Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)
ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI
KECAMATAN PEGAJAHAN
(Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH :
Novita S Sinaga
110304060
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI
KECAMATAN PEGAJAHAN
(Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
NOVITA S SINAGA
110304060
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing
Anggota Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS)
NIP : 1962 0624 1986 03 1 001
NIP : 1963 0822 1988 03 2 003
(Ir.Lily Fauziah, M.Si)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRAK
NOVITA S SINAGA (110304060) dengan judul penelitian ANALISIS
PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN
PEGAJAHAN. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS
dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pengolahan ubi
kayu menjadi mie iris dan opak koin, pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi
mie iris dan opak koin, nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris dan opak koin, dan untuk membandingkan nilai tambah yang
diperoleh antara hasil usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris dengan hasil usaha
pengolahan ubi kayu menjadi opak koin.
Penentuan daerah dilakukan secara
purposive
(sengaja) yaitu daerah dipilih
secara sengaja dengan mempertimbangkan waktu dan jangkauan peneliti. Metode
penentuan sampel yang digunakan adalah metode Slovin dengan batas toleransi
kesalahan sebesar 10% karena mempertimbangkan waktu dan biaya peneliti, serta
jumlah sampel yang dihasilkan sudah dapat memenuhi kebutuhan data dalam penelitian
ini. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis pendapatan dan nilai
tambah dengan metode perhitungan Hayami.
Dari hasil penelitian, diperoleh pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi
mie iris adalah sebesar Rp 182.837,-/minggu, Rp 720.468,-/bulan, dan
Rp 8.645.621,-/tahun. Pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin
adalah Rp 138.031,-/minggu, Rp 599.789,-/bulan, dan Rp 7.197.475,-/tahun. Nilai
tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu menjadi mie iris adalah
Rp 551,629,-/kg dan nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu
menjadi opak koin sebesar Rp 309,1,-/kg. Dengan demikian nilai tambah pengolahan
ubi kayu menjadi mie iris lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah pengolahan
ubi kayu menjadi opak koin.
(4)
RIWAYAT HIDUP
NOVITA SUSILAWATY SINAGA, dilahirkan di Medan pada tanggal 19
November 1993. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Ayahanda
F.S.M. Sinaga dan Ibunda D. br. Sagala.
Penulis masuk Taman Kanak-kanak St. Thomas 2 Medan pada tahun 1998.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis sebagai berikut:
1.
Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar St. Thomas 6 Medan.
2.
Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama St. Thomas 1 Medan.
3.
Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas St. Thomas 1 Medan.
Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan, antara
lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Ikatan Mahasiswa
Katolik (IMK).
Pada akhir bulan Juli 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Berandan Barat, Kabupaten Langkat.
Kemudian pada bulan November 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa
Pegajahan dan Desa Sukasari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia yang telah dilimpahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul
“Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu di Kecamatan
Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis Ayahanda F.S.M. Sinaga dan
Ibunda D. br. Sagala atas kasih sayang yang selalu dilimpahkan kepada penulis dan
telah memberi dukungan, doa, dan motivasi selama menjalani perkuliahan hingga
sampai sekarang penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu, dan tak
lupa kepada Abangda Palti Raja Aprianto Jefry Sinaga atas doa dan semangat yang
diberikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku ketua komisi pembimbing, dan
Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak
memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan semangat selama penulisan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:
1.
Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan
sekretaris Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2.
Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, khususnya
Kak Yani, Kak Runielda, dan Kak Anita yang memberikan kelancaran dalam
hal administrasi.
(6)
3.
Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut serta
membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.
Segala hormat dan terimakasih penulis ucapkan kepada kekasih tersayang Arif
Badia Susanto, SP yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan serta turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat tercinta Agri M.
Damanik, Vanny Vitha, Johana Angel, Daniel Siahaan, dan Ismael Limbong yang telah
membantu penulis dalam penelitian ini, serta kepada teman-teman seperjuangan
stambuk 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang membantu penulis dalam
menemukan arti pentingnya kebersamaan.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2015
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori ... 12
2.2.1 Produksi ... 12
2.2.2 Pendapatan ... 13
2.2.3 Biaya ... 15
2.2.4 Harga ... 15
2.3 Penelitian Terdahulu ... 15
2.4 Kerangka Pemikiran ... 16
2.5 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 18
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19
3.4 Metode Analisis Data ... 20
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 22
3.5.1 Definisi ... 22
3.5.2 Batasan Operasional ... 23
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 24
4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 24
(8)
4.1.3 Keadaan Penduduk ... 26
4.1.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 26
4.2 Karakteristik Responden ... 27
4.2.1 Umur ... 27
4.2.2 Tingkat Pendidikan ... 28
4.2.3 Jumlah Tanggungan ... 29
4.2.4 Pengalaman Berusaha ... 30
4.2.5 Luas Lokasi Usaha ... 31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Pengolahan ... 34
5.1.1 Proses Pembuatan Mie Iris ... 34
5.1.2 Proses Pembuatan Opak Koin ... 36
5.2 Pendapatan ... 38
5.2.1 Mie Iris ... 38
5.2.2 Opak Koin ... 40
5.3 Nilai Tambah Usaha Pengolahan Ubi Kayu ... 44
5.3.1 Mie Iris ... 44
5.3.2 Opak Koin ... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 50
6.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
(9)
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Hlm.
1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2008-2012 ... 3
2. Produksi Ubi Kayu Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2008-2012 ... 4
3. Kandungan Gizi Ubi Kayu per 100 gram ... 8
4. Data Industri Berbahan Baku Ubi Kayu di Kecamatan Pegajahan ... 18
5. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami ... 21
6. Luas Areal Lahan Sawah dan Lahan Bukan Sawah di Kecamatan Pegajahan ... 25
7. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 26
8. Umur Responden Pengrajin Mie Iris ... 27
9. Umur Responden Pengrajin Opak Koin ... 28
10. Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Mie Iris ... 28
11. Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Opak Koin ... 29
12. Jumlah Tanggungan Responden Pengrajin Mie Iris ... 29
13. Jumlah Tanggungan Responden Pengrajin Opak Koin ... 30
14. Pengalaman Berusaha Responden Pengrajin Mie Iris ... 30
15. Pengalaman Berusaha Responden Pengrajin Opak Koin ... 30
16. Luas Lokasi Usaha Pengrajin Mie Iris... 31
17. Luas Lokasi Usaha Pengrajin Opak Koin ... 31
18. Rata-rata Penggunaan Ubi Kayu dalam Pembuatan Mie Iris di Desa
Pegajahan ... 32
19. Rata-rata Penggunaan Ubi Kayu dalam Pembuatan Opak Koin di Desa
Sukasari ... 33
20. Penerimaan Usaha Pembuatan Mie Iris di Desa Pegajahan ... 38
21. Biaya Tidak Tetap Usaha Pembuatan Mie Iris di Desa Pegajahan ... 38
22. Biaya Tetap Usaha Pembuatan Mie Iris di Desa Pegajahan ... 38
23. Pendapatan Usaha Pembuatan Mie Iris di Desa Pegajahan ... 38
24. Total Pendapatan yang Diterima Pengrajin Mie Iris jika Upah TKDK
Tidak Dibayar ... 39
25. Penerimaan Usaha Pembuatan Opak Koin di Desa Sukasari ... 40
26. Biaya Tidak Tetap Usaha Pembuatan Opak Koin di Desa Sukasari ... 40
27. Biaya Tetap Usaha Pembuatan Opak Koin di Desa Sukasari ... 40
28. Pendapatan Usaha Pembuatan Opak Koin di Desa Sukasari ... 41
29. Total Pendapatan yang Diterima Pengrajin Opak Koin jika Upah TKDK
Tidak Dibayar ... 42
30. Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu menjadi Mie Iris per Produksi ... 44
31. Sumbangan Input Lain Pembuatan Mie Iris per Produksi ... 45
32. Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu menjadi Opak Koin per Produksi ... 46
(10)
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Hlm.
1. Skema Kerangka Penelitian ... 17
2. Skema Pembuatan Mie Iris ... 34
3. Skema Pembuatan Opak Koin ... 36
(11)
DAFTAR LAMPIRAN MIE IRIS
No.
Judul
1.
Karakteristik Responden Mie Iris
2.
Peralatan Produksi Mie Iris
3.
Biaya Bahan Baku (Ubi Kayu)
4.
Biaya Bahan Penunjang
5.
Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Mie Iris
6.
Biaya Peralatan Usaha Mie Iris
7.
