PERAN KELOMPOKTANI TERHADAP KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING Studi Kasus di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang

(1)

PERAN KELOMPOKTANI TERHADAP

KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING

Studi Kasus di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang

TESIS

Diajukan oleh :

Abdul Muksid

NIM : 201110390211004

MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MALANG

2014


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah Tesis berjudul PERAN KELOMPOKTANI TERHADAP KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING (STUDI KASUS DI KECAMATAN WOWNOSARI KABUPATEN MALANG) dapat penulis selesaikan dengan lancar.

Tesis ini disusun sebagai tugas akhir untuk menempuh gelar Magister Agribisnis (M. Agr) pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang .

Tersusunnya Tesis ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak, oleh karena itu atas jasanya penulis mengucapkan terima kasih seraya mendoakan semoga Tuhan melipahkan pahala kepada :

1. Bapak Dr. Anas Tain, MM selaku Dosen Pembimbing Utama. 2. Bapak Dr. Sutawi, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping. 3. Bapak Prof. Dr. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si selaku Dosen Penguji. 4. Bapak Prof. Dr. Sujono, M.Kes selaku Dosen Penguji.

5. Para peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang sebagai responden.

6. Koordinator dan Penyuluh Pertanian di BPP Wonosari yang memfalitasi dalam perolehan responden dan data.

7. Bapak Camat Wonosari Kabupaten Malang beserta Staf, yang telah berjasa dalam pemberian izin dan perolehan data sekunder.


(3)

8. Ketua serta teman-teman Dosen STPP Malang yang memberi peluang, dukungan dan berbagai masukan.

9. Berbagai pihak lain yang tidak disebutkan satu persatu.

Harapan penulis, kritik dan saran dari pembaca agar tesis ini menjadi lebih baik. Semoga tesis ini dapat memberi kontribusi dalam hasanah ilmu pengetahuan khususnya pemberdayaan petani, dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Malang, Januari 2014


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Devinisi Istilah ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Kajian Pustaka ... 9

2.1.1. Pengertian Pemberdayaan ... 9

2.1.2. Konsep Dasar Pemberdayaan ... 11

2.1.3. Proses Pemberdayaan ... 13

2.1.4. Penerima Manfaat dan Pemangku Kepentingan Pemberdayaan ... 14

2.1.5. Pemberdayaan Petani ... 15

2.1.6. Keberdayaan ... 18

2.1.7. Kelompok dan Kelompoktani ... 19


(5)

2.1.9. Kelas Kelompoktani ... 24

2.1.10. Penelitian Terdahulu ... 25

2.2. Kerangka Pemikiran ... 27

2.3. Hipotesis ... 29

BAB III. METODA PENELITIAN ... 30

3.1. Obyek, Subyek, dan Tempat Penelitian ... 30

3.2. Metode Penelitian ... 30

3.2.1. Disain Penelitian ... 30

3.2.2. Sumber Data ... 30

3.2.3. Metode Penarikan Sampel ... 31

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.2.5. Teknik Analisis Data ... 33

3.2.6. Rancangan Uji Hipotesis ... 36

3.2.7. Operasionalisasi Variabel ... 38

3.2.8. Uji Instrumen Penelitian ... 40

3.2.8.1. Uji Validitas ... 40

3.2.8.2. Uji Reliabilitas ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Kondisi Geografi dan Demografi ... 44

4.2. Keragaan Kelompoktani ... 47

4.3. Keragaan Usaha Peternakan Kambing ... 50

4.4. Keragaan Responden ... 58


(6)

4.6. Analisis Deskriptif Peran Kelompoktani ... 62

4.7. Analisis Deskriptif Keberdayaan Peternak Kambing ... 65

4.8. Analisis Pengaruh Peran Kelompoktani Terhadap Keberdayaan Peternak Kambing ... 74

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1. Simpulan ... 87

5.2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(7)

DAFTAR TABEL

1. Distribusi Sampel ... 31

2. Kategori Item dan Skala Skor ... 32

3. Penggunaan Lahan Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang ... 44

4. Distribusi Penduduk Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Menurut Desa ... 45

5. Distribusi Penduduk Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Menurut Jenis Pekerjaan ... 46

6. Populasi Ternak Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang ... 47

7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 58

8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59

9. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 60

10. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kambing ... 60

11. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Beternak ... 61

12. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Dalam Kelompoktani... 61

13. Distribusi Responden Berdasarkan Kriteria Peran Kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang ... 62

14. Distribusi Skor Variabel Peran Kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang ... 63

15. Distribusi Responden dan Skor Peran Kelompoktani Berdasarkan Kelas Kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang ... 64

