Bab II
– Kajian Teori
II.1. Ruang Jalan
Skala ruang jalan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam melihat citra sebuah kawasan. Skala ruang ini dipengaruhi oleh pandangan bidang
secara vertikan dan horizontal Mirsa, 2011, hal. 58. Mirsa juga menerangkan pendapat Marten dalam Ashihara Mirsa, 2011, hal. 58 bahwa jarak pandangan
vertikal lurus ke depan di atas bidang pandang horozontal memiliki batasan sudut sebesar 40º atau 23. Seseorang dapat melihat keseluruhan bangunan apabila sudut
pandangnya mampu mencapai 27º atau bila DH = 2 jarak dibagi tinggi = 2. Ruang luar memiliki batasan meruang antara 21 -24 meter sehingga setelah jarak
tersebut ditempuh, maka perlu adanya pergantian irama, tekstur, tinggi permukaan lantai dan penambahan elemen, penonjolan dinding atau penambahan etalase
secara kontinu. Ashihara dalam Mirsa 2011, hal.59. Ruang jalan sebagai bagian yang memiliki kedekatan dengan penataan
bangunan , memiliki faktor-faktor yang berpengaruh dalam penggunaannya. Mirsa menjabarkan faktor tersebut yakni Mirsa, 2011:
1. Pencapaian accesibility meliputi aspek lokasi ruang, apakah berada dekat dengan pejalan kaki, memiliki akses yang mudah dicapai, dan berada
dekat dengan lokasi-lokasi yang strategis. 2. Kemenarikan attractivity meliputi ada tidaknya bagian yang menarik
kegiatan tersebut. 3. Kelengkapan amenities meliputi kelengkapan atribut ruang jalan yang
menarik perhatian orang. Misalnya adanya pohon peneduh dilengkapi dengan bangku dan jalus pedistrian yang memadai.
melihat citra sebuah kawasan n
. .
Sk Skala ruang
in in
i i
di d
pe p
ngaruhi oleh pandangan bidang secara vertikan dan
n h
horizontal Mirsa, 2011, hal. 58. M
M irsa juga menerangkan
pendapat Mar ar
te n dalam Ashiha
ar ra
Mi M
rs rs
a, a,
2 2
01 1,
1 hal. 58 bahwa
wa jarak pandangan vertikal
al lurus ke depa
a n
n d
di a a
tas bidang pandang h h
or oroz
ozon ont
tal memiliki b
b at
a asan sudut
se e
b besar 40
º º
at atau
au 2 23. Se
e se
se or
ang dapat melihat kese
lu lu
ru ru
han ba bang
ng un
un an
a apabi
bila l
sudut pandan
an gn
gn ya
ya mam
am pu
m encapai 27º at
au bila DH = 2 j
ar r
ak a
dib ib
ag ag
i i
ti ti
ng n
gi = = 2.
Ru u
an a
g g
luar r
m emiliki bata
sa n meruang antara 21
-2 4
meter sehi ng
ngga s set
etel el
ah jarak ak
te ters
rseb e
ut d d
it empuh, maka pe
rl u
adanya p
ergantia n
irama, tekstur, ti ng
ggi p per
ermu mu
ka k
an lantai
d d
an penam ba
ha n elem
en ,
pe no
njol an
dinding ata
u penamb
a ahan etala
a se
se secara
a k
ontinu. Ashihara da
lam Mi
rsa 2011, ha
l.59 .
Ruang jal
an s
s eb
eb ag
ag ai
ai b
b ag
ag ian yang m
m em
em il
il ik
ik i
i ke
ke deka
tan de ng
g an
an penataa
aa n
n ba
b ngunan , memiliki faktor-fakto
or r ya
yan ng berpengaruh dalam penggunaa
a nn
nn ya
ya .
