1992. Banyaknya fitoplankton di perairan biasanya berhubungan dengan konsentrasi fosfat, nitrat, silikat dan unsur hara lain. Dalam kondisi tertentu unsur hara ini akan menurun jika populasi fitoplankton naik, demikian pula sebaliknya unsur hara akan meningkat saat populasi fitoplankton Prescod 1973. Parsons et al. 1977 mengelompokkan alga yang mewakili fitoplankton di lautan terdiri atas delapan kelas yaitu Cyanophyceae alga biru-hijau, Rhodophyceae alga merah, Dynophyceae dinoflagellata, Haptophyceae termasuk cocolithophora, Chrysophycae alga kuning-kecoklatan, Xanthophyceae alga kuning, Chlorophyceae alga hijau dan Bacillariophyceae diatom. Diantara kelas-kelas tersebut, Bacillariophyceae dan Dynophyceae merupakan alga yang umum di laut. Lebih lanjut dikatakan bahwa distribusi fitoplankton yang tidak merata disebabkan oleh beberapa faktor antara lain angin, masukan air sungai, up welling, variasi unsur hara, kedalaman perairan, adanya arus bawah, aktivitas pemangsaan dan adanya percampuran massa air. Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, jenisnya sangat beranekaragam dan terdiri dari berbagai macam larva dan plankton bentuk dewasa yang dimiliki oleh hampir seluruh filum hewan Newell dan Newell 1977. Nybakken 1992 membedakan zooplankton berdasarkan daur hidupnya menjadi dua kelompok yaitu : 1 holoplankton, merupakan organisme plankton yang seluruh daur hidupnya bersifat plankton yang meliputi Copepoda, rotatoria dan chaetognata; dan 2 meroplankton, merupakan organisme yang hanya sebagian daur hidupnya bersifat plankton yaitu masa larva yang meliputi larva ikan, larva krustasea dan larva moluska. Umumnya perairan yang mempunyai kandungan zooplankton yang tinggi, memakan fitoplankton sedemikian cepatnya sehingga fitoplankton tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pembelahan sel. Bila jumlah zooplankton menurun dan menjadi sedikit, kondisi ini memberikan kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi Nybakken 1992. Lebih lanjut dijelaskan bahwa siklus pembelahan sel fitoplankton relatif lebih cepat dari siklus reproduksi zooplankton sehingga fitoplankton dapat bertambah dalam waktu yang relatif lebih cepat. Walaupun zooplakton akan memakan fitoplankton, namun karena siklus reproduksinya lebih lama maka untuk mencapai jumlah maksimum dibutuhkan waktu. Hubungan antara fitoplankton dan zooplankton terjadi di dalam rantai makanan dimana zooplankton memakan fitoplankton, proses ini dinamakan grazing pemangsaan. Grazing pemangsaan tidak hanya sebagai penyebab mortalitas fitoplankton tetapi juga merubah komposisi fitoplankton. Adanya grazing inilah yang menyebabkan perubahan biomassa fitoplankton di perairan Frost 1977. Nybakken 1992 menyatakan bahwa laju siklus reproduksi fitoplankton jauh lebih cepat dari pada zooplankton dan proses pemangsaan terjadi terus menerus sehingga komposisi fitoplankton tetap stabil. Hal ini berlangsung dalam jumlah yang tetap sepanjang tahun, sehingga proses pemangsaan tersebut tidak banyak mempengaruhi jumlah fitoplankton secara keseluruhan. Tomascik et al. 1997 menyatakan bahwa jumlah plankton di permukaan perairan pada pagi hari berbeda dengan siang hari. Hal ini penting untuk melihat migrasi vertikal, dimana plankton-plankton hewani cenderung berpindah di kedalaman yang lebih dalam selama siang hari dan menuju ke permukaan pada malam hari Basmi 1990. Banyak plankton hewani yang menghindari sinar matahari yang terlampau kuat di permukaan pada siang hari dan menyusup ke lapisan yang lebih dalam, baru setelah malam hari plankton tersebut kembali ke permukaan, sedangkan pada perairan yang lebih dangkal banyak yang bermigrasi dekat dasar perairan selama siang hari dan akan mucul ke permukaan pada malam hari. Migrasi vertikal bukan saja pada holoplankton seperti Copepoda, tetapi juga pada meroplankton seperti pada bermacam- macam mikroplankton Tomascik et al. 1997.

2.4 Kebiasaan Makanan