Kajian Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

(1)

KAJIAN CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI

SKRIPSI

OLEH

MEGAWATI

100406035

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MEGAWATI

100406035

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Kajian Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai Nama Mahasiswa : Megawati

Nomor Pokok : 100406035 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Beny O.Y. Marpaung, S.T., M.T.

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc Ir. N. Vinky Rahman, M.T.


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Januari 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.

Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Beny O.Y. Marpaung, S.T., M.T. 2. Dr. Hilma Tamiami F., S.T., M.Sc. 3. Wahyuni Zahra, S.T., M.S.


(5)

PERNYATAAN

KAJIAN CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Januari 2015


(6)

ABSTRAK

Salah satu tempat unik di Kota Binjai adalah koridor Jalan Ahmad Yani, sebagai lokasi pusat kegiatan kuliner yang terdapat di sepanjang koridor jalan yang dikenal dengan sebutan "Pasar Kaget" atau "Bangkatan". Bangkatan merupakan identitas koridor Jalan Ahmad Yani karena memiliki nilai historis dan sudah melekat di dalam gambaran pemikiran masyarakat. Apabila dilihat dari arsitekturnya, kawasan koridor jalan Ahmad Yani ini juga didominasi oleh bangunan rumah toko yang berjejer di sepanjang jalan. Kedua elemen tersebut merupakan elemen yang paling mempengaruhi dalam proses pembentukan citra koridor Jalan Ahmad Yani. Penelitian ini dilaksanakan untuk menemukan citra koridor Jalan Ahmad Yani beserta elemen pembentuknya dengan metode observasi dan kuesioner dalam menggambarkan kondisi fisik dan non fisik yang membangun citra koridor Jalan Ahmad Yani. Dengan membuktikan adanya pencitraan yang kuat, memungkinkan untuk dibuatnya sebuah ruang yang didesain dengan lebih modern dengan fasilitas yang lebih baik sebagai tempat yang berkesan untuk dikunjungi/tempat wisata.


(7)

ABSTRACT

One of the unique places in Binjai City is Ahmad Yani Street corridor, was known as famous culinary destination located along the street corridor and called as ”Bangkatan”. Bangkatan can represent the identity of Ahmad Yani Street corridor because its historic value and a strong image in people’s mind. When seen from its architecture, Ahmad Yani Street corridor also dominated by commercial buildings. Both of Those elements are the most influence in the process of image forming. This research is conducted to find the image of Ahmad Yani Street corridor and its element by observation and questionnaires method in describing the physical dan non-physical condition that can form the image of Ahmad Yani Street corridor. If the research proves that Ahmad Yani Street Corridor has a strong image, then its possible to make it a better place as a meaningful tourist destination in Binjai.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana teknik Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar –besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Beny O.Y. Marpaung, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu beliau dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari awal hingga selesainya karya tulis ilmiah ini.

2. Dr. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Dr. Hilma Tamiami F., S.T., M.Sc, dan Wahyuni Zahra, S.T., M.S., selaku dosen penguji yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan yang berharga kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini.

3. Ir. N. Vinky Rahman, M.T. dan Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc., selaku dosen koordinator, serta seluruf staf pengajar Departemen Arsitektur atas bimbingan selama masa perkuliahan, tata cara penulisan skripsi, serta memantau progress skripsi penulis.

5. Para masyarakat Kota Binjai yang mau diajak bekerja sama dalam mengisi kuesioner sebagai data penelitian.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang terkasih, Ayahanda Ng A Tjap dan Ibunda Tjap Shiu Tjhien serta ketiga saudara penulis Syanti, Mardi,


(9)

dan Widya yang memberikan dukungan, kasih sayang, doa serta bimbingan yang tak terbatas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Gabyola dan Steven, yang telah menemani penulis dalam melakukan observasi di kawasan penelitian.

8. Teman – teman sekelompok dosen pembimbing, Sylvia, Wulan, dan Doni sebagai teman senasib seperjuangan selama masa penelitian.

9. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara moril maupun materiil, yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 21 Januari 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ………... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 2

1.3 Tujuan Penelitian ………... 2

1.4 Manfaat Penelitian ……….... 3

1.5 Kerangka Berpikir ………... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Citra Jalan ……… 5

2.2 Citra Jalan ………... 5


(11)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ………... 15

3.2 Variabel Penelitian ……….... 16

3.3 Populasi/Sampel ………... 17

3.4 Metode Pengumpulan Data ………... 19

3.4.1 Data Primer ………... 19

3.4.2 Data Sekunder ………... 22

3.5 Kawasan Penelititan ……….. 23

3.6 Metode Analisa Data ……… 27

BAB IV. CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI 4.1 Legibility ………... 32

4.2 Identitas dan Susunan ………... 52

4.2.1 Susunan Massa Bangunan dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani ………... 52

4.2.2 Nama Jalan dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani ………... 55

4.3 Imagibility ………... 60

4.3.1 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani pada Siang Hari ………. 61

4.3.2 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari ………... 64


(12)

4.4 Desain ………... 73

4.4.1 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………. 73

4.4.2 Desain Fasade Bangunan di Jalan Ahmad Yani Binjai …… 75

4.4.3 Desain Bangkatan/Stand Pedagang Kaki Lima di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 88

4.5 Keadaan Sosial dalam Membangun Citra ………. 91

4.5.1 Aktivitas ……… 91

4.5.2 Kebiasaan ……….. 92

4.5.3 Kebutuhan ………. 93

4.6 Kontrol dan Pertahanan ………... 97

4.6.1 Pihak yang Berwenang dalam Mengatur Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 97

4.6.2 Rencana Tata Ruang yang Melibatkan Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 100

4.7 Hasil Temuan Citra Koridor Jalan Ahmad Yani dan Elemen Pembentuknya ………... 104

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 111

5.2 Saran ……… 112

DAFTAR PUSTAKA ……….. 113


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

3.1 Keterangan Variabel Berdasarkan Teori ……… 16 3.2 Daftar Cek Poin Khusus yang Akan Diobservasi ……….. 20 3.3 Hasil Reduksi Data ………. 29 4.1 Hasil Kesimpulan Legibily dalam Membangun Citra Koridor Jalan

Ahmad Yani Binjai ……… 50

4.2 Hasil Kesimpulan Kajian Susunan dan Penamaan Jalan dalam

Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 58

4.3 Hasil Kesimpulan Kajian Imagibility dalam Membangun Citra

Koridor JalanAhmad Yani Binjai ……….. 72

4.4 Hasil Kesimpulan Kajian Desain dalam Membangun Citra Koridor

JalanAhmad Yani Binjai ……… 90

4.5 Hasil Kesimpulan Kajian Keadaan sosial dalam Membangun Citra

Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………. 96

4.6 Hasil Kesimpulan Kajian Kontrol dan Pertahanan dalam

Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 102


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1.1 Diagram Kerangka Berpikir ………... 4 2.1 Tipologi Elemen Solid dan Void Suatu Koridor Jalan……….... 8 2.2 Urutan/Sequence Townscape Berdasarkan Perspektif Gordon

Cullen……… 10

2.3 Contoh Gambar Streetscape CBD Kamm’s Corner, America ……… 11

2.4 Diagram Konsep Teori Identitas Suatu Tempat ………... 14

3.1 Peta Lokasi Kawasan Penelitian yaitu Jalan Ahmad Yani Binjai …... 25 3.2 Batas-Batas Site Kawasan Penelitian ……….. 26 3.3 Aktivitas Perdagangan di Kawasan Pertokoan di Sepanjang Jalan

Ahmad Yani pada Siang Hari ……….. 27 3.4 Aktivitas di Bangkatan/Pasar Kaget di Jalan Ahmad Yani pada

Malam Hari ……….. 27

3.5 Diagram Analisa Kualitatif dalam Menemukan Citra Koridor

Ahmad Yani Binjai ………... 31 4.1 Peta Koridor Jalan Ahmad Yani dari Perspektif Peneliti ……… 34 4.2 Grafik Kejelasan Elemen Perkotaan di Koridor Jalan Ahmad Yani .. 36


(15)

4.3 Sungai dan Jembatan Mencirim sebagai Tepian Jalan Ahmad Yani ... 37 4.4 Ilustrasi Sungai Mencirim Binjai dari Perspektif Peneliti sebagai

Pengamat ……… 38

4.5 Legibility Sungai Mencirim Binjai Berdasarkan Persepsi Mas-

yarakat………. 39

4.6 Kejelasan Elemen Edge Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani ……… 40 4.7 Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap Penanda/Petunjuk Arah di

Koridor Jalan Ahmad Yani ……… 41 4.8 Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai ………... 42 4.9 Kejelasan Elemen Landmark (Kuil) Terhadap Bangunan Ruko dan

Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani ……….. 43 4.10 Skycross Pasar Selayang di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……… 44 4.11 Kejelasan Elemen Landmark (Skycross) Terhadap Bangunan Ruko

dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani ………... 45 4.12 Berbagai Persimpangan di Sekitar Koridor Jalan Ahmad Yani ……… 46 4.13 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Irian ……… 47 4.14 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Tekun ……….. 48 4.15 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Pekong Keling ……… 49


(16)

4.16 Ilustrasi Pola Ruang di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……… 52

4.17 Figure-Ground Plan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……… 53

4.18 Persepsi Masyarakat Terhadap Identitas Koridor Jalan Ahmad Yani dilihat dari Nilai Sejarahnya ……….. 57

4.19 Urutan/Sequence Pergerakan di Titik yang Akan Diobservasi ………. 60

4.20 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Siang Hari ……….. 61

4.21 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Malam Hari ………... 64

4.22 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence A ……… 67

4.23 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence B ……… 68

4.24 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence C ……… 69

4.25 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence D ……… 69

4.26 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence E ……… 70

4.27 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence F ………. 71

4.28 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Siang Hari ……... 74

4.29 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Malam Hari ……. 74

4.30 Ilustrasi Potongan Jalan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 75 4.31 Contoh Desain Beberapa Fasade Bangunan Lama pada Koridor


(17)

Jalan Ahmad Yani ……….. 76 4.32 Contoh Desain Fasade Bangunan Baru pada Koridor Jalan Ahmad

Yani yang Dibagi Ke dalam Tiga Segmen ……… 77 4.33 Ilustrasi Deretan Fasade Bangunan di Sepanjang Koridor Jalan

Ahmad Yani ……….. 78

4.34 Kemampuan Jarak Pandang Minimum Pengamat Terhadap

Bangunan ………... 79

4.35 Ilustrasi Jarak Pandang Pengamat Terhadap Bangunan di Koridor

Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 80 4.36 Unsur Harmonis di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………. 81 4.37 Kontras Antara Bangunan Lama dan Bangunan Baru di Koridor

Jalan Ahmad Yani ……….. 83

4.38 Material Pintu yang Mendukung Fungsi Ruko pada Koridor Jalan

Ahmad Yani ………... 84

4.39 Penggunaan Warna di Bangunan Ruko pada Koridor Jalan Ahmad

Yani ……… 85

4.40 Pewarnaan Terhadap Fasade Bangunan di Koridor Jalan Ahmad

Yani ……… 88


(18)

Jalan Ahmad Yani ……….. 87 4.42 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 88 4.43 Desain Stand PKL di Bangkatan di Jalan Ahmad Yani ……… 89 4.44 Aktivitas Perdagangan di Jalan Ahmad Yani pada Siang Hari ………. 91 4.45 Aktivitas di Bangkatan/Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari ……….. 92 4.46 Kebiasaan Makan di Luar Tergambarkan oleh Ramainya Bang-

katan/Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari ………... 93 4.47 Citra Koridor Jalan Ahmad Yani yang Terbentuk Berdasarkan

Kebutuhan ……….. 94

4.48 Grafik Aktivitas dan Kebiasaan Masyarakat di Koridor Jalan Ahmad

Yani ……… 95

4.49 Bangkatan/Pasar Kaget di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 99 4.50 Grafik Pengaruh Perubahan di Koridor Jalan Ahmad Yani Terhadap

Ingatan Masyarakat ……… 99

4.51 Data Tata Guna Lahan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 100 4.52 Penataan PKL di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………. 101


(19)

ABSTRAK

Salah satu tempat unik di Kota Binjai adalah koridor Jalan Ahmad Yani, sebagai lokasi pusat kegiatan kuliner yang terdapat di sepanjang koridor jalan yang dikenal dengan sebutan "Pasar Kaget" atau "Bangkatan". Bangkatan merupakan identitas koridor Jalan Ahmad Yani karena memiliki nilai historis dan sudah melekat di dalam gambaran pemikiran masyarakat. Apabila dilihat dari arsitekturnya, kawasan koridor jalan Ahmad Yani ini juga didominasi oleh bangunan rumah toko yang berjejer di sepanjang jalan. Kedua elemen tersebut merupakan elemen yang paling mempengaruhi dalam proses pembentukan citra koridor Jalan Ahmad Yani. Penelitian ini dilaksanakan untuk menemukan citra koridor Jalan Ahmad Yani beserta elemen pembentuknya dengan metode observasi dan kuesioner dalam menggambarkan kondisi fisik dan non fisik yang membangun citra koridor Jalan Ahmad Yani. Dengan membuktikan adanya pencitraan yang kuat, memungkinkan untuk dibuatnya sebuah ruang yang didesain dengan lebih modern dengan fasilitas yang lebih baik sebagai tempat yang berkesan untuk dikunjungi/tempat wisata.


(20)

ABSTRACT

One of the unique places in Binjai City is Ahmad Yani Street corridor, was known as famous culinary destination located along the street corridor and called as ”Bangkatan”. Bangkatan can represent the identity of Ahmad Yani Street corridor because its historic value and a strong image in people’s mind. When seen from its architecture, Ahmad Yani Street corridor also dominated by commercial buildings. Both of Those elements are the most influence in the process of image forming. This research is conducted to find the image of Ahmad Yani Street corridor and its element by observation and questionnaires method in describing the physical dan non-physical condition that can form the image of Ahmad Yani Street corridor. If the research proves that Ahmad Yani Street Corridor has a strong image, then its possible to make it a better place as a meaningful tourist destination in Binjai.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Binjai merupakan salah satu kota yang terletak di wilayah Sumatera Utara. Salah satu kawasan unik di Kota Binjai adalah kawasan Jalan Ahmad Yani. Kawasan ini terdapat di sepanjang koridor jalan yang dikenal dengan sebutan "Pasar Kaget" atau "Bangkatan". Bangkatan ini dijadikan sebagai pusat jajanan kuliner dan merupakan salah satu kawasan yang paling ramai dikunjungi warga Kota Binjai. Apabila dilihat dari arsitekturnya, kawasan koridor jalan Ahmad Yani ini juga memiliki nilai historis. Nilai historis tersebut secara fisik dapat dilihat dari penamaan tempat yang sudah lama ada di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dan memiliki makna di dalam pemikiran masyarakat. Koridor Jalan Ahmad Yani juga didominasi oleh bangunan-bangunan rumah toko di sepanjang jalan. Bangunan-bangunan tersebut melengkapi gambaran Jalan Ahmad Yani sebagai koridor dengan fungsi perdagangan.

Keberadaan Jalan Ahmad Yani Binjai jelas sudah melekat dalam pemikiran/image baik masyarakat Binjai sendiri maupun masyarakat di luar kota Binjai. Jane Jacobs (1961) mengatakan bahwa jalan merupakan bagian kota yang paling utama. Ketika membayangkan suatu kota, hal yang pertama kali muncul dalam pikiran adalah jalan. Apabila jalanan kota terlihat menarik maka kota akan terlihat


(22)

menarik juga, dan begitu pula sebaliknya. Maka dengan meneliti citra koridor jalan Ahmad Yani sebagai salah satu jalan utama di Binjai, akan ditemukan elemen-elemen yang dapat memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani yang akan menggambarkan citra Kota Binjai sendiri, dan bahkan mungkin dapat berpotensi menjadi tempat wisata. Hal tersebut menjadi latar belakang pentingnya penelitian citra di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam mengkaji studi kasus ini adalah sebagai berikut:

 Bagaimana citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai?

 Apa saja elemen-elemen pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya studi mengenai koridor jalan Ahmad Yani adalah sebagai berikut:

 Menemukan citra tempat di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.

 Menemukan elemen-elemen pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari studi kasus ini adalah sebagai berikut:  Memberi sumbangan pemikiran pada ilmu perancangan kota mengenai

elemen-elemen penting yang terdapat pada koridor jalan Ahmad Yani yang harus dipertahankan atau dikembangkan.

