memfokuskan untuk berproduksi gula semut saja. Usaha gula semut lebih menguntungkan dibanding gula aren karena harganya yang lebih tinggi
dibanding gula aren. Oleh sebab itu, saat ini pengrajin gula semut hanya berproduksi gula semut saja, akan tetapi masih ada agroindustri gula aren
yang tetap berproduksi gula aren.
✁
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Agroindustri gula semut memberikan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan agroindustri gula aren. Nilai tambah gula semut
yaitu sebesar Rp 1.248,60 per kilogram, sedangkan nilai tambah gula aren sebesar Rp 928,51 per kilogram.
2. Profitabilitas gula semut lebih besar dibandingkan dengan profitabilitas gula aren. Profitabilitas gula semut yaitu sebesar 35,83
persen, artinya setiap Rp 100 hasil penjualan dari gula semut akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 35,83. Profitabilitas gula aren yaitu
sebesar 33,78 persen, artinya setiap Rp 100 hasil penjualan dari gula aren akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 33,78.
✂ ✄
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Bagi pelaku usaha agroindustri, sebaiknya meningkatkan pasokan bahan baku dengan cara membeli bahan baku nira aren sehingga
produksi gula dapat meningkat. Selain itu, pelaku usaha gula semut perlu menekan biaya tenaga kerja dan menggunakan kemasan yang
lebih baik untuk gula aren agar dapat bertahan lebih lama.
2. Bagi pemerintah daerah, agar dapat mendorong pengembangan usaha gula aren dan gula semut dengan memberikan penyuluhan mengenai
budidaya aren yang baik sehingga menghasilkan nira dengan kualitas yang baik, serta diharapkan dapat memberikan bantuan peralatan yang
lebih modern seperti oven untuk pengeringan gula semut.
☎ ✆
DAFTAR PUSTAKA
Aliudin. 2011. Efisiensi dan Pendapatan Usaha Gula Aren Cetak Kasus pada Pengrajin Gula Aren Cetak di Desa Cimenga, Kecamatan Cijaku,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jurnal Agro Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Volume 29 No 1, Mei 2011:
73-85. http:pse.litbang.pertanian.go.idindpdffilesJAE2029-1d.pdf. Diakses pada 18 Juni 2014.
Apriliani, D. 2013.
Analisis Komparatif Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Jurnal
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. http:agribisnis.fp.uns.ac.idwp-contentuploads201307DIAH-APRILIANI-
H0809028.pdf.
Diakses pada 18 Juni 2014. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV.
Rineka Cipta. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Lampung dalam Angka 2013.
http:lampung.bps.go.idpublikasi. Diakses pada 20 Mei 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat. 2014. Lampung Barat dalam
Angka 2013. http:lampungbaratkab.bps.go.idpublikasi. Diakses pada 20 Mei 2015.
_______________________________________. 2014. Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat. http:lampungbaratkab.bps.go.idpublikasi.
Diakses pada 20 Mei 2015.
_______________________________________. 2014. Kecamatan Air Hitam dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik. Lampung.
http:lampungbaratkab.bps.go.idpublikasi. Diakses pada 20 Mei 2015.
_______________________________________. 2013. Statistik Daerah Kecamatan Air Hitam. http:lampungbaratkab.bps.go.idpublikasi. Diakses
pada 20 Mei 2015.
Burhanudin. 2005. Prospek Pengembangan Usaha Koperasi Dalam Produksi Gula Aren. Jakarta.