Fungsi, Tugas dan Wewenang Polri

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkunganhidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuandan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditanganioleh instansi danatau pihak yang berwenang. k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannyadalam lingkup tugas kepolisian. l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berkaitandengan upaya melaksanakan tugasnya itu, tindakan seorang anggota kepolisian harus berdasarkan pada suatu wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu : a. menerima laporan danatau pengaduan. b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum. c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat. d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian. f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan. g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian. h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang. i. mencari keterangan dan barang bukti. j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional. k. mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat. l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat. m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. Sejalan dengan rumusan tersebut, maka menurut Pasal 16 ayat 1 UU Nomor 2 Tahun 2002 disebutkan bahwa dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk : a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan. c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan. d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri. e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. h. mengadakan penghentian penyidikan. i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana. k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum. l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Selanjutnya pada Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 mengatur tindakan lain sebagimana dimaksud dalam ayat 1 huruf l adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut : a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum. b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan. c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya. d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa. e. menghormati hak asasi manusia. Berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut, hendaknya tindakan anggota polri selalu didasarkan pada aturan hukum yang berlaku tanpa mengindahkan norma-norma yang ada dan berkembang dalam masyarakat.

C. Tinjauan Tindak Pidana Pencurian

Moeljanto berpendapat bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan larangan mana yang disertai dengan ancaman sanksi, yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. 19 Adanya tindak pidana harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut: a. Perbuatan manusia; b. Memenuhi rumusan dalam undang-undang syarat formil; c. Melawan hukum syarat materiil. 19 Pendapat Moeljatno dalam buku Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rieneka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 54 Delik pencurian adalah delik yang paling umum, tercantum di dalam semua KUHPidana di dunia, disebut delik netral karena terjadi dan diatur oleh semua negara termasuk Indonesia. Pencurian di katakan sebagai tindak pidana karena pencurian merupakan perbuatan yang merugikan orang lain atau merugikan kepentingan umum. Adapun jenis-jenis tindak pidana pencurian adalah sebagai berikut :

1. Tindak Pidana Pencurian Dalam Bentuk Pokok

Tindak pidana pencurian sebagaimana telah diatur dalam Bab XXII, Pasal 362 KUHP merupakan pencurian dalam bentuk pokok. Adapun unsur-unsurnya, yaitu unsur “obyektif” ada perbuatan mengambil, yang diambil sesuatu barang, barang tersebut seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain. Ada “perbuatan” dan perbuatan itu dilarang oleh undang-undang, apabila dilanggar akan mendapat sanksi pidana berupa penjara. Sedangkan unsur “subyektif” yaitu dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum. Unsur-unsur tindak pidana pencurian Pasal 362 KUHP, yaitu : 20 1. Perbuatan “mengambil” yang diambil harus sesuatu “barang”, barang itu harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, pengambilan itu dilakukan dengan maksud untuk “memilik” barang itu dengan “melawan hukum” atau melawan hak. 2. Mengambil untuk dikuasainya, maksudnya waktu pencuri mengambil barang itu, barang belum ada pada kekuasaannya, apabila waktu memiliki sudah ada ditangannya, maka perbuatan ini bukan pencurian, melainkan penggelapan. 3. Suatu barang, segala sesuatu yang berwujud termasuk binatang, uang, baju, kalung dan sebagainya. Dalam pengertian barang termasuk pula “daya listrik” dan “gas”, meskipun tidak berwujud, akan tetapi dapat dialirkan dalam pipa atau kawat. Barang tidak perlu memiliki nilai ekonomis. Oleh karena itu, misalnya mengambil 20 Isnu Gunadi, Jonaedi Efendi, Yahman, Cepat dan Mudah Memahami Pidana Jilid 2, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2011, hlm 41 beberapa helai rambut wanita untuk kenang-kenangan tanpa seizin wanita itu, termasuk pencurian, meskipun dua helai rambut itu tidak ada harganya. 4. Barang itu, seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, suatu barang yang bukan kepunyaan orang lain tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang liar yang hidup di alam, barang-barang yang sudah dibuang pemiliknya. 5. Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimiliknya. Orang “karena keliru” mengambil barang orang lain itu bukanlah pencurian. Seseorang “menemui” barang di jalan kemudian diambilnya. Bila waktu mengambil sudah ada waktu “untuk memiliki” barang itu, sudah termasuk pencurian. Jika waktu mengambil ada pikiran barang akan diserahkan kepada polisi, akan tetapi serentak sampai dirumah, barang itu dimiliki untuk dirinya, ia salah “menggelapkan: Pasal 372 KUHP karena barang yang dimilikinya “sudah berada di tangannya”.

2. Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan

Pencurian dengan pemberatan diatur dalam Pasal 363 KUHP, prinsip unsur-unsur yang terkandung Pasal ini sama dengan unsur-unsur dalam Pasal 362 pencurian pokok. Dalam Pasal ini ada unsur pemberatnya, yaitu ancaman hukuman lebih berat yaitu penjara selama-lamanya 7 Tahun. Unsur pemberatan di sini, yaitu : 21 a. Jika barang yang dicuri itu hewan, yang dimaksud dengan “hewan” yang diterangkan dalam Pasal 101 KUHP ialah semua jenis binatang memamah biak kerbau, sapi, lembu, kambing dan sebagainya, binatang yang berkuku satu kuda, keledai dan babi, anjing, kucing, ayam, itik dan angsa tidak termasuk hewan karena tidak memamah biak, tidak berkuku satu dan bukan pula sejenis babi. 21 Ibid, Isnu Gunadi, Jonaedi Efendi, Yahman, Cepat dan Mudah Memahami Pidana Jilid 2 hlm. 42