BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tabel Pengamatan
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tabel Pengamatan
IV.1.1 Pengamatan Keempukan dan Tekstur Daging
Bahan WarnaHasil Pengamatan Secara SubjektifTekstur Bau Daging Sapi KecoklatanMerah Kenyal Tidak berbau IV.1.2 Pengamatan Kesegaran Daging
Bahan Uji Postma Uji H2S
Daging Sapi Lakmus Tidak Berubah Warna
Tidak Timbul Bintik Coklat (Segar) IV.1.3 Pengamatan Komposisi Zat Gizi Hasil Olahan Daging
Komposis
i Zat Gizi Sosis Abon Daging Sapi Bakso
Air 9,4 0,71 70,62 28,5
Energi 112 21,2 215,07 1,545
Protein 3,625 18 30,116 0,945
Lemak 10,575 1,06 14,98 3,46
KH 0,575 5,93 -
-Serat - 8,75 -
-Kalsium 0,825 8,47 1,284 5,25
Abu 7 15 11,77
-Fosfor 15,25 20,9 114,49 1,0125
Besi 0,27 1,23 2,996
-Natrium - - -
-Kalium - - 404,46
-Tembaga - - 9,63
-Seng - - 0,0856
-Retinol - - -
-B Karoten - - -
-Tiamin 0,025 0,017 -
-Riboflafin - - -
-Niasin - -
(2)
IV.1.3 Pengamatan Hasil Olahan Daging Sifat
Organolepti k
Bakso Abon Sosis
Bentuk Bulat bererat Panjang
Kemasan Plastik Plastik Plastik Warna Abu-abu mudahCoklat OrangeMerah Tekstur Agar kasar Kasar Halus
Bau Daging Daging Bau tengik
Rasa Guri Asin manis hanya sedikitRasa Daging
Merk C B
IV.2 Gambar Percobaan
1. Keempukan dan Tekstur Daging
2. Kesegaran Daging
a. Uji Postma b. Uji H2S
3. Komposisi Zat Gizi Hasil akhir uji
postma
Hasil akhir uji H2S Hasil pengamatan
(3)
4. Pengenalan hasil Olahan Daging
IV.3 Perhitungan
Komposisi Zat Gizi
1.1 Daging Sapi
1) Daging Sapi 100 gr
a. Air = 100
100 x66=66 b. Energi = 100
100 x201=201 c. Protein = 100100 x18,8=18,8
Hasil analisis gizi Hasil analisis gizi abon
Hasil analisis gizi
sosis gizi daging sapiHasil analisis
Hasil pengamatan organoleptik sosis
Hasil pengamatan bakso
Hasil pengamatan abon
Zat Gizi Bahan = Berat Bahan(gr)
(4)
d. Lemak = 100100 x14=14
e. KH = 100100 x0=0 f. Serat = 100
100 x−¿−¿
g. Abu = 100
100 x1,2=1,2 h. Kalsium = 100100 x11=11
i. Fosfor = 100100 x170=170
j. Besi = 100100 x2,8=2,8 k. Natrium = 100
100 x−¿−¿ l. Kalium = 100
100 x378=¿ 378 m. Tembaga = 100100 x−¿−¿
n. Seng = 100100 x−¿−¿
o. Retinol = 100100 x9=9 p. Β karoten = 100
100 x−¿−¿ q. Tiamin = 100
100 x0,08=0,08 r. Riboflavin = 100100 x−¿−¿
s. Niasin = 100100 x−¿−¿
t. Vit C = 100100 x−¿−¿
2) Daging Sapi 250 gr
a. Air = 250
100 x66=165 b. Energi = 250
(5)
c. Protein = 250100 x18,8=47
d. Lemak = 250100 x14=35
e. KH = 250
100 x0=0 f. Serat = 250
100 x−¿−¿ g. Abu = 250100 x1,2=3
h. Kalsium = 250100 x11=27,5
