2. Koreksi Fiskal
Pada dasanya pajak tangguhan timbul karena adanya perbedaan antara laba akuntansi yang berasal dari laporan keuangan
komersial dengan laba fiskal yang berasal dari laporan keuangan fiskal. Penyusunan laporan keuangan fiskal ini mengacu pada peraturan
perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan SAK terlebih dahulu harus disesuaikan sebelum
menghitung besarnya PKP. Proses penyesuaian laporan keuangan ini disebut dengan koreksi fiskal atau dapat juga disebut dengan
rekonsiliasi laporan keuangan akuntansi dengan koreksi fiskal atau rekonsiliasi fiskal.
Tjahjono dan Husein 2000 mendefinisikan rekonsiliasi fiskal adalah usaha mencocokkan perbedaan yang terdapat dalam laporan
keuangan komersial dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan fiskal. Rekonsiliasi fiskal ini lebih dimaksudkan untuk
meniadakan perbedaan antara laporan keuangan komersial yang disusun berdasarkan SAK dengan peraturan perpajakan, sehingga akan
menghasilkan laba fiskal atau PKP. Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya secara komersial dan
secara fiskal, yang dapat berupa perbedaan permanen dan perbedaan temporer waktu.
a. Perbedaan permanen permanent differences
Perbedaan tetap adalah perbedaan yang terjadi karena transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi komersial tetapi
tidak diakui menurut fiskal sehinggga tidak ada koreksi di kemudian hari. Misalnya, bunga deposito diakui sebagai pendapatan dalam
laporan keuangan komersial, tetapi tidak diakui sebagai pendapatan dalam laporan keuangan fiskal, dan premi asuransi yang ditanggung
perusahaan untuk karyawan diakui sebagai biaya dalam laporan keuangan komersial, tetapi tidak diakui sebagai biaya dalam laporan
keuangan fiskal Suandy, 2008. Perbedaan tersebut disebabkan adanya pendapatan dan beban tertentu yang diakui pada laporan
keuangan komersial,
demikian pula
sebaliknya. Hal
ini mengakibatkan laba fiskal berbeda dengan laba komersial.
b. Perbedaan temporer atau waktu temporary or timing differences
Perbedaan temporer atau waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan
penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan SAK Suandy, 2008. Dengan adanya perbedaan temporer dapat
mengakibatkan perubahan laba fiskal periode mendatang. Terjadinya perubahan tersebut dapat bertambah atau berkurang pada saat aktiva
aset pajak tangguhan yang dipulihkan atau kewajiban pajak tangguhan yang dilunasi.
Muljono 2006 menyatakan bahwa hasil dari koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif.
a. Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan pengurangan biaya yang diakui dalam laporan laba rugi komersial
menjadi semakin kecil, atau yang berakibat adanya penambahan penghasilan. Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan adanya
koreksi fiskal positif yang berkaitan dengan kegiatan berikut ini : 1
Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
pendapatan. Misalnya PT. Y mempunyai grup PT. Z yang bergerak dalam perdagangan alat kesehatan. Dalam tahun 2xx3
pada PT. Y terdapat pengeluaran untuk pengadaan peralatan yang dibebankan sebagai biaya pada PT. Z. Pengeluaran tersebut
menjadi tidak ada hubungan langsung untuk mendapatkan, menagih dan memelihara pendapatan pada PT. Z. Dengan
demikian, biaya pengadaan peralatan tersebut harus dilakukan koreksi fiskal positif oleh PT. Z.
2 Pengeluran yang secara akuntansi komersial dapat dibebankan
sebagai biaya, tetapi secara akuntansi pajak hanya sebagian atau tidak boleh seluruhnya dibebankan sebagai biaya untuk
mendapatkan PKP. Pengeluaran tersebut antara lain yaitu biaya untuk kepentingan pemegang saham, pembentukan dana
cadangan, imbalan dalam bentuk natura, sumbangan, sanksi perpajakan, gaji pada anggota persekutuan yang tidak terbagi atas
saham. 3
Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan obyek pajak, misalnya sumbangan dan hibah penghasilan pada
dana pensiun. Apabila sebagian atau seluruh pengeluaran berkaitan dengan penghasilan yang bukan merupakan obyek
pajak maka harus dikoreksi fiskal positif. 4
Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh final dan terkait dengan pengeluaran, maka pengeluran tersebut
tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto untuk mendapatkan PKP. Apabila perusahaan selain mendapatkan
penghasilan yang sudah dikenakan PPh final, juga mendapatkan penghasilan yang sebagai obyek pajak, maka biaya yang terkait
harus dipisahkan, dan apabila tidak memungkinkan maka pembebanannya dilakukan secara proporsional.
b. Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal akibat adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi komersial menjadi
semakin besar atau yang berakibat adanya pengurangan penghasilan. Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan adanya koreksi fiskal
negatif antara lain mengenai :
1 Biaya yang secara akuntansi pajak diakui jumlahnya menjadi
semakin besar. Misalnya apabila besarnya penyusutan yang dihitung oleh WP lebih rendah dari besarnya penyusutan menurut
perhitungan akuntansi pajak maka akan terjadi koreksi fiskal negatif.
2 Penghasilan yang secara akuntansi pajak bukan merupakan obyek
PPh, seperti sumbangan atau hibah penghasilan pada dana pensiun. Apabila sebagian atau seluruh penghasilan tersebut telah
diakui sebagai penghasilan lainnya maka penghasilan tersebut harus dilakukan koreksi fiskal negatif.
3 Penghasilan yang sudah dikenakan PPh final diakui sebagai
penghasilan lainnya maka penghasilan tersebut harus dilakukan koreksi fiskal negatif. Apabila perusahaan selain mendapatkan
penghasilan yang sudah dikenakan PPh final juga mendapatkan penghasilan yang sebagai objek pajak maka penghasilan yang
harus diperhitungkan sebagai PKP adalah yang berasal dari penghasilan yang tidak dikenakan PPh final.
3. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal