Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan berbagai kesempurnaan diantara makhluk-makhluk yang lain. Mereka adalah makhluk individu yang memiliki unsur jasmani dan rohani. Manusia diciptakan dalam berbagai keadaan dan bentuk. Namun, tidak semua manusia memiliki kondisi dan keadaan yang sama satu dengan yang lainnya. Manusia ada yang dilahirkan dengan kondisi kejiwaan yang sehat, tetapi ada juga yang mengalami kondisi cacat fisik misal tuna rungu, tuna netra, bisu tuli dan lain- lain. Ada juga manusia dilahirkan dengan kondisi fisik yang sempurna namun mengalami kelainan dengan kondisi kejiwaannya misal anak yang mengalami autis, anak yang mengalami keterbelakangan mental cacat mental atau biasa disebut dengan tuna grahita. Cacat dapat diartikan sebagai seseorang anak atau orang dewasa laki-laki maupun perempuan yang memiliki kelainan apabila dibandingkan dengan orang normal, baik dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional, ataupun sosial. Salah satu jenis kecacatan adalah cacat mental tuna grahita. BBRSBG “KARTINI” Temanggung terletak di kota Temanggung yaitu salah satu kabupaten daerah tingkat II di wilayah propinsi Jawa Tengah. Wilayah ini berada di sekitar lereng gunung Sumbing-Sindoro. Karena letaknya tersebut, kota ini memiliki suhu yang sejuk dan nyaman 2 sehingga mendukung dalam upaya rehabilitasi para kelayan. Selain itu, bila dibandingkan dengan Pusat Rehabilitasi Sosial di Indonesia yang lain, BBRSBG “KARTINI” Temanggung adalah yang terbesar dan yang tertua usianya. Pada tahun 2011 ini, usianya telah mencapai yang ke-107. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan penulis mengambil penelitian di tempat ini, disamping karena lokasi ini dekat dengan tempat tinggal penulis sehingga penulis telah mengetahui lebih dalam tentang kondisi lingkungan dan suasananya. Sesuai dengan namanya, lembaga ini memberikan pelayanan khusus kepada para penyandang tuna grahita atau cacat mental yang mampu didik debil dengan kisaran tingkat IQ antara 50-69 dan mampu latih embisil dengan kisaran tingkat IQ antara 30-49 khusus untuk masyarakat tidak mampu diseluruh Indonesia. Penyandang cacat mental kelayan mempunyai kecerdasan di bawah kecerdasan orang normal. Arah pelayanan di BBRSBG “KARTINI” Temanggung secara keseluruhan tidak diutamakan atau diarahkan pada kemampuan membaca dan menulis saja tetapi bertujuan agar para penderita tuna grahita, dapat mempunyai kemampuan untuk berperan serta dalam kehidupan masyarakat guna mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak. Untuk itu perlu diperhatikan juga mengenai pendidikan yang harus diperoleh oleh anak penyandang cacat mental ini dan tugas untuk melaksanakan pengembangan kecakapan fisik kecerdasan mental dan sosial, maka di lembaga ini juga diadakan upaya pendidikan seperti halnya pendidikan di sekolah-sekolah 3 umum atau sekolah untuk orang normal. Para kelayan juga diajarkan membaca dan menulis selain juga diberikan bekal kecakapan hidup untuk dapat terjun dan bertahan hidup di masyarakat. Kegiatan pendidikan ini termasuk salah satu diantaranya adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani dalam lingkup dunia pendidikan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan artinya Penjas bukan hanya sebagai ornamen atau dekorasi yang ada di dalam program pendidikan untuk membuat anak sibuk. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi Depdiknas, 2006:1. Pendidikan jasmani ini merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktifitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Pertumbuhan fisik siswa dan perkembangan kemampuan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga, dapat ditingkatkan melalui aktivitas jasmani yang tentu saja dilakukan dengan teratur. Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni aktifitas jasmani yang pada umumnya meskipun tidak selalu dilakukan dengan tempo yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dam ketrampilan, yang tidak perlu terlalu cepat, tidak terlalu halus, tidak terlalu sempurna, tidak terlalu berkualitas tinggi, tetapi bisa bermanfaat bagi pelaksana yang mencangkup bidang-bidang non-fisik seperti intelektual, 4 sosial, estetik, dalam kawasan-kawasan kognitif maupun efektif Abdulkodir Ateng, 1992:1. Peran pendidikan jasmani diberikan kepada penyandang cacat tuna grahita yang secara umum menjelaskan bahwa arah pendidikan jasmani adalah agar anak tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Namun tujuan pendidikan jasmani itu sendiri bagi penyandang cacat tuna grahita adalah memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional, dan moral. Sehingga meskipun mereka mengalami kelainan namun mereka tetap mendapatkan kesempatan tumbuh dan berkembang yang sama seperti halnya anak normal. Faktor inilah yang sangat dibutuhkan oleh para penyandang cacat tuna grahita. Penulis tertarik untuk meneliti kesegaran jasmani penyandang cacat mental atau tuna grahita di BBRSBG “KARTINI“ Temanggung dengan alasan, kesegaran jasmani merupakan kondisi penting yang diperlukan oleh setiap manusia untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan efisiensi juga efektifitas kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali bagi mereka para penyandang cacat tuna grahita yang memiliki kekurangan atau kelainan bila dibandingkan dengan anak normal. Seseorang yang merasa sehat belum tentu bugar, sebab untuk dapat melakukan tugas sehari-hari seseorang tidak hanya dituntut bebas dari penyakit saja, tetapi juga dituntut untuk memiliki kebugaran yang dinamis. Namun dalam pelaksanaannya proses anak untuk 5 mendapatkan kebugaran juga harus dilakukan secara bertahap dan continyu atau berkelanjutan. Disamping itu arah kesegaran jasmani bagi kelayan debil ini adalah agar mereka bisa tetap aktif bergerak sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan mereka untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pelayanan pendidikan jasmani di sekolah umum maupun di panti rehabilitasi merupakan satu bentuk pembinaan kesegaran jasmani bagi anak dan remaja. Tes kesegaran jasmani pada dasarnya adalah bagian dari upaya pembinaan fisik, karena dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas kesegaran jasmani orang yang dites Depdikbud, 1992:3. Mengingat bahwa pendidikan jasmani di sekolah atau panti rehabilitasi dilaksanakan secara berkesinambungan, terarah, dan terprogram maka sudah sepantasnya bahwa tes kesegaran jasmani juga dilaksanakan secara berkala dan teratur. Bagi para guru pendidikan jasmani dan kesehatan, pemakaian instrumen tes kesegaran jasmani merupakan alat yang baik untuk menilai keberhasilan tugasnya dalam mengajar. Peniliaian dapat dilakukan lebih objektif karena peningkatan potensi anak didiknya dapat dinilai dengan angka yang berdasarkan hasil pengukuran. Kesegaran jasmani kelayan di BBRSBG “KARTINI” Temanggung, belum terpaparkan secara jelas, keadaan ini disebabkan karena aktifitas kelayan di panti kurang memberikan rangsangan untuk bergerak luas. Aktifitas di panti hanya sekedar belajar di ruangan. Keterbatasan kondisi fisik dan mental juga menyebabkan kelayan kurang bebas dan terkontrol 6 untuk bermain diluar, sehingga kesegaran jasmani para kelayan belum dapat diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, maka peneliti tertarik untuk mengangkat kesegaran jasmani kelayan ke dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti kesegaran jasmani kelayan debil dengan alasan bahwa untuk tingkat kecacatan dari kelayan debil adalah tingkat ringan dan dalam penerimaan materi lebih cepat mengusai bila dibandingkan dengan kelayan embisil dan kelayan idiot. Sehingga dalam pelaksanaan tes kesegaran jasmani lebih mendekati pada kebenaran melakukan tes. Alasan lainnya adalah belum banyak penelitian yang membahas tentang kesegaran jasmani penderita cacat mental di Balai Besar Rehabilitasi Sosial BBRSBG “KARTINI” Temanggung. Untuk mengetahuinya, maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul: ”Tes Kesegaran Jasmani Kelayan Tingkat Debil di BBRSBG Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita “KARTINI” Temanggung Jawa Tengah.”

1.2 PERMASALAHAN

Dokumen yang terkait

Kondisi Sarana Prasarana Perkuliahan Praktek di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tahun 2005

1 33 80

Status Kesehatan Gingiva Pada Penderita Sindroma Down di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) Temanggung

0 3 1

(ABSTRAK) TES KESEGARAN JASMANI KELAYAN DEBIL BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 1 2

(ABSTRAK) TES KESEGARAN JASMANI KELAYAN DEBIL BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 0 2

Survei Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra Kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri Gugus Kartini Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universit

0 0 1

“Kebugaran Jasmani Kelayan Tingkat Ringan (Debil) di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) “KARTINI” Temanggung”.

0 0 1

DINAMIKA PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA KARTINI TEMANGGUNG TAHUN 1975-2012.

2 3 1

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK ANAK TUNAGRAHITA PROGRAM BIMBINGAN A DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG JAWA TENGAH.

1 2 267

PENINGKATAN GERAK MOTORIK HALUS JARI-JARI TANGAN BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI KETERAMPILAN KOLASE DI BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA “KARTINI” TEMANGGUNG.

0 3 232

Profil Tingkat Kesegaran Jasmani Karyawan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 15