PENDAHULUAN Karakteristik minyak sawit kasar dan rancangan teknik kendalinya untuk mendukung pengembangan transportasi moda pipa
3 55
o
C hingga mencapai 80
o
C. Selain karena alasan agar proses pemanasan berlangsung lebih singkat, juga karena CPO ingin dipertahankan tetap cair tanpa
perlu pemanasan kembali saat bongkar muat karena pada umumnya truk tangki tidak dilengkapi dengan sistem pemanas. Berbagai permasalahan tersebut
menuntut perlunya pengembangan alternatif moda transportasi CPO yang lebih efisien, sehingga dapat memenuhi tuntutan akan kecenderungan produksi CPO
Indonesia yang terus meningkat. Terdapat alternatif moda transportasi lain yang lebih efisien untuk bahan
berbentuk cair yaitu menggunakan moda transportasi melalui pipa. Transportasi moda pipa telah diterapkan untuk beberapa fluida yang membutuhkan transportasi
secara bulk. Moda pipa memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat mengurangi pemakaian BBM, mengurangi okupansi jalan, dan peluang terjadinya
kontaminasi lebih rendah. Penggunaan moda pipa juga lebih efisien karena tidak memerlukan tahap bongkar muat pada alat transportasi dari dan ke dalam tangki
penyimpanan CPO. Pootakham dan Kumar 2010a dan 2010b telah melakukan kajian perbandingan antara sistem transportasi moda pipa dengan moda truk
tangki untuk bio-oil. Berdasarkan hasil penelitiannya, transportasi moda pipa lebih menguntungkan untuk transportasi bahan skala besar dan untuk jarak
tempuh yang jauh. Sejalan dengan upaya pemerintah Republik Indonesia dalam penerapan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI, telah dilakukan pengembangan klaster industri hilir kepala sawit Lakitan 2012.
Salah satu permasalahan yang masih dihadapi terkait pengembangan klaster industri hilir kepala sawit tersebut adalah jumlah dan kualitas infrastruktur
transportasi yang belum memadai Wargadalam 2012. Transportasi moda pipa dapat menjadi salah satu alternatif yang sesuai untuk menghubungkan antara unit
produksi CPO dengan unit produksi produk turunan minyak sawit lainnya dalam kawasan klaster industri hilir kelapa sawit tersebut.
Hingga saat ini, pemanfaatan moda pipa sebagai alternatif transportasi CPO baru diterapkan di industri pada jarak dekat untuk menghubungkan antara tangki
penyimpanan ke alat transportasi CPO maupun ke tangki penyimpanan lainnya. Jarak terjauh proses pengaliran CPO dalam sistem pipa yang telah diaplikasikan
4 di salah satu industri pengolah sawit di Indonesia adalah sepanjang 3 km, yaitu
yang dimiliki oleh Wilmar Group di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Pipa tersebut menghubungkan antara tangki penyimpanan di PKS dengan dermaga
kapal pengangkut CPO. Untuk menempuh jarak tersebut, proses pengaliran dilakukan pada suhu tinggi sekitar 55
o
C, mengikuti rekomendasi CACRCP 36 dimana suhu pengaliran untuk bongkar muat adalah pada suhu 50-55
o
C CAC 2005. CPO harus terus dipertahankan pada kisaran suhu tersebut agar CPO
berada dalam fase cair yang dapat dialirkan dan tidak mengalami kristalisasi yang berlebihan. Karena jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, proses pengaliran
CPO tersebut dapat dipertahankan tetap berlangsung pada suhu tinggi. Upaya untuk mempertahankan suhu agar tetap tinggi antara lain dengan penggunaan
insulasi di sepanjang pipa dengan material yang dapat menghambat terjadinya pelepasan panas yang berlebihan dari CPO bersuhu tinggi ke lingkungan.