M Mirs
s a
a me
m njabarkan faktor tersebut yakni Mirsa, 2011:
1. 1
Pe P
ncap i
ai an
ac acce
ce si
si b
bility me
meli lipu
pu ti
ti a
a sp
sp ek
lok kas
as i
i ru
ru ang, apa
k ka
h h bera
ra da
da d
dekat de
d ng
g an p
p ej
ejalan kaki, mem emiliki ak
kses yang mud d
ah ah
dicap p
ai ai
, ,
da dan berada
dekat dengan lokasi-lokas si yang stra
t tegis.
2. Kemenarikan attractivity y melipu
u t
ti ada tidaknya bagian yang menarik kegiatan tersebut.
3 Kelengkapan amenities meli
i puti kelengkapan atribut ruang jalan yang
Bab II
– Kajian Teori
Ketiga faktor tersebut akan berdampak pula pada aktivitas penghuni ruang jalan dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan sesuai dengan latarbelakang dan
pengalaman meruang yang dibawa oleh ruang jalan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, akan berupaya menstrukturkan, memahami, memberi
makna terhadap lingkungannya dan kemudian membentuk atau mengubah lingkungannya Setiawan H. B., 2010, hal. 31. Perubahan lingkungan ini berawal
dari pengalaman meruang yang dipersepsikan oleh masyarakat dan bergantung pada sejauh mana faktor – faktor di atas dapat diwujudkan. Menurut
Utermannanne vernez dalam Mirsa 2011, hal.65 jalur pedestrian
1
yang merupakan wadah bagi aktivitas manusia ini dapat diklasifikasikan menurut
fungsi dan bentuk yang diuraikan sebagai berikut. a Menurut fungsinya yakni terdiri dari trotoar, jalan setapak, penyebrangan,
gang, mall dan plaza. b Menurut bentuknya yakni selasar, gallery, jalur pedistrian terbuka.
Jalur pedestrian perlu dirancang dengan memperhatikan ketersediaan aktivitas pendukung di dalamnya, seperti penjualan makanan , ruang pertemuan yang
mampu membuat ruang publik ini menjadi hidup dan menarik. Hal ini akan menarik perhatian orang untuk mau melalui jalur pedestrian Shirvani, 1985, hal.
32,33. Menurut Utermann dalam Mirsa 2011, hal.66, lebar jalur pedestrian
minimal 120 cm – 180 cm, yang sesuai dengan standar luasan satu orang berdiri yaitu 60 cm x 40 cm, berjalan 90 cm x 80 cm, dan 130 cm – 400 cm diklasifikasi
1
Pedistrian berasal dari bahasa Yunani pedos beratui kaki Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, A.S.Hornby 1998. Dalam bahasa Inggris berarti “orang yang berjalan kaki”
Mirsa, 2011, hal. 63
pengalaman meruang yang di di
ba bawa oleh ru
u an
an g
g jalan tersebut. Manusia sebagai
makhluk yang berbu bu
d daya, akan berupaya menstruktu
rk rk
an a
, memahami, memberi makna terh
h ad
adap lingkungannya y
d d
an an
k k
em em
ud d
ia i
n membentu k
k atau mengubah
lingkun ngannya Setia
awa wan
n H H. B., 2010, hal. 31
. P
Per erub
ub ah
ahan lingkunga a
n n ini berawal
da a
r ri penga
a la
la ma
ma n
n meru
u an
an g
ya ng diper
se psikan o
le le
h h
masyar arak
ak at
at dan ber
rga g
ntung pada s
s ej
ej au
au h m
mana f
aktor – fakto r
di atas da pa
t di
diwujudk dkan
an. .
Menu nurut
– Ut
Ut er
er ma
ma nna
a n
nn e vernez
da lam Mi
rs a
2011, ha
l. 65 jalur
p pedest
stri rian
an
1
yan n
g g
me me
ru ru
paka ka
n wadah bagi akt iv
itas m an
usia i ni
dapat diklasifika si
sikan n
me me
nu n
rut fungsi
d d
an bentu k ya
ng diuraik
an s eb
ag ai b
erik ut.
a Menurut fungsinya
ya kn
i te rdiri da
ri t
roto ar, jalan setapak, p
en nyebran
angan n,
ga ng, ma
ll d an
an p
p la
la za
za. b Menurut bentuknya yakni se
e la
lasa a
r, r,
gallery, jalur pedistrian terbuka. Ja
Jalu lu
r r
pe pe
destrian perlu dirancang dengan memperhatikan ketersedia a
an an a
a kt
ktiv vit
itas pe
pend ndukung
di di
d d
l alam
am ny
ny a
a, seper ti
ti p p
en enju
jual alan
an mak k
an an
an an
, ,
ruang pertemu muan
an yang
mamp p
u u
membua ua
t t ruang publik
i i
ni menja jadi hidup dan
m m
en en
arik. Ha Ha
l l ini akan
menarik perhatian orang untuk m mau melalu
i i jalur pedestrian Shirvani, 1985, hal.
32,33. Menurut
Utermann dalam
Mir r
s sa 2011, hal.66, lebar jalur pedestrian
minimal 120 cm – 180 cm yang sesu u
ai dengan standar luasan satu orang berdiri –
Bab II
– Kajian Teori
personal space. Trotoar yang menjadi salah satu bagian dari pedestrian juga memiliki standar ketentuan yang disesuaikan dengan pengguna lahan di
sekitarnya.
Tabel II.1 Lebar Minimum Trotoar Menurut Penggunaan Lahan Sekitar
Penggunaan Lahan Sekitar Lebar Minimum m
1 Perumahan
1,5 2
Perkantoran 2,0
3 Industri
2,0 4
Sekolah 2,0
5 TerminalStop Bus
2,0 6
PertokoanPerbelanjaan 2,0
7 Jembatan
1,0 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 1990
Gambar II.2 Ukuran Ketinggian Batu Trotoar Sumber : Data Arsitek Jl.1 Ed.33, Ernest Neufert 1996 hal 231
sekitarnya.
Tabel II.1 1
L ebar Minimum
m Trotoar Menurut Penggunaan
n Lahan Sekitar
Penggu u
na naan
an L L
ahan n
S S
ek ek
it t
ar ar
Le Le
ba ba
r Minimum m m
1 Pe
Pe r
rumahan 1,
1,5 5
2 2
Pe P
rk k
an an
to ran
2,0 3
In In
dustri 2,
2 0 4
Sekolah 2,0
5 TerminalStop
Bu s
2,0 6
Pert ok
oa nPerb
el an
jaan 2,0
7 Jembatan
1,0 Sumb
er : Dir
ek torat Jenderal
Bin a
Ma rga
1990
Gambar II.2 Uku kuran Ke
Ketinggian Batu Trotoar Sumber : Data Arsitek Jl.1
1 Ed
d.33, Ernest Neufert 1996 hal 231
Bab II
– Kajian Teori
Lahan atau jalan yang memiliki potensi munculnya pejalan kaki , perlu diadakan trotoar, seperti perumahan, sekolah, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, pusat
perkantoran, pusat hiburan, pusat kegiatan sosial, daerah industri, terminal bus, dan lainnya. Marga, 1990, hal. 1
Menurut Kostof dalam Mirsa 2011, hal.67 ketinggian untuk jalur pedestrian adalah kurang lebih 46 cm di atas permukaan jalan kendaraan dengan
mempertimbangkan : a Pejalan kaki akan merasa lebih aman apabila kendaraan berada di bawah
area pejalan kaki. b Kendaraan tidak dapat menerobos ketinggian tersebut, sehingga
ketinggian pedestrian harus lebih besar dari radius ban kendaraan mobil 26 cm – 38 cm.
Hal-hal teknis lain yang perlu diperhatikan dalam sebuah area pedestrian adalah aksesibilitas terhadap pengguna jalan berkebutuhan khusus, baik yang
menggunakan kursi roda ataupun tuna netra. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu, benda pelengkap jalan, serta jalur ini harus stabil,
kuat, tahan cuaca, bertekstur halus dan tidak licin, serta harus dihindari adanya gundukan dan sambungan di atas permukaan Mirsa, 2011, hal. 68.
II.2. Rotasi Penglihatan