Prospek Pengembangan Usaha Keripik Ubi (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI

(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,

Kabupaten Serdang Bedagai.)

SKRIPSI

Oleh :

MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU

050304028

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI

(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,

Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh :

MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU 050304028

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

Nama : MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU

NIM : 050304028

Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

DR.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. NIP.19580325 198502 1 002 NIP. 131 689 798

Mengetahui :

Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

Ir. Luhut Sihombing, M.P. NIP. 132 005 055


(4)

ABSTRAK

Mhd Syukran Ilaihi Berutu (050304028) : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc.

Usaha keripik ubi merupakan usaha yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, keripik ubi terpilih menjadi fokus penelitian karena merupakan produk olahan ubi kayu yang langsung bisa dikonsumsi oleh konsumen, walaupun proses produksinya masih dikerjakan secara tradisional.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh usaha pembuatan keripik ubi yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 2. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia

3. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia

4. Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.

5. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun

6. Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 7. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

finansial karena telah memiliki nilai rata-rata R/C Ratio > 1 yaitu rata-rata sebesar 1,29 per minggu, per bulan, dan per tahun


(5)

RIWAYAT HIDUP

Mhd Syukran Ilaihi Berutu dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 15 Maret 1987 dari ayahanda Masaluddin Berutu dan ibunda Netty Asmawati. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK ABA 1 Medan tahun 1993, SD Muhammadiyah 1 Medan tahun 1999, SLTP Al Ulum Medan tahun 2002 dan SMA Negeri 6 Medan tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP USU, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat USU, Tim Mentoring Agama Islam FP USU, dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Parbuluan I, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, dari tanggal 16 Juni sampai dengan 16 Juli 2009.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai).

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing 2. Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P dan Ibu DR. Ir. Salmiah, M.S. selaku selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Agribisnis, FP, USU

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis FP USU

5. Bapak Ir. Aliman Saragih, M.Si selaku Ka. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai yang menangani bidang Industri Kecil Menengah (IKM)

6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda Masaluddin Berutu, ibunda Netty Asmawati serta adik-adik penulis yaitu Ria Humaira, Annisa Sholihati, Ahmad Raihansyah dan Ahnaf Istiqlal atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.


(7)

(Budi, Heri, Reza, Hafiz dan Nuzul), teman-teman PKL Parbuluan (Fauzi, Wenny, Resna dan Nenny Maida) serta buat Ali Rabani, SP sebagai sang motivator yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan di BKM Al-Mukhlisin, KAMMI Komisariat USU serta sahabat-sahabat yang terus berjuang di jalan dakwah dimanapun berada. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT memberikan hal yang terbaik untuk kita semua.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Medan, Juni 2010


(8)

DAFTAR ISI

Hal ABSTRAK ... RIWAYAT HIDUP ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... . DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ...

Latar Belakang ... Identifikasi Masalah ... Tujuan Penelitian ... Kegunaan Penelitian ... TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... Tinjauan Pustaka ... Tinjauan Biologi ... Tinjauan Finansial ... Tinjauan Komoditi... Landasan Teori... Kerangka Pemikiran ... Hipotesis Penelitian ... METODE PENELITIAN... Metode Penentuan Daerah Penelitian ... Metode Pengambilan Sampel ... Metode Pengumpulan Data ... Metode Analisis Data ... Defenisi dan Batasan Operasional ... Defenisi ... Batasan Operasional ... DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN ... Deskripsi Daerah Penelitian ...


(9)

Keadaan Penduduk ... Karakteristik Respoden ... Umur ... Tingkat Pendidikan ... Jumlah Tanggungan ... Pengalaman Berusaha ... HASIL DAN PEMBAHASAN ... Potensi Pengembangan Usaha Keripik Ubi ... Ketersediaan Bahan Baku ... Ketersediaan Modal ... Ketersediaan Tenaga Kerja ... Tahapan Pembuatan Keripik Ubi ... Penawaran ... Permintaan ... Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi ... Penerimaan Usaha Keripik Ubi ... Pendapatan Usaha Keripik Ubi ... Analisis Kelayakan Usaha Keripik Ubi... KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... Saran ... DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal 1. Produk Berbahan Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai ... 2. Data Usaha Keripik Ubi di Kab. Serdang Bedagai per Kecamatan ... 3. Data Usaha Keripik Ubi di Kecamatan Pegajahan ... 4. Keadaan Tata Guna Lahan ... 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 6. Umur Responden ... 7. Tingkat Pendidikan Responden ... 8. Jumlah Tanggungan Responden ... 9. Pengalaman Berusaha Responden ... 10.Bahan Baku Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian

(Tahun 2009) ... 11.Tenaga Kerja Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian

(Tahun 2009) ... 12.Total Produksi (Penawaran) dan Total Konsumsi (Permintaan) Usaha

Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ... 13.Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ... 14.Penerimaan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ... 15.Pendapatan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ... 16.Rasio Pendapatan Terhadap Penerimaan Pada Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ... 17.Nilai R/C Ratio Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran... 2. Tahapan Pembuatan Keripik Ubi ...


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Responden Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) 2. Peralatan yang dipergunakan pada usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian

(Tahun 2009)

3. Biaya Bahan Baku (Ubi Kayu) di Daerah Penelitian (Tahun 2009) 4. Biaya Kayu Bakar di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

5. Biaya Karung Pembungkus di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

6. Biaya Tenaga Kerja Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

7. Biaya Peralatan Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

8. Biaya Pajak Bumi & Bangunan (PBB) di Daerah Penelitian (Tahun 2009) 9. Penerimaan Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi (Tahun 2009)

10. Biaya Tidak Tetap (Tahun 2009) 11. Biaya Tetap (Tahun 2009)

12. Total Biaya Produksi (Tahun 2009)

13. Pendapatan Industri Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

14. Rasio Pendapatan Terhadap Penerimaan Pada Industri Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

15. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)


(13)

ABSTRAK

Mhd Syukran Ilaihi Berutu (050304028) : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc.

Usaha keripik ubi merupakan usaha yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, keripik ubi terpilih menjadi fokus penelitian karena merupakan produk olahan ubi kayu yang langsung bisa dikonsumsi oleh konsumen, walaupun proses produksinya masih dikerjakan secara tradisional.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh usaha pembuatan keripik ubi yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 2. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia

3. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia

4. Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.

5. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun

6. Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 7. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

finansial karena telah memiliki nilai rata-rata R/C Ratio > 1 yaitu rata-rata sebesar 1,29 per minggu, per bulan, dan per tahun


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk agroindustri, baik pada era orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktifitas budidaya (on farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri dan jasa berbasis pertanian.

Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara seperti Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara agraris menuju negara industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh (Mangunwidjaja dan Illah, 2005).

Ubi kayu atau singkong merupakan bahan pangan potensial masa depan dalam tatanan pengembangan agribisnis dan agroindustri. Sejak awal pelita I sampai sekarang, makanan pokok nomor tiga penghasil karbohidrat di Indonesia ini setelah padi dan jagung, mempunyai peranan yang cukup besar dalam mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan pakan (ransum) ternak serta bahan baku berbagai industri makanan.


(15)

Produksi dan produktivitas ubi kayu pada petani masih rendah karena penggunanan varietas unggul belum memasyarakat dan teknik budi dayanya masih tradisional. Namun langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menumbuhkan pola agribisnis di daerah-daerah sentra produksi. Di samping itu, untuk memacu penganekaragaman produk dan stabilitas harga (pasar) perlu ditumbuhkembangkan industri-industri pengolahan hasil yang berwawasan agroindustri berbahan baku ubi kayu (Rukmana, 2002).

Sesuai dengan sumber dan perkembangan konsep kompetensi inti (baik berupa produk, layanan, atau komoditi) seharusnya memperhatikan kriteria-kriteria yang relevan dengan kebutuhan peningkatan daya saing, yaitu keunikan (dan sulit ditiru), kemampuan memberi manfaat lebih, atau kemampuan memberi keuntungan dengan korbanan yang lebih efisien. Pada konteks daerah, pemilihan kompetensi inti seharusnya mempertimbangkan kondisi daerah dengan tetap memperhatikan kriteria persaingan seperti : adanya nilai tambah yang tinggi, adanya sifat yang unik, adanya keterkaitan dan peluang untuk bersaing di pasar luar daerah (bahkan internasional). Dengan kata lain, pemilihan dan penentuan kompetensi inti seharusnya memberi dampak yang besar dalam memberi stimulus perekonomian daerah (Wahyudin, 2007).

Salah satu provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi sektor pertanian yang bersinergi dengan sektor industri didominasi oleh agroindustri yang mengelola hasil-hasil pertanian, perkebunan, pengolahan hasil laut, serta industri kecil dan rumah tangga. Agroindustri ini baik formal maupun non formal tersebar di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara, salah satu diantaranya adalah kabupaten Serdang Bedagai. Semenjak terjadi pemekaran dari


(16)

kabupaten induk yaitu Serdang Bedagai tahun 2005, Kabupaten Serdang Bedagai telah banyak menorehkan prestasi dari potensi daerahnya tersebut. Di antara potensi agroindustri yang berkembang cukup baik antara lain : dodol, sapu ijuk, tikar pandan, kerajinan bordir, hasil olahan ubi kayu, dan lain-lain.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian & Perdagangan tentang komoditi hasil olahan ubi kayu andalan Kabupaten Serdang Bedagai yang telah mampu menopang dan memberikan kontribusi produk dari industri pengolahan berskala kecil dan menengah terhadap perekonomian di seputar kawasan kabupaten ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Produk Berbahan Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai

No Jenis Komoditi Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp. 000) Kapasitas Produksi Nilai Produksi (Rp. 000) 1 2 3 4 5 Tepung (Tapioka) Keripik Rengginang Mie Kuning Lainnya 36 28 24 20 9 490 56 70 48 27 9.144.000 4.000.000 4.032.000 3.600.000 1.200.000 648 Ton 222 Ton 216 Ton 180 Ton 80 Ton 18.000.000 8.000.000 8.400.000 7.000.000 3.500.000 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa Keripik merupakan hasil olahan ubi kayu yang langsung dapat dikonsumsi oleh konsumen. Dimana terdapat 28 unit usaha keripik ubi yang mempunyai kapasitas produksi 222 ton selama tahun 2008.

Terpilihnya keripik ubi diantara produk unggulan berbahan ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai karena keripik tersebut memiliki keunggulan-keunggulan seperti cita rasa (taste) yang spesifik dan unik dibandingkan produk sejenis. Selain itu, harga keripik ubi yang relatif murah dan kompetitif membuat jaringan pemasaran produk ini telah menembus pasar domestik dan internasional (Wahyudin, 2007).


(17)

Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki keripik ubi tersebut, maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan usaha pembuatan keripik ubi layak diusahakan secara finansial.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi pengembangan usaha keripik ubi di daerah penelitian? 2. Bagaimana pendapatan yang diperoleh dari usaha keripik ubi di daerah

penelitian?

3. Apakah usaha keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi potensi pengembangan usaha keripik ubi di daerah penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha keripik ubi di daerah penelitian.

3. Untuk mengidentifikasi kelayakan usaha keripik ubi kayu secara finansial di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Untuk penyusunan data skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Biologi

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah (Widianta dan Widi, 2008).

Ubi kayu dikenal dengan nama Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, huwi dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin, telo jenderal, tela kaspo (Jawa), dan kasbek (Ambon) (Rukmana, 2002).

Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia (per 100 gram) antara lain : Kalori 146 kal, Protein 1,2 gram, Lemak 0,3 gram, Hidrat arang 34,7 gram, Kalsium 33 mg, Fosfor 40 mg, dan Zat besi 0,7 mg. Buah ubi kayu mengandung (per 100 gram) : Vitamin B1 0,06 mg, Vitamin C 30 mg, dan 75 % bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung (per 100 gram) : Vitamin A 11000 SI, Vitamin C 275 mg, Vitamin B1 0,12 mg, Kalsium 165 mg, Kalori 73 kal, Fosfor 54 mg, Protein 6,8 gram, Lemak 1,2 gram, Hidrat arang 13 gram, Zat besi


(19)

2 mg, dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batangnya mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat (Widianta dan Widi, 2008).

Secara sistematika (taksonomi) tanaman yang berasal dari Negara Brasil (Amerika Selatan) ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dycotiledoneae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae (suku jarak-jarakan) Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz. (Rukmana, 2002).

Tinjauan Finansial

Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri. Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah tinggi nilainya (Karmadi, 2003).

Dalam prakteknya memulai suatu usaha/industri, awal pembiayaan bersumber dari sumber dana yang diperoleh secara gabungan antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Apalagi untuk usaha baru tidak akan mungkin


(20)

memperoleh modal secara pinjaman seratus persen, mengingat belum adanya kepercayaan dari pihak investor.

Dalam membuat estimasi pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu juga dengan estimasi biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu, termasuk jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan perlu dirinci serinci mungkin. Semua ini tentunya menggunakan asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya akan dituangkan dalam aliran kas (cashflow) perusahaan selama periode usaha (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Tinjauan komoditi

Ada banyak jenis makanan turunan dari ubi kayu di Kab.Serdang Bedagai, diantaranya keripik ubi, opak koin, opak lidah, kerupuk mie, rengginang, dan lainnya.

