a Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok
permasalahan yang di bahas. b
Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasan dan kebenaran jawaban.
c Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar
memudahkan dalam mendeskripsikannya. d
Penyusunan data, yaitu data di susun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang
diajukan.
3.3 Analisis Data
Data yang telah diolah kemudian dianalis dengan menggunakan cara analisis kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memaparkan dalam
bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapakan permasalahan tersebut dapat terjawab
sehingga memudahkan untuk di tarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
1 Pembentukan Pengadilan Khusus Sengketa Pertanahan didasarkan pada
pertimbangan, sebagai pemenuhan prinsip fundamental kehidupan manusia yang diamanatkan oleh Pasal 33 Ayat 3 UUD Tahun 1945, yaitu
perlindungan hukum bagi masyarakat dalam hak atas tanah. Konflik agraria tidak lagi dianggap sebagai masalah yang bersifat ordinary melainkan sudah
menjadi masalah yang bersifat extra ordinary. Konflik agraria merupakan suatu bentuk sengketa yang bersifat spesifik sehingga memerlukan
pengetahuan khusus. Lembaga litigasi yaitu baik Pengadilan Umum maupun Pengadilan Tata Usaha
Negara tidak tuntas dalam menyelesaikan pertanahan mengingat dewasa ini masalah pertanahan sangat kompleks, mengingat banyaknya keputusan yang
tumpang tindih dari pengadilan dan memakan waktu serta biaya yang tak murah dan lama. Begitu pula dengan Lembaga Non Litigasi yang memiliki
kelemahan dan keterbatasan dalam proses penyelesaian perkaranya. Pengadilan khusus sengketa pertanahan diperlukan untuk menghindari terjadinya putusan
yang tumpang tindih dan saling kontradiksi sehingga kurang menjamin adanya
kepastian hukum yang berdasarkan keadilan bagi seluruh masyarakat. Dalam Pengadilan Khusus Sengketa Pertanahan nanti dapat digunakan hakim ad hoc,
guna menjamin berkepastian hukum.
2 Faktor penghambat dalam pembentukan Pengadilan Khusus Sengketa
Pertanahan adalah harus dipersiapkan dahulu sumber daya manusia nya agar mumpuni dalam hal ini mempersiapkan perangkat peradilan yang berkompeten
ahli dalam bidang keagrariaan, begitu juga dalam pembentukan pengadilan khusus sengketa pertanahan ini membutuhkan waktu yang relatif tidak singkat.
Begitu juga dengan Rancangan Undang-Undang Pengadilan Agraria juga belum sempurna sehingga masih perlu dilakukan uji shahih.
5.2 Saran
Dalam hal ini penulis sekaligus peneliti menyarankan : 1
Pembentukan Pengadilan Khusus Sengketa Pertanahan harus memakai asas cepat, murah dan sederhana.
2 Perekrutan Hakim Pengadilan Khusus Sengketa Pertanahan di Indonesia harus
orang-orang yang mumpuni dalam bidang agraria, seperti dari bagian Hukum Administrasi Negara yang memang mempelajari bidang hukum agraria.
3 Rancangan Undang-Undang Pengadilan Agraria harus terus dilakukan
pengujian agar sempurna.