16. Distribusi Responden Berdasakan Kriteria Keberdayaan Peternak Kambing di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang ... 65

17. Kriteria Keberdayaan Peternak Kambing di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Untuk Aspek Teknis, Aspek Manajerial, Aspek dan Aspek Ekonomi ... 66


(8)

18. Proyeksi Responden dan Kriteria Aspek Teknis pada Aspek

Manajerial dan Aspek Ekonomi ... 68 19. Proyeksi Responden dan Kriteria Aspek Manajerial pada Aspek

Teknis dan Aspek Ekonomi ... 69 20. Proyeksi Responden dan Kriteria Aspek Ekonomi pada Aspek

Manajerial dan Aspek Teknis ... 70 21. Distribusi Responden dan Skor Keberdayaan Peternak Kambing Berdasarkan Kelas Kelompoktani di Kecamatan Wonosari

Kabupaten Malang ... 73 22. Distribusi Responden dan Skor Aspek Keberdayaan Peternak

Kambing Berdasarkan Kelas Kelompoktani di Kecamatan

Wonosari Kabupaten Malang ... 74 23. Hasil Analisis Jalur ... 75 24. Distribusi Skor Keberdayaan Peternak Kambing Berdasarkan

Umur ... 82 25. Distribusi Skor Keberdayaan Peternak Kambing Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 83 26. Distribusi Skor Keberdayaan Peternak Kambing Berdasarkan


(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 29 2. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ... 35


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Instrumen ... 94

2. Kuesioner ... 96

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 101

4. Perhitungan Responden ... 105

5. Data Responden ... 106

6. Data Kelopoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2012 ... 114

7. Rekapitulasi Skor Uji Instrumen Variabel X Skala Ordinal . ... 116

8. Rekapitulasi Skor Uji Instrumen Variabel X Skala Interval ... 120

9. Rekapitulasi Skor Uji Instrumen Variabel Y Skala Ordinal ... 128

10. Rekapitulasi Skor Uji Instrumen Variabel Y Skala Interval ... 132

11. Analisis Validitas X ... 138

12. Analisis Relibialitas X dan Y ... 140

13. Analisis Validitas Y ... 147

14. Rekapitulasi Skor Peran Kelompoktani Skala Ordinal ... 149

15. Rekapitulasi Skor Peran Kelompoktani Skala Interval ... 153

16. Rekapitulasi Skor Keberdayaan Peternak Kambing Skala Ordinal 163

17. Rekapitulasi Skor Keberdayaan Peternak Kambing Skala Interval 167

18. Analisis Jalur ... 175

19. Analisis Ekonomi Usaha Peternakan Kambing . ... 179


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H.A. 2007. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek PT. Rineka Cipta. Jakarta.

BKP3 Kabupaten Malang, 2010. Keputusan Bupati Malang Nomor 180/315/KEP/421.013/2010. Tentang Kelompoktani (POKTAN) dan Gabungan Kelompoktani (GAPOKTAN) di Kabupaten Malang.

BPP Wonosari. 2012. Kelompoktani Potensial Ternak Kambing Tahun 2012 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Wonosari.

BPSDMP. 2010. Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Tani Dalam Pengembangan Agribisnis. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian PSDM Pertanian. Jakarta.

BPSDMP, 2011. Peraturan Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Nomot 168/Per/SM.170/J/11/11 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompoktani.

Chambers, Robert. 1995. Poverty and Livelihood: Whose Reality Counts. Uner Kirdar and Leonard Silk (eds), 1995 People, From Impoverishment to Empowerment. New York: New York University Press.

David Berry, 1995. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Deptan, 1992. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4 tahun 1992 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Deptan, 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani. Biro Perencanaan dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta.

Deptan, 2001. Keputusan Menteri Pertanian No. 418/Kpts/OT.210/2001 tentang Pedoman Budidaya Ternak Kambing/Domba Yang Baik (Good Farming Practice). Departemen Pertanian. Jakarta.

Deptan, 2007. Peraturan Menteri Pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/ 2007. Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Departemen Pertanian. Jakarta.


(12)

Dusseldorp, 1981. Participation in Planned Development Influence by Government of Developing Countries at Local Level in Rural Areas. Wageningen: Agricultural University.