Keripik ubi (blengkuo atau manggleng, sebutan keripik ubi oleh masyarakat Sergai) merupakan salah satu makanan ringan hasil olahan ubi kayu, yang dapat dikatakan sebagai salah satu produk unggulan IKM (Industri Kecil Menengah) kabupaten. Setidaknya ada lagi turunan dari keripik ubi ini sendiri, yang dapat divariasikan bentuk dan rasanya tergantung selera konsumen. Diantaranya keripik balado, keripik manis, keripik bawang, keripik tawar, serta keripik aneka bumbu.

Dalam pembuatan keripik ubi ini, umumnya dipergunakan jenis ubi kayu kuning. Hal ini dikarenakan ubi kayu kuning mempunyai pati yang cukup banyak dan kadar air yang lebih kecil daripada ubi kayu putih sehingga dapat


(21)

data pada Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1981 yang menyatakan bahwa kandungan pati pada ubi kayu kuning setiap satu kilogram adalah sebesar 37,90 gram dengan kandungan airnya sebesar 60 gram. Sedangkan pada setiap kilogram ubi kayu putih mengandung 34,70 gram pati dan 62.50 gram air. Selain itu warna keripik ubi yang dihasilkan oleh ubi kayu kuning juga lebih bagus daripada ubi kayu putih.

Landasan Teori

Analisis finansial merupakan suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak layak dijalankan dilihat dari aspek finansial atau keuangan. Analisis finansial lebih memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha sehingga dapat dikatakan analisis finansial berorientasi pada profit motive (motivasinya mencari laba/keuntungan). Sasaran utama dari analisis finansial adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha yang diharapkan oleh investor selaku penyandang dana dan usaha (Sofyan, 2004). Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Untuk mendanai suatu kegiatan investasi, maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar. Dalam prakteknya kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari dua macam yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk biaya prainvestasi (biaya pembuatan studi dan pengurusan izin-izin) dan membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, peralatan serta inventaris lainnya dan biasanya berjangka waktu panjang. Kemudian modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dan biasanya berjangka waktu pendek.


(22)

Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya (Subagyo, 2008).

Latar belakang perkembangan industri pangan yang relatif pesat dipicu oleh karena ciri-ciri produk pertanian seperti bersifat musiman, volume besar nilai kecil, mudah rusak, atau karena permintaan konsumen yang semakin menuntut persyaratan kualitas bila pendapatan konsumen meningkat. Kegiatan ini ada yang memerlukan penanganan yang tanpa mengubah struktur aslinya (processing) dan ada pula yang memerlukan pengolahan lebih lanjut yang mengubah sifat asalnya atau sifat kimianya (manufacturing) (Purwaningsih dkk, 2006).

Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Kategori tersebut adalah :

1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang 2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang

3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang 4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001)

Kerangka Pemikiran

Usaha pembuatan keripik ubi merupakan salah satu jenis usaha dengan memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku utamanya, dimana ubi kayu tersebut akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Dalam hal ini ubi kayu tersebut diolah menjadi keripik ubi.


(23)

Usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi yang dilakukan pengusaha di daerah penelitian masih tergolong pengolahan yang bersifat sederhana dengan bahan baku yang diperoleh dari daerah sekitar usaha pembuatan keripik ubi dan sentra-sentra penghasil ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

Komoditi ubi kayu adalah komoditi pertanian yang tidak dapat dinikmati dalam bentuk segar. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengolahan lebih lanjut agar dapat dikonsumsi. Selain itu, melalui proses pengolahan akan dapat diperoleh nilai tambah sehingga produk olahan ubi kayu ini mampu menerobos pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dengan adanya proses pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi ini tentu juga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang ada di daerah penelitian, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerah penelitian.

Dalam proses produksi usaha pembuatan keripik ubi tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi dan penerimaan yang diterima oleh responden, dalam hal ini adalah pengusaha keripik ubi, maka keripik ubi tersebut harus dijual dengan harga yang sesuai agar penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan dan agar keripik ubi tersebut dapat bersaing di pasaran.

Untuk menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisis proyek, dalam hal ini digunakan analisis finansial. Dengan analisis finansial ini, responden dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan usahanya. Dengan mengetahui keuntungan yang


(24)

diperoleh maka dapat diketahui usaha pembuatan keripik ubi ini layak atau tidak untuk diusahakan secara finansial. Berikut gambaran skema kerangka pemikiran :

Keterangan

: Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Produksi

Kelayakan Usaha Pendapatan Penerimaan Proses Pengolahan

Ubi Kayu

Modal Kerja (operasional)


(25)

Hipotesis Penelitian

1. Pendapatan yang diperoleh dari usaha keripik ubi di daerah penelitian adalah tinggi

2. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial


(26)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut data sekunder yang diperoleh dari Disperindag Serdang Bedagai, daerah yang merupakan sentra produksi usaha keripik ubi terbesar adalah di Kecamatan Pegajahan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Data Usaha Keripik Ubi di Kab. Serdang Bedagai per Kecamatan

Kecamatan Unit Usaha

1. Serba Jadi -

2. Silinda -

3. Bintang Bayu -

4. Sei Rampah 7

5. Tebing Syahbandar 2

6. Sei Bamban -

7. Kotarih -

8. Dolok Masihul 1

9. Sipispis -

10. Tebing Tinggi 4

11. Dolok Merawan -

12. Bandar Khalifah -

13. Tanjung Beringin -

14. Teluk Mengkudu -

15. Pegajahan 9

16. Perbaungan 5

17. Pantai Cermin -

Jumlah 28

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008

Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 9 unit usaha di Kecamatan Pegajahan, dari total 28 unit usaha keripik ubi yang tersebar di 6 kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai.


(27)

Namun ketika sudah melakukan survei lapangan ternyata di Kecamatan Pegajahan terdapat penambahan unit usaha yang mengusahakan keripik ubi setelah data Tabel 2 tersebut diturunkan. Berikut ini hasil survei lapangan yang telah dilakukan :

Tabel 3. Data Usaha Keripik Ubi di Kecamatan Pegajahan

Alamat Usaha Jumlah Unit Usaha

1. Desa Pegajahan 18

2. Desa Suka Sari 4

Jumlah 22

Sumber : Analisis Data Primer, 2010

Dari Tabel 3 diatas diketahui bahwa jumlah unit usaha yang mengusahakan keripik ubi ada 22 unit usaha, yang terdapat di Desa Pegajahan sebanyak 18 unit, dan Desa Suka Sari sebanyak 4 unit.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Sensus. Menurut Supranto (2003), Metode Sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi dengan jumlah sedikit. Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikuntoro (1998) yakni : ”jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Dan jika subjeknya besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih”.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat


(28)

terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik Kab.Serdang Bedagai serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui :

 Ketersediaan bahan baku, meliputi lokasi dan kuantitas bahan baku (Kg)  Ketersediaan Modal, meliputi darimana diperoleh (sumber)

 Ketersediaan Tenaga Kerja, darimana diperoleh serta tugasnya  Penawaran (supply) dan Permintaan (demand)

Untuk mengidentifikasi masalah (2) dianalisis dengan rumus sebagai berikut : I = TR – TC

Keterangan :

I = Income (Pendapatan) (Rp)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp) TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

(Soekartawi, 1995)

Menurut Samadi (2001), untuk mengetahui apakah pendapatan yang diperoleh telah sesuai dengan penerimaan yang didapat maka digunakan rumus Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan, yaitu :

atau

Kriteria Uji : - Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan ≤ 50 %, maka rendah

% 100 tan

× Penerimaan Pendapa

% 100 × R


(29)

Untuk mengidentifikasi masalah (3) dianalisis dengan rumus R/C ratio sebagai berikut:

R/C = TR / TC R/C = [ (Py.Y) / (FC+VC) ] Keterangan :

R/C = Return Cost Ratio TR = Penerimaan (Rp) Y = Output (Kg) FC = Biaya tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Kriteria Uji : - R/C < 1, usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian tidak layak diusahakan secara finansial

- R/C >1, usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial

(Soekartawi, 1995)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah yang dipergunakan, maka dibuatlah defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk (Cash in) dan uang yang keluar (Cash out) serta jenis-jenisnya


(30)

2. Keripik ubi adalah salah satu hasil olahan ubi kayu yang digoreng hingga renyah dengan penambahan bumbu-bumbu sesuai selera.

3. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah dikurangi total biaya dalam satuan Rp/ton per tahun

4. Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga yang dihitung dalam satuan Rp/ton per tahun

5. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan yang dikeluarkan pengusaha sampai produk siap untuk dipasarkan 6. Kompetensi Inti merupakan kumpulan keterampilan dan teknologi yang

memungkinkan suatu organisasi dapat menyediakan manfaat tersendiri secara unik kepada pelanggannya.

Batasan Operasional

1. Sampel adalah usaha pembuatan keripik ubi yang terletak di daerah penelitian 2. Responden adalah pemilik dari usaha pembuatan keripik ubi yang terletak di

daerah penelitian

3. Waktu penelitian dilaksanakan tahun 2010

4. Daerah penelitian di Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.


(31)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari. Berikut ini deskripsi dari daerah penelitian :

Luas dan Letak Geografis

Desa Pegajahan berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 798 Ha, terdiri dari 6 dusun, 14 RT dan 36 RW. Jarak desa ke Kecamatan Pegajahan adalah 0,2 km, jarak desa ke Kabupaten Serdang Bedagai (ibukota kabupaten) adalah 30 km, dan jarak desa ke ibukota Provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 65 km.

Secara administratif Desa Pegajahan mempunyai batas-batas sbb : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lestari Dadi

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Suka Sari - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkat - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Melati Kebun

Desa Suka Sari berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 615 Ha, terdiri dari 9 dusun, 7 RT dan 18 RW. Jarak desa ke Kecamatan Pegajahan adalah 7 km, jarak desa ke Kabupaten Serdang Bedagai (ibukota kabupaten) adalah 37 km, dan jarak desa ke ibukota provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 72 km.


(32)

Secara administratif Desa Suka Sari mempunyai batas-batas sbb : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pegajahan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Putus - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bingkat

Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 : Tabel 4. Keadaan Tata Guna Lahan

Penggunaan Tanah Desa Pegajahan Desa Suka Sari

Jumlah (Ha) Persentase Jumlah (Ha) Persentase

Sawah 275 35 - -

Ladang/Tegalan 380 49 485 51

Perkebunan 116 15 457 48

Lain-lain 11 1 13 1

Total Luas Wilayah 782 100 955 100

Sumber : BPS Serdang Bedagai, Kecamatan Pegajahan dalam Angka 2008

Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terluas di Desa Pegajahan yaitu untuk Ladang / Tegalan seluas 380 Ha (49%) kemudian diikuti oleh Sawah seluas 275 Ha (35%), Perkebunan yang didominasi tanaman kelapa sawit seluas 116 Ha (15%) dan lain-lainnya 11 Ha (1%).

Sementara penggunaan lahan terluas di Desa Suka Sari yaitu untuk Ladang / Tegalan seluas 485 Ha (51%), Perkebunan yang didominasi tanaman karet dan kelapa sawit seluas 457 Ha (48%), dan lain-lainnya 13 Ha (1%).

Keadaan Penduduk

Penduduk di Desa Pegajahan terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu suku Jawa, Melayu, Minang dan Maidailing. Namun mayoritas penduduk adalah suku Jawa. Sedangkan penduduk di Desa Suka Sari mayoritas adalah juga suku Jawa.


(33)

Berdasarkan kelompok umur, maka jumlah penduduk di kedua desa penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (Tahun) Desa Pegajahan Desa Suka Sari

Jumlah (jiwa) Persentase Jumlah (jiwa) Persentase

0-5 324 8,83 804 18,93

6-12 434 11,82 884 20,81

13-16 334 9,10 1.145 26,95

17-59 2.420 65,92 964 22,69

> 60 159 4,33 451 10,62

Total 3.671 100 4.248 100

Sumber : BPS Serdang Bedagai, Kecamatan Pegajahan dalam Angka 2008

Dilihat dari kelompok umur Tabel 5 di atas ternyata kelompok umur usia produktif di Desa Pegajahan cukup besar. Kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur 17-59 tahun yaitu 2.420 jiwa atau sekitar 65,92% dari total 3.671 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 159 jiwa (4,33%).

Sedangkan kelompok umur usia produktif di Desa Suka Sari cukup besar., namun lebih didominasi oleh anak-anak. Kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur 13-16 tahun yaitu 1.145 jiwa atau sekitar 26,95% dari total 4.248 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 451 jiwa (10,62%).

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik ubi yang berada di daerah penelitian. Jumlah responden yang diambil sebanyak 22 orang. Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha dan luas lokasi usaha.


