Aplikasi SIG semakin berkembang dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan dengan berbagai tema.Aplikasi SIG dapat digunakan untuk
pemetaan tingkat kekritisan lahan. Peran SIG dalam pemetaan tingkat ketahanan lahan yaitu sebagai alat pengumpulan data spasial dan analisisnya. Fasilitas
analisis spasial yang digunakan dalam pemetaan tingkat kekritisan lahan, yaitu menggunakan analisis overlay yang merupakan salah satu fasilitas yang ada pada
software ArcGIS. Fasilitas overlay ini berfungsi untuk menggabungkan attribute kesembilan parameter kekritisan lahan. Hasil output proses overlay parameter-
parameter tingkat kekritisan lahan berupa peta tingkat kekritisan lahan.
1.5.2 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai lahan ktitis, sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa orang. Namun, penelitian tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan.
Penelitian tersebut berupa tugas akhir, skripsi, maupun dalam bentuk jurnal. Rahmadi Nur Prasetya dan Totok Gunawan 2012 melakukan penelitian
dalam jurnal yang berjudul Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Lahan Kritis Di Daerah Kokap dan Pengasih
Kabupaten Kulonprogo. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji tingkat ketelitian citra ALOS AVNIR-2 untuk memperoleh parameter lahan yang
digunakan untuk pemetaan lahan kritis, menentukan tingkat lahan kritis berdasarkan parameter lahan dari interpretasi citra ALOS AVNIR-2 didasarkan
penginderaan jauh dengan bantuan sistem informasi geografis, dan memetakan zonasi tingkat lahan kritis disetiap kawasan di daerah penelitian.. Metode yang
digunakan yaitu dengan pendekatan kekritisan lahan menurut Departemen Kehutanan SK No. 167V-SET2004 menggunakan pemodelan spasial melalui
pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang. Parameter yang digunakan untuk pemetaan lahan kritis dapat dikenali dengan interpretasi citra penginderaan jauh
dengan bantuan sistem informasi geografis untuk dapat dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan. Penentuan tingkat lahan kritis dilakukan berdasarkan kawasan
yang ada di daerah penelitian. Setiap jenis kawasan mempunyai parameter yang bebeda. Parameter yang digunakan untuk penentuan lahan kritis di dalam kawasan
hutan lindung antara lain kemiringan lereng, tutupan lahan, manajemen lahan, serta tingkat bahaya erosi. Parameter yang digunakan untuk penentuan lahan kritis
di kawasan lindung di luar kawasan hutan yaitu kemiringan lereng, tutupan lahan , produktivitas pertanian, tingkat bahaya erosi, dan batuan. Parameter yang
digunakan untuk penentuan lahan kritis di kawasan hutan budidaya pertanian antara lain kemiringan lereng, manajemen lahan , produktivitas pertanian, tingkat
bahaya erosi, serta batuan. Hasil pemetaan tingkat lahan kritis di daerah Kokap dan Pengasih diperoleh tingkat lahan tidak kritis dan potensial kritis dengan luas
1948,81 ha dan 323,1 ha, agak kritis 8507,71 ha, kritis 1924,86 ha dan sangat kritis 211,51 ha.
Sidik Nurchayo melakukan penelitian mengenai lahan kritis dalam Skripsi S1 Fakultas Geografi, UMS yang berjudul Analisis Lahan Kritis di Kecamatan
Musuk Kabupaten Boyolali. Tujuan dari penelitian tersebut antara yaitu mengetahui penyebab lahan kritis baik faktor fisik maupun non fisik yang
dominan di daerah penelitian serta mengetahui penyebaran lahan kritis di daerah penelitian. Penelitian tersebut mengunakan metode survei, sedangkan metode
analisis menggunakan pendekatan kuantitatif berjenjang. Parameter yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain, kedalaman tanah efektif, tekstur
tanah, permeabilitas tanah, kemiringan lereng, dan erosi. Hasil dari penelitian tersebut berupa peta zonasi tingkat kekritisan lahan yang ada di Kecamatan
Musuk, Boyolali. Penelitian mengenai lahan kritis juga dilakukan oleh Rosita Rahmatika
dalam Skripsi S1 Fakultas Geografi, UMS yang berjudul Analisis Spasial Agihan Lahan Kritis di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah. Penelitian tersebut
menggunakan metode survei dengan pendekatan analisis kualitatif berjenjang tertimbang berdasarkan pendekatan menurut Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial tahun 2013. Penentuan tingkat lahan kritis pada penelitian tersebut menggunakan parameter penutupan lahan,
kemiringan lereng, tingkat bahaya erosi, produktivitas tanaman, dan manajemen kawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan kritis di Kabupaten Sragen
menyebar di beberapa kecamatan seperti kecamatan Jenar, Tangen, Gesi, Sukodono, Mondokan, Tanon, Sumberlawang, Miri, Gemolong, Kalijambe,
Masaran, Kedawung, Sambirejo, dan Gondang. Tingkat ketelitian penelitian
adalah 76,67 sesuai dengan hasil interpretasi serta hasil pengamatan di lapangan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitri Anggoro Wati dalam Skripsi S1 Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta UNY berjudul Kajian
Lahan Kritis di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengetahui informasi luasan dan tingkat kekritisan lahan serta pola sebaran spasial spatial distribution lahan kritis di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendeketan kuantitatif berjenjang tertimbang berdasarkan Permenhut Nomor P.32Menhut-II2009.
Parameter yang digunakan dalam menentukan tingkat kektirisan lahan antara lain penutup lahan, kemiringan lereng, tingkat bahaya erosi, produktivitas lahan, dan
manajemen lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekritisan lahan sangat kritis di Kecamatan pakem seluas 550, 46 ha 10,43 , kelas lahan kritis
sebesar 931,07 ha 17,65 , kelas lahan agak kritis sebesar 1104,26 ha 20,92 , kelas lahan potensial kritis sebesar 823,21 ha 15,61 , dan kelas lahan tidak
kritis sebesar 1867 ha 35,39 . Berdasarkan analisis spasial tetangga terdekat nearest
– neighbour diketahui bahwa pola sebaran lahan kritis di Kecamatan Pakem yaitu clustered atau mengelompok, dengan nilai T sebesar 0,59.
Penelitian tentang lahan kritis oleh Sidik Nurcahyo berbeda dalam segi metode analisis dengan penelitian Rahmadi Nur Prasetya dan Totok Gunawan,
Fitri Anggoro Wati, serta Rosita Rahmatika. Penelitian Sidik Nurcahyo menggunakan pendekatan kuantitatif berjenjang sedangkan penelitian Rahmadi
Nur Prasetya dan Totok Gunawan, Fitri Anggoro Wati, serta Rosita Rahmatika menggunakan pendekatan kualitatif berjenjang tertimbang, di mana setiap
parameter mempunyai bobot tersendiri. Penelitian Rahmadi Nur Prasetya dan Totok Gunawan, Fitri Anggoro Wati, serta Rosita Rahmatika mempunyai
kesamaan dalam menentukan tingkat kekritisan lahan yaitu penentuan kekritisan lahan berdasarkan jenis kawasan yang ada pada daerah penelitian. Perbedaan
ketiga penelitian tersebut ada pada parameter yang digunakan.
Penelitian penulis yang Berjudul Analisis Tingkat Kekritisan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian Kabupaten Sleman Tahun 2016 mempunyai metode
penelitian dan metode analisis yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi Nur Prasetya dan Totok Gunawan, Fitri Anggoro Wati, serta Rosita
Rahmatika yaitu metode survei dan pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang. Penelitian penulis denga penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi Nur Prasetya
dan Totok Gunawan mempunyai kesamaan penenentuan lahan kritis berdasarkan pendekatan Departemen Kehutanan SK No. 167V-SET2004. Perbedaan
penelitian penulis dengan ketiga penelitian lain terletak pada daerah penelitian, di mana ketiga penelian tersebut mencakup semua jenis kawasan yang ada pada
suatu wilayah. Kawasan tersebut antara lain, kawasan lindung di luar kawasan hutan, kawasan hutan lindung, serta kawasan budidaya pertanian. Cakupan daerah
penelitian penulis hanya sebatan kawasan budidaya pertanian yang ada di Kabupaten Sleman. Data dan sumber data yang digunakan dalam analisis tingkat
kekriisan lahan lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti
Judul Lokasi Penelitian
Tujuan Metode Penelitian
Sajian Hasil
1 Rahmadi Nur
Prasetya dan Totok Gunawan
2012 Pemanfaatan Citra
Penginderaan Jauh dan SIG untuk
Pemetaan Lahan Kritis Di Daerah
Kokap Dan Pengasih Kabupaten
Kulonprogo Daerah Kokap
dan Pengasih Kulonprogo
1. Mengkaji tingkat ketelitian citra ALOS
AVNIR-2 untuk memperoleh parameter lahan yang digunakan untuk pemetaan lahan
kritis. 2.
Menentukan tingkat lahan kritis berdasarkan parameter lahan dari interpretasi citra ALOS
AVNIR-2 didasarkan penginderaan jauh dengan bantuan sistem informasi geografis.
3. Pemetaan zonasi tingkat lahan kritis disetiap
kawasan di daerah penelitian Metode yang digunakan
yaitu metode survei dan analisis
berjenjang tertimbang terhadap
parameter lahan kritis berdasarkan pendekatan
menurut Departemen Kehutanan SK No. 167V-
SET2004 Peta
lahan kritis
Daerah Kokap
dan Pengasih Kulonprogo.
2 Sidik
Nurcahyono 2008
Analisis Lahan Kritis di Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali Kecamatan
Musuk Kabupaten Boyolali
1. Mengetahui penyebab lahan kritis baik faktor
fisik maupun non fisik yang dominan di daerah penelitian.
2. Mengetahui penyebaran lahan kritis di daerah
penelitian. Metode yang digunakan
adalah metode survei dengan analisis pendekatan
kuantitatif berjenjang. Peta zonasi lahan kritis
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
3 Fitri Anggoro
Wati 2015 Kajian Lahan Kritis
Di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
dengan Menggunakan
Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi
Geografi Kecamatan
Pakem, Kabupaten
Sleman 1.
Mengetahui informasi luasan dan tingkat kekritisan lahan kritis di Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman. 2.
Mengetahui pola sebaran spasial spatial distribution lahan kritis di Kecamatan
Pakem Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan
yaitu metode survei dengan analisis
berjenjang tertimbang terhadap
parameter lahan kritis menurut pendekatan
Permenhut Nomor P.32Menhut-II2009 serta
analisis spasial tetangga terdekat nearest
– Peta tingkat kekritisan
lahan Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman
neighbour 4
Rosita Rahmatika
2014 Analisis Spasial
Agihan Lahan Kritis Di Kabupaten Sragen
Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Sragen 1.
Menentukan agihan lahan kritis di Kabupaten Sragen.
2. Mengetahui tingkat ketelitian hasil pemetaan
lahan kritis di daerah penelitian. 3.
Menentukan alternatif pengelolaan lahan di daerah penelitian.
Metode yang digunakan yaitu survei dengan
pendekatan analisis kualitatif berjenjang tertimbang
berdasarkan pendekatan menurut Direktorat Jenderal
Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Perhutanan Sosial tahun 2013.
Peta agihan lahan kritis
di Kabupaten Sragen.
5 Dessy Ika
Wijayanti 2017
Analisis Tingkat Kekritisan Lahan
Kawasan Budidaya Pertanian Kabupaten
Sleman Tahun 2016 Kawasan
budidaya pertanian
Kabupaten Sleman
1. Menganalisis agihan tingkat kekritisan lahan
kawasan budidaya pertanian Kabupaten Sleman.
2. Mengetahui alternatif pengelolaan lahan yang
tepat diterapkan di area lahan kritis kawasan budidaya pertanian Kabupaten Sleman.
Metode penelitian yang digunakan yaitu survei.
Metode analisis menggunakan pendekatan
kuantitatif berjenjang tertimbang seuai criteria
kekritisan lahan kawasan budiaya pertanian menurut
Departemen Kehutanan SK No. 167V-SET2004
Peta tingkat kekritisan lahan kawasan
budidaya pertanian Kabupaten Sleman
1.6 Kerangka Penelitian
Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun berbanding lurus dengan kebutuhan akan lahan. Kebutuhan lahan bertambah seiring pertambahan
jumlah penduduk. Peningkatan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal memacu terjadinya alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan yang terjadi sering tidak
memperhatikan kemampuan dan kondisi lahan sehingga menyebabkan terjadinya lahan kritis. Alih fungsi lahan paling banyak dilakukan pada area pertanian
sehingga pada kawasan budidaya pertanian terjadi mengalami kerusakan dan menyebabkan lahan pada kawasan tersebut kehilangan atau berkurang fungsinya
sampai pada batas yang diharapkan. Hal tersebut menyebabkan produktivitas lahan menjadi terganggu. Produktivitas dan manajemen lahan merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi situasi tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya pertanian.
Penentuan tingkat kekritisan lahan suatu wilayah menurut Departemen Kehutanan SK No. 167V-SET2004 dibedakan berdasarkan jenis kawasan yang
ada. Jenis kawasan tersebut yaitu, kawasan hutan lindung, kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan, dan kawasan budiadaya pertanian. Klasifikasi tingkat lahan
kritis dibedakan menjadi lima kelas antara lain kelas tidak kritis, potensial kritis, agak kritis, kritis, dan sangat kritis. Setiap jenis kawasan mempunyai parameter
penentu tingkat kekritisan lahan yang berbeda. Penentuan tingkat kekritisan lahan pada kawasan hutan lindung dipengaruhi oleh kemiringan lereng, liputan lahan,
tingkat erosi, dan manajemen hutan. Parameter yang mempengaruhi tingkat kekritisan lahan pada kawasan lindung di luar kawasan hutan sama dengan
parameter tingkat kekritisan lahan pada kawasan hutan lindung, hanya saja terdapat perbedaan pada kriteria nilai. Sedangkan parameter yang mempengaruhi
tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya pertanian yaitu manajemen lahan, produktivitas pertanian, kemiringan lereng, erosi, dan batuan.
Penelitian tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian di kawasan budidaya Kabupaten Sleman dipengarui oleh faktor kondisi manajemen lahan,
produktivitas pertanian, kemiringan lereng, erosi, dan batuan yang ada di kawasan