 Dengan membuktikan adanya pencitraan yang kuat, memungkinkan untuk dibuatnya sebuah ruang yang didesain dengan lebih modern dengan fasilitas yang lebih baik sebagai tempat yang berkesan untuk dikunjungi/ tempat wisata.


(24)

1.5 Kerangka Berfikir

Penulis menggambarkan bagaimana proses penelitian dilaksanakan hingga selesai di dalam suatu kerangka berfikir, di mulai dari latar belakang sampai ditemukannya kesimpulan (gambar 1.1).

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir LATAR BELAKANG

 Keberadaan koridor Jalan Ahmad Yani Binjai sudah melekat dalam pemikiran masyarakatnya sendiri bahkan sampai masyarakat di luar kota sebagai salah satu kawasan unik di Kota Binjai.

 Jalan merupakan bagian kota paling utama yang akan muncul pertama kali di pikiran ketika membayangkan suatu kota dan dapat mempengaruhi kualitas kota tersebut.

 Citra koridor jalan Ahmad Yani dapat mewakilkan citra kota Binjai. TUJUAN PENELITIAN

Menemukan citra tempat di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dan elemen-elemen

pembentuknya.

Metode penelitian: Mix Method

 Metode penelitian kualitatif: observasi lapangan

 Metode penelitian kuantitatif: kuesioner Analisa:  Menggunakan analisa kualitatif; mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Kesimpulan

Hasil dan Pembahasan PERUMUSAN MASALAH

 Bagaimana citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai?

 Apa saja elemen-elemen pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai?

TEORI

 Lynch (1960)

 Roger Trancik (1986)

 Nicholas Fyfe (1998) DATA

 Video sepanjang Jalan A.Yani

 Sketsa peta mental

 Streetscape, figure ground, dan peta tata guna lahan Jalan A.Yani Binjai

 Gambar CAD 2D bangunan

 Hasil observasi lapangan dan kuesioner mengenai citra Jalan A.Yani Binjai.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam mengkaji teori yang berkaitan dengan citra jalan, tentunya tidak lepas dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan dengan citra kawasan adalah sebagai berikut.

2.1 Gambaran Citra Jalan

Lynch (1960) mengungkapkan bahwa citra publik terhadap suatu lingkungan tercipta dari sekumpulan pandangan pengamat yang berbeda. Dengan melihat suatu tempat akan mempunyai kesenangan tersendiri yang membuatnya ingin dijelajahi. Setiap individu mengamati suatu tempat dengan berjalan melaluinya, bersinggungan dengan alam sekitar, mengalami serangkaian peristiwa, sehingga memperoleh suatu pengalaman. Maka dapat dikatakan bahwa citra suatu koridor merupakan hasil dari proses interaksi dua arah antara pengamat dengan lingkungannya. Dengan mengacu pada teori Lynch tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa citra koridor dapat terbentuk ketika seseorang menjelajahi suatu kota sehingga memperoleh pengalaman tertentu yang dapat menjadi makna/kesan akan tempat tersebut.

2.2 Citra Jalan

Janes Jacob (1961) mengungkapkan bahwa jalan merupakan daerah pertemuan sosial dan demonstrasi, tempat untuk didominasi dan dipertahankan,


(26)

tempat yang dapat menimbulkan kesenangan maupun kegelisahan. Para modernis lebih memilih jalan yang merupakan ruang ‘untuk mencapai dari A ke B, dan bukanlah tempat untuk ditinggali’, mengganti jalan ‘dari kehidupan dunia menjadi sistem’. Bagi postmodernis, jalan merupakan tempat yang didesain untuk memelihara dan menyempurnakan gaya hidup perkotaan yang baru, yang mengubah kembali pernyataan bahwa jalan yang sebelumnya dianggap sebagai sistem menjadi kehidupan dunia.

Peneliti berinterpretasi bahwa jalan dapat memiliki fungsi yang berbeda tergantung kepada pemikiran penggunanya. Apabila pengguna merasa bahwa jalan lebih berfungsi sebagai tempat untuk berpindah atau bergerak, maka jalan akan dianggap sebagai jalur. Apabila pengguna merasa bahwa jalan merupakan satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gaya hidup, maka jalan akan dijadikan sebagai suatu bagian kota yang penting yang memiliki fungsi dan aktivitas yang beragam, bukan hanya sebagai jalur yang berfungsi sebagai tempat orang berpindah dari titik awal sampai tempat tujuannya saja. Fungsi dan aktivitas yang beragam tersebut dapat berupa fungsi komersil, fungsi estetika, dan lain sebagainya. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut akan diperoleh pengalaman serta kesan yang berbeda-beda pada diri seseorang mengenai citra jalan tersebut.

Lynch (1960) menyatakan 3 kualitas pencitraan yang dapat mempermudah seseorang untuk mendapatkan gambaran mental yang kuat terhadap suatu kawasan, yaitu:


(27)

1. Legibility (mudah dibaca)

Legibility merupakan kemampuan untuk memahami kejelasan bentuk ruang perkotaan sehingga baik masyarakat dalam kota maupun luar kota mendapatkan image tersendiri untuk kawasan tersebut. Legibility sangat penting dalam dua hal, yaitu bentuk fisik dan pola aktivitas (kegunaan). Apabila kedua hal tersebut saling berdukungan satu sama lainnya, maka seseorang dapat dengan cepat memahami tempat tersebut. Legibility pada skala yang lebih sempit dari kota yaitu kawasan, dapat dilihat dari berbagai elemen seperti jalur-jalur kecil, node, edge dan landmark. Hal ini dapat digambarkan melalui peta mental dari pengamat baik bentuk maupun penyusunan pada ruang perkotaan. Menurut Bentley, terdapat 2 hal yang dapat diperoleh dengan adanya legibility jalan yang kuat:

a. Untuk memberikan karakter jalan yang kuat, sehingga dapat dibedakan oleh pengamat dengan jalan-jalan lainnya.

b. Untuk menunjukkan berbagai bagian yang penting pada jalan. 2. Struktur dan identitas

Menurut Roger Trancik (1986), struktur dan identitas merupakan pola blok-blok perkotaan, bangunan, dan ruang yang jelas dan mudah untuk dikenali. Struktur dapat menggambarkan susunan, hubungan, maupun pola pada ruang perkotaan yang dapat dilihat melalui gambar figure ground (gambar 2.1). Figure ground merupakan hubungan pola solid (massa bangunan) dan void (ruang terbuka).


(28)

Gambar 2.1 Tipologi Elemen Solid dan Void suatu Koridor Jalan Sumber: Trancik (1986: 101)

Elemen solid merupakan elemen bangunan yang berfungsi sebagai wadah kegiatan manusia. Terdapat beberapa tipe pada elemen solid, yaitu sebagai monument/lembaga publik, blok yang mendominasi, susunan bangunan yang tidak berulang dan memiliki bentuk khusus. Elemen void mempunyai lima tipe yang berfungsi sebagai eksterior perkotaan, yaitu sebagai ruang masuk, internal void, jaringan utama jalan dan lapangan, taman publik dan kebun, serta sistem ruang terbuka linear yang biasanya dihubungkan dengan perairan. Hubungan kedua elemen ini tercipta dari bentuk dan lokasi bangunan, desain dari elemen di sekitar koridor (seperti


(29)

dinding), dan jalur pergerakan yang menghasilkan suatu tipologi figure-ground yang dapat dilihat pada gambar 2.1.

Identitas merupakan objek pengenal sehingga seseorang dapat memahami gambaran perkotaan. Objek tersebut harus memiliki makna bagi pengamat baik berdasarkan kegunaan maupun secara emosional. Makna dapat diperoleh dari aspek sosial, sejarah, fungsional, ekonomi, ataupun individual. Penamaan suatu tempat berdasarkan keadaan sekitarnya juga memperjelas identitas tempat karena identitas dapat menjelaskan bentuk fisik dan posisi dari objek tersebut.

3. Imagibility

Imagibility merupakan konsep dasar mengenai kemampuan pengamat untuk menciptakan suatu kesan, bagaimana persepsi pengamat dalam pergerakan dan bagaimana pengamat memperoleh pengalaman pada ruang perkotaan. Ruang sekitar yang berurutan secara kompleks dan menyerupai pedesaan diilustrasikan secara efektif oleh seniman townscape bernama Gordon Cullen. Beliau menggunakan gambar untuk memperoleh perasaan pada pergerakan melalui ruang (gambar 2.2). Sebagai tambahan terhadap persepsi suatu tempat dan citra ruang, beliau secara tidak langsung menunjukkan kondisi fisik dari eksterior kota, hubungan antara objek dan pergerakan, juga dengan pengalaman ketika sampai atau meninggalkan ruang kota.