(34)

Umur

Adapun keadaan umur responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Umur Responden

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 20-29 2 9

2 30-39 6 27

3 40-49 6 27

4 50-59 5 23

5 > 60 3 14

Jumlah 22 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden di daerah penelitian, jumlah terbesar berada pada interval umur 30-39 tahun dan 40-49 tahun dengan masing-masing berjumlah 6 orang (27%). Sedangkan yang terkecil berada pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 2 orang (9%).

Tingkat Pendidikan

Adapun tingkat pendidikan responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 SD 13 59

2 SLTP 6 27

3 SLTA 2 9

4 Diploma - -

5 Sarjana 1 5

Jumlah 22 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden di daerah penelitian, tingkat pendidikan terbesar adalah hanya tamatan SD yaitu sebanyak 13 orang (59%). Sedangkan yang terkecil adalah lulusan Sarjana sebanyak 1 orang (5%).


(35)

Jumlah Tanggungan

Adapun jumlah tanggungan responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Responden

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 0 1 4

2 1 1 4

3 2 2 10

4 3 8 36

5 4 7 32

6 > 5 3 14

Jumlah 22 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden di daerah penelitian, jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah sebanyak 3 orang yaitu sebanyak 8 orang responden (36%). Sedangkan jumlah yang terkecil adalah 0 dan 1 orang yaitu sebanyak 1 orang (4%).

Pengalaman Berusaha

Adapun lama usaha responden akan keripik ubi di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Pengalaman Berusaha Responden

No Lama Berusaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 < 1 1 4

2 1 3 14

3 2 13 59

4 3 5 23

6 > 4 - -

Jumlah 22 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden di daerah penelitian, lama berusaha terbesar adalah selama 2 tahun yaitu sebanyak 13 orang (59%). Sedangkan yang terkecil adalah < 1 tahun yaitu sebanyak 1 orang (4%).


(36)

Secara keseluruhan rata-rata pendidikan yang dimiliki oleh responden di daerah penelitian dengan range 6-17 tahun adalah 8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden adalah SD.

Rata-rata jumlah tanggungan keseluruhan responden di daerah penelitian adalah 3 jiwa dengan range 0-7 jiwa. Jumlah tanggungan dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pembuatan keripik ubi, terutama dalam penyediaan tenaga kerja dalam keluarga.

Pengalaman berusaha rata-rata responden di daerah penelitian adalah 2 tahun dengan range 0,4-3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman berusaha responden masih belum cukup, karena rata-rata responden mulai menekuni usaha keripik ubi ini sejak tahun 2008.

Luas lokasi usaha yang dimiliki rata-rata responden di daerah penelitian adalah 77 meter, dari range 50-100 meter. Hal ini menunjukkan bahwa dalam usaha pembuatan keripik ubi tidak diperlukan lahan yang terlalu luas sehingga rata-rata responden memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya sebagai tempat usaha.


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Pengembangan Usaha Keripik Ubi

Ketersediaan Bahan Baku

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat keripik (manggleng) yaitu ubi kayu tidak cukup tersedia, sehingga diperoleh dari sekitar daerah penelitian yang masih berada dalam Kecamatan Pegajahan. Bahkan untuk memperlancar ketersediaan pasokan ubi kayu, responden memiliki agen langganan atau pihak yang diberi kepercayaan untuk memenuhi permintaan ubi kayu setiap kali akan berproduksi. Rata-rata kuantitas ubi kayu yang dipergunakan berkisar antara 25-200 Kg, dengan harga beli rata-rata Rp.800,-/Kg nya (ketika penelitian berlangsung).

Berikut ini penjabaran seputar frekuensi produksi, volume pengambilan serta total harga beli ubi kayu di daerah penelitian.

Tabel 10. Bahan Baku Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Frekuensi (hari) Volume (Kg) Total harga beli bahan baku (Rp)

Per Minggu 4 518 410.909

Per Bulan 17 2.234 1.771.818

Per Tahun 207 26.809 21.261.818

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2010

Dari Tabel 10 di atas dapat diuraikan bahwa responden memproduksi keripik ubi rata-rata dalam 4 hari/minggu, 17 hari/sebulan, dan 207 hari/tahun. Namun ada kala responden mengurangi kegiatan produksinya, seperti pada saat Bulan Ramadhan dan Hari Syuro’. Untuk volume pengambilan ubi kayu rata-rata responden adalah 518 kg/minggu, 2.234 kg/sebulan, dan 26.809 kg/tahun, dimana total harga belinya adalah Rp.410.909,-/minggu, Rp.1.771.818,-/bulan, Rp.21.261.818,-/tahun.


(38)

Ketersediaan Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditi pertanian. Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari skala usaha yang dijalankan. Semakin besar skala usaha yang dijalankan semakin besar pula modal yang diperlukan, demikian pula sebaliknya.

Dalam usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian, modal yang diperlukan tidak terlalu besar yakni berkisar antara Rp.500.000,- − Rp.1.000.000,- tergantung dari luasnya lokasi usaha dan kualitas peralatan yang dimiliki. Dan dari ke-22 responden, rata-rata modal awal yang dipergunakan adalah Rp.659.091,- , dimana digunakan untuk membeli peralatan produksi (lampiran 7).

Meskipun jumlah yang diperlukan untuk memulai usaha tidak terlalu besar tetapi responden tidak ada yang menggunakan modal dari bank, koperasi atau lembaga keuangan lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka takut tidak dapat membayar bunga apabila meminjam dari bank, sedangkan di daerah penelitian belum ada koperasi. Sebagian besar responden menggunakan modal sendiri (pribadi) untuk menjalankan usahanya. Kalaupun ada yang memakai modal dari luar seperti modal pinjaman, maka pinjaman itu diperoleh dari anggota keluarga sendiri ataupun tetangga.

Namun pertengahan tahun 2008, ada program pemerintah Kab.Serdang Bedagai untuk memperluas skala produksi usaha IKM dengan bantuan kredit lunak Rp.2.000.000,-/pengusaha dengan bunga 0,5% setahun, maka mayoritas pengusaha di Desa Pegajahan mendapat pinjaman ini, hanya sebagian kecil saja


(39)

yang tidak mendapatkannya karena ketidaklengkapan administrasi. Sedangkan Desa Suka Sari sama sekali belum pernah mendapatkannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia.

Ketersediaan Tenaga Kerja

Menurut Karmadi (2003) penggunaan tenaga kerja dalam suatu kegiatan terutama kegiatan proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula.

Tenaga kerja dalam usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan produksi seperti pengupasan kulit ubi kayu, merebus ubi kayu, sampai menjemur keripik hingga kering. Kebutuhan tenaga kerja ini dipenuhi dari penduduk yang bertempat tinggal di daerah penelitian dan tidak ada tenaga kerja yang berasal dari luar daerah penelitian.

Tabel 11. Tenaga Kerja Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Pengupasan kulit Merebus dan Menjemur

TKDK TKLK TKDK TKLK

Total Sampel

1-22 orang 43 11 43 0

Rata-rata 2 1 2 0

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 6), 2010

Dari Tabel 11 di atas dapat diuraikan bahwa usaha keripik ubi yang pembuatannya masih bersifat tradisional lebih mengandalkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) daripada Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Hal ini


(40)

terjadi karena pengusaha berusaha untuk memperkecil biaya produksi. Namun ada juga pengusaha yang mengandalkan tenaga bantuan dari tetangga sekitar khususnya dalam proses pengupasan kulit ubi, sedangkan proses yang lainnya dapat dikerjakan oleh pengusaha dan keluarganya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.

Tahapan Pembuatan Keripik Ubi

Adapun proses detail pembuatan keripik ubi di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ubi Kayu; merupakan bahan baku utama pembuatan keripik ubi. Umumnya yang dipergunakan responden adalah jenis ubi kuning dan ubi putih, namun tak jarang juga dipakai ubi racun, jika stok kedua ubi tersebut lagi kosong. 2. Pengupasan kulit; dipergunakan pisau kupas untuk memisahkan kulit luar

dengan isi ubi.

3. Pencucian; ubi-ubi yang telah dikupas kulitnya dicuci bersih di dalam ember, untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang melekat.

4. Perebusan; dilakukan selama 7-10 menit dengan menambahkan sedikit garam, agar nanti tidak terlalu tawar ketika dikonsumsi.

5. Perajangan; setelah perebusan selesai dilakukan maka proses selanjutnya adalah merajang (mengiris) ubi dengan pisau rajang, dan dirajang dengan bentuk tipis memanjang.

6. Penjemuran; selanjutnya dijemur rajangan ubi tadi di bawah terik matahari dengan di alas tikar jemur selama + 5 jam (tergantung cuaca, bisa juga


(41)

7. Pengepakan; proses akhir yaitu ubi hasil penjemuran tadi dikumpul dan dikemas dalam karung pembungkus, dan siap untuk dijual.

Berikut ini adalah gambar tahapan dari pembuatan keripik ubi di daerah penelitian :

Gambar 2. Tahapan Pembuatan Keripik Ubi

Penawaran

Penawaran atas keripik ubi menggambarkan hubungan antara harga jual keripik hasil olahan dengan jumlah produksi keripik. Harga jual keripik di daerah penelitian stabil. Harga jual produk di daerah penelitian berfluktuasi bergantung dari harga beli bahan baku. Dimana jika harga ubi kayu naik maka harga keripik

Pencucian

Penjemuran Perajangan

Perebusan Pengupasan kulit

Ubi Kayu


(42)

juga naik, dan begitu pula sebaliknya jika harga ubi kayu turun maka harga keripik juga turun. Tetapi jika jumlah ubi kayu yang tersedia melimpah, pengolah juga tidak bisa menaikkan harga produk, karena harga ditentukan oleh agen.

Permintaan

Permintaan atas keripik menggambarkan hubungan antara harga jual keripik hasil olahan dengan jumlah konsumsi keripik. Permintaan akan keripik di daerah penelitian cenderung stabil. Umumnya para pengusaha menjual hasil produksinya yang sudah dikemas kepada agen langganan yang langsung mendatangi lokasi usaha. Jadi, para agenlah yang memasarkannya ke berbagai daerah. Dengan harga jual pengusaha kepada agen, rata-rata Rp.4.314,-/Kg.

Adapun daerah pemasaran keripik ubi dari Kecamatan Pegajahan seperti sekitar daerah Kab.Serdang Bedagai, Medan, Binjai, Stabat, Kisaran sampai ke Aceh, serta luar negeri (ekspor) seperti Malaysia, namun tidak serutin permintaan dalam negeri.

Total produksi (penawaran) dan total konsumsi (permintaan) keripik ubi dalam satu tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Total Produksi (Penawaran) Dan Total Konsumsi (Permintaan) Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian

Total Produksi (Kg)

Total Konsumsi (Kg)

Konsumsi Kab. Sergai (Kg)

Konsumsi luar Sergai (Kg)

Per Minggu 155 150 30 120

Per Bulan 670 650 195 455

Per Tahun 8.043 7.803 2.341 5.462

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2010

Dari Tabel 12 di atas dapat diketahui total produksi keripik di daerah penelitian adalah 155 kg/minggu, 670 kg/bulan, 8.043 kg/tahun. Sedangkan untuk total konsumsinya adalah 150 kg/minggu, 650 kg/bulan, 7.803 kg/tahun. Hal ini


(43)

disebabkan karena ada sekitar 5 kg keripik per minggunya yang sengaja tidak dijual, untuk keperluan konsumsi pribadi.

Total konsumsi keripik ini pun terbagi dua, yakni konsumsi Kab.Serdang Bedagai sekitarnya dan konsumsi luar Kab.Serdang Bedagai. Adapun proporsi perbandingan pemasarannya adalah 30 : 70. Sehingga konsumsi Kab.Serdang Bedagai sekitarnya adalah 30 kg/minggu, 195 kg/bulan, 2.341 kg/tahun. Sedangkan untuk konsumsi luar Kab.Serdang Bedagai adalah 120 kg/minggu, 455 kg/bulan, 5.462 kg/tahun.

Tabel 12 di atas juga menjelaskan bahwa penawaran (supply) keripik sama dengan permintaan (demand). Fakta ini mengisyaratkan bahwa setiap produk yang siap dijual oleh responden, langsung habis di pasaran. Sehingga usaha keripik ubi di Kecamatan Pegajahan memiliki potensi pengembangan usaha yaitu dengan menambah volume produksi, karena masih ada permintaan luar Kab. Serdang Bedagai yang masih belum dapat terpenuhi.

Namun pada saat sekarang ini, menurut pengusaha dan agen, permintaan akan produk cenderung berkurang karena masyarakat sebagai konsumen mulai beralih kepada produk bermerek seperti franchise, dan lain-lain. Jadi untuk penawaran dan permintaan produk cenderung stabil.

Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi

Biaya produksi yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usaha pembuatan keripik ubi, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Berikut tabel biaya produksi yang dimaksud :


(44)

Tabel 13. Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Biaya Tetap (Rp) Biaya Tidak Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)

Per Minggu 3.313 510.136 513.449

Per Bulan 13.251 2.220.977 2.234.228

Per Tahun 159.009 26.651.727 26.810.736

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 12), 2010

Dari Tabel 13 di atas diperoleh bahwa total biaya rata-rata responden adalah sebesar Rp.513.449,-/minggu, Rp.2.234.228,-/bulan dan Rp.26.810.736,-/tahun, dimana rincian biaya tetap produksinya adalah Rp.3.313,-/minggu, Rp.13.251,-/bulan dan Rp.159.009,-/tahun, serta biaya tidak tetapnya adalah Rp.510.136,-/minggu, Rp.2.220.977,-/bulan dan Rp.26.651.727,-/tahun.

Penerimaan Usaha Keripik Ubi

Penerimaan Usaha berasal dari total produksi (output) yang siap jual dikalikan dengan harga jual. Untuk lebih jelas, berikut tabelnya :

Tabel 14. Penerimaan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Total Produksi (Kg) Harga Jual (Rp) Total Penerimaan (Rp)

Per Minggu 155 4.314 669.068

Per Bulan 670 4.314 2.884.364

Per Tahun 8.043 4.314 34.612.364

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 9), 2010

Dari Tabel 14 di atas diperoleh bahwa total penerimaan responden adalah sebesar Rp.669.068,-/minggu, Rp.2.884.364,-/bulan dan Rp.34.612.364,-/tahun, dimana rincian total produksinya adalah 155 Kg/minggu, 670 Kg/bulan dan 8.043 Kg/tahun, dengan harga jual rata-rata Rp.4.314,-.

Pendapatan Usaha Keripik Ubi

Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Berikut tabel pendapatan usahanya :


(45)

Tabel 15. Pendapatan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

Per Minggu 669.068 513.449 155.619

Per Bulan 2.884.364 2.234.228 650.136

Per Tahun 34.612.364 26.810.736 7.801.627

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14), 2010

Dari Tabel 15 di atas diperoleh bahwa total pendapatan responden adalah sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun.

Setelah pendapatan diperoleh, dicarilah rasio pendapatan terhadap penerimaan fungsinya untuk mengukur tinggi rendahnya pendapatan bersih usaha. Berikut tabel pendapatan dan rasio pendapatan terhadap penerimaan responden di daerah penelitian pada tahun 2009 :

Tabel 16. Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan Pada Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Pendapatan

(Rp)

Penerimaan (Rp)

Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan (%)

Per Minggu 155.619 669.068 22,41

Per Bulan 650.136 2.884.364 22,46

Per Tahun 7.801.627 34.612.364 22,46

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14), 2010

Dari Tabel 16 diatas diperoleh bahwa pendapatan rata-rata yang diterima responden sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun dari penerimaan rata-rata sebesar Rp.669.068,-/minggu, Rp.2.884.364,-/bulan dan Rp.34.612.364,-/tahun. Berdasarkan kriteria uji pada rasio pendapatan terhadap penerimaan maka pendapatan yang diterima responden dapat dikatakan rendah karena hanya mampu memperoleh rasio sebesar 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun dari seluruh penerimaan yang diperolehnya. Berdasarkan pernyataan ini maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa pendapatan usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian adalah tinggi itu ditolak.


(46)

Analisis Kelayakan Usaha Keripik Ubi

Kelayakan usaha dapat dilihat dengan membandingkan besar penerimaan dengan besar biaya produksi yang dikeluarkna selama proses produksi berlangsung.

Untuk mengetahui kelayakan usaha secara finansial usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian digunakan kriteria kelayakan Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). Berikut nilai R/C Ratio pada usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian :

Tabel 17. Nilai R/C Ratio Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Penerimaan / Revenue (Rp)

Biaya / Cost (Rp)

R/C Ratio (%)

Per Minggu 669.068 513.449 1,29

Per Bulan 2.884.364 2.234.228 1,29

Per Tahun 34.612.364 26.810.736 1,29

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16), 2010

Dari Tabel 17 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai R/C Ratio per minggu, per bulan dan per tahun sebesar 1,29. Artinya setiap modal Rp. 1,- yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp. 1,29,- dimana Rp. 1,- merupakan modal yang telah mampu dikembalikan dan Rp. 0,29,- merupakan keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan suatu usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila memiliki nilai R/C Ratio > 1, maka usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

Dengan demikian maka hipotesis 2 yang menyatakan usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan secara finansial dapat diterima.


(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

8. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 9. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia

10.Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia

11.Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.

12.Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun

13.Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 14.Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

finansial karena telah memiliki nilai rata-rata R/C Ratio > 1 yaitu rata-rata sebesar 1,29 per minggu, per bulan, dan per tahun

Saran

Kepada Pemerintah

Karena keripik ubi telah menjadi produk IKM Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan kepada pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar dapat memberikan perhatian yang lebih besar kepada pengusaha keripik ubi seperti memberikan bantuan berupa modal yang lebih merata kepada para pengusaha, dan tidak membeda-bedakan hanya karena alasan ketidaklengkapan administrasi agar pengusaha setiap daerah tetap dapat mengembangkan usahanya


(48)

dengan lebih baik serta meningkat kesejahteraannya. Karena usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian dapat dilihat sebagai suatu rantai nilai yang memberikan kontribusi nilai tambah kuantitatif relatif kecil terhadap kabupaten. Hal ini disebabkan pada rantai usaha yang terbentuk belum ditemukan kemitraan yang sifatnya formal. Namun secara kualitatif pada aspek pengetahuan dan sosial ekonomi lingkungan telah cukup baik.

Terkhusus Desa Suka Sari, untuk 5 bulan sebelum penelitian ini berlangsung, para pengusaha sudah menghentikan memproduksi keripik ubi, dan beralih ke hasil olahan ubi kayu lainnya. Alasannya karena pemasaran keripik ubi sekarang ini agak sulit, dan tidak diminati pasar lagi. Maka harga jual terakhir kebanyakan pengusaha adalah Rp. 4.000,-/Kg. Jadi, diharapkan pemerintah peka terhadap permasalahan ini dan mengambil tindakan, agar keripik ubi (blengkuo atau manggleng) Desa Suka Sari hanya tinggal nama saja.

Kepada Pengusaha Keripik Ubi

1. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat membentuk kelompok usaha agar dapat menentukan harga jual keripik ubi yang sesuai dengan pengeluaran yang dikeluarkan, dan tidak selalu bergantung terus-menerus kepada para agen dalam hal pemasaran produk.

2. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat mengolah keripik ubi dengan lebih bervariasi, misalnya variasi bentuk maupun rasa. Karena walaupun rata-rata para pengusaha belum lama menggeluti usaha ini (umumnya masih 2 tahun, lihat lampiran 1), namun nilai tambah yang lebih besar akan datang sesuai dengan harapan produsen.