Friedmann, J. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge: Blackwell.

Heriyadi, D. 2008. Peternakan Kambing PE Pelestari Lingkungan Hidup. Litbang HP DKI Jabar. Fakultas Peternakan UNPAD.

Iswardayati, N.T. Keberdayaan Petani Dalam Penyuluhan Prtisipatif pola DAFEP (Decentraliced Agricultural and Forestry Extention Priject) Kasus di Kabupaten Bantul. http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn= detail&d_id=4567 Down load 20-11-2012.

Karsidi, Ravik. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Pambudy dan A.K.Adhy (ed.): Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani, Bogor: Penerbit Pustaka Wirausaha Muda.

Kementan, 2009. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010- 2014. Kementerian Pertanian Jakarta

Kerlinger, F.N., 1996. Foundation of Behavioral Research. Rinehartand Winston Inc. Terjemahan. Gadjah Mada University Press.

Mardikanto, T. dan T.A.H. Purwaka 2006. Pengembangan Badan Otorita UMKM Untuk Menanggulangi Kaum Dhuafa. Disampaikan pada Pertemuan Pejabat Pemerintah Kota Palu, tanggal 7 September 2006.

Mardikanto, T. 2010. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan 1. Fakultas Pertanian UNS dengan UNS Press. Surakarta.

Margono, S. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.

Mas’oed, 1993. Ekonomi Politik Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Dalam Perspektif. Vol. 5 No. 2.

Mauludin, dkk. 2010. Peranan Kelompok dalam Pengembangan Keberdayaan Peternak Sapi potong di Wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran, Bandung.


(13)

Mosher, A.T. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Disadur S. Krisnandi dan B. Samad. CV Yasaguna. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Penerbit Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.

Oktarina, S. dkk. Tingkat Keberdayaan Petani dan Tingkat Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani Plasma PIR Trans Di Kabupaten Banyuasin. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sriwijaya. Email: sellymus@yahoo.com

Pranarka, A.M.W. dan Prijono Onny, S. 1996. Pemberdayaan (Empowermwnt) Konsep dan Implementasi. CSIS, Jakarta.

Pranarka, A.M.W. dan Moelyarto, Vidyandika. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. LP3ES, Jakarta.

Pranarka, A.M.W. dan Vidyandika. 1996. Pemberdayaan (Empowermwnt) Konsep, Kebijakan dan Implementasi. CSIS, Jakarta.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. Yogyakarta: BPFE.

Riduwan, Drs. MBA. 2006. Dasar-Dasar Statistika. Alfabeta. Bandung.

Riduwan, Drs. MBA dan Kuncoro, E.A. Dr. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analisys). Alfabeta. Bandung.

Sarwono, B. 2006. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitepu, Nirwana, SK. 1994. Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Jurusan Statistika FMIPA Universitas Pajajaran.

Soerjono Soekanto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Suciani, IGN. Kayana, IW. Sukanata, dan IW. Budiartha. 2008. Kontribusi Usahatani Ternak Kambing Dalam Meningkatkan pendapatan Petani. (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Sumardjo, 1999. Transformasi Model Penyuluhan PertanianMenunuju Pengembangan Petani. Disertasi IPB. Bogor.

Sumodiningrat, 1999. Pemberdayaam Masyarakat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(14)

Suradisastra, Kedi. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Pusat Analisa Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26 No 2 Desember 2008.

Syahyuti, 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.

Wrihatnolo, R.R. dan Dwijowijoto, R. N. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Sebuah pengantar dan panduan pemberdayaan masyarakat. Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia-Jakarta. Yunasaf, U. 2008. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah dan Keberdayaan


(15)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional sangat penting dan strategis, karena sektor pertanian dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar masyarakat pedesaan dan menghasilkan bahan pangan bagi penduduk. Sektor pertanian juga menyediakan bahan baku bagi industri dan berkontribusi pada devisa negara melalui ekspor non migas, bahkan sektor pertanian mampu menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini. Upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat petani melalui berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian di Indonesia. Berbagai skim bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi sarana produksi, Bantuan Modal Langsung, Kredit Usaha Tani, dan lain sebagainya yang jumlahnya sangat beragam, namun hasilnya petani Indonesia masih berpendapatan rendah, masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan masih nampak belum mandiri dalam menjalankan usahataninya (Kementan, 2009).

Pendekatan kelembagaan telah menjadi pola dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, namun kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar. Ke depan, agar dapat berperan sebagai kelompoktani yang partisipatif, maka pengembangan kelembagaan harus dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kemampuan kelompoktani itu sendiri


(16)

sehingga menjadi mandiri. Pembentukan dan pengembangan kelompoktani di setiap desa juga harus menggunakan prinsip kemandirian lokal yang dicapai melalui prinsip pemberdayaan. Pendekatan yang top-down planning menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Suradisastra, 2008 dan Syahyuti, 2007).

Pemerintah telah menerapkan pendekatan kelompok pada berbagai program pemberdayaan petani di pedesaan. Kelemahan yang teridentifikasi antara lain kondisi organisasi petani saat ini lebih bersifat budaya dan sebagian besar berorientasi hanya untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, belum sepenuhnya diarahkan untuk memanfaatkan peluang ekonomi melalui pemanfaatan aksesibilitas terhadap berbagai informasi teknologi, permodalan dan pasar yang diperlukan bagi pengembangan usahatani dan usaha pertanian. Di sisi lain, kelembagaan usaha yang ada di pedesaan, seperti koperasi belum dapat sepenuhnya mengakomodasi kepentingan petani dan kelompok tani sebagai wadah pembinaan teknis. Berbagai kelembagaan petani yang sudah ada seperti Kelompoktani, Gabungan Kelompoktani, dihadapkan pada tantangan ke depan untuk merevitalisasi diri dari kelembagaan yang saat ini lebih dominan hanya sebagai wadah pembinaan teknis dan sosial menjadi kelembagaan yang juga berfungsi sebagai wadah pengembangan usaha yang berbadan hukum atau dapat berintegrasi dalam koperasi yang ada di pedesaan (Kementan, 2009).

Menurut Suradisastra (2008), bahwa salah satu kelemahan yang mendasar kegagalan pengembangan kelompok, karena tidak dilakukan melalui proses sosial yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek, belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompoktani secara hakiki.


(17)

Manfaat keberadaan kelompoktani dalam kontek peningkatan keberdayaan petani menunjukkan hasil positif, sejalan dengan hal ini Margono (2001) menyatakan bahwa pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas. Manfaat keberadaan kelompoktani dapat dirasakan melalui perannya dalam melaksanakan fungsi sebagai: 1) kelas belajar; 2) wahana kerjasama; dan 3) Unit produksi; (Deptan, 2007). Dengan demikian kelompoktani memiliki kedudukan strategis di dalam upaya pemberdayaan untuk meningkatkan keberdayaan petani. Peningkatan keberdayaan diperoleh dalam bentuk kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani. Bagi peternak, keberdayaan diwujudkan sebagai pelaku usahatani ternak yang berkualitas (farmers), yang sekurang-kurangnya harus dicirikan oleh: 1) penguasaan kemampuan dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak, dan 2) dimilikinya kemampuan manajerial yang memadai di dalam pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian keberhasilan usahataninya (Mauludin, 2010). Pada gilirannnya kemampuan tersebut diharapkan dapat mewujudkan usahatani yang layak sebagai sumber nafkah, sebagaimana dijelaskan oleh Pranarka dan Vidhyandika (1996) bahwa pemberdayaan dapat disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah.

Keberadaan kelompoktani di Kabupaten Malang memiliki peran strategis dalam mewujudkan wilayah tersebut menjadi salah satu sentra agribisnis ternak kambing di Jawa Timur. Populasi kambing di Jawa Timur sebanyak 2.822.912


(18)

ekor, sedangkan di Kabupaten Malang 180.178 ekor, dan diprediksikan populasi ternak kambing tahun 2009 - 2014 akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,50 % per tahun (Dinas Peternakan Jatim, 2010). Jumlah kelompoktani di Kabupaten Malang sebanyak 1553 kelompok, dengan jumlah anggota 168.677 petani yang tersebar pada 33 kecamatan (BKP3 Kabupaten Malang, 2010). Di Kecamatan Wonosari terdapat 37 Kelompoktani yang tersebar pada delapan desa, jumlah anggota 6644 orang, komoditas yang diusahakan adalah ternak kambing, tanaman pangan dan perkebunan (BPP Wonosari, 2013).

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha tani di pedesaan. Hal ini dikarenakan, ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak per kelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek, dan pertumbuhannya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling buruk, kambing masih dapat bertahan hidup (Sarwono, 2006).