Di dalam pengembangan sistem transportasi CPO moda pipa untuk jarak tempuh yang jauh, perlu dilakukan kajian penjaminan aliran flow assurance agar
aliran CPO dapat dipertahankan di sepanjang pipa. Terutama mengingat CPO memiliki karakteristik kimia yang istimewa bila dibandingkan dengan lemak
nabati lainnya, karena mengandung triacylglycerol TAG yang memiliki titik leleh yang bervariasi dengan komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh yang
hampir seimbang Basiron 2005. Pada suhu tertentu, akan terjadi pemisahan fraksi pada CPO akibat perbedaan titik leleh komponen asam-asam lemak
penyusunnya. CPO dapat terpisah menjadi fraksi yang tetap cair karena memiliki titik leleh yang rendah disebut fraksi olein dan fraksi yang memadat
mengkristal karena memiliki titik leleh yang tinggi disebut fraksi stearin. Pada saat dialirkan dalam pipa di suhu yang cukup rendah, keberadaan fraksi stearin
yang mengkristal pada suhu kamar akan menjadi masalah karena dapat menyebabkan hambatan pengaliran dan akhirnya menyebabkan penyumbatan
pipa. Upaya untuk mempertahankan aliran CPO di dalam pipa, sangat ditentukan
oleh karakteristik dasar CPO, sistem pengaliran, dan desain jaringan pipa yang dirancang. Pada desain transportasi CPO moda pipa, berbagai variabel proses
yang diterapkan pada desain jaringan pipa seperti daya pompa, jenis dan dimensi
5 pipa, laju aliran, ketinggian pipa, jumlah belokan pipa, jenis dan ketebalan
insulasi, dan variabel lainnya perlu diperhitungkan secara mendetail. Akan tetapi menurut Steffe dan Daubert 2006, variabel utama yang paling menentukan di
dalam perhitungan desain perpipaan adalah sifat reologi dari bahan yang akan dialirkan tersebut. Reologi adalah ilmu yang mempelajari sifat deformasi dan
aliran bahan. Yuliati 2001 telah melakukan penelitian mengenai sistem transportasi
CPO moda pipa untuk jarak tempuh yang jauh yaitu pada jarak 70 km, 140 km, dan 210 km. Peneliti tersebut menggunakan pendekatan proses pengaliran secara
isotermal dengan asumsi suhu CPO dapat terus dipertahankan tetap 55
o
C. Sistem pengaliran CPO yang didesain oleh peneliti tersebut mengasumsikan viskositas
CPO yang konstan, serta tidak memperhitungkan terjadinya pelepasan panas selama pengaliran CPO. Asumsi tersebut kurang tepat karena sebaik apapun
sistem insulasi yang diterapkan, tetap akan terjadi pelepasan panas ke lingkungan, terutama pada jarak tempuh yang jauh. Suhu pengaliran yang terus menurun akan
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat fisik CPO, khususnya sifat reologinya. Saat ini, penerapan moda pipa untuk transportasi CPO pada jarak tempuh
yang jauh masih menghadapi kendala, antara lain belum tersedianya data dasar karakteristik CPO, khususnya data sifat reologi dan kristalisasi, yang dibutuhkan
dalam perhitungan untuk pengembangan desain transportasi moda pipa yang akurat. Data dasar karakteristik CPO, khususnya CPO yang berasal dari
Indonesia, hingga saat ini belum tersedia. Oleh karena itu, karakteristik CPO khususnya terkait dengan sifat reologi dan kristalisasinya perlu dikaji secara lebih
mendalam. Pada sistem transportasi CPO moda pipa untuk jarak tempuh yang jauh,
suhu awal CPO yang tinggi akan mengalami penurunan akibat pelepasan panas ke lingkungan. Pada saat terjadi penurunan suhu tersebut, karakteristik CPO
khususnya sifat fisik densitas, profil SFC, dan sifat reologinya akan mengalami perubahan. Kim et al. 2010 mengemukakan bahwa perubahan suhu yang
dialami minyak nabati sangat berpengaruh terhadap sifat reologinya. Menurut Fasina et al. 2006, perubahan sifat reologi akibat pengaruh suhu akan
menentukan energi yang dibutuhkan untuk pemompaan minyak dan
6 mempengaruhi kesetimbangan energi mekanis dalam sistem perpipaan yang
menentukan berlangsungnya proses pengaliran di sepanjang pipa. Dengan demikian, pengaruh suhu terhadap karakteristik CPO perlu dipelajari lebih lanjut,
untuk menjadi dasar di dalam menyusun rancangan teknik kendali agar CPO dapat dialirkan di dalam sistem pipa jarak jauh yang mengalami penurunan suhu.
Terkait dengan penggunaan data sifat reologi CPO untuk perhitungan desain perpipaan, maka berbagai variabel proses yang menentukan sifat reologi selama
proses pengaliran CPO di dalam pipa perlu dipelajari. Selama pengaliran di dalam pipa, CPO akan mengalami perubahan suhu dan laju geser shear rate
yang akan mempengaruhi sifat reologi dan kristalisasinya. Hingga saat ini, belum terdapat penelitian yang mempelajari sifat reologi dan kristalisasi CPO saat
mengalami perlakuan kombinasi laju penurunan suhu dan shear rate dalam penelitian ini disebut kondisi dinamis, dimana sampel masih dapat dialirkan dan
belum mengalami tahap kristalisasi yang sempurna. Berdasarkan data dasar sifat fisik CPO, khususnya data sifat reologi dan
kristalisasinya, dapat disusun suatu rancangan teknik kendali karakteristik CPO untuk mencegah terjadinya penyumbatan aliran di sepanjang pipa khususnya
untuk jarak tempuh yang jauh. Melalui kajian karakteristik CPO dan rancangan teknik kendalinya, dasar-dasar teknis ilmiah untuk pengembangan transportasi
CPO moda pipa untuk jarak tempuh yang jauh akan menjadi lebih kuat.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum mempunyai tujuan untuk memperoleh data dasar karakteristik CPO beserta rancangan teknik kendalinya selama proses
pengaliran dalam pipa, yang berguna dalam mendukung dan memperkuat dasar- dasar teknis ilmiah terkait upaya pengembangan sistem transportasi CPO moda
pipa di Indonesia, khususnya untuk jarak tempuh yang jauh. Secara lebih terperinci, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan:
1.
Data dasar karakteristik CPO yang mencakup data mutu dan data sifat fisik terkait proses transportasi moda pipa; beserta data korelasi dan persamaan
7 matematika untuk memprediksi parameter sifat fisik CPO berdasarkan atribut
mutunya.
2.
Data pengaruh suhu terhadap parameter sifat fisik CPO beserta pemodelan matematikanya.
3.
Data sifat reologi dan kristalisasi lemak CPO pada kondisi dinamis, yang dipengaruhi oleh variabel proses pengaliran yang mencakup pengaruh suhu,
laju penurunan suhu, dan shear rate laju geser yang diterapkan;
4.
Rancangan teknik kendali karakteristik CPO untuk transportasi moda pipa, khususnya untuk jarak tempuh yang jauh.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendukung pengembangan transportasi CPO moda pipa di Indonesia pada jarak tempuh yang
jauh, serta membantu upaya pemecahan masalah strategis nasional pada aspek peningkatan mutu dan efisiensi proses transportasi CPO, untuk memperkuat
industri minyak sawit Indonesia.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Atribut mutu CPO berkorelasi dengan parameter sifat fisiknya, dan dapat diperoleh persamaan matematika untuk memprediksi parameter sifat fisik
CPO berdasarkan atribut mutunya. 2.
Parameter sifat fisik CPO dipengaruhi oleh suhu serta metode penerapan suhu yang diterapkan.
3. Variabel proses pengaliran mencakup suhu, laju penurunan suhu dan shear
rate menentukan sifat reologi dan kristalisasi CPO. Kontrol terhadap variabel proses tersebut dapat mempertahankan sifat reologi CPO agar tetap dapat
mengalir, serta dapat mencegah terjadinya proses kristalisasi CPO. 4.
Karakteristik CPO dapat dikendalikan oleh suatu teknik kendali pengaliran melalui penerapan variabel proses pengaliran dan sistem perpipaan tertentu,
8 melalui pemberian gaya dorong pompa, penggunaan sistem insulasi, dan
pemanasan kembali pada titik-titik tertentu sepanjang jalur pipa, sehingga
dapat diterapkan pada transportasi CPO moda pipa untuk jarak tempuh yang jauh.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup kajian mengenai karakteristik CPO untuk menghasilkan data dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem
transportasi CPO moda pipa. Kajian karakteristik CPO mencakup pengujian mutu dan sifat fisik beberapa sampel CPO, serta penentuan korelasi dan
pengembangan persamaan matematika yang dapat digunakan untuk memprediksi parameter sifat fisik berdasarkan atribut mutunya. Selain itu dilakukan pula
kajian pengaruh suhu dan metode penerapan suhu terhadap parameter sifat fisik CPO. Pengaruh laju penurunan suhu dan shear rate terhadap sifat reologi dan
kristalisasi CPO diterapkan pada kondisi dinamis yang terkontrol, maupun pada kondisi dinamis saat mengalir di dalam pipa. Berdasarkan data dasar yang
diperoleh, dalam penelitian ini juga diajukan rancangan teknik kendali karakteristik CPO selama pengaliran di dalam sistem pengaliran tertentu, beserta
contoh perhitungan sistem perpipaan secara teoritis. Penelitian ini belum mencakup aspek peningkatan skala scaling up sistem perpipaan, maupun
aplikasinya lapangan. Diagram alir ruang lingkup penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Kebaruan Penelitian
Di dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat beberapa hal penting yang memiliki muatan kebaruan novelty, yaitu sebagai berikut:
1. Kajian karakteristik sifat fisik CPO yang berasal dari Indonesia, khususnya
sifat reologi dan kristalisasinya belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian sebelumnya lebih banyak mengkaji karakteristik RBDPO dan
komoditas minyaklemak lainnya.
9
Gambar 1 Ruang lingkup penelitian Karakteristik Minyak Sawit Kasar Crude Palm Oil atau CPO dan Rancangan Teknik Kendalinya untuk
Mendukung Pengembangan Transportasi Moda Pipa.
Kajian Mutu dan Sifat Fisik CPO
1. Analisis mutu CPO berdasarkan SNI 01-2901-2006
2. Pengujian sifat fisik CPO
3. Penyusunan persamaan matematika untuk memprediksi parameter
sifat fisik CPO berdasarkan atribut mutu
Kajian Sifat Reologi dan Kristalisasi dan CPO pada Kondisi Dinamis
1. Pengujian parameter kristalisasi CPO pada kondisi statis 2. Pengujian sifat reologi dan kristalisasi CPO pada kondisi dinamis terkontrol
3. Pengujian pengaruh suhu isotermal terhadap sifat reologi dan kristalisasi CPO 4. Pengujian karakteristik CPO selama pengaliran dalam pipa sirkulasi
Penyusunan Rancangan Teknik Kendali Transportasi CPO Moda Pipa
1. Rancangan teknik kendali transportasi CPO moda pipa dengan sistem
pengaliran isotermal 2.
Rancangan teknik kendali transportasi CPO moda pipa dengan sistem pengaliran non-isotermal
Kajian Pengaruh Suhu terhadap Sifat Fisik CPO
1. Pengukuran sifat fisik CPO pada kisaran suhu 25-55
o
C 2. Analisis pengaruh suhu terhadap sifat fisik CPO dan pemodelan
matematikanya 3. Penentuan korelasi antar parameter sifat fisik CPO terkait dengan
pengaruh suhu 4. Pengujian pengaruh metode penerapan suhu terhadap sifat reologi
CPO pada kisaran suhu 25-55
o
C 5. Pengujian pengaruh siklus suhu 25-55
o
C terhadap sifat fisik CPO
10 2.
Metode pengujian sifat reologi dan kristalisasi CPO pada penelitian ini menggunakan kombinasi faktor percobaan pengaruh laju penurunan suhu dan
shear rate gaya geser atau disebut kondisi dinamis; sedangkan penelitian sebelumnya lebih banyak mengkaji sifat reologi dan kristalisasi sampel
minyaklemak pada kondisi statis hingga sampel padat sempurna, dengan hanya mempelajari salah satu faktor percobaan. Pengamatan dalam penelitian
ini lebih fokus dilakukan pada kondisi CPO yang masih dapat dialirkan belum memadat sempurna.
3. Penelitian ini memperhitungkan terjadinya perubahan karakteristik CPO
akibat pengaruh suhu selama pengaliran akibat pelepasan panas di sepanjang pipa. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan asumsi
bahwa karakteristik CPO dan suhu tetap konstan selama pengaliran di sepanjang pipa hingga jarak tempuh yang jauh, yang kurang sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya di lapangan. 4.
Di dalam penelitian ini, diajukan pendekatan baru dalam sistem pengaliran CPO. Praktek di lapangan dan penelitian sebelumnya menggunakan
pendekatan sistem pengaliran CPO yang isotermal, sedangkan dalam penelitian ini diajukan sistem pengaliran CPO dalam pipa secara non-
isotermal dari suhu awal pengaliran 55
o
C yang kemudian mengalami penurunan suhu akibat pelepasan panas di sepanjang pipa hingga suhu
minimal pengaliran tertentu, dengan memanfaatkan karakteristik reologi CPO pada kondisi metastabil, agar pengaliran CPO dapat berlangsung pada jarak
yang jauh.
11