(30)

Gambar 2.2 Urutan/ Sequence Townscape Berdasarkan Perspektif Gordon Cullen

Sumber: Trancik (1986: 122)

Dapat dilihat pada gambar 2.2, hasil karya beliau merupakan demonstrasi yang sangat kuat terhadap kebutuhan untuk memahami dan secara grafis menganalisa karakteristik individual dan urutan dari ruang publik pada lingkungan yang terbangun.


(31)

Jalan selalu memiliki daya tarik tertentu sebagai daerah pertemuan dan demonstrasi, site dominasi dan pertahanan, tempat suka dan duka yang biasanya selalu menjadi fokus dari desain perkotaan modern ataupun post-modern. Maka dari itu, untuk menemukan kepentingan, kesenangan, dan tekanan dari suatu jalan, Nicholas Fyfe (1998) di dalam bukunya yang berjudul Images of the Street membagi citra jalan ke dalam tiga fokus utama, yaitu:

1. Planning and design (Perencanaan dan desain)

Perencanaan dan desain membahas mengenai bagaimana citra jalan dapat terbentuk dari pengaruh antara gagasan politik yang mendominasi, mengenai persoalan perencanaan ekonomi dan politik daerah. Maka perencanaan dan desain ini dapat berupa desain berbagai aspek suatu kota baik bangunannya maupun eksteriornya yang mendukung dalam proses terbentuknya suatu citra. Hal ini dapat dibaca melalui streetscape yang dapat menggambarkan kekuatan ide yang dominan dan praktek yang berlaku ataupun keistimewaan yang dibuat oleh pendesain (gambar 2.3).

Gambar 2.3 Contoh Gambar Streetscape CBD Kamm’s Corner, Amerika


(32)

2. Social identity and social practices (Identitas dan praktek sosial)

Identitas dan praktek sosial menggambarkan materi kualitatif, untuk mengetahui perbedaan sosial dari pengalaman masing-masing individu yang berada di jalan, untuk mengetahui bagaimana indentitas sosial dapat terbentuk dan terwakili dari gambaran yang diberikan. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran bagaimana suatu ruang publik dapat diakses oleh seluruh masyarakat dan membuktikan bagaimana jalan dapat menjadi aktif yang dibentuk dan diperjuangkan oleh identitas sosialnya. Hal ini dapat terlihat dengan mengobservasi berbagai aspek sebagai berikut:

a. Aspek sosial

Aspek sosial dapat ditemukan oleh pengamat pada lokasi-lokasi bersantai/berinteraksi seperti lapangan, taman, teater. Dengan melewati jalan-jalan tertentu untuk melalukan rutinitas tersebut, akan menunjukkan bagaimana seseorang menjalani kehidupannya dan bagaimana hubungan, kebiasaan, dan gambaran dapat terbentuk.

b. Aspek budaya

Aspek budaya digambarkan melalui pengalaman sehari-hari di jalan yang difokuskan ke dalam kebiasaan masyarakatnya. Seperti dengan adanya dua mall pada suatu jalan telah menciptakan budaya masyarakatnya yang konsumtif.


(33)

c. Aspek ekonomi

Aspek ekonomi digambarkan melalui kebutuhan masyarakatnya. Seperti kebutuhan untuk makan menjadikan jalan sebagai ruang publik untuk usaha kuliner.

3. Control and resistance (Kontrol dan pertahanan)

Kontrol dan pertahanan memfokuskan bagaimana kehidupan sosial di jalanan dapat diatur berdasarkan peraturan, penertiban, dan pengawasan. Keduanya secara langsung diatur oleh pihak yang berwenang, seperti polisi, dan secara tidak langsung diatur oleh arsitektur dan desain perkotaannya.


(34)

Citra

Jalan

legibility identitas dan susunan imagibility perencanaan dan desain Identitas dan Praktek Sosial Kontrol dan Perlawanan

Citra

Kawasan

2.3 Konsep Teori Citra Suatu Koridor

Adapun konsep teori dari tinjauan/ kajian atas beberapa literatur yang diperoleh sehingga dapat membantu dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut (gambar 2.4).

Gambar 2.4 Diagram Konsep Teori Citra suatu Tempat Untuk literatur mengenai citra koridor, diperoleh dari teori:

a. Kevin Lynch (1960)

Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960

Untuk literatur mengenai citra jalan, diperoleh dari teori:

b. Kevin Lynch (1960)

Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960

c. Roger Trancik (1986) Trancik, Roger, Finding lost

space:Theories of Urban Design, John Wiley & Sons inc., New york, 1986 d. Nicholas R.Fyfe (1998)

Fyfe, Nicholas R, The Image of The Street,British Library, London & Newyork, 1998

Menggam-barkan


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode mix method, yaitu perpaduan dua metodologi antara lain metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran fenomena yang diteliti secara apa adanya, namun lengkap dan rinci baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, karakteristik, maupun aktivitas yang disajikan secara apa adanya. Peneliti melakukan penelitian mengenai citra Jalan Ahmad Yani Binjai.

Adapun yang dideskripsikan dalam penelitian ini berkaitan dengan gambaran fenomena citra koridor jalan tersebut baik secara fisik maupun non fisiknya. Keinginan untuk menggambarkan fenomena citra tersebut menjadi latar belakang peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Metode kualitatif tersebut berupa observasi langsung ke lapangan. Metode kuantitatif digunakan untuk memberikan fakta-fakta yang ada di lapangan yang diobservasi secara terukur dan sistematis dengan menyebarkan kuesioner.


(36)

3.2 Variabel Penelitian

Dalam menghasilkan variabel penelitian dan mengumpulkan data-data apa saja yang diperlukan, peneliti melakukannya berdasarkan kajian teori/pustaka yang telah dibahas pada bab sebelumnya mengenai teori Lynch (1960) mengenai kualitas pencitraan dan teori Fyfe mengenai citra jalan (1998). Secara ringkas proses tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini (tabel 3.1).

Tabel 3.1

Tabel Keterangan Variabel Penelitian Berdasarkan Teori Teori Interpretasi Variabel Data yang

diperlukan

Metodologi Lynch (1960)

menyatakan 3 kualitas penci-traan yaitu le-gibility, iden-titas dan su-sunan, dan imagibility.

Dengan adanya kualitas

pencitraan yang jelas, maka citra yang dihasilkan akan semakin kuat.  legibility  Identitas dan susunan  Imagibility  Gambaran peta mengenai Jalan A.Yani Binjai  Susunan pola perkotaan dan bangunan (solid&vo id).  Gambaran visual Jalan Ahmad Yani Binjai.  Data hasil

kuesioner

 Sketsa peta mental Jalan A.Yani Binjai  Peta

figure-ground Jalan A.Yani  Video dan

foto-foto perjalanan di sepanjang Jalan A.Yani.  Menyebar-kan kuesioner


(37)

Teori Interpretasi Variabel Data yang diperlukan Metodologi Citra jalan Nicholas Fyfe (1998) membagi citra jalan ke dalam 3 fokus utama;

 Perencana-an dPerencana-an desain  Identitas dan praktek sosial  Kontrol dan perlawanan Citra jalan dapat di dilihat pada :  Perencanaan dan desain (fisik)  Identitas dan praktek sosial (non fisik)  kontrol dan

perlawanan (hukum)  Desain  Aktivitas  Peraturan  Gambaran layout arsitektur wilayah studi dan fasade bangunan.  Gambaran umum aktivitas sosial.  Data peraturan yang berlaku di jalan Ahmad Yani.  Data hasil

kuesioner  Menggam-bar streetscape dan CAD 2D bangunan di Jalan Ahmad Yani Binjai.  Observasi  Mencari data peraturan yang berlaku di Jalan A.Yani Binjai dan membuat peta tata guna lahan.  Menyeba-kan kue-sioner Sumber: Hasil kajian pustaka

3.3 Populasi/Sampel

Peneliti menggunakan metode kualitatif (observasi) dan kuantitatif (kuesioner) dalam proses pengumpulan datanya. Maka sumber data dari kedua metode tersebut menggunakan random sampling (acak) yang dapat mewakili populasi. Sebagai dasar dalam menentukan jumlah sampel peneliti mengacu kepada pernyataan Champion, 1981 (dalam Mustafa, 2003) mengatakan bahwa uji statistik


(38)

yang efektif menyertakan rekomendasi ukuran sampel, yaitu 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250. Peneliti juga mengacu kepada contoh pada jurnal yang topik penelitiannya mirip dengan penelitian mengenai citra yang sampelnya berjumlah 80 sampel. Berdasarkan acuan tersebut, penelitian ini akan mengambil sampel minimal sebanyak 80 sampel karena mengingat keterbatasan waktu penelitian. Dalam penyebaran kuesioner, kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

1. Orang tersebut pengunjung/penghuni koridor Jalan Ahmad Yani.

2. Orang tersebut memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai Jalan Ahmad Yani baik pagi, siang maupun malam hari.

Adapun observasi akan dilakukan pada 2 waktu, yaitu pagi/siang hari (08.00-17.30 WIB) dan malam hari (pukul (08.00-17.30 WIB ke atas) dikarenakan terdapat dua aktivitas yang sangat berbeda di koridor Jalan Ahmad Yani pada kedua waktu tersebut. Pada pagi/siang hari, aktivitas yang tampak adalah aktivitas jual beli pada ruko-ruko di sepanjang Jalan Ahmad Yani, sedangkan pada malam harinya berupa aktivitas pasar malam dari pedagang-pedagang kaki lima.


(39)

3.4 Metoda Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan peneliti sendiri mengenai Jalan Ahmad Yani Binjai yaitu hasil observasi dan hasil kuesioner. Kuesioner meliputi pertanyaan-pertanyaan mengenai citra masyarakat tentang jalan Ahmad Yani Binjai, yang dapat berupa gambaran pengalaman di Jalan Ahmad Yani Binjai dan bagian mana saja dari jalan tersebut yang berkesan bagi mereka. Kuesioner ini bertujuan untuk mendukung kebenaran pada metode kualitatif (observasi) dimana peneliti berlaku sebagai pengamat melakukan perbandingan pada kedua metode tersebut dalam mencapai kesimpulan. Metode kuesioner juga bertujuan untuk melakukan pendekatan terhadap image publik terhadap Jalan Ahmad Yani Binjai sehingga dapat berkembang menjadi masukan untuk desain perkotaan.

Observasi akan dilakukan pada dua waktu, yaitu pada siang hari dan pada malam hari. Beberapa tahapan cara yang akan dilakukan peneliti untuk memperoleh data hasil observasi di koridor Jalan Ahmad Yani adalah sebagai berikut.

 Membuat daftar cek (checklist), yaitu daftar yang berisi catatan setiap faktor secara sistematis agar peneliti tetap fokus kepada teori yang sudah dijadikan sebagai acuan. Daftar cek ini biasanya dibuat sebelum observasi dan berupa poin-poin khusus yang sudah disusun berdasarkan teori yaitu variabel penelitian yang dapat dijabarkan sebagai berikut.


(40)

Tabel 3.2

Daftar Cek Poin Khusus yang Akan Diobservasi

Variabel Poin-Poin Khusus

Legibility  Edge

 Node  Landmark

Identitas dan susunan  Penamaan tempat  Elemen solid dan void

Imagibility Titik pengamatan

Desain Struktur jalan yang dominan

Praktek sosial Aktivitas siang dan malam hari

Peraturan Fungsi bangunan

Sumber: Data diolah oleh peneliti (2015)

 Membuat catatan anekdot (anecdotal record), yaitu catatan informal yang digunakan pada waktu melakukan observasi. Catatan ini berisi fenomena atau peristiwa yang terjadi saat observasi. Adapun fenomena atau peristiwa yang akan diteliti merupakan poin-poin khusus yang sudah disusun pada tabel 3.2.  Mencatat dengan menggunakan alat (mechanical device), yaitu pencatatan

yang dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan alat, seperti kamera untuk mengambil foto/video. Foto yang akan diambil pada koridor Jalan Ahmad Yani merupakan foto yang dapat menjadi referensi peneliti dalam membuat peta-peta dan arsitektur di koridor Jalan Ahmad Yani. Video yang diambil akan digunakan sebagai gambaran urutan/sequence pergerakan di koridor Jalan Ahmad Yani untuk memperoleh gambaran citra dari variabel Imagibility.


(41)

Adapun keluaran data yang akan diolah setelah peneliti setelah melakukan observasi di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai adalah sebagai berikut:

 Foto-foto di sepanjang Jalan A.Yani

 Video perjalanan di sepanjang Jalan A.Yani  Peta figure-ground Jalan A.Yani

 Sketsa peta Jalan A.Yani Binjai  Gambar Streetscape (autocad)

 CAD 2D bangunan di Jalan Ahmad Yani Binjai.  Peta tata guna lahan.

Selanjutnya dalam memperoleh data mengenai citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dengan metode kuantitatif (kuesioner), peneliti harus menyusun pertanyaan terlebih dahulu. Peneliti mengacu kepada variabel penelitian yang merupakan poin-poin penting dari teori. Pertanyaan kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:

 Legibility

Untuk menghasilkan data yang lebih rinci mengenai elemen perkotaan dalam membentuk citra koridor, maka khusus mengenai legibility, pertanyaan akan dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu:

a. Objek apa saja yang dapat membuat anda merasa berada di Jalan Ahmad Yani Binjai?


(42)

b. Objek apa saja yang menjadi petanda anda dalam mengenal jalan Ahmad Yani?

c. Ketika anda berada pada Jalan Ahmad Yani apa yang langsung muncul dalam ingatan anda?

 Identitas

Apa yang paling anda ingat ketika melihat simpang berikut di Jalan A.Yani?

 Imagibility

Hal apa saja yang anda ingat di sepanjang perjalanan di Jalan A.Yani?  Desain

Apa yang paling mewakilkan warna pada bangunan Jalan A.Yani?  Aktivitas

Hal apa saja yang rutin/sering anda lakukan di Jalan Ahmad Yani?  Peraturan

Perubahan apa saja yang mempengaruhi ingatan anda di Jalan Ahmad Yani?

3.1.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dihasilkan dari pendapat orang lain. Adapun metode dalam mengumpulkan data sekunder adalah dengan melakukan studi


(43)

literatur yang berhubungan dengan objek studi yaitu mengenai kajian citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai. Adapun teori yang digunakan adalah sebagai berikut.  Untuk literatur mengenai citra koridor, diperoleh dari teori:

Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960

 Untuk literatur mengenai citra jalan, diperoleh dari teori: a. Kevin Lynch (1960)

Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960

b. Roger Trancik (1986)

Trancik, Roger, Finding lost space:Theories of Urban Design, John Wiley & Sons inc., New york, 1986

c. Nicholas R.Fyfe (1998)

Fyfe, Nicholas R, The Image of The Street,British Library, London & Newyork, 1998

3.5 Kawasan Penelitian

Adapun yang menjadi kriteria peneliti dalam menentukan koridor yang akan diobservasi adalah koridor yang memiliki sejumlah aktivitas yang menonjol, koridor yang banyak dikunjungi ataupun dilewati masyarakat Binjai ataupun masyarakat luar kota. Apabila suatu koridor banyak dikunjungi, membuktikan bahwa koridor tersebut


(44)

sudah dikenal dengan baik yang menandakan koridor tersebut merupakan jalan yang sudah memiliki citra yang kuat. Maka hal tersebut merupakan latar belakang ditentukannya koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan penelitian.

Kawasan penelitian berada pada Jalan Ahmad Yani di Kecamatan Binjai Kota

(gambar 3.1). Jalan ini memiliki panjang ±440 m ( 0,4 km) dan memiliki lebar 10m.

Dasar pertimbangan peneliti dalam pemilihan lokasi ini adalah dikarenakan terdapat pusat jajanan kuliner terkenal, yaitu Bangkatan, yang sudah berdiri puluhan tahun lamanya dan juga Jalan ini juga merupakan salah satu jalan utama di pusat kota yang memiliki sejumlah aktivitas masyarakat. Adanya aktivitas yang unik dan juga menjadi salah satu jalan utama yang dikenal dengan baik oleh masyarakat Binjai maupun luar kota Binjai, tentunya dapat mendorong adanya suatu gambaran citra koridor Jalan Ahmad Yani yang kuat sehingga dapat berpotensi menjadi citra Kota Binjai.


(45)

(Jalan Ahmad Yani terletak di Kabupaten Binjai Kota, Sumatera Utara)

Gambar 3.1 Peta Lokasi Kawasan Penelitian yaitu Jalan Ahmad Yani Binjai

Adapun batas-batas site penelitan adalah Jalan Irian di sebelah utara, Jalan Imam Bonjol di sebelah timur, Jalan K.H.Ahmad Dahlan di sebelah selatan, dan Jalan

Daerah yang ditandai merupakan Kawasan Jl. Ahmad Yani Binjai.


(46)

Sudirman di sebelah Barat (gambar 3.2). Jalan Irian dan Jalan K.H.Ahmad Dahlan akan dijadikan peneliti sebagai patokan darimana foto/video akan diambil ketika melakukan observasi.

Gambar 3.2 Batas-Batas Site Kawasan Penelitian

Di jalan ini terdapat 2 macam aktivitas berdasarkan waktu kerjanya, yaitu aktivitas pagi dan malam. Pada pagi sampai sore hari koridor Jl. Ahmad Yani ini merupakan kawasan pertokoan/komersil (dapat dilihat pada gambar 3.3). Pada malam hari, terdapat kegiatan kuliner yaitu Bangkatan/Pasar kaget (dapat dilihat pada gambar 3.4).

Jalan Irian

Jalan Imam Bonjol


(47)

Gambar 3.3 Aktivitas Perdagangan di Kawasan pertokoan di Jalan Ahmad Yani Binjai pada Siang Hari

Gambar 3.4 Aktivitas Bangkatan/ Pasar Kaget di Sepanjang Jalan Ahmad Yani Binjai pada Malam Hari

3.6 Metoda Analisa Data

Dalam melakukan analisa citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai, peneliti mengacu kepada sumber data kualitatif dan kuantitatif, yaitu hasil observasi lapangan dan kuesioner. Hasil data yang diperoleh akan dievaluasi dengan menggunakan analisa kualitatif dengan pendekatan kuantitatif. Analisa kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja, mengorganisasikan, dan memilah data menjadi satuan-satuan sehingga dapat dikelola, disintesis, menemukan pola dan apa yang


(48)

penting serta apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada pembaca. Pendekatan kuantitatif berupa analisa deskriptif dengan alat ukur statistik yang bertujuan untuk menguji kebenaran pada metode kualitatif.

Adapun cara peneliti menganalisa dalam rangka menemukan elemen-elemen pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani yaitu sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data-data yang relevan dengan citra koridor Jalan Ahmad Yani.

2. Data tersebut akan dibahas satu per satu pada Bab 4 sampai ditemukannya elemen-elemen yang melatarbelakangi terbentuknya citra koridor Jalan Ahmad Yani yang kemudian akan disusun secara sistematis sebagai hasil temuan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisa data model Miles dan Huberman (Pawito, 2008:104-106). Hal ini dikarenakan metode ini sangat sesuai dengan tujuan peneliti yaitu menemukan citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dan elemen pembentuknya (gambar 3.5). Pada tahap awal penelitian, peneliti mengumpulkan data sesuai dengan metode yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu metode observasi dan kuesioner. Kemudian peneliti melanjutkannya dengan analisa data model Miles dan Huberman membagi analisa data kualitatif menjadi 3 tahapan, yaitu:


(49)

1. Reduksi data

Pada tahap ini, peneliti mengedit, mengelompokkan, dan meringkas data di lapangan (Koridor jalan Ahmad Yani Binjai). Kemudian peneliti menyusun atau menyeleksi data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu yang berhubungan dengan citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai (tabel 3.3).

Tabel 3.3 Tabel Hasil Reduksi Data Teori Variabel Keluaran

Data

Interpretasi Data yang Relevan Lynch

(1960) menyatakan terdapat 3 kualitas pencitraan yaitu legibility, identitas dan susunan, serta imagibility.

Legibility Peta Mental

Jalan A.Yani memiliki berbagai elemen perkotaan dan karakter koridor pertokoan linear yang menerus. Barisan ruko yang menerus di sepanjang Jalan Ahmad Yani. Identitas dan susunan Figure-Ground plan

Massa bangunan hampir semua sama membentuk suatu ruang koridor publik. Imagibility Urutan/

sequence pergerak-an

Hal yang selalu terlihat di sepanjang jalan A.Yani adalah barisan ruko dan Bangkatan. Citra jalan Nicholas Fyfe (1998) membagi citra jalan ke dalam 3 fokus utama;  Perencan aan dan desain  Identitas

Desain Street-scape

Didominasi oleh gambaran desain ruko-ruko dan Bangkatan. Bangkatan sebagai lokasi jajanan kuliner yang terletak di sepanjang jalan Ahmad Yani. Aktivitas Aktivitas/

Kebiasaan masyara-kat dari aspek sosial, budaya, dan ekonomi

Aktivitas di Bangkatan dan pertokoan/ruko dapat menggambarkan kebiasaan masyarakat baik dari aspek sosial, budaya, dan ekonomi.


(50)

Teori Variabel Keluaran Data

Interpretasi Data yang Relevan dan praktek sosial  Kontrol dan perlawan -an

Peraturan  Peratur -an yang berla-ku  tata guna lahan

 Pemerintah yang me-ngatur pembangunan di koridor Jalan Ahmad Yani.

 Peruntukan lahan

didominasi oleh fungsi perdagangan/komersil. Sumber: Data diolah oleh peneliti (2015)

Dari hasil reduksi data, ditemukan dua data yang paling relevan. Data tersebut merupakan elemen-elemen yang paling dominan dalam membentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani sehingga penelitian akan lebih memfokuskan kepada kedua elemen tersebut, yaitu:

 Barisan ruko yang menerus di sepanjang Jalan Ahmad Yani

 Bangkatan sebagai lokasi jajanan kuliner yang terletak di sepanjang jalan Ahmad Yani.

2. Display/Penyajian data hasil temuan

Data hasil observasi dan kuesioner yang terlalu banyak akan disusun secara sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. Pada tahap ini, data yang akan disajikan akan memfokuskan kepada hasil reduksi data (lihat tabel 3.3). Data tersebut


(51)

merupakan data yang paling relevan dalam menemukan citra Koridor Jalan Ahmad Yani yang selanjutnya akan disajikan ke dalam hasil temuan di Bab 4. 3. Penarikan serta pengujian kesimpulan

Setelah mendapatkan hasil reduksi dan penyajian data, maka peneliti melakukan analisa lanjutan untuk menyimpulkan data. Pada tahap ini kesimpulan yang diambil masih berupa kesimpulan sementara yang dapat diuji kembali di lapangan (gambar 3.5).

Gambar 3.5 Diagram Tahapan Analisa Data Kualitatif dalam Menemukan Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

Sumber: Pawito, (2008:104-106) Pengumpulan

data dengan metode observasi

dan kuesioner

Reduksi data yang relevan: Barisan ruko

dan Bangkatan

Hasil temuan

Penarikan/Pengujian kesimpulan mengenai

citra Koridor Jalan A.Yani Binjai


(52)

BAB IV

CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI

Peneliti akan melakukan pembahasan berdasarkan kepada metode yang telah ditentukan sebelumnya yaitu metode observasi dan kuesioner yang didukung data sekunder berupa hasil tinjauan pustaka/teori. Pembahasan tersebut diharapkan dapat menggambarkan citra dari koridor Jalan Ahmad Yani Binjai beserta elemen pembentuknya.

4.1 Legibility

Dalam mengkaji legibility Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai, hal yang diperlukan adalah bagaimana peneliti menafsirkan bangunan terkait dengan konteks lingkungannya, sehingga dapat menguatkan karakter bangunan tersebut. Kejelasan bentuk koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dapat diidentifikasi berdasarkan teori Kevin Lynch (1960), yang menyatakan legibility diperkuat dengan adanya elemen perkotaan, yaitu edge, landmark, dan node. Dapat dilihat pada peta (gambar 4.1), terdapat edge yang membentang di sepanjang sisi Barat beriringan secara harmonis dengan bentuk koridor, node yang membagi bangunan ruko dan jalan (ruang publik) ke dalam tiga segmen yang hampir sama, serta landmark berskala besar yang menjadi jeda antar bangunan yang padat. Lokasi ketiga elemen tersebut juga merupakan lokasi akses keluar masuk yang dapat diinterpretasikan sebagai titik dimana pengamat mulai


(53)

membaca ruang kota sehingga tidak menimbulkan perasaan tersesat. Hal tersebut mendorong pemikiran dimana pengamat akan memasuki kawasan ruko dan ruang publik sebagai bagian internal (core) dan elemen perkotaannya menjadi bagian eksternal dari koridor Jalan Ahmad Yani. Maka dapat dikatakan, edge, node, dan landmark pada koridor Jalan Ahmad Yani sudah membingkai bangunan ruko di sekitarnya sehingga legibility koridor tersebut dapat dengan mudah dibaca, yaitu sebagai koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangkatan).

Dalam menggambarkan hubungan legibility atau kejelasan Koridor Jalan Ahmad Yani secara keseluruhan, peneliti membuat suatu peta dimana peneliti berlaku sebagai pengamat yang memperlihatkan elemen-elemen perkotaan dan mengilustrasikan fisik dari pada Koridor Jalan Ahmad Yani (gambar 4.1).


(54)

Gambar 4.1 Peta Koridor Jalan Ahmad Yani dari Perspektif Peneliti

(Landmark: Skycross Pasar Selayang)

(Node: Simpang Tekun) (Node: Simpang Irian)

(Landmark: Kuil Sri Mariaman)

(Node: Simpang Pekong)

Jalan Sudirman

Jalan Irian

KETERANGAN:


(55)

Legibility berbagai elemen perkotaan di koridor Jalan Ahmad Yani secara keseluruhan menurut hasil kuesioner berikut (gambar 4.2) menunjukkan bahwa dengan melihat node (Simpang Irian, Simpang Tekun, Simpang Pekong Keling), dan landmark (Kuil dan Skycross) seseorang sudah merasa berada di dalam koridor Jalan Ahmad Yani. Hal ini terlihat dari responden yang memilih elemen tersebut sebagai penanda mereka dalam mengenali Jalan Ahmad Yani, yang rata-rata berjumlah 60% (lebih dari setengah populasi). Pada gambar 4.2 juga ditemukan bahwa elemen perkotaan yang paling melekat pada pemikiran masyarakat terletak pada elemen nodenya, yaitu simpang irian (79%). Peneliti berinterpretasi bahwa simpang Irian menghubungkan kedua jalan besar/utama yaitu Jalan Kapten Muslim dan Ahmad Yani, yang merupakan jalan satu arah sehingga banyak pengamat (terutama yang menggunakan kendaraan) menjadikan simpang tersebut sebagai titik awal perjalanan ketika memasuki jalan Ahmad Yani Binjai. Maka dengan keadaan tersebut, keberadaan simpang Irian mampu melekat dengan kuat pada pemikiran masyarakat karena banyak pengamat yang melewati simpang Irian untuk dapat memasuki Jalan Ahmad Yani.


(56)

Gambar 4.2 Kejelasan Elemen Perkotaan di Koridor Jalan Ahmad Yani

Pada hasil observasi dan penyebaran kuesioner tersebut (gambar 4.2), masih terdapat elemen yang memiliki legibility yang lemah, yaitu Sungai Mencirim Binjai. Peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan sungai tersebut belum terasakan maksimal secara visual karena tertutup oleh bangunan ruko yang membelakanginya. Namun sungai masih dapat terlihat pada beberapa gang kecil yang menghubungkan sekitar sungai dengan Jalan Ahmad Yani sehingga masih ada masyarakat yang mengingat jalan Ahmad Yani ketika mengingat Sungai tersebut. Pengaruh dari masing-masing elemen perkotaan yang ada pada koridor Jalan Ahmad Yani tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Edge

Lynch (1960) menyatakan bahwa edge merupakan pembatas/penghubung antar daerah. Pada sisi Timur Koridor Jalan Ahmad Yani terdapat sungai dan beberapa jembatan yang memisahkan/menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan Jalan Imam Bonjol. Sungai ini juga pembatas antara dua kegiatan

0 20 40 60 80

Skycross Pasar Selayang Kuil Sri Mariaman Simpang Pekong Keling Simpang Tekun Simpang Irian Sungai Mencirim


(57)

yang berbeda antara Jalan A.Yani (usaha jual beli kebutuhan rumah tangga) dengan Jalan Imam Bonjol (usaha perbengkelan). Setelah mengamati garis sungai pada peta (gambar 4.3), terlihat struktur koridor Jalan Ahmad Yani yang mengikuti sempadan sungai yang lurus memanjang sehingga membentuk karakter/citra koridor Jalan Ahmad Yani yang linear.

Gambar 4.3 Sungai dan Jembatan Mencirim sebagai Tepian Jalan Ahmad Yani

Legibility Sungai Mencirim terhadap koridor Jalan Ahmad Yani dapat dikatakan masih sangat lemah. Perletakannya sangat tertutup diapit oleh bangunan rumah tinggal yang padat di belakang bangunan ruko dan hanya bisa ditelusuri oleh pengamat dengan berjalan kaki memasuki gang kecil dimana kendaraan susah untuk keluar masuk. Sungai masih dapat terlihat dari jembatan yang menghubungkan Jalan Imam Bonjol dengan Jalan Ahmad Yani. Namun mengingat bentuknya yang sangat panjang mengikuti koridor Jalan Ahmad Yani sekitar ±1km (sumber: Google Earth 2015) namun memiliki lebar yang sempit, sehingga hanya sebagian kecil sungai saja yang dapat terlihat apabila mengamati dari jembatan (gambar 4.4).


(58)

Gambar 4.4 Ilustrasi Sungai Mencirim Binjai dari Perspektif Peneliti sebagai Pengamat

Lemahnya legibility Sungai Mencirim Binjai terhadap koridor Jalan Ahmad Yani didukung oleh hasil kuesioner pada gambar 4.2, dimana hanya 26% responden saja yang merasa dirinya berada pada koridor Jalan Ahmad Yani ketika melihat Sungai Mencirim. Maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa legibility Sungai Mencirim Binjai masih belum mampu memberikan kejelasan ruang kota dan pencitraan terhadap koridor Jalan Ahmad Yani (belum sesuai dengan teori Kevin Lynch yang mengatakan elemen edge mampu memperkuat legibility tempat tersebut, karena visual pengamat tetap lebih berpengaruh).

KETERANGAN:

Koridor Jalan Ahmad Yani

Gang Kecil penghubung sungai dengan Jalan Ahmad Yani


(59)

Gambar 4.5 Legibility Sungai Mencirim Binjai Berdasarkan Persepsi Masyarakat

Dalam menemukan legibility sungai Mencirim Binjai terhadap fisik koridor Jalan Ahmad Yani secara lebih mendetail, peneliti menganalisa bagian apa saja dari koridor Jalan Ahmad Yani yang diingat kuat oleh masyarakat ketika membaca Sungai Mencirim Binjai sebagai edge (gambar 4.5). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (halaman 33), bahwa salah satu elemen perkotaan yang membingkai Jalan Ahmad Yani adalah Sungai Mencirim Binjai, sehingga elemen tersebut telah meng-highlight keberadaan bangunan ruko dan bangkatan sebagai bagian internal dari koridor Jalan Ahmad Yani. Dengan kata lain, elemen tersebut telah membatasi koridor Jalan Ahmad Yani dengan koridor Jalan lainnya sehingga terbentuk suatu lingkungan yang memiliki citra tersendiri. Maka yang menjadi tolak ukur adalah bangunan ruko dan Bangkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil kuesioner (gambar 4.6), dimana hanya terdapat 29% responden yang mengingat Bangkatan dan 39% responden yang memilih bangunan ruko. Hal ini membuktikan kebenaran bahwa citra koridor Jalan Ahmad Yani apabila dilihat dari elemen

26%

74%

Sungai Mencirim

Binjai

Legibility jelas

Legibility belum jelas


(60)

edgenya masih belum cukup kuat. Tentu saja dalam kasus ini bertentangan dengan pernyataan Kevin Lynch (1960) bahwa edge merupakan salah satu elemen perkotaan yang dapat memperkuat legibility, sedangkan Sungai Mencirim justru melemahkan kualitas pencitraan koridor Jalan Ahmad Yani.