Usaha ternak kambing memiliki prospek yang cukup cerah, hal ini tercermin pada jumlah kambing yang di potong untuk memenuhi permintaan konsumen di Kabupaten Malang pada tahun 2010 adalah sebanyak 34.172 ekor, meningkat 15,8% dibandingkan tahun sebelumnya (Disnak, 2010). Secara ekonomi usaha ternak kambing cukup menguntungkan, Heriyadi (2008) menyatakan bahwa usaha pemeliharaan 4 ekor kambing (1 ekor pejantan dan 3 ekor betina) mampu memberi tambahan keuntungan yang cukup baik bagi petani di Desa Cibeureum, Kabupaten Sumedang. Disamping itu petani juga dapat


(19)

memperoleh susu yang baik bagi kesehatan, dan pupuk kandang yang berguna sebagai penyubur lahan. Hasil penelitian Suciani, dkk (2008) di Kabupaten Tabanan menunjukkan bahwa usaha ternak kambing dapat dijadikan salah satu solusi alternatif untuk membantu program pengentasan kemiskinan bagi masyarakan petani di perdesaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mauludin, dkk. (2010) tentang Peranan Kelompok dalam Pengembangan Keberdayaan Peternak Sapi potong di Wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya menelaah hubungan peran kelompok dengan keberdayaan peternak. Dalam penelitian tersebut peran kelompok sebagai variabel bebas, terdiri atas empat variabel yaitu 1) peran sebagai kelas belajar; 2) peran sebagai unit produksi; 3) peran sebagai unit usaha; dan 4) peran sebagai wahana kerjasama; dan keberdayaan peternak sebagai variabel terikat, terdiri atas dua variabel yaitu 1) keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak; dan 2) keberdayaan peternak sebagai manajer. Penelitian tersebut tidak melibatkan aspek ekonomi sebagai variabel terikat. Variabel ini patut ditelaah dengan alasan: 1) bahwa pemberdayaan masyarakat berpusat pada bidang ekonomi karena sasaran utamanya adalah memandirikan masyarakat, sehingga peran ekonomi sangat penting (Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007); 2) pemberdayaan petani adalah upaya fasilitasi bagi petani maupun keluarga tani agar mampu menggunakan potensi kemampuan yang dimiliki untuk melakukan upaya perbaikan ekonomi keluarga menuju kemandirian (BPSDM Pertanian, 2010). Dari kedua alasan tersebut terkandung makna bahwa aspek ekonomi sebagai salah satu faktor keberdayaan, oleh karenanya peneliti bermaksud meneliti tentang Peran


(20)

Kelompoktani Terhadap Keberdayaan Peternak Kambing, dengan melibatkan aspek ekonomi dalam variabel terikat, disamping aspek teknis dan aspek manajerial.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai uraian di depan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

2. Bagaimana keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

3. Bagaimana pengaruh peran kelompoktani terhadap keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

1.3. Tujuan Penelitian :

1. Mendeskripsikan peran kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

2. Mendeskripsikan keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

3. Mengetahui pengaruh peran kelompoktani terhadap keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.


(21)

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat untuk : 1. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan

pemberdayaan kelompoktani dan pemberdayaan petani.

2. Sebagai masukan kepada fihak yang berkompeten atau yang berkepentingan dengan pemberdayaan kelompoktani, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, penyusunan dan pelaksanaan program pemberdayaan.

3. Meningkatkan pemahaman petani tentang pentingnya partisipasi dalam kelompoktani sehingga meningkatkan keberdayaannya.

4. Menambah kedalaman serta wawasan penulis dalam memahami kaedah-kaedah keilmuan tentang pemberdayaan.

1.5. Definisi Istilah

1. Kelompoktani adalah kelompoktani yang mengelola unit usahatani peternakan kambing.

2. Kelas kelompoktani adalah peringkat kemampuan kelompoktani yang terbagi dalam empat kelas, mulai peringkat terrendah sampai tertinggi yaitu : kelas pemula, kelas lanjut, kelas madya, dan kelas utama.

3. Peternak kambing adalah pelaku utama usaha peternakan kambing yang berstatus sebagai anggota kelompoktani.

4. Peran kelompoktani adalah tugas kelompktani dalam pelaksanaan fungsi kelompoktani yaitu sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit


(22)

produksi, dan unit usaha, yang dinyatakan dalam skor, dan diklasifikasikan dalam tiga kriteria yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

5. Keberdayaan peternak kambing adalah kemampuan peternak kambing dan kondisi usahatani ternak kambing yang dikelola dalam aspek teknis, aspek manajerial, dan aspek ekonomi, yang dinyatakan dalam skor dan diklasifikasikan dalam tiga kriteria yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. 6. Umur adalah usia responden yang dihitung sejak lahir sampai penelitian

dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun.

7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang dialami responden yang terdiri dari SD, SLTP, SLTA, dan PT.

8. Tingkat kepemilikan adalah jumlah kambing yang dipelihara atau dikuasai responden pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam satuan ekor atau unit satuan ternak.

9. Lama beternak adalah kisaran waktu sejak responden mulai mengusahan peternakan kambing sampai penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun.

10.Lama berkelompok adalah kisaran waktu sejak responden terdaftar sebagai anggota kelompoktani sampai penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun.


(1)

Manfaat keberadaan kelompoktani dalam kontek peningkatan keberdayaan petani menunjukkan hasil positif, sejalan dengan hal ini Margono (2001) menyatakan bahwa pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas. Manfaat keberadaan kelompoktani dapat dirasakan melalui perannya dalam melaksanakan fungsi sebagai: 1) kelas belajar; 2) wahana kerjasama; dan 3) Unit produksi; (Deptan, 2007). Dengan demikian kelompoktani memiliki kedudukan strategis di dalam upaya pemberdayaan untuk meningkatkan keberdayaan petani. Peningkatan keberdayaan diperoleh dalam bentuk kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani. Bagi peternak, keberdayaan diwujudkan sebagai pelaku usahatani ternak yang berkualitas (farmers), yang sekurang-kurangnya harus dicirikan oleh: 1) penguasaan kemampuan dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak, dan 2) dimilikinya kemampuan manajerial yang memadai di dalam pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian keberhasilan usahataninya (Mauludin, 2010). Pada gilirannnya kemampuan tersebut diharapkan dapat mewujudkan usahatani yang layak sebagai sumber nafkah, sebagaimana dijelaskan oleh Pranarka dan Vidhyandika (1996) bahwa pemberdayaan dapat disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah.

Keberadaan kelompoktani di Kabupaten Malang memiliki peran strategis dalam mewujudkan wilayah tersebut menjadi salah satu sentra agribisnis ternak kambing di Jawa Timur. Populasi kambing di Jawa Timur sebanyak 2.822.912


(2)

ekor, sedangkan di Kabupaten Malang 180.178 ekor, dan diprediksikan populasi ternak kambing tahun 2009 - 2014 akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,50 % per tahun (Dinas Peternakan Jatim, 2010). Jumlah kelompoktani di Kabupaten Malang sebanyak 1553 kelompok, dengan jumlah anggota 168.677 petani yang tersebar pada 33 kecamatan (BKP3 Kabupaten Malang, 2010). Di Kecamatan Wonosari terdapat 37 Kelompoktani yang tersebar pada delapan desa, jumlah anggota 6644 orang, komoditas yang diusahakan adalah ternak kambing, tanaman pangan dan perkebunan (BPP Wonosari, 2013).

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha tani di pedesaan. Hal ini dikarenakan, ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak per kelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek, dan pertumbuhannya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling buruk, kambing masih dapat bertahan hidup (Sarwono, 2006).

Usaha ternak kambing memiliki prospek yang cukup cerah, hal ini tercermin pada jumlah kambing yang di potong untuk memenuhi permintaan konsumen di Kabupaten Malang pada tahun 2010 adalah sebanyak 34.172 ekor, meningkat 15,8% dibandingkan tahun sebelumnya (Disnak, 2010). Secara ekonomi usaha ternak kambing cukup menguntungkan, Heriyadi (2008) menyatakan bahwa usaha pemeliharaan 4 ekor kambing (1 ekor pejantan dan 3 ekor betina) mampu memberi tambahan keuntungan yang cukup baik bagi petani di Desa Cibeureum, Kabupaten Sumedang. Disamping itu petani juga dapat