i. Fosfor = 250100 x170=425
j. Besi = 250
100 x2,8=7 k. Natrium = 250
100 x−¿−¿ l. Kalium = 250100 x378=¿ 945
m. Tembaga = 250100 x−¿−¿
n. Seng = 250100 x−¿−¿
o. Retinol = 250
100 x9=22,5 p. Β karoten = 250
100 x−¿−¿ q. Tiamin = 250100 x0,08=0,2
r. Riboflavin = 250100 x−¿−¿
s. Niasin = 250100 x−¿−¿
t. Vit C = 250
100 x−¿−¿ 3) Daging Sapi 500 gr
a. Air = 500
(6)
b. Energi = 500100 x201=1005
c. Protein = 500100 x18,8=94 d. Lemak = 500
100 x14=70
e. KH = 500
100 x0=0 f. Serat = 500100 x−¿−¿
g. Abu = 500100 x1,2=6
h. Kalsium = 500100 x11=55 i. Fosfor = 500
100 x170=850
j. Besi = 500
100 x2,8=14 k. Natrium = 500100 x−¿−¿
l. Kalium = 500100 x378=¿ 1890
m. Tembaga = 500100 x−¿−¿
n. Seng = 500
100 x−¿−¿ o. Retinol = 500
100 x9=24 p. Β karoten = 500100 x−¿−¿
q. Tiamin = 500100 x0,08=0,4
r. Riboflavin = 500100 x−¿−¿
s. Niasin = 500
100 x−¿−¿ t. Vit C = 500
100 x−¿−¿ 4) Daging Sapi 1000 gr
(7)
a. Air = 1000100 x66=660
b. Energi = 1000100 x201=2010 c. Protein = 1000
100 x18,8=188 d. Lemak = 1000
100 x14=140 e. KH = 1000100 x0=0
f. Serat = 1000100 x−¿−¿
g. Abu = 1000100 x1,2=12 h. Kalsium = 1000
100 x11=110 i. Fosfor = 1000
100 x170=170 0 j. Besi = 1000100 x2,8=28
k. Natrium = 1000100 x−¿−¿
l. Kalium = 1000100 x378=¿ 3780
m. Tembaga = 1000
100 x−¿−¿ n. Seng = 1000
100 x−¿−¿ o. Retinol = 1000100 x9=90
p. Β karoten = 1000100 x−¿−¿
q. Tiamin = 1000100 x0,08=8 r. Riboflavin = 1000
100 x−¿−¿ s. Niasin = 1000
100 x−¿−¿ t. Vit C = 1000100 x−¿−¿
(8)
5) Daging Sapi 1500 gr
a. Air = 1500100 x66=990
b. Energi = 1500100 x201=3015 c. Protein = 1500
100 x18,8=282 d. Lemak = 1500
100 x14=210
e. KH = 1500
100 x0=0 f. Serat = 1500100 x−¿−¿
g. Abu = 1500100 x1,2=18 h. Kalsium = 1500
100 x11=165 i. Fosfor = 1500
100 x170=2550 j. Besi = 1500
100 x2,8=42 k. Natrium = 1500100 x−¿−¿
l. Kalium = 1500100 x378=¿ 5670
m. Tembaga = 1500
100 x−¿−¿ n. Seng = 1500
100 x−¿−¿ o. Retinol = 1500
100 x9=135 p. Β karoten = 1500100 x−¿−¿
q. Tiamin = 1500100 x0,08=120 r. Riboflavin = 1500
(9)
s. Niasin = 1500100 x−¿−¿
t. Vit C = 1500100 x−¿−¿
1.2 Sosis (25 gram)
a. Air = 25
100 x37,6=9,4
b. Energi = 25
100 x448=112 c. Protein = 10025 x14,5=3,625
d. Lemak = 10025 x42,3=10,575
e. KH = 10025 x2,3=0,575
f. Serat = 25
100 x−¿−¿
g. Abu = 25
100 x3,3=0,825 h. Kalsium = 10025 x28=7
i. Fosfor = 10025 x61=15,25
j. Besi = 10025 x1,1=0,275 k. Natrium = 25
100 x−¿−¿
l. Kalium = 25
100 x−¿ -m. Tembaga = 10025 x−¿−¿
n. Seng = 10025 x−¿−¿
o. Retinol = 10025 x0=0 p. Β karoten = 25
100 x−¿−¿
q. Tiamin = 25
(10)
r. Riboflavin = 10025 x−¿−¿
s. Niasin = 10025 x−¿−¿
t. Vit C = 25
100 x0=0 1.3 Bakso (15 gram)
a. Air = 15
100 x0=¿ 0 b. Energi = 10015 x190=¿ 28,5
c. Protein = 10015 x10,3=¿ 1,545
d. Lemak = 10015 x6,3=¿ 0,945
e. KH = 15
100 x23=¿ 3,46
f. Serat = 15
100 x−¿−¿ g. Abu = 10015 x−¿−¿
h. Kalsium = 10015 x35=¿ 5,25
i. Fosfor = 10015 x−¿−¿
j. Besi = 15
100 x6,75=¿ 1,0125 k. Natrium = 15
100 x−¿−¿ l. Kalium = 10015 x−¿−¿
m. Tembaga = 10015 x−¿−¿
n. Seng = 10015 x−¿−¿
o. Retinol = 15
100 x−¿−¿ p. Β karoten = 15
(11)
q. Tiamin = 10015 x−¿−¿
r. Riboflavin = 10015 x−¿−¿
s. Niasin = 15
100 x−¿−¿
t. Vit C = 15
100 x4=0,6 1.4 Abon (10 gram)
a. Air = 10010 x7,1=0,71
b. Energi = 10010 x212=21,2
c. Protein = 10010 x18=0,18
d. Lemak = 10
100 x10,6=1,06
e. KH = 10
100 x59,3=5,93 f. Serat = 10010 x7,5=0,75
g. Abu = 10010 x4,7=0,47
h. Kalsium = 10010 x150=15
i. Fosfor = 10
100 x209=20,9
j. Besi = 10
100 x12,3=1,23 k. Natrium = 10010 x−¿−¿
l. Kalium = 10010 x−¿
-m. Tembaga = 10010 x−¿−¿
n. Seng = 10
100 x−¿−¿
o. Retinol = 10
(12)
p. Β karoten = 10010 x−¿−¿
q. Tiamin = 10010 x0,17=0,017 r. Riboflavin = 10
100 x−¿−¿
s. Niasin = 10
100 x−¿−¿ t. Vit C = 10010 x−¿−¿
IV.4 Pembahasan
IV.4.1 Keempukan dan Tekstur Daging
Pada percobaan pengamatan keempukan dan tekstur daging yang dilakukan secara subyektif ada beberapa bahan yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu daging sapi. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keempukan dari daging dan mengetahui tekstur dari daging.
Pada percobaan ini, diperoleh hasil yaitu warna dari daging adalah kecoklatan dan memiliki tekstur kenyal serta tidak berbau. Menurut standar nasional indonesia (SNI), warna daging merah terang diberikan skor 1-5 dengan kualitas mutu satu (I), warna daging merah kegelapan diberikan skor 6-7 dengan kualitas mutu dua (II), dan warna merah gelap diberikan skor 8-9 dengan kualitas mutu tiga III (tiga). Sedangkan untuk tekstur dagingnya yaitu untuk tekstur halus termasuk dalam mutu satu (I), sedang mutu dua (II), dan kasar mutu tiga (III).
Berdasarkan standar nasional indonesia spesifikasi dari mutu daging sapi yang digunakan sebagai bahan dalam percobaan ini termasuk dalam mutu tiga (III), disebabkan karena daging yang digunakan sudah teroksidasi oleh udara luar karena terlalu lama diluar sehingga menyebabkan terjadinya oksidasi yang mengakibatkan mioglobin pada daging berubah menjadi metioglobin yang membuat warna daging menjadi merah kecoklatan.
Keempukan dari daging merupakan salah satu faktor yang penting sebagai bahan pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor keempukan daging antara lain jenis kelamin dan umur ternak tersebut, jenis daging, aktivitas hewan tersebut. Daging yang dihasilkan dari ternak muda dan memiliki tubuh yang sehat biasanya cenderung memiliki daging yang empuk sedangkan untuk ternak
(13)
yang sudah tua biasa memiliki tekstur daging yang sedikit keras, ini dikarenakan aktivitas pada ternak muda lebih banyak bila dibandingkan dengan ternak yang sudah tua.
IV.4.2 Kesegaran Daging 1. Uji Postma
Pada pengamatan uji postma yang memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kesegaran daging dengan menggunakan uji postma dan H2S
diperoleh hasil bahwa daging sapi setelah diberi kertas lakmus tidak terjadi perubahan warna setelah ditambahkan MgO. Fungsi atau kegunaan MgO itu sendiri adalah untuk mempercepat pembusukan atau untuk melihat apakah daging tersebut segar atau tidak. Sedangkan kertas lakmus berfungsi sebagai indikator yang dapat menentukan segar atau tidaknya daging yang diuji, apabila terjadi perubahan warna pada kertas lakmus dari merah muda menjadi biru muda hal tersebut menendakan bahwa adanya pembebasan NH3
yang menunjukkan daging mulai membusuk. Berikut ini merupakan reaksi dari uji postma:
Filtrasi: NH3 + H2O NH4OH
Pada proses pemanasan : NH4OH + MgO Mg(OH)2 + NH3
Pada percobaan uji postma, hasil menunjukkan bahwa daging memiliki mutu III, karena pada kertas lakmus tidak berubah warna, namun hasil ini kemudian di uji kembali karena tidak adanya perubahan warna. Setelah pengujian kembali maka hasil yang didapatkan yaitu kertas lakmus berubah menjadi biru yang artinya daging sudah teroksidasi. Hal ini dapat terjadi dikarekan oleh pada saat dipanaskan kertas saring yang digunakan untuk menutupi sebagian cawan terlalu dibuka sehingga menyebabkan mudahnya bahan percobaan dapat teroksidasi oleh udara diluar.
2. Uji H2S
Pada pengamatan uji H2S yang memiliki tujuan untuk mengetahui
kesegaran daging dengan menggunakan uji H2S. Untuk bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah daging sapi. Pada percobaan ini, daging yang digunakan sebagai bahan sampel dipotong sebesar kacang tanah yang kemudian ditetesi dengan larutan Pb Asetat tidak terlihat bintik warna coklat setelah dipanasi yang artinya daging tersebut tergolong segar. Warna merah daging merupakan refleksi dari pigmen mioglobin. Warna dari
(14)
daging dapat berubah suatu ketika karena terjadi perubahan kimia pada mioglobinnya. Tanda kebusukan dari daging dapat dilihat bila bekas tetesan Pb asetat berwarna coklat.
BAB V PENUTUP
(15)
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Daging pada bahan yang digunakan memiliki warna merah kecoklatan yang menunjukkan daging tersebut tergolong segar.
2. Daging pada bahan yang digunakan memiliki tekstur yang kenyal dan halus yang menunjukkan daging tersebut tergolong segar.
3. Pada uji postma, hasil menunjukkan bahwa daging sudah mulai membusuk yang ditandai dengan kertas lakmus yang berubah dari merah muda menjadi biru yang artinya daging sudah teroksidasi. Hal ini dapat terjadi dikarekan oleh pada saat dipanaskan kertas saring yang digunakan untuk menutupi sebagian cawan terlalu dibuka sehingga menyebabkan mudahnya bahan percobaan dapat teroksidasi oleh udara diluar.
4. Pada uji N2H, hasil menunjukkan bahwa tidak terlihat bintik warna coklat setelah
dipanasi yang artinya daging tersebut tergolong segar.
V.2 Saran
1. Untuk Dosen
Sebaiknya dosen pengajar mata kuliah juga ambil bagian dalam praktikum ini guna memantau berlangsungnya kegiatan praktikum karena kadang ada yang tidak diketahui oleh para asisten ketika menjelaskan hasil-hasil praktikum.
2. Untuk Asisten
Sebaiknya para asisten memberitahukan apa saja alat-alat yang digunakan dalam praktikum yang akan dilakukan, sekiranya 1 hari sebelum praktikum berlangsung agar praktikan dapat mengetahui terlebih dahulu, sehingga tidak membuat bingung pada saat mengikuti praktikum.
3. Untuk Laboratorium
Sebaiknya kelengkapan alat praktikum dapat dilengkapi dan terlebih lagi air pada ruangan laboratorium harus mengalir sehingga kebersihan setiap alat laboratorium ketika ingin digunakan dapat terjaga dan steril.
4. Untuk Kegiatan Praktikum
(16)
(1)
q. Tiamin = 10015 x−¿−¿ r. Riboflavin = 10015 x−¿−¿
s. Niasin = 15
100 x−¿−¿
t. Vit C = 15
100 x4=0,6 1.4 Abon (10 gram)
a. Air = 10010 x7,1=0,71 b. Energi = 10010 x212=21,2 c. Protein = 10010 x18=0,18
d. Lemak = 10
100 x10,6=1,06
e. KH = 10
100 x59,3=5,93 f. Serat = 10010 x7,5=0,75 g. Abu = 10010 x4,7=0,47 h. Kalsium = 10010 x150=15
i. Fosfor = 10
100 x209=20,9
j. Besi = 10
100 x12,3=1,23 k. Natrium = 10010 x−¿−¿
l. Kalium = 10010 x−¿
-m. Tembaga = 10010 x−¿−¿
n. Seng = 10
100 x−¿−¿
o. Retinol = 10
(2)
p. Β karoten = 10010 x−¿−¿ q. Tiamin = 10010 x0,17=0,017 r. Riboflavin = 10
100 x−¿−¿
s. Niasin = 10
100 x−¿−¿
t. Vit C = 10010 x−¿−¿
IV.4 Pembahasan
IV.4.1 Keempukan dan Tekstur Daging
Pada percobaan pengamatan keempukan dan tekstur daging yang dilakukan secara subyektif ada beberapa bahan yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu daging sapi. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keempukan dari daging dan mengetahui tekstur dari daging.
Pada percobaan ini, diperoleh hasil yaitu warna dari daging adalah kecoklatan dan memiliki tekstur kenyal serta tidak berbau. Menurut standar nasional indonesia (SNI), warna daging merah terang diberikan skor 1-5 dengan kualitas mutu satu (I), warna daging merah kegelapan diberikan skor 6-7 dengan kualitas mutu dua (II), dan warna merah gelap diberikan skor 8-9 dengan kualitas mutu tiga III (tiga). Sedangkan untuk tekstur dagingnya yaitu untuk tekstur halus termasuk dalam mutu satu (I), sedang mutu dua (II), dan kasar mutu tiga (III).
Berdasarkan standar nasional indonesia spesifikasi dari mutu daging sapi yang digunakan sebagai bahan dalam percobaan ini termasuk dalam mutu tiga (III), disebabkan karena daging yang digunakan sudah teroksidasi oleh udara luar karena terlalu lama diluar sehingga menyebabkan terjadinya oksidasi yang mengakibatkan mioglobin pada daging berubah menjadi metioglobin yang membuat warna daging menjadi merah kecoklatan.
Keempukan dari daging merupakan salah satu faktor yang penting sebagai bahan pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor keempukan daging antara lain jenis kelamin dan umur ternak tersebut, jenis daging, aktivitas hewan tersebut. Daging yang dihasilkan dari ternak muda dan memiliki tubuh yang sehat biasanya cenderung memiliki daging yang empuk sedangkan untuk ternak
(3)
yang sudah tua biasa memiliki tekstur daging yang sedikit keras, ini dikarenakan aktivitas pada ternak muda lebih banyak bila dibandingkan dengan ternak yang sudah tua.
IV.4.2 Kesegaran Daging 1. Uji Postma
Pada pengamatan uji postma yang memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kesegaran daging dengan menggunakan uji postma dan H2S
diperoleh hasil bahwa daging sapi setelah diberi kertas lakmus tidak terjadi perubahan warna setelah ditambahkan MgO. Fungsi atau kegunaan MgO itu sendiri adalah untuk mempercepat pembusukan atau untuk melihat apakah daging tersebut segar atau tidak. Sedangkan kertas lakmus berfungsi sebagai indikator yang dapat menentukan segar atau tidaknya daging yang diuji, apabila terjadi perubahan warna pada kertas lakmus dari merah muda menjadi biru muda hal tersebut menendakan bahwa adanya pembebasan NH3
yang menunjukkan daging mulai membusuk. Berikut ini merupakan reaksi dari uji postma:
Filtrasi: NH3 + H2O NH4OH
Pada proses pemanasan : NH4OH + MgO Mg(OH)2 + NH3
Pada percobaan uji postma, hasil menunjukkan bahwa daging memiliki mutu III, karena pada kertas lakmus tidak berubah warna, namun hasil ini kemudian di uji kembali karena tidak adanya perubahan warna. Setelah pengujian kembali maka hasil yang didapatkan yaitu kertas lakmus berubah menjadi biru yang artinya daging sudah teroksidasi. Hal ini dapat terjadi dikarekan oleh pada saat dipanaskan kertas saring yang digunakan untuk menutupi sebagian cawan terlalu dibuka sehingga menyebabkan mudahnya bahan percobaan dapat teroksidasi oleh udara diluar.
2. Uji H2S
Pada pengamatan uji H2S yang memiliki tujuan untuk mengetahui
kesegaran daging dengan menggunakan uji H2S. Untuk bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah daging sapi. Pada percobaan ini, daging yang digunakan sebagai bahan sampel dipotong sebesar kacang tanah yang kemudian ditetesi dengan larutan Pb Asetat tidak terlihat bintik warna coklat setelah dipanasi yang artinya daging tersebut tergolong segar. Warna merah daging merupakan refleksi dari pigmen mioglobin. Warna dari
(4)
daging dapat berubah suatu ketika karena terjadi perubahan kimia pada mioglobinnya. Tanda kebusukan dari daging dapat dilihat bila bekas tetesan Pb asetat berwarna coklat.
BAB V PENUTUP
(5)
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Daging pada bahan yang digunakan memiliki warna merah kecoklatan yang menunjukkan daging tersebut tergolong segar.
2. Daging pada bahan yang digunakan memiliki tekstur yang kenyal dan halus yang menunjukkan daging tersebut tergolong segar.
3. Pada uji postma, hasil menunjukkan bahwa daging sudah mulai membusuk yang ditandai dengan kertas lakmus yang berubah dari merah muda menjadi biru yang artinya daging sudah teroksidasi. Hal ini dapat terjadi dikarekan oleh pada saat dipanaskan kertas saring yang digunakan untuk menutupi sebagian cawan terlalu dibuka sehingga menyebabkan mudahnya bahan percobaan dapat teroksidasi oleh udara diluar.
4. Pada uji N2H, hasil menunjukkan bahwa tidak terlihat bintik warna coklat setelah
dipanasi yang artinya daging tersebut tergolong segar.
V.2 Saran
1. Untuk Dosen
Sebaiknya dosen pengajar mata kuliah juga ambil bagian dalam praktikum ini guna memantau berlangsungnya kegiatan praktikum karena kadang ada yang tidak diketahui oleh para asisten ketika menjelaskan hasil-hasil praktikum.
2. Untuk Asisten
Sebaiknya para asisten memberitahukan apa saja alat-alat yang digunakan dalam praktikum yang akan dilakukan, sekiranya 1 hari sebelum praktikum berlangsung agar praktikan dapat mengetahui terlebih dahulu, sehingga tidak membuat bingung pada saat mengikuti praktikum.
3. Untuk Laboratorium
Sebaiknya kelengkapan alat praktikum dapat dilengkapi dan terlebih lagi air pada ruangan laboratorium harus mengalir sehingga kebersihan setiap alat laboratorium ketika ingin digunakan dapat terjaga dan steril.
4. Untuk Kegiatan Praktikum
(6)