(49)

3. Diharapkan kepada pengusaha pembuat keripik ubi dapat memanfaatkan kulit ubi kayu yang tidak terpakai sebagai suatu usaha baru seperti pembuatan pakan ternak dari ubi kayu maupun usaha lainnya yang berbahan baku kulit ubi kayu sehingga dapat memberikan multiplier effect (fungsi ganda) dari usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian

Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih terperinci tentang analisis pemasaran keripik ubi beserta saluran-saluran pemasaran hasil dan hal-hal yang belum diteliti dalam penelitian ini.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntoro,S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2001. Direktori Industri Pengolahan. Medan.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008. Analisis Data sekunder industri olahan ubi kayu.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981. Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian. Jakarta.

Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi dan Produktivitas Home Industri Ledre (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Kasmir dan Jakfar, 2006. Studi Kelayakan Bisnis cetakan ke-3. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Mangunwidjaja,D. dan Illah S. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwaningsih, Heni; Subagiyo, Murwati, dan Supriadi. 2006. Diversifikasi produk olahan ubikayu.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Rukmana,R., 2002. Ubi Kayu : Budi Daya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta

Samadi,B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta

Soekartawi.1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sofyan,I. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Subagyo,A., 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Komputindo, Gramedia. Jakarta.


(51)

Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Wahyudin, 2007. Kompetensi Inti Daerah, Kabupaten Serdang Bedagai, materi workshop diseminasi.

Widianta,A. dan Widi PD., 2008.


(1)

Analisis Kelayakan Usaha Keripik Ubi

Kelayakan usaha dapat dilihat dengan membandingkan besar penerimaan dengan besar biaya produksi yang dikeluarkna selama proses produksi berlangsung.

Untuk mengetahui kelayakan usaha secara finansial usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian digunakan kriteria kelayakan Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). Berikut nilai R/C Ratio pada usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian :

Tabel 17. Nilai R/C Ratio Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Penerimaan / Revenue (Rp)

Biaya / Cost (Rp)

R/C Ratio (%)

Per Minggu 669.068 513.449 1,29

Per Bulan 2.884.364 2.234.228 1,29

Per Tahun 34.612.364 26.810.736 1,29

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16), 2010

Dari Tabel 17 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai R/C Ratio per minggu, per bulan dan per tahun sebesar 1,29. Artinya setiap modal Rp. 1,- yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp. 1,29,- dimana Rp. 1,- merupakan modal yang telah mampu dikembalikan dan Rp. 0,29,- merupakan keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan suatu usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila memiliki nilai R/C Ratio > 1, maka usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

Dengan demikian maka hipotesis 2 yang menyatakan usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan secara finansial dapat diterima.


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

8. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 9. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia

10. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia

11. Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.

12. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun

13. Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 14. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

finansial karena telah memiliki nilai rata-rata R/C Ratio > 1 yaitu rata-rata sebesar 1,29 per minggu, per bulan, dan per tahun

Saran

Kepada Pemerintah

Karena keripik ubi telah menjadi produk IKM Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan kepada pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar dapat memberikan perhatian yang lebih besar kepada pengusaha keripik ubi seperti memberikan bantuan berupa modal yang lebih merata kepada para pengusaha, dan tidak membeda-bedakan hanya karena alasan ketidaklengkapan administrasi agar pengusaha setiap daerah tetap dapat mengembangkan usahanya


(3)

dengan lebih baik serta meningkat kesejahteraannya. Karena usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian dapat dilihat sebagai suatu rantai nilai yang memberikan kontribusi nilai tambah kuantitatif relatif kecil terhadap kabupaten. Hal ini disebabkan pada rantai usaha yang terbentuk belum ditemukan kemitraan yang sifatnya formal. Namun secara kualitatif pada aspek pengetahuan dan sosial ekonomi lingkungan telah cukup baik.

Terkhusus Desa Suka Sari, untuk 5 bulan sebelum penelitian ini berlangsung, para pengusaha sudah menghentikan memproduksi keripik ubi, dan beralih ke hasil olahan ubi kayu lainnya. Alasannya karena pemasaran keripik ubi sekarang ini agak sulit, dan tidak diminati pasar lagi. Maka harga jual terakhir kebanyakan pengusaha adalah Rp. 4.000,-/Kg. Jadi, diharapkan pemerintah peka terhadap permasalahan ini dan mengambil tindakan, agar keripik ubi (blengkuo atau manggleng) Desa Suka Sari hanya tinggal nama saja.

Kepada Pengusaha Keripik Ubi

1. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat membentuk kelompok usaha agar dapat menentukan harga jual keripik ubi yang sesuai dengan pengeluaran yang dikeluarkan, dan tidak selalu bergantung terus-menerus kepada para agen dalam hal pemasaran produk.

2. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat mengolah keripik ubi dengan lebih bervariasi, misalnya variasi bentuk maupun rasa. Karena walaupun rata-rata para pengusaha belum lama menggeluti usaha ini (umumnya masih 2 tahun, lihat lampiran 1), namun nilai tambah yang lebih besar akan datang sesuai dengan harapan produsen.


(4)

3. Diharapkan kepada pengusaha pembuat keripik ubi dapat memanfaatkan kulit ubi kayu yang tidak terpakai sebagai suatu usaha baru seperti pembuatan pakan ternak dari ubi kayu maupun usaha lainnya yang berbahan baku kulit ubi kayu sehingga dapat memberikan multiplier effect (fungsi ganda) dari usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian

Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih terperinci tentang analisis pemasaran keripik ubi beserta saluran-saluran pemasaran hasil dan hal-hal yang belum diteliti dalam penelitian ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntoro,S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2001. Direktori Industri Pengolahan. Medan.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008. Analisis Data sekunder industri olahan ubi kayu.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981. Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian. Jakarta.

Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi dan Produktivitas Home Industri Ledre (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Kasmir dan Jakfar, 2006. Studi Kelayakan Bisnis cetakan ke-3. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Mangunwidjaja,D. dan Illah S. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwaningsih, Heni; Subagiyo, Murwati, dan Supriadi. 2006. Diversifikasi produk olahan ubikayu.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Rukmana,R., 2002. Ubi Kayu : Budi Daya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta

Samadi,B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta

Soekartawi.1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sofyan,I. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Subagyo,A., 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Komputindo, Gramedia. Jakarta.


(6)

Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Wahyudin, 2007. Kompetensi Inti Daerah, Kabupaten Serdang Bedagai, materi workshop diseminasi.

Widianta,A. dan Widi PD., 2008.