(3)

memperoleh susu yang baik bagi kesehatan, dan pupuk kandang yang berguna sebagai penyubur lahan. Hasil penelitian Suciani, dkk (2008) di Kabupaten Tabanan menunjukkan bahwa usaha ternak kambing dapat dijadikan salah satu solusi alternatif untuk membantu program pengentasan kemiskinan bagi masyarakan petani di perdesaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mauludin, dkk. (2010) tentang Peranan Kelompok dalam Pengembangan Keberdayaan Peternak Sapi potong di Wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya menelaah hubungan peran kelompok dengan keberdayaan peternak. Dalam penelitian tersebut peran kelompok sebagai variabel bebas, terdiri atas empat variabel yaitu 1) peran sebagai kelas belajar; 2) peran sebagai unit produksi; 3) peran sebagai unit usaha; dan 4) peran sebagai wahana kerjasama; dan keberdayaan peternak sebagai variabel terikat, terdiri atas dua variabel yaitu 1) keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak; dan 2) keberdayaan peternak sebagai manajer. Penelitian tersebut tidak melibatkan aspek ekonomi sebagai variabel terikat. Variabel ini patut ditelaah dengan alasan: 1) bahwa pemberdayaan masyarakat berpusat pada bidang ekonomi karena sasaran utamanya adalah memandirikan masyarakat, sehingga peran ekonomi sangat penting (Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007); 2) pemberdayaan petani adalah upaya fasilitasi bagi petani maupun keluarga tani agar mampu menggunakan potensi kemampuan yang dimiliki untuk melakukan upaya perbaikan ekonomi keluarga menuju kemandirian (BPSDM Pertanian, 2010). Dari kedua alasan tersebut terkandung makna bahwa aspek ekonomi sebagai salah satu faktor keberdayaan, oleh karenanya peneliti bermaksud meneliti tentang Peran


(4)

Kelompoktani Terhadap Keberdayaan Peternak Kambing, dengan melibatkan aspek ekonomi dalam variabel terikat, disamping aspek teknis dan aspek manajerial.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai uraian di depan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

2. Bagaimana keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

3. Bagaimana pengaruh peran kelompoktani terhadap keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

1.3. Tujuan Penelitian :

1. Mendeskripsikan peran kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

2. Mendeskripsikan keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

3. Mengetahui pengaruh peran kelompoktani terhadap keberdayaan peternak kambing anggota kelompoktani di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.


(5)

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat untuk : 1. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan

pemberdayaan kelompoktani dan pemberdayaan petani.

2. Sebagai masukan kepada fihak yang berkompeten atau yang berkepentingan dengan pemberdayaan kelompoktani, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, penyusunan dan pelaksanaan program pemberdayaan.

3. Meningkatkan pemahaman petani tentang pentingnya partisipasi dalam kelompoktani sehingga meningkatkan keberdayaannya.

4. Menambah kedalaman serta wawasan penulis dalam memahami kaedah-kaedah keilmuan tentang pemberdayaan.

1.5. Definisi Istilah

1. Kelompoktani adalah kelompoktani yang mengelola unit usahatani peternakan kambing.

2. Kelas kelompoktani adalah peringkat kemampuan kelompoktani yang terbagi dalam empat kelas, mulai peringkat terrendah sampai tertinggi yaitu : kelas pemula, kelas lanjut, kelas madya, dan kelas utama.

3. Peternak kambing adalah pelaku utama usaha peternakan kambing yang berstatus sebagai anggota kelompoktani.

4. Peran kelompoktani adalah tugas kelompktani dalam pelaksanaan fungsi kelompoktani yaitu sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit


(6)

produksi, dan unit usaha, yang dinyatakan dalam skor, dan diklasifikasikan dalam tiga kriteria yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

5. Keberdayaan peternak kambing adalah kemampuan peternak kambing dan kondisi usahatani ternak kambing yang dikelola dalam aspek teknis, aspek manajerial, dan aspek ekonomi, yang dinyatakan dalam skor dan diklasifikasikan dalam tiga kriteria yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. 6. Umur adalah usia responden yang dihitung sejak lahir sampai penelitian

dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun.

7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang dialami responden yang terdiri dari SD, SLTP, SLTA, dan PT.

8. Tingkat kepemilikan adalah jumlah kambing yang dipelihara atau dikuasai responden pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam satuan ekor atau unit satuan ternak.

9. Lama beternak adalah kisaran waktu sejak responden mulai mengusahan peternakan kambing sampai penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun.

10.Lama berkelompok adalah kisaran waktu sejak responden terdaftar sebagai anggota kelompoktani sampai penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun.