Strategi Pengembangan Kelompok Tani Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI

KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH:

M. AGUNG ALTOMI ROPA PURBA 090304013

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI

KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH:

M. AGUNG ALTOMI ROPA PURBA 090304013

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Salmiah, M.S.)

NIP. 195702171986032001 NIP. 194606181980032001 (Ir. AT. Hutajulu, M.S.)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

M. AGUNG ALTOMI ROPA PURBA (090304013) dengan judul skripsi “Strategi Pengembangan Kelompok Tani Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai” dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. AT. Hutajulu, M.S selaku anggota komisi pembimbing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan kelompok tani selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian. Untuk menentukan strategi pengembangan kelompok tani yang dapat dilakukan untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu secara sengaja,dimana penentuan daerah dan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan jumlah sampel sebanyak 39 kelompok tani. Metode penentuan sampel adalah metode sensus . Metode analisis yang digunakan adalah metode SWOT. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu diperoleh dari instansi terkait dan data primer yaitu diperoleh secara langsung oleh sampel dengan menggunakan kuisioner. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan ialah kelompok tani yang memiliki badan hukum, keanggotaan yang terbuka dan sukarela, struktur organisasi yang tertata dengan baik, lemahnya modal, partisipasi anggota rendah serta penguasaan teknologi kurang. Dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan ialah Potensi daerah, kebijakan pemerintah, tuntutan masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani, persaingan usaha, terbatasnya teknologi dan persepsi berbeda sesama kelompok tani. Serta strategi yang cocok untuk pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan adalah strategi SO (Strenght- Oppurtunities). Strateginya adalah dengan memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dan kebijakan pemerintah membantu masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani dan memanfaatkan struktur organisasi yang memiliki badan hukum sehingga dapat meningkatkan potensi daerah.


(4)

RIWAYAT HIDUP

M. Agung Altomi Ropa Purba lahir di Tebing Tinggi pada tanggal 09 Desember 1991 dari ayah Ir. Alensudin Purba dan Dra. Tuti Atika, MSP. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2003, menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 163080 Tebing Tinggi.

2. Tahun 2006, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi.

3. Tahun 2009, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA RA Kartini Tebing Tinggi.

4. Tahun 2009, diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

5. Bulan Juli Sampai Bulan Agustus Tahun 2013, melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Desa Pantai Cermin Kiri Kabupaten Serdang Bedagai.

6. Tahun 2014, melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Selama perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dikampus dengan mengikuti beberapa kegiatan seperti porseni, penulis juga aktif dalam Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) sebagai anggota dibidang Keamanan dan pernah mengikuti kegiatan POPMASEPI di Kecamatan Tebing Tinggi.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Adapun judul skripsi ini adalah “Strategi Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan”. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna menyelesaikan pendidikan strata satu dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. AT. Hutajulu, M.S. selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini,

2) Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP- USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Stuudi Agribisnis FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal perkuliahan dan kegiatan di kampus,

3) Seluruh dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan,

4) Seluruh pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Runi, Kak Yani dan Kak Nita yang telah membantu penulis dalam administrasi kampus,


(6)

5) Penulis juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ayahanda Ir. Alensudin Purba dan Ibunda Dra. Tuti Atika, MSP. Adik penulis M. Galih Gumiwang Purba serta keluarga besar penulis yang telah memberi doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang kepada penulis,

6) Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini Jessica, Nela, Poppy, Icha, Hariza, Andre, Uga, Ungensyah, Mail, Seram, Mistik, Kukang, Juara, Welman, Bin, Charles abangda Ilung dan semua teman stambuk 2009 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini dikemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2014


(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Tinjauan Pustaka ... 6

2.2Landasan Teori ... 8

2.3Kerangka Pemikiran ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 21

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 24

4.1 Letak dan Geografis Kecamatan ... 24

4.2 Keadaan Penduduk ... 25

4.3 Sarana dan Prasarana ... 27


(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1 Perkembangan Kelompok Tani Selama 5 Tahun Terakhir di Kecamatan Pegajahan ………... 29

5.2 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan ... 31

5.3 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan ... 33

5.4 Strategi Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan ……….. 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 45

6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Data Luas Lahan, Produksi, Produktivitas dan Jumlah Kelompok

Tani di Kabupaten Serdang Bedagai 3

2. Matrik SWOT 14

3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Kabupaten

Serdang Bedagai Tahun 2010-2012 19

4. Data Jumlah Kelompok Tani (Populasi) dan Jumlah Sampel 20

5. Spesifikasi Pengumpulan Data 20

6. Distribusi Kecamatan Pegajahan Berdasarkan Desa dan Luas Wilayahnya serta Persentase Terhadap Luas Kecamatan 25 7. Distribusi Penduduk Kecamatan Pegajahan Berdasarkan Golongan

Umur 26

8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Pegajahan 26

9. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 27 10. Sampel Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan 28 11. Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Kelas/Kemampuan

Kelompok Tani Tahun 2010-2014 di Kecamatan Pegajahan 30 12. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengembangan

Kelompok Tani 36

13. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 37 14. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 38 15. Penggabungan Matrik Evaluasi Faktor Strategi Internal dan

Eksternal Pengembangan Kelompok Tani 39


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Matriks Posisi dalam SWOT 16

2. Kerangka Pemikiran 18


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Sampel Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan

2. Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Kelas/Kemampuan Kelompok Tani Tahun 2010-2014 di Kecamatan Pegajahan

3. Parameter Penilaian Faktor Strategi Internal Pengembangan Kelompok Tani

4. Parameter Penilaian Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Kelompok Tani

5. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

7. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pengembangan Kelompok Tani


(12)

ABSTRAK

M. AGUNG ALTOMI ROPA PURBA (090304013) dengan judul skripsi “Strategi Pengembangan Kelompok Tani Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai” dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. AT. Hutajulu, M.S selaku anggota komisi pembimbing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan kelompok tani selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian. Untuk menentukan strategi pengembangan kelompok tani yang dapat dilakukan untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu secara sengaja,dimana penentuan daerah dan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan jumlah sampel sebanyak 39 kelompok tani. Metode penentuan sampel adalah metode sensus . Metode analisis yang digunakan adalah metode SWOT. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu diperoleh dari instansi terkait dan data primer yaitu diperoleh secara langsung oleh sampel dengan menggunakan kuisioner. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan ialah kelompok tani yang memiliki badan hukum, keanggotaan yang terbuka dan sukarela, struktur organisasi yang tertata dengan baik, lemahnya modal, partisipasi anggota rendah serta penguasaan teknologi kurang. Dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan ialah Potensi daerah, kebijakan pemerintah, tuntutan masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani, persaingan usaha, terbatasnya teknologi dan persepsi berbeda sesama kelompok tani. Serta strategi yang cocok untuk pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan adalah strategi SO (Strenght- Oppurtunities). Strateginya adalah dengan memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dan kebijakan pemerintah membantu masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani dan memanfaatkan struktur organisasi yang memiliki badan hukum sehingga dapat meningkatkan potensi daerah.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelompok tani terdiri dari sekumpulan petani yang mempunyai kepentingan bersama dalam usaha tani. Organisasinya bersifat non formal, namun dapat dikatakan kuat karena dilandasi kesadaran bersama dan asas kekeluargaan. Kelompok tani ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya (Kartasapoetra, 1996).

Ada lima ciri kelompok tani yang efektif, yaitu :

1. Merupakan kelompok yang efektif yang terdiri dari kurang lebih 10 orang untuk bekerjasama dalam hal belajar teknologi, pengambilan keputusan, produksi, dan lainnya.

2. Anggota para petani berada dalam pengaruh kontak tani.

3. Para anggota kelompok tani memiliki tujuan yang sama, usaha tani yang sejenis.

4. Para anggota memiliki kegemaran sejenis, tradisi, bahasa, domisili, lokasi usaha tani, status ekonomi, pendidikan dan usia.

5. Bersifat Informal dimana terbentuk atas dasar keinginan dan pemufakatan para anggota, memiliki aturan, waktu tidak tertulis, adanya pembagian kerja dan tanggung jawab bukan pengurus, hubungan antar anggota luwes, solider dan percaya.


(14)

Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peranan kelembagaan kelompok tani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program. Baik program yang sedang dan akan dilaksanakan karena kelompok tani inilah pada dasarnya pelaku utama pembangunan ketahanan pangan.

Keberadaan kelembagaan kelompok tani sangat penting diberdayakan karena potensinya sangat besar. Berdasarkan data dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Departemen Pertanian, pada tahun 2002 terdapat 27 juta lebih kepala keluarga (KK) yang bekerja di sektor pertanian. Dari jumlah tersebut, telah dibentuk kelembagaan kelompok tani sebanyak 275.788 kelompok. Kelembagaan kelompok tani ini sangat efektif sebagai sarana untuk kegiatan belajar, bekerja sama, dan pemupukan modal kelompok dalam mengembangkan usahatani.

Pentingnya pemberdayaan kelompok tani tersebut sangat beralasan karena kalau diperhatikan keberadaan kelompok tani akhir-akhir ini, terutama sejak era otonomi daerah dilaksanakan ada kecenderungan perhatian pemerintah daerah terhadap kelembagaan kelompok tani sangat kurang bahkan terkesan diabaikan sehingga kelembagaan kelompok tani yang sebenarnya merupakan aset sangat berharga dalam mendukung pembangunan ketahanan pangan belum berfungsi secara optimal seperti yang diharapkan.

Mengingat semakin kompleks dan besarnya tantangan pembangunan ketahanan pangan mendatang, terutama untuk mencapai kemandirian pangan, maka kelembagaan kelompok tani yang tersebar di seluruh pelosok pedesaan perlu


(15)

dibenahi dan diberdayakan, sehingga mempunyai keberdayaan dalam melaksanakan usahataninya.

Berikut data luas lahan, produksi, produktivitas dan jumlah kelompok tani di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Data Luas Lahan, Produksi, Produktivitas dan Jumlah Kelompok Tani di Kabupaten Serdang Bedagai

No Kecamatan

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

Jumlah Kelompok

Tani 1 Kotarih 81 274 33,83 2 2 Silinda 472 2.172 46,02 8 3 Bintang Bayu 86 432 50,23 2 4 Dolok Masihul 2.631 14.027 53,31 48 5 Serbajadi 1.148 5.968 51,99 22 6 Sipispis 550 2.736 49,75 6

7 Dolok Merawan 0 0 0 0

8 Tebing Tinggi 4.773 25.023 52,43 62 9 Tebing Syahbandar 408 2.161 52,97 10 10 Bandar Khalipah 6.853 35.749 52,17 70 11 Tanjung Beringin 6.219 32.938 52,96 68 12 Sei Rampah 4.700 25.888 55,08 60 13 Sei Bamban 11.142 61.036 54,78 116 14 Teluk Mengkudu 5.796 30.472 52,57 71 15 Perbaungan 12.616 69.897 55,40 118

16 Pegajahan 3.310 18.368 55,49 39

17 Pantai Cermin 7.709 42.458 55,08 88 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai,2012.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Pegajahan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai yang mempunyai produktivitas lahan yang tinggi tetapi jumlah kelompok tani kurang berkembang.


(16)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perkembangan kelompok tani selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian?

2. Apa sajakah faktor-faktor internal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian?

3. Apa sajakah faktor-faktor eksternal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian?

4. Bagaimanakah strategi pengembangan yang dilakukan untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan kelompok tani selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian.

3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dari kelompok tani untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian.

4. Untuk menentukan strategi pengembangan kelompok tani yang dapat dilakukan untuk pengembangan kelompok tani di daerah penelitian.


(17)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat untuk lebih memperhatikan perkembangan kelompok tani di daerah penelitian.

2. Sebagai bahan masukan bagi pengurus kelompok tani untuk mengetahui pengembangan kelompok tani.

3. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan, pihak akademis maupun non-akademis.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Kelompok Tani

Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria atau wanita) maupun petani taruna (pemuda atau pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Deptan, dalam Mardikanto, 1996).

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa dalam perkembangannya menunjukkan bahwa kelompok tani tidak lagi merupakan kelompok tani yang terikat secara informal, karena pembentukannya diatur oleh surat edaran Menteri Pertanian no. 130/Mentan/II/1979, sehingga lebih tepat jika kelompok tani dinyatakan sebagai kelompok formal.

Beberapa keuntungan dari pembentukkan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Mardikanto, 1996) sebagai berikut :

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.

b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

c. Semakin cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan inovasi (teknologi) baru.


(19)

d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman) petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun produk yang dihasilkan.

f. Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh petani.

Samsudin (1993) mengemukakan kelompok tani merupakan kumpulan petani yang bersifat non formal dan berada dalam lingkungan pengaruh kontak tani, memiliki pandangan dan kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama, dimana hubungan antara satu sama lain sesama anggota kelompok tani bersifat luwes, wajar dan kekeluargaan. Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain.

Suhardiyono (1992) menyatakan bahwa untuk meningkatkan dinamika kelompok tani harus dikembangkan sepuluh jenis kemampuan kelompok tani yang disebut dengan sepuluh jurus kemampuan kelompok tani yang terdiri atas :

1. Menyusun rencana kerja kelompok tani. 2. Kerjasama intern kelompok tani.

3. Menerapkan teknologi baru.


(20)

5. Pemupukan modal usaha.

6. Kemampuan mengembangkan peralatan dan fasilitas kelompok.

7. Membina hubungan melembaga dengan kelompok tani dan instansi terkait. 8. Peningkatan produktivitas usaha tani.

9. Ketaatan terhadap perjanjian

2.2 Landasan Teori

Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengembalian keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009).

Menurut Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya sebagian kecil sekali yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan usahawan-usahawan perorangan


(21)

yang sulit mengembangkan usaha produksinya (home industry) dan tetap hidup dibawah garis kemiskinan, hal ini dikarenakan :

• Modal yang mereka miliki sangat terbatas, • Pengetahuan ekonomi mereka terbatas,

• Usaha hanya ditujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga,

• Cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar,

• Kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

Menurut Setiady (1985), keberhasilan kelompok tani mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mampu bekerja sama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan dan garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan rapat anggota. Sesungguhnya dalam peran dan tugas kelompok tani untuk mempertinggi taraf hidup para anggotanya secara sekaligus terangkum peranan dan tugas kelompok tani untuk mempertinggi kecerdasan para anggota kelompok tani tersebut karena :

a. Meningkatnya kesejahteraan hidup para anggota, sangat berkaitan dengan terwujudnya peningkatan pendapatan para anggotanya.

b. Terwujudnya peningkatan pendapatan para anggota, dikarenakan para anggota dapat meningkatkan produksinya (baik kualitas maupun kuantitas) yang melalui usaha taninya dipasarkan dengan harga yang layak, yang memuaskan para anggotanya.


(22)

c. Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain karena adanya kegairahan kerja para petani adalah juga karena pihak kelompok tani mampu memberikan pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif), jenis dan kualitas komoditi yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan pengelolaan yang berkaitan dengan itu.

d. Karena para anggota menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan, pengarahan dan penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka.

Menurut Kotler (1997), memberikan penjelasan tentang mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan sebagai berikut: analisis internal merupakan proses dengan mana perencanaan strategi mengkaji pemasaran, penelitian, dan pengembangan, produksi dan operasi, sumber daya dan karyawan perusahaan, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan dimana perusahaan mempunyai kemampuan yang penting, sehingga perusahaan memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dapat menangani ancaman dalam lingkungan.

Sedangkan faktor tertentu dalam lingkungan eksternal dapat menyediakan dasar-dasar untuk mengantisipasi peluang dan merencanakan tanggapan yang tepat sesuai dengan peluang yang ada, dan juga membantu untuk melindungi kelompok tani terhadap ancaman atau mengembangkan strategi yang tepat yang dapat merubah ancaman menjadi bermanfaat bagi kelompok tani.


(23)

Masih menurut Kotler (1997), untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dapat diuraikan sebagai berikut: disini seorang kelompok tani akan berusaha mengidentifikasi peluang dan ancaman apa saja yang sedang dan akan dialami. Kedua hal ini merupakan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa depan kelompok tani tersebut, sehingga memang perlu untuk dicatat. Dengan demikian setiap pihak yang berkepentingan akan terangsang untuk menyiapkan tindakan, baik peluang maupun ancaman perlu diberikan urutan sedemikian rupa sehingga perhatian khusus dapat diberikan kepada yang lebih penting dan mendesak.

Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data,

2. Tahap analisis, dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

1. Matrik faktor strategi eksternal, 2. Matrik faktor strategi internal, dan 3. Matrik posisi

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang tediri atas tiga model yaitu:


(24)

Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan). b. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh scoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

2. Matrik Faktor Strategi Eksternal/External Factors Analysis Summary (EFAS)

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.


(25)

b. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

3. Matrik Posisi

Hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.


(26)

Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini (Rangkuti, 2009) :

Tabel 2. Matrik SWOT SW OT

Strength (S)

- Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weaknesses (W) - Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunities

-Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Threats

-Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

- Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan fikiran organisasi yaitu untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya (Rangkuti, 2009).


(27)

- Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman (Rangkuti, 2009).

- Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada (Rangkuti, 2009).

- Strategi WT

Strategi ini berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2009).

Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009).

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi/kelompok tani dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan.


(28)

y (+)

Kuadran III Kuadran I Strategi Turn-Around Strategi Agresif

x (-) x (+) Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi y (-)

Gambar 1. Matrik Posisi Dalam SWOT

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan organisasi tersebut sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Dengan beberapa ancaman organisasi masih memiliki kekuatan dari sisi internal strategi yang harus diterapkan adalah penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Organisasi memiliki kekuatan eksternal misalkan penguasaan pasar, namun masih ada beberapa kendala dari sisi internal. Fokus strategi organisasi pada kondisi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal organisasi sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Adalah merupakan situasi yang paling sulit organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Faktor Eksternal

F a k t o r I n t e r n a l


(29)

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam sehari-hari kelompok tani harus dikelola dengan berdasarkan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam kelompok tani. Kelompok tani yang dikelola dengan baik akan menunjukkan perkembangan yang baik pula. Perkembangan kelompok tani juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor-faktor internal itu antara lain : memiliki badan hukum, keanggotaan yang terbuka dan sukarela, struktur organisasi yang tertata dengan baik, lemahnya modal, partisipasi anggota rendah dan penguasaan teknologi kurang. Sedangkan untuk faktor-faktor eksternalnya adalah : potensi daerah, kebijakan pemerintah, tuntutan masyarakat untuk lebih mengembangkan kelompok tani, persaingan usaha, terbatasnya teknologi dan persepsi berbeda sesama kelompok tani. Tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota, maka dengan sendirinya kelompok tani itu akan melayani para anggotanya secara khusus. Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut terdapat berbagai masalah yang harus dihadapi kelompok tani. Maka dari itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan skema kerangka pemikiran dibawah ini :


(30)

Keterangan :

: Menyatakan hubungan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Faktor Internal Faktor Eksternal 1. Memiliki badan hukum

2. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela

3. Struktur organisasi yang tertata dengan baik

4. Lemahnya modal

5. Partisipasi anggota rendah 6. Penguasaan teknologi kurang

1. Potensi daerah

2. Kebijakan pemerintah 3.Tuntutan masyarakat untuk

mengembangkan kelompok tani 4. Persaingan usaha 5. Terbatasnya teknologi 6.Persepsi berbeda sesama

kelompok tani

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Strategi Pengembangan Kelompok Tani Kelompok Tani


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwasanya. Kecamatan Pegajahan merupakan daerah yang produktivitas lahannya tinggi tetapi jumlah kelompok taninya sedikit.

Tabel 3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010-2012.

Kecamatan Luas Lahan

(Ha)

Jumlah Kelompok Tani

Produktivitas (Kw/Ha)

Kotarih 81 2 33,83

Silinda 472 8 46,02

Bintang Bayu 86 2 50,23

Dolok Masihul 2.631 48 53,31

Serbajadi 1.148 22 51,99

Sipispis 550 6 49,75

Dolok Merawan 0 0 0

Tebing Tinggi 4.773 62 52,43 Tebing

Syahbandar

408 10 52,97

Bandar Khalipah 6.853 70 52,17 Tanjung Beringin 6.219 68 52,96

Sei Rampah 4.700 60 55,08

Sei Bamban 11.142 116 54,78 Teluk Mengkudu 5.796 71 52,57 Perbaungan 12.616 118 55,40

Pegajahan 3.310 39 55,49

Pantai Cermin 7.709 88 55,08

Serdang Bedagai 68.494 - 53,96

2011 63.766 - 51,57

2010 73.688 - 49,62


(32)

3.2 Metode Pengambilan Sampel dan Data

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus (penarikan sampel secara menyeluruh), dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua kelompok tani aktif yang ada di Kecamatan Pegajahan sebanyak 39 kelompok tani. Mengenai sensus Ruslan (2008), mengatakan bahwa alasan melakukan sensus, yaitu peneliti sebaiknya mempertimbangkan untuk meneliti seluruh elemen-elemen dari populasi, jika elemen populasi relatif sedikit dan variabilitas setiap elemennya yang tinggi (heterogen). Sensus lebih layak dilakukan jika penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu populasi.

Tabel 4. Data Populasi dan Jumlah Sampel di Kecamatan Pegajahan

Kecamatan Populasi Sampel

Pegajahan 39 39

Jumlah 39 39

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai, 2013.

Tabel 5. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metode

1 Identifikasi Sampel Kelompok tani Wawancara 2 Kegiatan yang dilakukan Kelompok tani Wawancara Sumber : Analisis Data Primer.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dibuat. Responden merupakan petani sampel yang menjadi ketua kelompok tani. Dengan demikian diharapkan data-data yang diperoleh mengenai kelompok tani tergambar dengan jelas. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga/instansi


(33)

3.3 Metode Analisis Data

a. Untuk Hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi faktor – faktor internal apa saja yang mempengaruhi perkembangan kelompok tani di daerah penelitian.

b. Untuk Hipotesis 2 digunakan analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi faktor – faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi perkembangan kelompok tani di daerah penelitian.

c. Untuk Hipotesis 3 digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor- faktor strategis adalah matrik SWOT. Menurut Rangkuti (1997), untuk menentukan bobot masing-masing faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 dengan rumus sebagai berikut :

Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani.

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:


(34)

3.4.1 Definisi

1. Kelompok tani adalah suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial dan merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.

2. Faktor Internal adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan kelompok tani yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan dari kelompok tani tersebut. 3. Faktor Eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan kelompok

tani yang terdiri atas peluang dan ancaman bagi kelompok tani tersebut.

4. Kekuatan (Strenghts) Internal adalah segala kekuatan yang berhubungan dengan pengembangan kelompok tani dan dapat dikontrol oleh kelompok tani. 5. Kelemahan(Weaknesses)Internal adalah segala kelemahan yang berhubungan

dengan pengembangan kelompok tani dan dapat dikontrol oleh kelompok tani. 6. Peluang (Opportunities) Eksternal adalah segala peluang yang berhubungan

dengan pengembangan kelompok tani dan tidak dapat dikontrol oleh kelompok tani.

7. Ancaman (Treaths) Eksternal adalah segala ancaman yang berhubungan dengan pengembangan kelompok tani dan tidak dapat dikontrol oleh kelompok tani.

8. Strategi Pengembangan kelompok tani adalah tindakan yang bersifat menumbuhkan dan meningkatkan fungsi dan peranan kelompok tani, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh masyarakat pedesaan tentang fungsi dan peranan kelompok tani di masa depan.


(35)

3.4.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2014.


(36)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Kecamatan Pegajahan Berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dengan Luas Wilayah 93,12 km2. Jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan sebanyak 29.299 jiwa.

Kecamatan ini memiliki jarak 30 km ke ibukota Kabupaten Serdang Bedagai, adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pegajahan adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Perbaungan - Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Galang - Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Seirampah - Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Serbajadi

Berikut adalah Tabel 6 Kecamatan Pegajahan Berdasarkan Desa dan Luas Wilayah serta Persentase Terhadap Luas Kecamatan.


(37)

Tabel 6. Distribusi Kecamatan Pegajahan Berdasarkan Desa dan Luas Wilayah serta Persentase Terhadap Luas Kecamatan

No Desa/Kelurahan Luas Desa

(km2)

Persentase Terhadap luas kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Tanjung Putus Sennah Pondok Tengah Sukasari Bingkat Pegajahan Melati Kebun Petuaran Hulu Petuaran Hilir Lestari Dadi Bengabing Jatimulyo Karang Anyar 18,22 1,03 9,48 5,85 5,40 8,06 19,76 0,25 4,31 2,33 13,41 3,18 1,84 19,57 1,11 10,18 6,28 5,80 8,66 21,22 0,27 4,63 2,50 14,40 3,41 1,98

Jumlah 93,12 100

Sumber : Kecamatan Pegajahan dalam angka 2013

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Pegajahan terbagi atas 13 desa/kelurahan. Desa Melati Kebun memiliki wilayah terluas yaitu 19,76 km2 diikuti dengan Desa Tanjung Putus yaitu 18,22 km2.

4.2 Keadaan Penduduk

Kecamatan Pegajahan memiliki penduduk sebanyak 29.299 jiwa dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 14.392 jiwa atau 49,12% dan jumlah penduduk


(38)

perempuan sebanyak 14.907 atau 50,88%. Berdasarkan golongan umur distribusi penduduk di Kecamatan Pegajahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Distribusi Penduduk Kecamatan Pegajahan Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Persentase

0-5 2654 9,06%

6-12 3660 12,49%

13-16 4531 15,47%

17-59 16139 55,08%

60+ 2315 7,9%

Jumlah 29299 100%

Sumber: Kecamatan Pegajahan Dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa persentase penduduk kelompok umur berada pada mayoritas usia 17-59 tahun. Dengan demikian di daerah penelitian kelompok umur usia produktif tersedia dalam jumlah yang cukup besar. Berikut adalah keadaan penduduk menurut banyaknya tenaga kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Pegajahan

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

PNS 174 2,26%

ABRI/Polri 35 0,45%

Karyawan 1.125 14,59%

Wiraswasta 2.657 34,45%

Petani 3.722 48,25%

Jumlah 7.713 100%


(39)

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Pegajahan bekerja pada sektor Pertanian yaitu sebesar 3.722 jiwa dari total tenaga kerja. Selanjutnya diikuti pekerjaan wiraswasta, dan selebihnya di sektor perdagangan, industri, PNS dan pekerjaan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah ini memiliki potensi dalam bidang pertanian karena besarnya tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Pegajahan sangat dibutuhkan demi perkembangan dan kemajuan masyarakat di Kecamatan tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Pegajahan dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pegajahan Tahun 2013

Sumber :Kecamatan Pegajahan Dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan fasilitas peribadahan cukup tersedia dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan tersedianya sarana pendidikan mulai dari SD sampai SLTA. Begitu juga dengan fasilitas kesehatan dimana

Fasilitas

Sarana dan

Prasarana Jumlah

Pendidikan SD/Sederajat 18 unit

SLTP/Sederajat 6 unit SLTA/Sederajat 6 unit

Kesehatan Puskesmas

Pembantu 4 unit

Posyandu 45 unit

Poliklinik/ Balai

Pengobatan 17 unit

Rumah Bersalin 3 unit

Peribadahan Mesjid 23 unit

Musholla Gereja Pura

38 unit 9 unit 1 unit


(40)

jumlahnya sudah cukup memadai. Sarana peribadahan juga cukup merata jumlahnya untuk masing-masing agama.

4.5 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok tani di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun jumlah sampel kelompok tani yang diteliti sebagai berikut:

Tabel 10. Sampel Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan No. Nama Kelompok

Tani Domisili/Desa

Lama Berdiri Jumlah Anggota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jati Sari Sri Wigati Cendrawasih Karya Makmur Sri Mulya Suka Maju Karya Maju Bersatu Sri Mulya Tani

Karya Bakti Jati Mulya Karang Anyer Petuaran Hilir Petuaran Hulu Lestari Dadi Bingkat Suka Sari Sennah Pondok Tengah Pegajahan 35 tahun 36 tahun 36 tahun 36 tahun 34 tahun 36 tahun 5 tahun 6 tahun 25 tahun 35 tahun 51 66 50 40 30 198 57 33 27 150 Sumber:Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa kelompok tani merupakan kelompok tani aktif sampai dengan sekarang. Adapun kegiatan usaha yang dilakukan kelompok tani sampel dalam penelitian ini adalah usaha tani padi sawah. Semua kelompok tani yang menjadi sampel merupakan kelompok tani yang berbadan hukum. Kelompok tani yang menjadi sampel merupakan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan yang terdiri dari 10 desa/kelurahan. Hal ini dikarenakan dari 13 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Pegajahan, hanya 10 desa/kelurahan yang memiliki kelompok tani padi sawah.


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pagajahan Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu Kelompok Tani yang masih aktif. Adapun yang dianalisis ialah faktor – faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor – faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman yang mempengaruhi pengembangan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan.

Strategi pengembangan itu dapat dirumuskan dengan Analisis SWOT. Analisis SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities and Threats) mengidentifikasikan berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strenghs) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan Kelemahan (Weaknesses )dan Ancaman (Threats).

5.1. Perkembangan Kelompok Tani Selama 5 Tahun Terakhir di Kecamatan Pegajahan

Pengamatan dilapangan dan hasil wawancara dengan kelompok tani maka didapatkan jumlah kelompok tani berdasarkan kelembagaan dan aktivitas kelompok tani. Adapun kelompok tani tersebut dikelompokkan berdasarkan pemberian sertifikat yang ditandatangani oleh kepala daerah. Kelas pemula merupakan kelompok tani yang mendapat sertifikat pengukuhan kelompok tani yang ditandatangani oleh kepala desa. Kelas lanjut merupakan kelompok tani yang mendapat sertifikat pengukuhan kelompok tani yang ditandatangani oleh camat. Kelas madya dan utama merupakan kelompok tani yang mendapat sertifikat pengukuhan kelompok tani yang ditandatangani oleh bupati/walikota


(42)

dengan penilaian yang berbeda. Adapun klasifikasi kelompok tani di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Kelas/Kemampuan Kelompok Tani Tahun 2010-2014 di Kecamatan Pegajahan

Tahun Pemula Lanjut Madya Utama Jumlah

2010 35 1 - - 36

2011 37 2 - - 39

2012 34 5 - - 39

2013 32 7 - - 39

2014 32 7 - - 39

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 2

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa dalam kurun 5 tahun terakhir terjadi perkembangan kelas kelompok tani dari kelas pemula menjadi kelas lanjut. Hal ini berarti semakin majunya kelompok tani di daerah penelitian khususnya pada tahun 2013-2014 dimana jumlah kelompok tani pemula ada 32 dan kelompok tani lanjut ada 7 kelompok. Perkembangan kelompok tani juga dapat dilihat dari jumlah kelompok tani lanjut yang semakin bertambah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Artinya kelompok tani di daerah penelitian sudah mendapat sertifikat pengukuhan kelompok tani yang ditandatangani oleh camat setempat.


(43)

5.2. Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan

5.2.1. Kekuatan Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan Faktor-faktor yang menjadi kekuatan pengembangan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan adalah sebagai berikut:

a. Kelompok tani memiliki badan hukum

Kelompok tani yang berbadan hukum ditandai dengan adanya surat keterangan dari Pemerintah terkait. Di daerah penelitian, berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok tani dijelaskan bahwa kelompok tani di daerah penelitian telah memiliki badan hukum.

b. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela

Tiap anggota dalam kelompok tani terbuka bagi setiap petani yang memiliki kesamaan visi dan tujuan dalam rangka memajukan usaha tani yang dilakukan. Tiap anggota kelompok tani dapat secara sukarela untuk ambil bagian dalam mengembangkan kelompok tani. Berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok tani diketahui bahwa keanggotaan kelompok tani di daerah penelitian bersifat terbuka dan sukarela.

c. Struktur organisasi yang tertata dengan baik

Struktur organisasi kelompok tani di daerah penelitian sudah terstruktur dengan baik. Berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok tani diketahui bahwa setiap kelompok tani telah memiliki ketua, sekretaris dan anggota kelompok tani. Secara berkala dilakukan pertemuan untuk membahas agenda-agenda kegiatan yang dilakukan untuk memajukan usaha tani yang dilakukan.


(44)

5.2.2. Kelemahan Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan Faktor-faktor yang menjadi kelemahan pengembangan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya sumber modal bagi kelompok tani

Modal merupakan salah satu hal yang penting untuk mengembangkan kelompok tani di daerah penelitian. Modal digunakan untuk mendapatkan tambahan subsidi yang diberikan pemerintah untuk memajukan usaha tani padi sawah yang dilakukan. Di daerah penelitian modal merupakan salah satu kelemahan dalam mengembangkan kelompok tani karena berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok tani diketahui bahwa kelompok tani masih kekurangan modal untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah karena subsidi yang diberikan pemerintah dianggap masih kurang untuk memajukan usaha tani padi sawah yang dilakukan. b. Partisipasi anggota yang rendah mengenai hak serta kewajibannya

Partisipasi diperlukan untuk mengembangkan kelompok tani. Partisipasi mencakup kewajiban setiap anggota untuk bersama-sama mengembangkan kelompok tani. Setelah dilakukan kewajiban, maka setiap anggota dapat menerima hak nya sebagai anggota kelompok tani. Di daerah penelitian partisipasi anggota tergolong masih rendah. Hal ini diakui ketua kelompok tani berdasarkan hasil wawancara yang mana masih banyak anggota kelompok tani yang belum memahami hak dan kewajibannya sebagai anggota kelompok tani.

c. Kurangnya penguasaan teknologi bagi pengelola maupun anggota

Penguasaan teknologi di daerah penelitian yang dilakukan kelompok tani tergolong masih kurang baik dalam segi pengelolaan kelompok tani maupun penerapan teknologi dalam mengembangkan usaha tani. Hal ini dijadikan sebagai


(45)

kelemahan karena dalam pengelolaannya tiap kelompok tani masih menggunakan teknologi yang sederhana.

5.3. Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan

5.3.1. Peluang Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan Faktor-faktor yang menjadi peluang pengembangan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan adalah sebagai berikut :

a. Potensi daerah yang sangat menguntungkan bagi kelompok tani

Kecamatan Pegajahan merupakan daerah yang potensial dalam mengembangkan kelompok tani padi sawah. Hal ini terlihat dari jumlah produktivitas padi sawah tahun 2012 yang mencapai 5,5 ton/hektar. Untuk itu dalam upaya pengembangan usaha tani padi sawah tersebut diperlukan kelompok tani yang merupakan wadah bagi setiap petani untuk lebih mengembangkan usaha tani nya. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 diketahui bahwa jumlah kelompok tani di Kecamatan Pegajahan ada sebanyak 39 kelompok tani. Dengan demikian pengembangan kelompok tani diperlukan untuk lebih meningkatkan pengembangan usaha tani padi sawah di Kecamatan Pegajahan.

b. Adanya dukungan kebijakan dari pemerintah untuk kelompok tani

Dukungan dari Pemerintah terkait dalam mengembangkan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan berupa pemberian benih padi sawah, pupuk dan pestisida yang bersubsidi serta penerapan teknologi yang lebih maju. Kebijakan tersebut diberikan secara bertahap yang mana untuk benih padi sawah, pupuk dan pestisida diberikan setiap musim tanam. Untuk penerapan teknologi, kebijakan Pemerintah berupa pemberian penyuluhan tentang penggunaan teknologi tersebut


(46)

yang dilakukan secara berkala. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk lebih aktif dalam kelompok tani sehingga kelompok tani dapat lebih berkembang. c. Adanya tuntutan masyarakat untuk lebih membangun kelompok tani

Masyarakat di Kecamatan Pegajahan merupakan masyarakat yang secara visi dan tujuan dalam mengembangkan usaha tani memiliki pandangan kearah yang lebih baik. Hal ini terlihat dari adanya tuntutan masyarakat di Kecamatan Pegajahan untuk membangun kelompok tani yang solid dan lebih baik. Masyarakat menginginkan adanya sosialisasi yang lebih mendalam sehingga setiap petani yang menjadi anggota kelompok tani dapat memahami perannya untuk mengembangkan kelompok tani.

5.3.2. Ancaman Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan Faktor-faktor yang menjadi ancaman pengembangan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan adalah sebagai berikut :

c. Adanya persaingan usaha yang semakin ketat

Persaingan usaha tani padi sawah semakin ketat ditengah adanya ancaman impor beras yang semakin besar. Setiap daerah yang merupakan sentra produksi padi sawah sama-sama berusaha meningkatkan produksinya. Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi padi sawah secara tidak langsung dipengaruhi oleh peran kelompok tani dalam mengembangkan usaha tani tersebut. Kelompok tani yang solid dan maju tentunya memiliki tingkat produktivitas padi sawah yang tinggi. Persaingan usaha ini diakui oleh ketua kelompok tani sebagai ancaman mengembangkan kelompok tani karena beberapa kelompok tani di Kecamatan Pegajahan masih belum siap untuk menghadapi persaingan usaha tersebut.


(47)

d. Terbatasnya penyediaan teknologi bagi kelompok tani

Penyediaan teknologi bagi kelompok tani di Kecamatan Pegajahan masih terbatas. Beberapa kelompok tani masih terlalu mengharapkan penyediaan teknologi tersebut dari bantuan pemerintah. Hal ini disebabkan untuk menyediakan teknologi yang baik bagi kelompok tani diperlukan modal yang cukup besar. Oleh karena itu penyediaan teknologi dianggap sebagai ancaman dalam mengembangkan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan.

e. Adanya persepsi yang berbeda dari sesama anggota kelompok tani

Perbedaan pendapat antar sesama anggota kelompok tani selayaknya dianggap wajar untuk menciptakan lingkungan kelompok tani yang lebih solid dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh kelompok tani. Namun disisi lain persepsi yang berbeda justru menjadi ancaman dalam menjaga eksistensi kelompok tani. Ketidakpercayaan anggota kelompok tani terhadap pengurus harus diminimalisir untuk menjaga solidaritas keanggotaan kelompok tani. Untuk memajukan kelompok tani setiap anggota kelompok harusnya menyatukan persepsi sehingga berbagai permasalahan yang dihadapi dapat dicari solusinya, sehingga kelompok tani dapat lebih berkembang.

5.4. Strategi Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan

Setiap kelompok tani tentunya menghadapi masalah. Namun masalah-masalah dalam menghadapi tujuan tersebut harus dapat menentukan strategi pengembangan yang tepat agar mampu menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pengembangan yang tepat bagi kelompok tani, dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi kelompok tani tersebut. Melalui faktor internal dapat


(48)

diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani. Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman bagi kelompok tani tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari kelompok tani di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pengembangan kelompok tani sebagai berikut :

Tabel 12. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengembangan Kelompok Tani

Faktor-Faktor Parameter

Faktor Internal

1. Kekuatan a. Memiliki Badan Hukum

b. Keanggotaan yang Terbuka dan Sukarela c. Struktur Organisasi yang Tertata dengan Baik 2. Kelemahan a. Lemahnya Modal

b. Partisipasi Anggota Rendah c. Penguasaan Teknologi Kurang Faktor Eksternal

1. Peluang a. Potensi Daerah

b. Kebijakan Pemerintah

c. Tuntutan Masyarakat untuk Mengembangkan Kelompok Tani

2. Ancaman a. Persaingan Usaha b. Terbatasnya Teknologi

c. Persepsi Berbeda Sesama Kelompok Tani

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 4 dan 5

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengembangan kelompok tani di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).


(49)

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating dan pembobotan dipindahkan ke table matriks IFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 13. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-FaktorStrategi Internal Rating Bobot Skor

Strength (Kekuatan)

Memiliki Badan Hukum 3 15 45

Keanggotaan yang Terbuka

dan Sukarela 4 20 80

Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Jumlah 10 50 170

Weakness (Kelemahan)

Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25

Jumlah 8 50 137,5

Sumber :Data Diolah dari Lampiran 5

Perhitungan bobot menurut Rangkuti (1997), didapat dari:

Sedangkan perhitungan skor didapat dari Bobot x Rating. Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dari ancaman juga dilakukan pemberian rating dan bobot. Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut :


(50)

Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

Potensi Daerah 4 22,22 88,88

Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22 Jumlah 9 50 161,11

Threats (Ancaman)

Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58

Jumlah 7 50 121,44 Sumber :Data Diolah dari Lampiran 6

Perhitungan bobot menurut Rangkuti (1997), didapat dari:

Sedangkan perhitungan skor didapat dari Bobot x Rating. Setelah dilakukan pemindahan rating dan bobot untuk table matrik EFAS, selanjutnya dilakukan penggabungan antara factor strategis internal dan factor strategis eksternal sebagai berikut :


(51)

Tabel 15. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Pengembangan Kelompok Tani

Faktor-Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategi Internal

Strength (Kekuatan)

Memiliki Badan Hukum 3 15 45

Keanggotaan yang Terbuka

Dan Sukarela 4 20 80

Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Total Skor Kekuatan 10 50 170

Weakness (Kelemahan)

Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25

Total Skor Kelemahan 8 50 137,50

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 32,5

Faktor Strategis Eksternal

Oppurtunity (Peluang)

Potensi Daerah 4 22,22 88,88

Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22 Total Skor Peluang 9 50 161,11

Threats (Ancaman)

Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58

Total Skor Ancaman 7 50 121,44

Selisih (Peluang – Ancaman) 39,67

Sumber :Data Diolah dari Lampiran 7

Tabel 15 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan – kelemahan) adalah sebesar 32,5 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada pengembangan kelompok tani di daerah penelitian. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman) sebesar39,67 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman pada pengembangan kelompok tani di daerah penelitian.


(52)

95,47

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi pengembangan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Posisi strategis pengembangan kelompok tani dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y ( + )

Kuadran III Kuadran I Strategi Turn Around Strategi Agresif

X ( - ) X ( + )

32,5

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y ( - )

Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Pengembangan Kelompok Tani Pengembangan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai berada pada posisi yang menguntungkan. Posisi berada di kuadran I, yaitu strategi agresif yang artinya posisi ini menandakan bahwa kelompok tani memiliki kekuatan lebih besar daripada kelemahan sehingga dapat memanfaatkan peluang untuk mengembangkan kelompok tani tersebut. Untuk itu, maka strategi yang harus diterapkan dalam kondisi yang demikian adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

F a k t o r i n t e r n a l 39,67


(53)

Penentuan alternatif dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi bagi pengembangan kelompok tani yang sesuai dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal (peluang-ancaman).

Setelah mengetahui hasil pada gambar 3 diatas, perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu strategi SO (Strengths-Oppurtunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (Weaknesses-Oppurtunities) dan strategi WT (Weaknesses-Threats).


(54)

Tabel 16. Matriks SWOT Pengembangan Kelompok Tani

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN (S)

1. Memiliki badan hukum(S1) 2. Keanggotaan yang terbuka

dan sukarela(S2)

3. Struktur organisasi yang tertata dengan baik(S3)

KELEMAHAN (W) 1. Lemahnya modal(W1) 2. Partisipasi anggota

rendah(W2)

3. Penguasaan teknologi kurang (W3)

PELUANG (O) 1. Potensi daerah (O1) 2. Kebijakan pemerintah

(O2)

3. Tuntutan masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani (O3)

STRATEGI SO

1. Dengan memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dan kebijakan pemerintah membantu masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani

(S2,O2,03)

2. Memanfaatkan struktur organisasi yang memiliki badan hukum sehingga dapat meningkatkan potensi daerah. (S1,S3,O1)

STRATEGI WO

1. Mengajukan tambahan modal kepada

pemerintah agar dapat meningkatkan potensi daerah (W1,O1,O2) 2. Mengaktifkan

partisipasi anggota untuk mengembangkan kelompok tani (W2,03)

ANCAMAN (T) 1. Persaingan usaha (T1) 2. Terbatasnya

ketersediaan teknologi(T2) 3. Persepsi berbeda

sesama kelompok tani(T3)

STRATEGI ST

1. Memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dalam struktur organisasi bisa mengurangi persepsi berbeda sesama kelompok tani. (S2,S3,T3)

2. Memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela agar dapat memaksimalkan terbatasnya teknologi sehingga dapat memasuki persaingan usaha. (S2,T1,T2) STRATEGI WT 1. Memaksimalkan penguasaan teknologi demi memasuki persaingan usaha yang sehat. (W3,T1) 2. Mengoptimalkan

partisipasi anggota kelompok tani sehingga perbedaan persepsi dapat diminimalkan. (W2,T3)


(55)

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam pengembangan kelompok tani di daerah penelitian melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matriks posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi dalam mengembangkan kelompok tani berada di kuadran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif. Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strenghts-Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan dalam mengembangkan kelompok tani di daerah penelitian adalah :

1. Dengan memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dan kebijakan pemerintah membantu masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani (S2,O2,03).

Keanggotaan kelompok tani merupakan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dimana setiap anggota kelompok tani memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Perkembangan kelompok tani selayaknya mendapat dukungan dari pihak-pihak lain termasuk pemerintah. Dalam hal ini pemerintah harusnya memfasilitasi kelompok tani dengan memberikan benih padi sawah, pupuk dan pestisida yang bersubsidi serta penerapan teknologi yang lebih maju serta kegiatan pelatihan dan penyuluhan agar keanggotaan kelompok tani dapat lebih baik lagi.

2. Memanfaatkan struktur organisasi yang memiliki badan hukum sehingga dapat meningkatkan potensi daerah. (S1,S3,O1)

Organisasi kelompok tani yang terstruktur dan memiliki badan hukum ditandai dengan sertifikat pengukuhan kelompok tani yang ditandatangani


(56)

oleh kepala daerah. Hal ini tentunya mengisyaratkan bahwa kelompok tani berperan besar dalam memperkenalkan bahkan meningkatkan potensi daerah penelitian. Melalui kelompok tani yang memiliki struktur organisasi yang baik maka dapat dihasilkan perkembangan produksi usaha tani sehingga potensi daerah dapat lebih dimaksimalkan.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan kelompok tani adalah :

• Faktor Kekuatan: Memiliki badan hukum, keanggotaan yang terbuka dan sukarela serta struktur organisasi yang tertata dengan baik.

• Faktor Kelemahan: Lemahnya modal, partisipasi anggota rendah dan penguasaan teknologi kurang.

2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan kelompok tani adalah :

• Faktor Peluang : Potensi daerah, kebijakan pemerintah dan tuntutan masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani.

• Faktor Ancaman: Persaingan usaha, terbatasnya teknologi dan persepsi berbeda sesama kelompok tani.

3.Hasil analisis menunjukkan pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan berada pada kuadran I (Strategi Agresif) pada matriks posisi SWOT. Oleh karena itu maka strategi yang cocok untuk digunakan adalah strategi SO (Strenght-Opportunities). Strateginya adalah Menciptakan inovasi-inovasi baru dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.


(58)

6.2. Saran

Kepada Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan

Untuk pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan sebenarnya masih memiliki banyak peluang. Peluang-peluang tersebut dapat dimanfaatkan dengan potensi daerah dan kebijakan pemerintah yang sangat baik serta tuntutan masyarakat untuk lebih mengembangkan kelompok tani.

Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah memberikan tambahan modal dan teknologi berupa alat-alat dan mesin pertanian serta penyuluhan yang lebih intensif guna memaksimalkan potensi kelompok tani yang ada.

Kepada Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi kegiatan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan guna lebih mengetahui potensi yang dapat dikembangkan kelompok tani.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Hadisapoetra, Soedarsono. 1973. Pembangunan Pertanian. Departemen Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Kartasapoetra. 1996. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara. Jakarta. Kartasapoetra, A.G. 2001. Penyuluhan Teknologi Pertanian. Bina Aksara, Jakarta.

Kotler, P, 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.

Mardikanto, Totok. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Pertanian UNS. Jakarta.

Rangkuti, F, 1997. Analisa SWOT. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rangkuti, F, 2009. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Samsudin. 1993. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung. Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suhardiyono, I. 1992. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga.


(60)

Lampiran 1. Sampel Kelompok Tani di Kecamatan Pegajahan No. Nama Kelompok

Tani Domisili/Desa

Lama Berdiri Jumlah Anggota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jati Sari Sri Wigati Cendrawasih Karya Makmur Sri Mulya Suka Maju Karya Maju Bersatu Sri Mulya Tani

Karya Bakti Jati Mulya Karang Anyer Petuaran Hilir Petuaran Hulu Lestari Dadi Bingkat Suka Sari Sennah Pondok Tengah Pegajahan 35 tahun 36 tahun 36 tahun 36 tahun 34 tahun 36 tahun 5 tahun 6 tahun 25 tahun 35 tahun 51 66 50 40 30 198 57 33 27 150


(61)

Lampiran 2. Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Kelas/Kemampuan Kelompok Tani Tahun 2010-2014 di Kecamatan Pegajahan

Tahun Pemula Lanjut Madya Utama Jumlah

2010 35 1 - - 36

2011 37 2 - - 39

2012 34 5 - - 39

2013 32 7 - - 39


(62)

Lampiran 3. Parameter Penilaian Faktor Strategi Internal Pengembangan Kelompok Tani

Sampel

Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

1 2 3 4 5 6

1 3 4 2 4 3 4

2 3 4 2 4 2 4

3 4 4 4 3 3 3

4 4 4 4 3 4 4

5 2 4 4 2 3 4

6 3 3 2 4 2 4

7 3 3 4 3 2 4

8 3 4 4 4 2 2

9 3 4 2 4 1 1

10 3 4 2 2 2 4

11 3 3 2 1 3 2

12 3 4 2 4 3 4

13 4 3 2 4 1 4

14 3 4 3 4 2 2

15 2 3 2 4 3 4

16 4 4 2 4 2 2

17 2 4 2 3 3 4

18 4 3 3 4 3 2

19 3 4 2 4 3 4

20 4 3 3 4 3 4

21 3 4 4 2 3 4

22 3 4 3 2 2 2

23 3 3 2 4 4 2

24 3 4 2 4 4 2

25 3 4 2 4 4 4

26 3 4 4 4 4 2

27 3 3 3 4 3 4

28 3 4 4 4 2 2

29 2 3 2 4 2 4

30 4 4 4 2 2 3

31 2 3 2 4 3 4

32 4 4 3 2 2 4

33 3 3 3 2 1 3

34 4 4 3 3 2 3

35 4 4 4 2 2 4

36 3 3 3 2 1 4

37 3 4 2 2 1 4

38 4 4 4 3 2 4

39 4 3 3 2 1 3

Jumlah 124 142 110 125 95 128


(63)

Lanjutan Lampiran 3 Keterangan:

Faktor Internal

1. Memiliki Badan Hukum

2. Keanggotaan yang Terbuka dan Sukarela 3. Struktur Organisasi yang Tertata dengan Baik 4. Lemahnya Modal

5. Partisipasi Anggota Rendah 6. Penguasaan Teknologi Kurang Parameter Penilaian

Nilai 4 (sangat baik), Nilai 3 (baik)

Nilai 2 (cukup baik) Nilai 1 (tidak baik)


(64)

Lampiran 4. Parameter Penilaian Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Kelompok Tani

Sampel

Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

1 2 3 4 5 6

1 4 4 2 2 3 2

2 4 4 2 3 4 2

3 4 4 2 3 4 3

4 4 4 2 2 4 2

5 4 4 2 2 4 1

6 4 4 2 3 4 2

7 4 2 4 3 2 3

8 4 4 2 2 4 3

9 4 4 4 3 3 3

10 4 3 1 2 4 1

11 4 4 2 1 4 2

12 4 3 2 3 4 1

13 3 4 2 1 1 3

14 4 3 1 2 2 2

15 4 4 2 3 4 3

16 4 4 1 2 2 2

17 4 4 2 3 4 1

18 3 4 1 2 4 2

19 4 3 2 3 4 2

20 3 4 1 3 4 4

21 4 4 1 2 4 3

22 4 3 1 2 2 2

23 4 4 2 1 4 2

24 3 4 2 3 4 3

25 4 3 2 3 3 2

26 4 3 4 3 3 2

27 4 4 1 4 4 3

28 4 3 1 3 2 2

29 4 4 2 2 2 3

30 3 4 2 3 4 3

31 2 2 1 2 4 2

32 4 2 3 1 3 1

33 3 3 2 2 2 2

34 4 3 1 3 2 2

35 3 4 2 2 3 2

36 4 3 3 1 2 3

37 4 2 1 2 2 2

38 4 2 1 2 3 2

39 3 3 2 1 3 1

Jumlah 146 134 73 90 125 86


(65)

Lanjutan Lampiran 4 Keterangan:

Faktor Eksternal 1. Potensi Daerah

2. Kebijakan Pemerintah

3. Tuntutan Masyarakat untuk Mengembangkan Kelompok Tani 4. Persaingan Usaha

5. Terbatasnya Teknologi

6. Persepsi Berbeda Sesama Kelompok Tani Parameter Penilaian

Nilai 4 (sangat baik), Nilai 3 (baik)

Nilai 2 (cukup baik) Nilai 1 (tidak baik)


(66)

Lampiran 5. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor

Strength (Kekuatan)

Memiliki Badan Hukum 3 15 45

Keanggotaan yang Terbuka

dan Sukarela 4 20 80

Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Jumlah 10 50 170

Weakness (Kelemahan)

Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25


(67)

Lampiran 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

Potensi Daerah 4 22,22 88,88

Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22

Jumlah 9 50 161,11

Threats (Ancaman)

Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58


(68)

Lampiran 7. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pengembangan Kelompok Tani

Faktor-Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategi Internal

Strength (Kekuatan)

1. Memiliki Badan Hukum 3 15 45

2. Keanggotaan yang Terbuka

Dan Sukarela 4 20 80

3. Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Total Skor Kekuatan 10 50 170

Weakness (Kelemahan)

1. Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

2. Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

3. Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25

Total Skor Kelemahan 8 50 137,50

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 32,5

Faktor Strategis Eksternal

Oppurtunity (Peluang)

1. Potensi Daerah 4 22,22 88,88

2. Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

3. Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22 Total Skor Peluang 9 50 161,11

Threats (Ancaman)

1. Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

2. Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

3. Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58

Total Skor Ancaman 7 50 121,44


(1)

Lanjutan Lampiran 3 Keterangan:

Faktor Internal

1. Memiliki Badan Hukum

2. Keanggotaan yang Terbuka dan Sukarela 3. Struktur Organisasi yang Tertata dengan Baik 4. Lemahnya Modal

5. Partisipasi Anggota Rendah 6. Penguasaan Teknologi Kurang Parameter Penilaian

Nilai 4 (sangat baik), Nilai 3 (baik)

Nilai 2 (cukup baik) Nilai 1 (tidak baik)


(2)

Kelompok Tani

Sampel

Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

1 2 3 4 5 6

1 4 4 2 2 3 2

2 4 4 2 3 4 2

3 4 4 2 3 4 3

4 4 4 2 2 4 2

5 4 4 2 2 4 1

6 4 4 2 3 4 2

7 4 2 4 3 2 3

8 4 4 2 2 4 3

9 4 4 4 3 3 3

10 4 3 1 2 4 1

11 4 4 2 1 4 2

12 4 3 2 3 4 1

13 3 4 2 1 1 3

14 4 3 1 2 2 2

15 4 4 2 3 4 3

16 4 4 1 2 2 2

17 4 4 2 3 4 1

18 3 4 1 2 4 2

19 4 3 2 3 4 2

20 3 4 1 3 4 4

21 4 4 1 2 4 3

22 4 3 1 2 2 2

23 4 4 2 1 4 2

24 3 4 2 3 4 3

25 4 3 2 3 3 2

26 4 3 4 3 3 2

27 4 4 1 4 4 3

28 4 3 1 3 2 2

29 4 4 2 2 2 3

30 3 4 2 3 4 3

31 2 2 1 2 4 2

32 4 2 3 1 3 1

33 3 3 2 2 2 2

34 4 3 1 3 2 2

35 3 4 2 2 3 2

36 4 3 3 1 2 3

37 4 2 1 2 2 2

38 4 2 1 2 3 2

39 3 3 2 1 3 1

Jumlah 146 134 73 90 125 86


(3)

Lanjutan Lampiran 4 Keterangan:

Faktor Eksternal 1. Potensi Daerah

2. Kebijakan Pemerintah

3. Tuntutan Masyarakat untuk Mengembangkan Kelompok Tani 4. Persaingan Usaha

5. Terbatasnya Teknologi

6. Persepsi Berbeda Sesama Kelompok Tani Parameter Penilaian

Nilai 4 (sangat baik), Nilai 3 (baik)

Nilai 2 (cukup baik) Nilai 1 (tidak baik)


(4)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

Memiliki Badan Hukum 3 15 45

Keanggotaan yang Terbuka

dan Sukarela 4 20 80

Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Jumlah 10 50 170 Weakness (Kelemahan)

Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25


(5)

Lampiran 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor Oppurtunity (Peluang)

Potensi Daerah 4 22,22 88,88

Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22

Jumlah 9 50 161,11 Threats (Ancaman)

Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58


(6)

Lampiran 7. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pengembangan Kelompok Tani

Faktor-Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategi Internal

Strength (Kekuatan)

1. Memiliki Badan Hukum 3 15 45

2. Keanggotaan yang Terbuka

Dan Sukarela 4 20 80

3. Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Total Skor Kekuatan 10 50 170

Weakness (Kelemahan)

1. Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

2. Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

3. Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25

Total Skor Kelemahan 8 50 137,50

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 32,5

Faktor Strategis Eksternal Oppurtunity (Peluang)

1. Potensi Daerah 4 22,22 88,88

2. Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

3. Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22 Total Skor Peluang 9 50 161,11 Threats (Ancaman)

1. Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

2. Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

3. Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58

Total Skor Ancaman 7 50 121,44