Penerimaan Usaha Pengolahan Mie Iris
8.
Penerimaan per 1 kg Ubi Kayu Usaha Pengolahan Mie Iris
9.
Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Mie Iris
10. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Mie Iris
11. Total Biaya Produksi Usaha Pengolahan Mie Iris
12. Pendapatan Usaha Pengolahan Mie Iris
13. Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Satu Kali Produksi
14. Upah Tenaga Kerja
15. Koefisien Tenaga Kerja
16. Rasio Input-Output
(12)
DAFTAR LAMPIRAN OPAK KOIN
No.
Judul
1.
Karakteristik Responden Opak Koin
2.
Peralatan Produksi Opak Koin
3.
Biaya Bahan Baku (Ubi Kayu)
4.
Biaya Bahan Penunjang
5.
Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Opak Koin
6.
Biaya Peralatan Usaha Opak Koin
7.
Penerimaan Usaha Pengolahan Opak Koin
8.
Penerimaan per 1 kg Ubi Kayu Usaha Pengolahan Opak Koin
9.
Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Opak Koin
10. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Opak Koin
11. Total Biaya Produksi Usaha Pengolahan Opak Koin
12. Pendapatan Usaha Pengolahan Opak Koin
13. Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Satu Kali Produksi
14. Upah Tenaga Kerja
15. Koefisien Tenaga Kerja
16. Rasio Input-Output
(13)
ABSTRAK
NOVITA S SINAGA (110304060) dengan judul penelitian ANALISIS
PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN
PEGAJAHAN. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS
dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pengolahan ubi
kayu menjadi mie iris dan opak koin, pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi
mie iris dan opak koin, nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris dan opak koin, dan untuk membandingkan nilai tambah yang
diperoleh antara hasil usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris dengan hasil usaha
pengolahan ubi kayu menjadi opak koin.
Penentuan daerah dilakukan secara
purposive
(sengaja) yaitu daerah dipilih
secara sengaja dengan mempertimbangkan waktu dan jangkauan peneliti. Metode
penentuan sampel yang digunakan adalah metode Slovin dengan batas toleransi
kesalahan sebesar 10% karena mempertimbangkan waktu dan biaya peneliti, serta
jumlah sampel yang dihasilkan sudah dapat memenuhi kebutuhan data dalam penelitian
ini. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis pendapatan dan nilai
tambah dengan metode perhitungan Hayami.
Dari hasil penelitian, diperoleh pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi
mie iris adalah sebesar Rp 182.837,-/minggu, Rp 720.468,-/bulan, dan
Rp 8.645.621,-/tahun. Pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin
adalah Rp 138.031,-/minggu, Rp 599.789,-/bulan, dan Rp 7.197.475,-/tahun. Nilai
tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu menjadi mie iris adalah
Rp 551,629,-/kg dan nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu
menjadi opak koin sebesar Rp 309,1,-/kg. Dengan demikian nilai tambah pengolahan
ubi kayu menjadi mie iris lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah pengolahan
ubi kayu menjadi opak koin.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara seperti Indonesia ini,
tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara agraris menuju
negara industri maju, maka peranan sektor pertanian masih tetap mewarnai kemajuan di
sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang
antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh (Soekartawi,
2003).
Agroindustri merupakan titik sentral suatu agribisnis. Berbeda dengan bisnis “on farm”,
proses agroindustri dapat lebih terkontrol dan dapat lebih pasti dalam proses
berproduksinya. Sebagai penggerak yang berposisi di tengah dalam sistem agribisnis,
agroindustri merupakan kunci suksesnya agribisnis. Orientasi ke pasar didorong leh
komponen industri, karena komponen ini sangat memegang teguh terget mutu produk
akhir yang dikehendaki pasar (Sadjad, 2001).
Bagi petani, kegiatan pengolahan hasil telah dilakukan khususnya bagi petani yang
mempunyai fasilitas pengolahan hasil (lantai jemur, penggilingan, tempat
penyimpanan, keterampilan dalam mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain).
Sering ditemukan bahwa hanya petani yang mempunyai fasilitas pengolahan hasil dan
mereka yang mempunyai
sense of bussiness
(kemampuan memanfaatkan bisnis bidang
pertanian) yang melaksanakan kegiatan pengolahan hasil pertanian (Soekartawi, 2003).
Ubi kayu adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting
di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan
(15)
karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan
tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya
tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga
dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu daun dan umbi ubi kayu dapat diolah
menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun makanan selingan.
Pada umumnya, ubi kayu segar merupakan komoditi pertanian dengan nilai ekonomis
yang rendah. Untuk dapat meningkatkan nilai ekonomis ubi kayu perlu suatu upaya
dalam mengolah ubi kayu tersebut menjadi beranekaragam produk olahan. Oleh karena
itu, petani seharusnya dapat mengolah hasil panen berbahan baku ubi kayu tersebut
(bukan hanya dijual kepada pengrajin saja) agar memiliki nilai tambah sehingga
pendapatan petani dapat meningkat.
Nilai tambah didefinisikan sebagai penambahan nilai suatu komoditi karena adanya
input fungsional yang diperlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Besarnya
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor teknis yang terdiri dari kapasitas produksi,
penerapan teknologi, kualitas produk, kuantitas bahan baku dan input penyerta serta
faktor pasar yang meliputi harga jual output, harga bahan baku, nilai input lainnya dan
upah tenaga kerja (Soekartawi, 1999).
Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2008-2012
Kabupaten/Kota
Produksi Ubi Kayu per Tahun (ton)
Kabupaten
2008
2009
2010
2011
2012
Nias
7.963
51.298
5.981
2.857
3.900
Mandailing Natal
3.238
1.799
1.967
1.951
2.362
Tapanuli Selatan
18.269
8.854
9.955
7.377
13.453
Tapanuli Tengah
27.986
33.506
34.076
31.057
31.771
Tapanuli Utara
26.068
37.451
38.398
43.852
62.928
Toba Samosir
7.949
10.560
29.760
35.933
74.029
Labuhanbatu
4.451
2.428
164
114
1.684
(16)
Asahan
10.565
18.536
18.464
17.265
15.304
Simalungun
309.303
373.304
351.575
327.185
336.555
Dairi
5.808
6.280
10.778
8.595
10.592
Karo
2.412
52
848
345
3.149
Deli Serdang
75.497
167.017
78.734
116.834
121.396
Langkat
7.974
9.244
10.793
39.827
44.801
Nias Selatan
15.870
72.585
53.452
10.724
10.075
Humbang
Hasundutan
12.883
12.469
13.845
24.324
23.697
Pakpak Bharat
405
441
2.502
2.781
1.118
Samosir
4.985
16.163
7.379
8.102
7.880
Serdang Bedagai
155.389
111.066
148.734
292.398
246.835
Batu Bara
16.205
22.994
23.436
63.159
94.982
Padang Lawas Utara
0
8.925
7.457
8.518
8.769
Padang Lawas
0
10.482
7.882
4.068
6.089
Labuhanbatu Selatan
0
0
1.426
1.091
1.612
Labuhanbatu Utara
0
0
3.391
3.817
2.877
Nias Utara
0
0
5.545
6.067
12.022
Nias Barat
0
0
851
1.668
3.644
Kota
Sibolga
0
0
0
0
0
Tanjungbalai
387
390
1.062
484
765
Pematangsiantar
7.106
9.091
10.210
10.290
7.218
Tebing Tinggi
6.610
7.148
8.695
7.889
7.578
Medan
4.616
7.533
7.260
2.348
2.086
Binjai
2.863
3.147
3.678
1.236
1.983
Padangsidimpuan
1.971
4.521
4.877
7.052
4.319
Gunungsitoli
0
0
2.398
2.503
6.045
Sumatera Utara
736.771
1.007.284
905.571
1.091.711
1.171.520
Sumber: Badan Pusat Statistik, Sumatera Utara dalam Angka (2013)
Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial dalam memproduksi ubi kayu.
Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa Serdang Bedagai merupakan kabupaten terbesar
kedua setelah Kabupaten Simalungun dalam memproduksi ubi kayu di Propinsi
Sumatera Utara. Hal itu dapat dilihat dari rata-rata jumlah produksi dari tahun
2008-2012. Hal ini menunjukkan adanya potensi yang besar terhadap produk olahan ubi kayu
dikarenakan produksinya yang besar di Kabupaten Serdang Bedagai.
Dibawah ini disajikan produksi ubi kayu per kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai.
Tabel 2. Produksi Ubi Kayu Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
(17)
Kecamatan
Produksi Ubi Kayu (ton)
2008
2009
2010
2011
2012
Kotarih
6.891
1.755
4.587
4.669
4.698
Silinda
582
45
132
23
0
Bintang Bayu
2.816
4.185
2.272
3.110
1.544
Dolok Masihul
54.730
25.848
28.658
34.519
53.756
Serbajadi
5.697
3.266
8.519
5.170
1.709
Sipispis
6.912
7.560
7.514
9.925
9.831
Dolok Merawan
1.761
19.834
2.691
19.870
5.621
Tebing Tinggi
20.673
2.350
11.180
7.889
10.881
Tebing Syahbandar
3.994
2.773
16.037
30.602
6.563
Bandar Khalipah
626
1.480
1.022
165
1.682
Tanjung Beringin
1.505
112
88
113
115
Sei Rampah
38.256
16.560
17.284
78.659
95.579
Sei Bamban
108
1.293
1.333
0
0
Teluk Mengkudu
3.713
5.805
3.665
9.458
1.307
Perbaungan
426
2.461
275
1.150
180
Pegajahan
25.736
15.604
17.333
51.336
57.800
Pantai Cermin
1.761
1.495
789
1.588
1.833
Total
176.187
113.030
123.380
258.243
253.099
Sumber: Serdang Bedagai dalam Angka 2009-2013, Badan Pusat Statistik
Dari Tabel 2, Kecamatan Sei Rampah, Dolok Masihul, dan Pegajahan berturut-turut
merupakan tiga terbesar sentra produksi ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai. Hal
itu dapat dilihat dari rata-rata jumlah produksi ubi kayu di masing-masing kecamatan
pada tahun 2008-2012. Pegajahan dikenal sebagai sentra produksi olahan ubi.
Produk-produk olahan ubi di Kecamatan Pegajahan ada beberapa jenis, antara lain: opak, mie
ubi, rengginang, keripik ubi, dan lain-lain.
Berbagai jenis produk olahan ubi ini memberikan keuntungan kepada pengrajin dan
terdapat penambahan input pada proses pengolahan ubi kayu menjadi suatu produk
(nilai tambah). Maka dari itu peneliti tertarik untuk menganalisis pendapatan usaha
pengrajin olahan ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
1.2 Identifikasi Masalah
(18)
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah yang akan diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan produk opak koin dan mie iris di Kecamatan
Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai?
2. Bagaimana pendapatan usaha pembuatan produk opak koin dan mie iris di
Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai?
3. Berapa besar
value added
yang terdapat dalam pengolahan ubi kayu di Kecamatan
Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai?
4. Bagaimana perbandingan
value added
antara hasil usaha pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris dengan hasil usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin di
Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengidentifikasi proses pembuatan opak koin dan mie iris di Kecamatan Pegajahan,
Kabupaten Serdang Bedagai.
2.
Menganalisis pendapatan usaha pembuatan produk opak koin dan mie iris di
Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
3.
Menganalisis seberapa besar
value added
yang terdapat dalam pengolahan ubi kayu
di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
4.
Menganalisis perbandingan
value added
antara hasil usaha pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris dengan hasil usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin di
Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk:
(19)
1.
Sebagai bahan informasi bagi pengrajin untuk meningkatkan motivasi dalam
mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatannya.
2.
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan tanaman tropis, namun demikian tetap mampu beradaptasi dan
tumbuh baik di daerah subtropis. Di Indonesia, tanaman ini merupakan sumber pangan
(karbohidrat) ketiga setelah beras dan jagung. Ubi kayu termasuk dalam famili
Euphorbiaceae
, genus
Manihot
, spesies
Manihot esculenta
Crantz. Terdapat ± 100
spesies ubi kayu yang termasuk dalam spesies
Manihot esculenta
Crantz,
M. utilisima,
M. edulis,
atau
M. aipi.
Beberapa spesies tersebut termasuk sebagai tanaman
monoecious
yang memiliki tinggi beragam yaitu 1 m – 5 m tergantung pada varietas
dan kondisi ekologinya. Sementara, batang berbentuk bulat dengan diameter antara 2,5
cm – 4 cm, berkayu dan bergabus. Batang tersebut berwarna kecokelatan atau
keunguan dan bercabang ganda 3 (Djaafar dan Rahayu, 2008).
Keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman ubi kayu adalah tanah berstruktur
remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase baik, serta
mempunyai pH tanah minimum 5. Tanaman ubi kayu toleran pada pH 4,5-8,0, tetapi
yang paling baik adalah pada pH 5,8 (Rukmana, 2002).
Sifat fisik dan kimia ubi kayu sangat perlu diketahui apabila ubi kayu tersebut akan
diolah. Ada beberapa jenis ubi kayu yang memiliki kada Asam Sianida (HCN/Asam
Biru) tinggi yang apabila digunakan dalam pengolahan, terutama untuk produk olahan
basah dari bahan ubi kayu segar, akan memberikan hasil yang kurang baik. Ubi kayu
dengan kadar HCN tinggi dapat digunakan dalam industri pati ubi kayu, karena selama
(21)
proses perendaman maupun pencucian, kadar HCN ini akan berkurang. Hal ini
disebabkan oleh sifat HCN yang mudah larut dalam air (Djaafar dan Rahayu, 2008).
Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan gizi (per 100 gram) seperti yang disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Gizi Ubi Kayu per 100 gram
No.
Kandungan Gizi
Komposisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
12.
Kalori (kal.)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat Besi (mg)
Vitamin A (Sl)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Air (g)
Bagian dapat dimakan (%)
146,00
1,20
0,30
34,70
33,00
40,00
0,70
0,00
0,06
30,00
52,50
75,00
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI tahun 1981 dalam Rukmana dan Yuniarsih (2002)
Ubi kayu tidak memiliki periode matang yang jelas. Akibatnya, periode panen dapat
beragam sehingga hasil yang dilaporkan berbeda-beda, berkisar 2 ton/ha, dengan hasil
rata-rata 10 ton/ha. Panen biasanya dilakukan antara 12 sampai 15 bulan setelah masa
tanam, tetapi dapat dilakukan pada umur 6 bulan atau bahkan setelah 2-3 tahun.
Umurnya, kultivar tipe manis sudah matang pada umur 6-9 bulan, sedangkan tipe pahit
12-18 bulan untuk mendapatkan hasil tinggi. Kultivar tipe pahit terutama digunakan
untuk pangan olahan, pakan ternak, dan produk industri (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
Hasil olahan ubi kayu berupa tapioka dan gaplek (manihok) dalam bentuk chips, pellet
ataupun lainnya, telah lama menjadi komoditi ekspor yang sangat penting dalam
(22)
menyumbang pendapatan devisa, karenanya merupakan aset yang sangat berharga dan
perlu dijaga kelestariannya sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekspor
pada masa-masa selanjutnya (Anonimous, 2007).
Usaha pengolahan ubi kayu
Pengolahan hasil merupakan salah satu bentuk kegiatan agroindustri yang utama.
Agroindustri menempati daerah transisi antara 2 sektor pertanian dan sektor industri.
Oleh sebab itu adalah wajar jika batasan yang tegas dari agroindustri sulit untuk
digariskan dan sering menjadi bahan perdebatan antara industri dan pertanian (Lakitan,
1995).
Menurut Soekartawi (2003), komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting
karena pertimbangan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Nilai Tambah
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen
dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani
hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan,
pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, dan lain-lain).
Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan
pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga
mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.
2. Kualitas Hasil
Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas
hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan
(23)
konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya
perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi
pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif
besar pada kegiatan pengolahan.
4. Meningkatkan Keterampilan Produsen
Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan
secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan
usahatani yang lebih besar.
5. Peningkatan Pendapatan Produsen
Konsekuensi logis dari pengolah yang lebih baik akan menyebabkan total
penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani
mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih
baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan
atau total keuntungan yang lebih besar.
Usaha pengolahan hasil pertanian akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain:
1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil.
2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian.
3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian, baik dalam bentuk segar maupun
hasil olahan.
4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian.
(24)
Produk hasil olahan berbahan baku ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten
Serdang Bedagai diantaranya adalah opak, mie iris, rengginang, keripik ubi, dan
lain-lain.
Mie Iris
Mie merupakan produk makanan yang sangat populer di Indonesia dan digemari
hampir semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Secara umum, bahan
baku utama mie adalah terigu yang merupakan bahan baku yang sangat dominan
digunakan pada pengolahan pangan dengan penggunaan mencapai 79,3%. Untuk
mengurangi ketergantungan terhadap terigu, salah satu bahan alternatif yang dapat
dikembangkan sebagai bahan baku mie adalah pati ubi kayu (Hidayat, dkk, 2007).
Pati ubi kayu diperoleh melalui proses ekstraksi ubi kayu yang merupakan komoditas
tenaman pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Selain
menunjang program pemberdayaan sumber daya lokal, harga yang lebih murah dan
tidak diperlukannya tambahan bahan pengembang dan pengenyal merupakan
keuntungan penggunaan pati ubi kayu sebagai bahan baku produk mie.
Opak
Opak merupakan makanan kering berbahan baku tepung tapioka, dimana tapioka ini
dibuat dari ubi kayu. Kerupuk opak merupakan makanan camilan yang digemari
masyarakat baik muda maupun tua karena rasanya yang enak, harganya murah, dan
cara pembuatannya yang mudah. Keunggulan kerupuk opak dibanding dengan kerupuk
lainnya adalah kerupuk opak dibuat langsung dari ubi kayu sehingga kadar seratnya
masih tinggi, sedangkan kerupuk dengan berbahan baku pati tidak mengandung serat.
(25)
Kelemahan utama dari kerupuk opak adalah rendahnya kadar protein, sehingga nilai
gizinya rendah, selain itu rasa kerupuk opak kurang enak. Untuk mengatasi kelemahan
tersebut maka dalam pembuatannya dapat ditambahkan bahan lain yang kaya protein
agar menjadi produk kerupuk yang bernilai gizi tinggi dan rasa yang lebih enak
(Anonimous, 2011).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Produksi
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan (
input
). Dengan demikian kegiatan produksi
tersebut adalah mengkombinasikan berbagai
input
untuk menghasilkan
output
(Agung,
dkk, 2008).
Untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan
komoditas, hubungan antara
input
dan
output
disebut dengan
factor relationship
(Daniel, 2002).
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah
input
produksi yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi menunjukkan
sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan.
Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1
input
produksi seperti tenaga kerja
merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan
faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah, dan teknologi dianggap tidak
mengalami perubahan (Sukirno, 2005).
(26)
Pendapatan (Pd) adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi, Pd
= TR – TC. Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh (Y) dengan harga jual (Py) (Soekartawi, 1999).
Menurut Sukirno (1996), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh
penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan, bulanan,
ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan, antara lain:
1.
Pendapatan petani
(family farm income)
diperoleh dari selisih penerimaan usahatani
dengan biaya alat-alat luar (biaya pengeluaran).
2.
Pendapatan bersih
(net income)
diperoleh dari selisih penerimaan usahatani dengan
biaya alat-alat luar dan upah tenaga kerja dalam keluarga.
3.
Keuntungan pengusaha
(profit)
diperoleh dari selisih penerimaan usahatani dengan
biaya alat-alat luar, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan bunga modal yang
dipergunakan.
Setelah produsen menghasilkan
output
dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan
maka
output
tersebut akan dijual kepada konsumen. Dengan demikian, produsen akan
memperoleh pendapatan (penerimaan) dari setiap
output
yang dijual. Pendapatan yang
diterima oleh produsen sebagian untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi. Membahas masalah penerimaan atau
revenue
ada beberapa konsep
penting yang perlu diperhatikan menurut Pracoyo dan Rubenfeld (2008):
1. Pendapatan total atau
total revenue
(TR) : pendapatan yang diterima oleh produsen
dari setiap penjualan
output
nya.
Total revenue
merupakan hasil kali antara harga
dengan
output
. TR = P . Q
(27)
2. Pendapatan rata-rata atau
average revenue
(AR) : pendapatan produsen per unit
output
yang dijual. AR = TR/Q = P. Dengan demikian, AR merupakan harga jual
output
per unit.
3. Pendapatan marjinal atau
marginal revenue
(MR) : perubahan pendapatan yang
disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit
output
.
��
=
�����
.
Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan, maka seharusnya
mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap
semua unsur biaya selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya (Fadholi,
1990).
Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar
nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi
yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin juga diperoleh dari investasi yang
jumlahnya besar pula. Untuk mengukur keberhasilan usahatani biasanya dilakukan
dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis
pendapatan usahatani dapat diketahui gambaran keadaan aktual usahatani sehingga
dapat melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan
datang.
2.2.3 Biaya
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap
(fixed cost)
dan biaya tidak tetap
(variable cost)
(Soekartawi, 1999). Biaya tetap (FC) adalah biaya
yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak
atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya mempengaruhi
produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja.
(28)
2.2.4 Harga
Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar dimaksudkan
harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan
Value Added
Usaha Pengolahan Ubi
Kayu di Kecamatan Pagajahan Kabupaten Serdang Bedagai” oleh Badarudin Nasution
(2012) menganalisis perbandingan nilai tambah antara hasil usaha pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris dengan hasil usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak lidah; dan
menganalisis perbandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris
dengan usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak lidah di Kecamatan Pagajahan,
Kabupaten Serdang Bedagai.
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus penerimaan, pendapatan, dan nilai tambah. Adapun hasil dari uji
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris lebih tinggi dibandingkan
dengan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak lidah.
2. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi opak lidah lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris.
2.4 Kerangka Pemikiran
Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan di Indonesia. Pada umumnya ubi kayu
memiliki harga jual yang relatif rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai
(29)
tambah dan pendapatan, diperlukan pengolahan untuk menjadi komoditi yang harga
jualnya tinggi.
Petani di daerah penelitian menjual bahan baku ubi kayu kepada pengrajin, dimana
pengrajin akan mengolah bahan baku tersebut menjadi aneka produk yang pastinya
memiliki nilai jual lebih tinggi daripada bahan baku asalnya. Dalam penelitian ini,
peneliti hanya menganalisis produk olahan ubi kayu menjadi mie iris dan opak. Produk
olahan ini akan berpengaruh pada penerimaan, pendapatan, dan nilai tambah pengrajin
tersebut.
Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian
Keterangan :
: Menyatakan ada hubungan
: Menyatakan pengaruh
2.5 Hipotesis Penelitian
Pengrajin
Bahan Baku
Nilai
Tambah
Proses
Mie Iris
Penerimaan
Pendapatan
Opak
(30)
1.
Pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris lebih tinggi dibandingkan
dengan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin di Kecamatan
Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
2.
Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi opak koin lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
(31)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai,
Sumatera Utara yang ditentukan secara
purposive
(sengaja). Kecamatan Pegajahan
merupakan daerah yang potensial dalam memproduksi olahan ubi kayu karena daerah
tersebut merupakan sentra produksi pengolahan ubi kayu terbesar ketiga setelah
Kecamatan Sei Rampah dan Dolok Masihul di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu
terdapat 241 unit usaha pengolahan berbahan baku ubi kayu.
Tabel 4. Data Industri Berbahan Baku Ubi Kayu di Kecamatan Pegajahan
No
Desa/Kelurahan
Pengolahan Ubi Kayu
1.
Tanjung Putus
-
2.
Senah
6
3.
Pondok Tengah
2
4.
Suka Sari
98
5.
Bingkat
4
6.
Pegajahan
127
7.
Melati Kebun
-
8.
Petualaran Hulu
-
9.
Petualaran Hilir
4
10.
Lestari Dadi
-
11.
Bengabing
-
12.
Jati Mulyo
-
13.
Karang Anyar
-
JUMLAH
241
Sumber: Badan Pusat Statistik, Kecamatan Pegajahan Dalam Angka (2010)
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang kita tentukan, sedangkan sampel adalah bagian dari keseluruhan
populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
(32)
Adapun metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode Slovin (Sevilla,
et
all
, 2007) dengan persamaan sebagai berikut:
n =
�1+��2
Dimana:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan
(error tolerance)
Jumlah populasi pengrajin mie iris menurut data primer adalah 60 pengrajin dan jumlah
populasi pengrajin opak koin adalah 32 pengrajin. Dengan batas toleransi 10% (0,1),
maka jumlah sampel pengrajin mie iris yang diambil adalah:
n =
601+60 (0,1)2
= 38 pengrajin
Sedangkan jumlah sampel pengrajin opak koin yang diambil adalah:
n =
321+32 (0,1)2
= 24 pengrajin
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dapat diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dengan responden di
daerah penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah
disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari instansi atau
lembaga terkait dengan penelitian yang dilakukan, seperti Badan Pusat Statistika
Kabupaten Serdang Bedagai dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian
ini.
(33)
Untuk menganalisis masalah (1), metode yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif yaitu menjelaskan proses atau tahap-tahap pengolahan ubi kayu menjadi
produk mie iris dan opak koin di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk menganalisis masalah (2) digunakan rumus berikut:
1. Penerimaan
TR = Y.Py
Keterangan :
TR
(Total Revenue
) = total penerimaan (Rp)
Y = Jumlah produksi yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu (Rp)
Py = Harga jual produksi olahan ubi kayu (Rp)
2. Biaya
TC = FC + VC
Keterangan:
TC (
Total Cost
) = total biaya (Rp)
FC (
Fixed Cost
) = biaya tetap (Rp)
VC (
Variable Cost)
= biaya tidak tetap (variabel) (Rp)
3. Pendapatan
I = TR – TC
Keterangan :
I (
Income
) = Pendapatan (Rp)
TR (
Total Revenue
) = Total penerimaan (Rp)
TC (
Total Cost
) = Total biaya (Rp)
(34)
Untuk menganalisis masalah (3) dapat dianalisis dengan menggunakan metode
perhitungan nilai tambah.
Tabel 5. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami
Variabel
Nilai
I. Output, Input, dan Harga
1. Output (kg)
2. Input
3. Tenaga kerja (HKP)
4. Faktor konversi
5. Koefisien tenaga kerja (HKP)
6. Harga output (Rp/kg)
7. Upah tenaga kerja langsung (Rp/HKP)
(1)
(2)
(3)
(4) = (1) / (2)
(5) = (3) / (2)
(6)
(7)
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg)
9. Sumbangan input lain (Rp/kg)
10. Nilai output (Rp/kg)
11. a. Nilai tambah (Rp/kg)
b. Rasio nilai tambah (%)
12. a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg)
b. Pangsa tenaga kerja (%)
13. a. Keuntungan (Rp/kg)
b. Tingkat keuntungan
(8)
(9)
(10) = (4) * (6)
(11a) = (10) – (8) – (9)
(11b) = (11a)/(10) * 100%
(12a) = (5) * (7)
(12b) = (12a)/(11a) * 100%
(13a) = (11a) – (12a)
(13b) = (13a)/(11a) * 100%
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg)
a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%)
b. Sumbangan input lain (%)
c. Keuntungan pemilik perusahaan (%)
(14) = (10) – (8)
(14a) = (12a)/(14) * 100%
(14b) = (9)/(14) * 100%
(14c) = (13a)/(14) * 100%
Sumber: Hayami et all. (1987)
Analisis nilai tambah metode Hayami menghasilkan beberapa informasi sebagai berikut
:
1.
Faktor konversi (kg) menunjukkan produk output yang dihasilkan oleh 1 kg bahan
baku.
2.
Koefisien tenaga kerja (HKP) menunjukkan tenaga kerja yang dipakai dalam
mengolah 1 kg bahan baku.
(35)
3.
Sumbangan input lain (Rp) adalah bahan-bahan pendukung untuk menghasilkan
output.
4.
Nilai output (Rp) menunjukkan harga produk yang dihasilkan dalam 1 kg bahan
baku.
5.
Nilai tambah (Rp) adalah selisih antara nilai output mie iris dengan bahan baku
utama ubi kayu dan sumbangan input lain.
6.
Rasio nilai tambah (%) menunjukkan nilai tambah dari nilai produk.
7.
Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp) menunjukkan upah yang diterima tenaga
kerja langsung dalam mengolah satu satuan bahan baku.
8.
Pangsa tenaga kerja langsung (%) menunjukkan persentase pendapatan tenaga
kerja langsung dari nilai tambah yang diperoleh.
9.
Keuntungan (Rp) menunjukkan bagian yang diterima perusahaan.
10.
Tingkat keuntungan (%) menunjukkan persentase keuntungan dari nilai produk.
11.
Marjin (Rp) menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi
selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
12.
Presentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%).
13.
Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%).
14.
Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%).
Untuk menganalisis masalah (4) metode yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif, yaitu membandingkan nilai tambah antara hasil usaha pengolahan ubi kayu
menjadi mie iris dengan hasil usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin dengan
menggunakan data/informasi yang diperoleh di daerah penelitian.
(36)
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang
istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan
operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1.
Produksi adalah jumlah bahan baku produk olahan mie iris dan opak koin dihitung
dalam kilogram (kg).
2.
Penerimaan adalah seluruh hasil penjualan olahan ubi kayu dihitung dalam rupiah
(Rp).
3.
Pendapatan adalah seluruh hasil dari penjualan produk olahan ubi kayu dikurangi
dengan seluruh biaya yang dikorbankan oleh pengrajin dan dihitung dalam rupiah
(Rp).
4.
Output adalah jumlah produk mie iris dan opak koin yang dihasilkan dalam satu
kali produksi dihitung dalam kilogram (kg).
5.
Input adalah jumlah ubi kayu yang diolah dalam satu kali produksi dihitung dalam
kilogram (kg).
6.
Harga output adalah harga jual produk mie iris dan opak koin dan dihitung dalam
satuan kilogram (kg).
7.
Harga produk olahan adalah harga jual produk mie iris dan opak koin kepada
konsumen dan dihitung dalam rupiah (Rp).
8.
Sumbangan input adalah biaya penggunaan input lain per kilogram produk olahan
(kg).
9.
Nilai output adalah harga produk mie iris dan opak koin yang dihasilkan dari satu
kilogram ubi kayu (Rp).
(37)
10.
Nilai tambah adalah selisih dari harga produk mie iris dan opak koin dengan harga
bahan baku ubi kayu ditambah dengan biaya sumbangan input lainnya (Rp).
11.
Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk.
12.
Biaya adalah keseluruhan pengeluaran yang dikeluarkan dalam pengolahan ubi
kayu menjadi opak koin dan mie iris dan dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Pegajahan dan Desa Sukasari yang terletak di
Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sampel penelitian adalah pengrajin olahan ubi kayu menjadi produk mie iris dan
opak koin di daerah penelitian.
(38)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut ini
adalah deskripsi daerah penelitian:
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Luas wilayah Kecamatan Pegajahan adalah 93,12 km
2, sebagian besar merupakan
dataran rendah. Kecamatan Pegajahan yang berada sekitar ± 13-16 meter di atas
permukaan laut terdiri atas 12 desa dan 1 kelurahan, yaitu: Desa Tanjung Putus, Desa
Sennah, Desa Pondok Tengah, Desa Sukasari, Desa Bingkat, Desa Pegajahan, Desa
Petuaran Hulu, Desa Petuaran Hilir, Desa Lestari Dadi, Desa Bengabing, Desa
Jatimulyo, Desa Karang Anyar, dan Kelurahan Melati Kebun.
Berdasarkan luas desa di Kecamatan Pegajahan, luas desa/kelurahan terbesar adalah
Kelurahan Melati Kebun dengan luas 19,76 km
2atau sekitar 21,22% dari total luas
Kecamatan Pegajahan, diikuti oleh Desa Tanjung Putus dengan luas 18,22 km
2atau
19,57% dari total luas Kecamatan Pegajahan. Sedangkan luas desa terkecil adalah Desa
Petuaran Hulu dengan luas 0,25 km
2atau hanya 0,27% dari total luas Kecamatan
Pegajahan.
Ibukota Kecamatan Pegajahan berada di Desa Pegajahan. Jarak tempuh dari Kecamatan
Pegajahan ke pusat pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai adalah sekitar 30 km,
sedangkan jarak ke provinsi sekitar 54 km.
(39)
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Serbajadi
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Galang (Kab. Deli Serdang)
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah
(BPS, 2013).
4.1.2 Tata Guna Lahan
Penggunaan sawah di Kecamatan Pegajahan adalah sebanyak 1.472 ha, yang terdiri
dari sawah irigasi teknis 651 ha dan sawah irigasi ½ teknis 821 ha. Luas lahan bukan
sawah sebanyak 7.840 ha, yang terdiri dari pekarangan 322 ha, tegal/kebun 1.454 ha,
perkebunan 6.013 ha, rawa tidak ditanam 9 ha, dan penggunaan lainnya 42 ha.
Tabel 6. Luas Areal Lahan Sawah dan Lahan Bukan Sawah di Kecamatan
Pegajahan Tahun 2012
No.
Desa/Kelurahan
Sawah (ha) Bukan Sawah (ha)
Jumlah (ha)
1
Tanjung Putus
-
1.822
1.822
2
Sennah
6
97
103
3
Pondok Tengah
8
940
948
4
Sukasari
-
585
585
5
Bingkat
358
182
540
6
Pegajahan
285
521
806
7
Melati Kebun
-
1.976
1.976
8
Petuaran Hulu
23
2
25
9
Petuaran Hilir
185
246
431
10 Lestari Dadi
222
11
233
11 Bengabing
-
1.341
1.341
12 Jatimulyo
260
5.8
318
13 Karang Anyar
125
59
184
Total
1.472
7.840
9.312
Sumber: Kecamatan Pegajahan dalam Angka (2013)
4.1.3 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan pada akhir tahun 2012 adalah sebanyak 29.299
jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 14.392 jiwa atau 49,12% dan jumlah
(40)
penduduk perempuan adalah sebanyak 14.907 jiwa atau 50,88%. Rasio jenis kelamin
(sex ratio)
penduduk Kecamatan Pegajahan sebesar 96,55%, yang berarti dalam setiap
100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki. Rata-rata kepadatan
penduduk Kecamatan Pegajahan adalah mencapai 314,64 jiwa/km
2. Hal ini berarti
dalam setiap 1 km
2terdapat 314 jiwa.
Desa Bingkat merupakan desa yang terbesar penduduknya dengan jumlah 6.104 jiwa
atau 20,83% dari total penduduk Kecamatan Pegajahan, sedangkan desa dengan
penduduk terkecil yaitu Desa Sennah sebanyak 654 jiwa atau 2,23% dari total
penduduk Kecamatan Pegajahan (BPS, 2013).
4.1.4 Penduduk menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Pegajahan ada bermacam-macam. Tabel 7
menunjukkan jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan, sebagai berikut:
Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
Pekerjaan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
PNS
176
1,15
ABRI/POLRI
34
0,22
Karyawan
1.122
7,32
Wiraswasta
2.483
16,21
Tani
4.462
29,13
Buruh Tani
3.351
21,88
Jasa
308
2,01
Lainnya
3.382
22,08
Jumlah
15.318
100
Sumber: Kecamatan Pegajahan dalam Angka (2013)
Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa mata pencaharian terbanyak di Kecamatan
Pegajahan adalah tani yaitu sebanyak 4.462 jiwa atau 29,13%, sedangkan mata
pencaharian terkecil adalah ABRI/POLRI yaitu sebanyak 34 jiwa atau 0,22%.
(41)
Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha mie iris di Desa Pegajahan dan
pengusaha opak koin yang berada di Desa Sukasari. Jumlah responden yang diambil
adalah sebanyak 38 untuk pengrajin mie iris dan 24 untuk pengrajin opak koin.
Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha, dan luas lokasi usaha.
4.2.1 Umur
Tabel 8. Umur Responden Pengrajin Mie Iris
No.
Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
0-20
0
0
2
21-30
3
7,9
3
31-40
8
21,1
4
41-50
16
42,1
5
51-60
10
26,3
6
> 60
1
2,6
Jumlah
38
100
Sumber : Analisis Data Primer Mie Iris, Lampiran 1 (2015)
Dapat dilihat jumlah terbesar umur responden pengrajin mie iris berada pada kelompok
umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 16 jiwa atau 42,1%, sedangkan jumlah terkecil umur
responden berada pada interval > 60 tahun yaitu hanya 1 jiwa atau 2,6% saja. Rata-rata
umur responden pengrajin mie iris dengan kelompok umur 26-72 tahun adalah 45
tahun.
Tabel 9. Umur Responden Pengrajin Opak Koin
No.
Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
0-20
0
0
2
21-30
4
16,67
3
31-40
10
41,67
4
41-50
8
33,33
5
51-60
2
8,33
6
> 60
0
0
Jumlah
24
100
(42)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan jumlah terbesar umur responden pengrajin opak koin
berada pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 10 jiwa atau 41,67%,
sedangkan jumlah terkecil umur responden berada pada interval 51-60 tahun yaitu 2
jiwa atau 8,33% saja. Rata-rata umur responden pengrajin opak koin dengan kelompok
umur 24-58 tahun adalah 40 tahun.
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Tabel 10. Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Mie Iris
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
SD
13
34,2
2
SMP
12
31,6
3
SMA
13
34,2
4
Diploma
0
0
5
Sarjana
0
0
Jumlah
38
100
Sumber : Analisis Data Primer Mie Iris, Lampiran 1 (2015)
Secara umum dari ke-38 responden di Desa Pegajahan, tingkat pendidikan terbanyak
adalah tamatan SD dan SMA yaitu masing-masing 13 jiwa atau 34,2% dan tingkat
pendidikan terkecil adalah tamatan SMP sebanyak 12 jiwa atau 31,6%.
Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Opak Koin
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
SD
6
25
2
SMP
5
20,83
3
SMA
13
54,17
4
Diploma
0
0
5
Sarjana
0
0
Jumlah
24
100
Sumber : Analisis Data Primer Opak Koin, Lampiran 1 (2015)
Dapat dijelaskan, dari ke-38 responden di Desa Sukasari tingkat pendidikan terbanyak
adalah tamatan SD dan SMA yaitu masing-masing 13 jiwa atau 34,2% dan tingkat
pendidikan terkecil adalah tamatan SMP sebanyak 12 jiwa atau 31,6%.
(43)
4.2.3 Jumlah Tanggungan
Tabel 12. Jumlah Tanggungan Responden Pengrajin Mie Iris
No. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
0
0
0
2
1
5
13,17
3
2
12
31,58
4
3
14
36,82
5
4
3
7,92
6
≥ 5
4
10,51
Jumlah
38
100
Sumber : Analisis Data Primer Mie Iris, Lampiran 1 (2015)
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak
adalah berjumlah 3 jiwa tanggungan yaitu sebanyak 14 responden atau 36,82%,
sedangkan jumlah tanggungan terkecil berjumlah 4 jiwa tanggungan yaitu sebanyak 3
responden atau 7,92%.
Tabel 13. Jumlah Tanggungan Responden Pengrajin Opak Koin
No. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
0
0
0
2
1
3
12,5
3
2
7
29,17
4
3
8
33,33
5
4
6
25
6
≥ 5
0
0
Jumlah
24
100
Sumber : Analisis Data Primer Opak Koin, Lampiran 1 (2015)
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak
adalah berjumlah 3 jiwa tanggungan yaitu sebanyak 8 responden atau 33,33%,
sedangkan jumlah tanggungan terkecil berjumlah 1 jiwa tanggungan yaitu sebanyak 3
responden atau 12,5%.
4.2.4 Pengalaman Berusaha
Tabel 14. Pengalaman Berusaha Responden Pengrajin Mie Iris
No. Pengalaman Berusaha (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
(44)
2
4-6
6
15,81
3
7-9
11
28,95
4
≥ 10
20
52,62
Jumlah
38
100
Sumber : Analisis Data Primer Mie Iris, Lampiran 1 (2015)
Tabel di atas menjelaskan bahwa pengalaman usaha terlama yaitu
≥ 10 tahun berjumlah
20 jiwa atau 52,62% dan pengalaman usaha terkecil yaitu
≤ 3 tahun berjumlah 1 jiwa
atau 2,62% saja.
Tabel 15. Pengalaman Berusaha Responden Pengrajin Opak Koin
No. Pengalaman Berusaha (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
≤ 3
6
25
2
4-6
6
25
3
7-9
5
20,83
4
≥ 10
7
29,17
Jumlah
24
100
Sumber : Analisis Data Primer Opak Koin, Lampiran 1 (2015)
Tabel 15 menjelaskan bahwa pengalaman usaha terlama yaitu
≥ 10 tahun berjumlah 7
jiwa atau 29,17% dan pengalaman usaha terkecil dengan interval 7-9 tahun berjumlah 5
jiwa atau 20,83%.
4.2.5 Luas Lokasi Usaha
Tabel 16. Luas Lokasi Usaha Pengrajin Mie Iris
No.
Luas Lokasi Usaha (m
2)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
≤ 30
0
0
2
31-50
8
21,1
3
51-70
6
15,8
4
71-90
10
26,3
5
> 90
14
36,8
Jumlah
38
100
Sumber : Analisis Data Primer Mie Iris, Lampiran 1 (2015)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah responden dengan luas lokasi
terbanyak adalah > 90 m
2dengan jumlah 14 jiwa atau 36,8% dan jumlah responden
dengan luas lokasi terkecil adalah 51-70 m
2dengan jumlah 6 jiwa atau 15,8%.
(45)
Tabel 17. Luas Lokasi Usaha Pengrajin Opak Koin
No.
Luas Lokasi Usaha (m
2)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
≤ 30
4
16,67
2
31-50
9
37,5
3
51-70
6
25
4
71-90
3
12,5
5
> 90
2
8,33
Jumlah
38
100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1 (2015)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah responden dengan luas lokasi
terbanyak adalah dengan interval 31-50 m
2sebanyak 9 jiwa atau 37,5% dan jumlah
responden dengan luas lokasi terkecil adalah > 90 m
2dengan jumlah 2 jiwa atau 8,33%.
(46)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketersediaan Bahan Baku
Kebutuhan ubi kayu yang digunakan untuk memproduksi mie iris di Desa Pegajahan
antara 250 kg sampai 1.000 kg (Lampiran 3, 2015), sedangkan kebutuhan ubi kayu
yang digunakan untuk memproduksi opak koin di Desa Sukasari antara 100 kg sampai
1.800 kg (Lampiran 3, 2015). Berikut ini rincian mengenai penggunaan bahan baku ubi
kayu untuk memproduksi mie iris dan opak koin di daerah penelitian.
Tabel 18. Rata-rata Penggunaan Ubi Kayu dalam Pembuatan Mie Iris di Desa
Pegajahan
Uraian
Frekuensi
(hari)
Kebutuhan Ubi
Kayu (kg)
Total Harga Beli
(Rp)
Per Hari
1
504
558.290
Per Minggu
2
857
970.395
Per Bulan
7
3.500
3.881.579
Per Tahun
86
42.000
46.578.948
Sumber: Analisis Data Primer Mie Iris, Lampiran 3 (2015)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata responden memproduksi mie iris 2
hari/minggu, 7 hari/bulan, dan 86 hari/tahun. Responden membutuhkan waktu minimal
2 hari untuk dapat mengolah ubi kayu menjadi mie iris. Responden rata-rata
membutuhkan ubi kayu 504 kg/hari, 857 kg/minggu, 3.500 kg/bulan, dan 42.000
kg/tahun. Sedangkan rata-rata total pembelian bahan baku ubi kayu adalah Rp
558.290,-/hari, Rp 970.395,-/minggu, Rp 3.881.579,-/bulan, dan Rp 46.578.948,-/tahun.
Tabel 19. Rata-rata Penggunaan Ubi Kayu dalam Pembuatan Opak Koin di Desa
Sukasari
Uraian
Frekuensi
(hari)
Kebutuhan Ubi
Kayu (kg)
Total Harga Beli
(Rp)
Per Hari
1
390
460.417
Per Minggu
4
1.433
1.691.146
Per Bulan
15
5.733
6.764.583
(47)
Sumber: Analisis Data Primer Opak Koin, Lampiran 3 (2015)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata responden memproduksi opak koin 4
hari/minggu, 15 hari/bulan, 182 hari/tahun. Rata-rata responden membutuhkan ubi kayu
sebanyak 390 kg/hari, 1.433 kg/minggu, 5.733 kg/bulan, dan 68.800 kg/tahun.
Sedangkan rata-rata total pembelian ubi kayu adalah Rp 460.417,-/hari, Rp
1.691.146,-/minggu, Rp 6.764.583,-/bulan, dan
Rp 81.175.000,-/tahun.
5.1 Proses Pengolahan
5.1.1 Proses Pembuatan Mie Iris
Ubi Kayu
Kupas
Cuci
Pengemasan
Jemur Mie Iris
Iris/Ampia
Parut
Kukus
Cetak Opak Segi Empat
(1)
Lampiran 13. Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Satu Kali Produksi (HKP)
Sampel Kupas dan Cuci Kukus dan Getok Pengepressan Penjemuran Total TK
(HKP)
TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK
1 0 0,553 0,25 0 0,3125 0 0,1125 0,05 1,278
2 0,1 0,1 0,1 0 0,1 0 0,05 0 0,45
3 0,16 0,68 0,3375 0 0,4 0 0,1 0,2 1,8775
4 0,675 1,2 0,675 0 1,125 0 0,27 0,24 4,185
5 0,225 0 0,125 0 0,125 0 0,056 0 0,531
6 0 0,51 0,25 0 0,3125 0 0,1125 0,05 1,235
7 0 0,51 0,25 0 0,3125 0 0,05 0,1 1,2225
8 0,1 0 0,05 0 0,05 0 0,025 0 0,225
9 0,15 0,15 0,1 0 0,15 0 0,08 0 0,63
10 0,17 0,19 0,2 0 0,25 0 0,1 0,05 0,96
11 0 0,51 0,2 0 0,25 0 0,1 0,05 1,11
12 0,15 0 0,0625 0 0,094 0 0,04 0 0,3465
13 0,15 0 0,0625 0 0,094 0 0,05 0 0,3565
14 0,1 0 0,05 0 0,05 0 0,025 0 0,225
15 0,15 0,15 0,1 0 0,15 0 0,08 0 0,63
16 0,1 0 0,0625 0 0,0625 0 0,025 0 0,25
17 0,213 0,34 0,25 0 0,3125 0 0,05 0,1 1,2655
18 0,175 0,175 0,1875 0 0,219 0 0,05 0,05 0,8565
19 0 0,4 0,1875 0 0,25 0 0,05 0,1 0,9875
20 0 0,35 0,1875 0 0,219 0 0,03 0,06 0,8465
21 0,225 0 0,125 0 0,125 0 0,025 0,025 0,525
22 0,15 0 0,0625 0 0,094 0 0,045 0 0,3515
23 0,225 0 0,125 0 0,125 0 0,05 0 0,525
24 0 0,6175 0,25 0 0,3125 0 0,05 0,1 1,33
Total 3,218 6,436 4,25 0 5,495 0 1,626 1,175 22,2
(2)
Lampiran 14. Upah Tenaga Kerja
Sampel Frekuensi Pembuatan Opak Kebutuhan Jumlah Tenaga Kerja (HKP) Upah TK/Produksi (Rp)
Upah TK (Rp/HKP) Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 3 12 144 1,278 3,834 15,336 184,032 115.000 89.984,35
2 3 12 144 0,45 1,35 5,4 64,8 46.000 102.222,2
3 4 16 192 1,8775 7,51 30,04 360,48 184.000 98.002,66
4 3 12 144 4,185 12,555 50,22 602,64 414.000 98.924,73
5 5 20 240 0,531 2,655 10,62 127,44 46.000 86.629
6 5 20 240 1,235 6,175 24,7 296,4 115.000 93.117,41
7 3 12 144 1,2225 3,6675 14,67 176,04 115.000 94.069,53
8 4 16 192 0,225 0,9 3,6 43,2 23.000 102.222,2
9 4 16 192 0,63 2,52 10,08 120,96 69.000 109.523,8
10 3 12 144 0,96 2,88 11,52 138,24 115.000 119.791,7
11 3 12 144 1,11 3,33 13,32 159,84 115.000 103.603,6
12 3 12 144 0,3465 1,0395 4,158 49,896 34.500 99.567,1
13 4 16 192 0,3565 1,426 5,704 68,448 34.500 96.774,19
14 4 16 192 0,225 0,9 3,6 43,2 23.000 102.222,2
15 3 12 144 0,63 1,89 7,56 90,72 69.000 109.523,8
16 4 16 192 0,25 1 4 48 23.000 92.000
17 5 20 240 1,2655 6,3275 25,31 303,72 115.000 90.873,17
18 5 20 240 0,8565 4,2825 17,13 205,56 80.500 93.987,16
19 5 20 240 0,9875 4,9375 19,75 237 92.000 93.164,56
20 3 12 144 0,8465 2,5395 10,158 121,896 80.500 95.097,46
21 4 16 192 0,525 2,1 8,4 100,8 46.000 87.619,05
22 3 12 144 0,3515 1,0545 4,218 50,616 34.500 98.150,78
23 4 16 192 0,525 2,1 8,4 100,8 46.000 87.619,05
24 4 16 192 1,33 5,32 21,28 255,36 115.000 86.466,17
Total 91 364 4.368 22,2 82,3 329,2 3.950,1 2.150.500 233.1156
(3)
Lampiran 15. Koefisien Tenaga Kerja
Sampel Kebutuhan Ubi Kayu (kg) Kebutuhan Jumlah Tenaga Kerja (HKP) Koefisien Tenaga Kerja (HKP/kg) Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 500 1.500 6.000 72.000 1,278 3,834 15,336 184,032 0,002556
2 200 600 2.400 28.800 0,45 1,35 5,4 64,8 0,00225
3 800 3.200 12.800 153.600 1,8775 7,51 30,04 360,48 0,002347
4 1.800 5.400 21.600 259.200 4,185 12,555 50,22 602,64 0,002325
5 200 1.000 4.000 48.000 0,531 2,655 10,62 127,44 0,002655
6 500 2.500 10.000 120.000 1,235 6,175 24,7 296,4 0,00247
7 500 1.500 6.000 72.000 1,2225 3,6675 14,67 176,04 0,002445
8 100 400 1.600 19.200 0,225 0,9 3,6 43,2 0,00225
9 300 1.200 4.800 57.600 0,63 2,52 10,08 120,96 0,0021
10 500 1.500 6.000 72.000 0,96 2,88 11,52 138,24 0,00192
11 500 1.500 6.000 72.000 1,11 3,33 13,32 159,84 0,00222
12 150 450 1.800 21.600 0,3465 1,0395 4,158 49,896 0,00231
13 150 600 2.400 28.800 0,3565 1,426 5,704 68,448 0,002377
14 100 400 1.600 19.200 0,225 0,9 3,6 43,2 0,00225
15 300 900 3.600 43.200 0,63 1,89 7,56 90,72 0,0021
16 100 400 1.600 19.200 0,25 1 4 48 0,0025
17 500 2.500 10.000 120.000 1,2655 6,3275 25,31 303,72 0,002531
18 350 1.750 7.000 84.000 0,8565 4,2825 17,13 205,56 0,002447
19 400 2.000 8.000 96.000 0,9875 4,9375 19,75 237 0,002469
20 350 1.050 4.200 50.400 0,8465 2,5395 10,158 121,896 0,002419
21 200 800 3.200 38.400 0,525 2,1 8,4 100,8 0,002625
22 150 450 1.800 21.600 0,3515 1,0545 4,218 50,616 0,002343
23 200 800 3.200 38.400 0,525 2,1 8,4 100,8 0,002625
24 500 2.000 8.000 96.000 1,33 5,32 21,28 255,36 0,00266
Total 9.350 34.400 137.600 1.651.200 22,2 82,3 329,2 3.950,1 0,057193 Rata-rata 390 1.433 5.733 68.800 0,925 3,43 13,72 164,6 0,002383
(4)
Lampiran 16. Rasio Input-Output
Sampel Input (I) (kg) Output (O) (kg)
Faktor Konversi (O/I)
1 500 150 0,3
2 200 60 0,3
3 800 240 0,3
4 1.800 540 0,3
5 200 60 0,3
6 500 150 0,3
7 500 150 0,3
8 100 30 0,3
9 300 90 0,3
10 500 150 0,3
11 500 150 0,3
12 150 45 0,3
13 150 45 0,3
14 100 30 0,3
15 300 90 0,3
16 100 30 0,3
17 500 150 0,3
18 350 105 0,3
19 400 120 0,3
20 350 105 0,3
21 200 60 0,3
22 150 45 0,3
23 200 60 0,3
24 500 150 0,3
Total 9.350 2.805 7,2
(5)
Lampiran 17. Value Added Usaha Pengolahan Ubi Kayu menjadi Opak Koin di Kecamatan Pegajahan (2015)
Variabel Nilai
I. Output, Input, dan Harga 1. Output (kg)
2. Input (kg)
3. Tenaga kerja (HKP) 4. Faktor konversi
5. Koefisien tenaga kerja (HKP) 6. Harga output (Rp/kg)
7. Upah tenaga kerja langsung (Rp/HKP)
117 390 0,925 0,3 0,002383 5.458 97.132 II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg) 10. Nilai output (Rp/kg)
11. a. Nilaitambah (Rp/kg) b. Rasio nilai tambah (%)
12. a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) b. Pangsa tenaga kerja (%)
13. a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat keuntungan
1.179 149,01 1.637,4 309,1 18,88% 231,47 74,89% 77,63 25,12% III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg)
a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) b. Sumbangan input lain (%)
c. Keuntungan pemilik perusahaan (%)
458,4 50,5% 32,57% 16,94%
(6)
Lampiran 18. Total Pendapatan yang Diterima Pengrajin Opak Koin jika Upah TKDK Tidak Dibayar
Sampel Upah TKDK Pendapatan Pendapatan + TKDK
Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan Tahun
1 58.333 175.000 700.000 8.400.000 31.171 127.123 572.110 6.865.333 89.504 302.123 1.272.110 15.265.333 2 36.000 108.000 432.000 5.184.000 11.740 40.112 180.177 2.162.133 47.740 148.112 612.177 7.346.133 3 98.667 394.667 1.578.667 18.944.000 74.082 399.701 1.704.833 20.458.000 172.749 794.368 3.283.500 39.402.000 4 258.000 774.000 3.096.000 37.152.000 120.839 518.197 2.322.016 27.864.200 378.839 1.292.197 5.418.016 65.016.200 5 46.000 230.000 920.000 11.040.000 14.203 101.950 427.947 5.135.371 60.203 331.950 1.347.947 16.175.371 6 58.333 291.667 1.166.667 14.000.000 41.188 294.751 1.242.666 14.912.000 99.521 586.418 2.409.333 28.912.000 7 51.667 155.000 620.000 7.440.000 31.190 127.264 572.732 6.872.786 82.857 282.264 1.192.732 14.312.786
8 23.000 92.000 368.000 4.416.000 3.472 17.788 77.414 928.971 26.472 109.788 445.414 5.344.971
9 54.000 216.000 864.000 10.368.000 16.730 101.290 441.916 5.303.000 70.730 317.290 1.305.916 15.671.000 10 75.000 225.000 900.000 10.800.000 31.197 127.315 572.943 6.875.333 106.197 352.315 1.472.943 17.675.333 11 58.333 175.000 700.000 8.400.000 41.188 157.251 692.666 8.312.000 99.521 332.251 1.392.666 16.712.000 12 34.500 103.500 414.000 4.968.000 9.859 29.644 131.827 1.581.933 44.359 133.144 545.827 6.549.933 13 34.500 138.000 552.000 6.624.000 9.816 49.967 213.022 2.556.267 44.316 187.967 765.022 9.180.267
14 23.000 92.000 368.000 4.416.000 5.584 25.369 106.927 1.283.133 28.584 117.369 474.927 5.699.133
15 54.000 162.000 648.000 7.776.000 26.104 92.056 402.655 4.831.867 80.104 254.056 1.050.655 12.607.867
16 23.000 92.000 368.000 4.416.000 3.719 18.318 79.038 948.467 26.719 110.318 447.038 5.364.467
17 68.333 341.667 1.366.667 16.400.000 41.188 294.751 1.242.666 14.912.000 109.521 636.418 2.609.333 31.312.000 18 56.000 280.000 1.120.000 13.440.000 22.955 174.967 742.143 8.905.733 78.955 454.967 1.862.143 22.345.733 19 41.333 206.667 826.667 9.920.000 24.198 190.513 811.216 9.734.600 65.531 397.180 1.637.883 19.654.600 20 36.167 108.500 434.000 5.208.000 20.855 82.217 371.143 4.453.733 57.022 190.717 805.143 9.661.733 21 42.000 168.000 672.000 8.064.000 10.293 59.080 256.677 3.080.133 52.293 227.080 928.677 11.144.133
22 34.500 103.500 414.000 4.968.000 6.868 20.708 96.105 1.153.267 41.368 124.208 510.105 6.121.267
23 46.000 184.000 736.000 8.832.000 14.432 76.055 324.899 3.898.800 60.432 260.055 1.060.899 12.730.800 24 51.667 206.667 826.667 9.920.000 31.239 186.354 809.193 9.710.333 82.906 393.021 1.635.860 19.630.333 Total 1.362.333 5.022.833 20.091.333 241.095.999 644.110 3.312.741 14.394.931 172.739.393 2.006.443 8.335.574 34.486.264 413.835.392 Rata-rata 56.764 209.285 837.139 10.045.667 26.838 138.031 599.789 7.197.475 83.602 347.316 1.436.928 17.243.141