program yang sesuai dengan desain yang telah dibuat, dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
5. Pengujian Setelah kode program selesai testing dapat dilakukan. Pengujian memfokuskan
pada logika internal dari perangkat lunak, fungsi eksternal dan mencari segala kemungkinan kesalahan dan memeriksa apakah sesuai dengan hasil yang
diinginkan
3.2 Metode Pengujian Perangkat Lunak
3.2.1 Pengujian Black Box
Dalam uji black-box struktur dari program tidak dianggap. Uji kasus diputuskan berdasarkan persyaratan spesifikasi program dan internal dari program
tidak dipertimbangkan untuk pemilihan uji kasus. Uji black-box mengacu pada pengujian yang hanya melibatkan
pengamatan output untuk nilai input tertentu, dan tidak ada upaya untuk menganalisis kode program yang menghasilkan output Agarwal, et al.,
2010:175. Karena itu uji black-box disebut juga pengujian fungsional, yaitu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui fungsionalitas dari input dan output
dari sebuah program. Dalam pengujian black-box, penguji hanya tahu input yang diberikan ke sistem dan apa output yang seharusnya diberikan oleh sistem.
Dengan kata lain, dasar untuk memutuskan uji kasus dalam pengujian fungsional adalah persyaratan atau spesifikasi dari sistem.
Pengujian fungsional dibagi menjadi dua kategori : 1. Positive Functional Testing: Pengujian ini mensyaratkan untuk
menjalankan fungsi aplikasi dengan input yang valid dan memverifikasi bahwa output yang diberikan oleh sistem adalah benar.
2. Negative Functional Testing: Pengujian ini melakukan pengujian fungsionalitas dari aplikasi dengan menggunakan kombinasi input yang
tidak valid, kondisi operasi yang tak terduga, dan lainnya yang di luar dari skenario program.
3.2.2 Pengujian Oleh Pengguna
Uji validitas perangkat lunak dapat ditentukan dengan berbagai cara, tetapi definisi yang sederhana adalah bahwa validasi dianggap berhasil bila perangkat
lunak berfungsi dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Pengujian oleh pengguna dilakukan pada sisi pengguna dengan perangkat
lunak digunakan oleh seorang pengguna dalam setting yang natural dengan pengembang sebagai seorang yang memantau berjalannya pengujian dan
merekam semua kesalahan dan masalah pemakaian. Pada penelitian ini pengujian validitas oleh pengguna dilakukan terhadap
pihak sekolah antara lain siswa, guru, wali kelas, dan pejabat sekolah yang berwenang dalam proses pembuatan jadwal. Dengan dilakukan pengujian
terhadap pengguna, diharapkan dapat mengetahui apakah sistem informasi penjadwalan mata pelajaran sudah layak untuk diterapkan di sekolah.
Untuk mengetahui kelayakan sistem, pada penelitian ini kelayakan yang diteliti adalah kelayakan operasi sistem, yang peneliti bagi menjadi 3 aspek,
antara lain : 1. Interface, tujuan dari sebuah interface adalah untuk mengkomunikasikan
fitur-fitur sistem yang tersedia agar user mengerti dan dapat menggunakan sistem tersebut Jaelani, 2013. Peniliaian aspek ini meliputi tampilan utama
sistem dan tata letak menu. Tampilan sistem dikatakan baik jika tampilan dan tata letak menu mudah dipahami oleh pengguna, sehingga pengguna tidak
kesulitan dalam mengakses informasi di dalamnya. 2. Efficient, efisien menurut kamus besar bahasa indonesia adalah kemampuan
menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang waktu dan tenaga. Penilian aspek ini meliputi kecepatan proses sistem dan fitur kelola
data. Sistem dapat dikatakan efisien jika waktu yang dibutuhkan untuk mengakses informasi cepat dan akurat, dan tersedia fitur input dan hapus data
yang mudah dipahami oleh pengguna. 3. Information, informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna
bagi para pemakainya Jogiyanto, 2005:36. Penilaian aspek ini meliputi informasi yang dihasilkan oleh sistem dan keakuratan data yang ditampilkan
oleh sistem. Aspek Information dapat dinilai baik jika jadwal mata pelajaran yang dihasilkan oleh sistem tidak terjadi bentrok, dan data yang ditampilkan
sesuai dengan data yang sebenarnya.
3.3 Metode Pengumpulan data