Grafik 4.6 Kejelasan Elemen Edge Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani

2. Landmark

Lynch (1960) di dalam bukunya yang berjudul Image of the City membahas gambaran mengenai landmark, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Biasanya dapat terlihat dari berbagai sudut ataupun jarak tertentu.

b. Memiliki ketinggian/ skala yang melebihi elemen kota di sekitarnya yang lebih kecil.

c. Dijadikan sebagai penanda/acuan/petunjuk arah.

Dengan mempertimbangkan ciri-ciri tersebut, maka pada koridor Jalan Ahmad Yani dapat ditemukan beberapa landmark yaitu Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai dan Skycross Pasar Selayang. Kuil berada tepat pada persimpangan (Simpang jalan K.H. Ahmad Dahlan-Ahmad Yani) sehingga

0 20 40 60 80

Ruko Bangkatan


(61)

dapat dilihat dari berbagai sudut, sedangkan Skycross memiliki ketinggian 32 meter yang membuatnya dapat dengan mudah terlihat dari jauh. Untuk mendukung kebenaran bahwa landmark tersebut cukup melekat dalam pemikiran masyarakat sebagai penanda/petunjuk arah, peneliti menyebarkan kuesioner (gambar 4.7), dimana responden yang memilih skycross sebagai penanda berjumlah sebanyak 85% dan responden yang memilih kuil Sri Mariaman berjumlah sebanyak 76%.

Gambar 4.7 Persepsi Masyarakat Terhadap Penanda/Petunjuk Arah di Koridor Jalan Ahmad Yani

Kedua bangunan ini secara kebetulan merupakan lokasi yang memiliki nilai sejarah. Menurut Schulz (1980), makna/kesan terhadap suatu tempat dapat dipengaruhi oleh nilai sejarahnya. Dengan mengacu kepada teori tersebut, maka peneliti akan membahas kedua landmark tersebut tanpa mengesampingkan nilai sejarahnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai

Kuil ini biasanya disebut Kampung keling atau pekong keling oleh warga yang merupakan salah satu bangunan bersejarah di Binjai dengan desain

0 20 40 60 80 Skycross


(62)

arsitektur yang unik bergaya India (gambar 4.8). Bangunan ini adalah Pura terbesar di Kota Binjai yang digunakan warga yang beragama Hindu untuk sembahyang, sehingga mendorong pedagang etnis Tamil untuk berjualan makanan khas India di Jalan Ahmad Yani (Bangkatan) seperti martabak, mie keling dan roti cane. Oleh sebab itu, peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan kuil tersebut termasuk salah satu elemen yang memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai pusat jajanan kuliner (Bangkatan) yang menyediakan makanan berbagai etnis di Kota Binjai, salah satunya makanan khas India.

Gambar 4.8 Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai

Bukti bahwa keberadaan kuil Sri Mariaman mampu memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangkatan) apabila dilihat dari elemen landmarknya dapat ditunjukkan pada hasil kuesioner (gambar 4.9), dimana responden yang memilih Bangkatan berjumlah sebanyak 53% dan


(63)

responden yang memilih bangunan ruko berjumlah sebanyak 71%. Citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai bangunan heritage/ bersejarah apabila dilihat dari elemen landmarknya (Kuil Sri Mariaman Binjai) masih belum cukup kuat, dapat dilihat pada hasil kuesioner dimana responden yang mengingat nilai sejarah apabila mengingat bangunan kuil tersebut hanya berjumlah 29%.

Gambar 4.9 Kejelasan Elemen Landmark (Kuil) Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani

b. Skycross Pasar Layang (Bekas Menara Air/Watertoren Binjai)

Bangunan ini memiliki 8 lantai dengan panjang 38 meter dan ketinggian 32 meter yang dibangun pada sekitar tahun 2003. Dulunya bangunan ini merupakan lokasi Menara air Kota Binjai peninggalan jaman Belanda yang pernah dijadikan sebagai ikon Kota Binjai. Bangunan tersebut unik dikarenakan bentuknya yang tinggi memanjang membelah jalan utama Kota Binjai yaitu Jalan Sudirman dan Ahmad Yani. Fungsi awal bangunan ini adalah sebagai lokasi pemindahan PKL dari Jalan Kapten Piere Tandean Binjai. Walau rencana pemerintah tersebut gagal, namun masih terdapat

0 20 40 60 80

Ruko Bangkatan Sejarah


(64)

usaha kios milik pengusaha India yang bernama Mariapan yang memenuhi lantai 1 bangunan ini yang menjual berbagai macam barang khas India seperti emas, tas, ataupun pakaian (gambar 4.10). Berdasarkan hal tersebut, peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan skycross Pasar Selayang semakin memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan.

Gambar 4.10 Skycross Pasar Selayang di Koridor Jalan Ahmad Yani

Legibility koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan dapat dilihat pada hasil kuesioner (gambar 4.11) dimana responden yang memilih bangunan ruko berjumlah sebanyak 89% dan responden yang memilih Bangkatan berjumlah sebanyak 85%. Citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai bangunan heritage/ bersejarah apabila dilihat dari elemen


(65)

landmarknya (Skycross Pasar Selayang) masih belum cukup kuat, dikarenakan skycross termasuk bangunan modern yang menggantikan lokasi menara air (Watertoren Binjai). Menara air tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat kuat karena sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Menurut Peter Einsenmen (1990), sejarah ada selama suatu objek itu tetap digunakan, maka dapat dikatakan sebagai akibat dari penggusuran menara air tersebut, nilai sejarah koridor jalan Ahmad Yani juga perlahan hilang atau pudar pada pemikiran masyarakat.

Gambar 4.11 Kejelasan Elemen Landmark (Skycross) Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani

3. Node

Node /persimpangan di Jalan Ahmad Yani memiliki sebutan tersendiri bagi warga Binjai, seperti Simpang Irian, Tekun, dan Pekong Keling. Sebutan tersebut berasal dari nama toko/rumah makan dan landmark yang sering terlihat pada masing-masing persimpangan (gambar 4.12). Hal ini membuktikan bahwa keberadaan bangunan komersil di koridor Jalan Ahmad

-20 30 80

Ruko Bangkatan Sejarah


(66)

Yani sudah melekat dalam citra/image masyarakat kota Binjai sebagai kawasan perdagangan yang dilihat dari fungsi bangunan sudut pada ketiga persimpangan tersebut.

Gambar 4.12 Berbagai Persimpangan di Koridor Jalan Ahmad Yani

Dengan mengkaji kualitas legibility koridor Jalan Ahmad Yani Binjai berdasarkan elemen nodenya, berikut merupakan hasil kuesioner yang mendukung kebenaran citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangkatan).

(Nama simpang Irian yang Berasal dari nama ja-lan/rumah makan Irian)

(Nama simpang Tekun yang berasal dari nama toko) (Nama simpang Pekong Keling

yang berasal dari nama Landmark)


(67)

a. Simpang Irian

Sebanyak 98% responden yang mengingat bangunan toko dan 64% responden yang mengingat Bangkatan pada simpang Irian (Jalan Kapten Muslim-Jalan Ahmad Yani). Simpang Irian memiliki persentasi yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan simpang lainnya (gambar 4.13). Peneliti berinterpretasi bahwa keadaan tersebut terjadi karena lokasi simpang tersebut yang cukup strategis, dimana simpang Irian menghubungkan antara dua jalan besar/utama, yaitu Jalan Kapten Muslim dengan Jalan Ahmad Yani.

Gambar 4.13 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Irian

b. Simpang Tekun

Sebanyak 88% responden yang mengingat bangunan toko dan 62% responden yang mengingat Bangkatan (gambar 4.14) pada simpang Tekun (Jalan Kapten Muslim-Jalan Ahmad Yani). Keadaan ini dikarenakan simpang Tekun merupakan salah satu akses masuk menuju koridor Jalan Ahmad Yani, dimana ketika pengamat memasuki koridor

0 20 40 60 80

Bangkatan Bangunan Toko Aktivitas


(68)

tersebut, hal yang akan terlihat pertama kali adalah bangunan ruko dan bangkatan.

Grafik 4.14 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Tekun

c. Simpang Pekong Keling

Sebanyak 75% responden yang mengingat bangunan toko, 48% responden yang mengingat Bangkatan dan 64% responden yang mengingat kuil Sri Mariaman pada simpang Pekong Keling (Jalan Kapten Muslim-Jalan Ahmad Yani). Peneliti berinterpretasi bahwa persentase responden yang mengingat Bangkatan lebih rendah apabila dibandingkan dengan simpang lainnya (gambar 4.15). Hal ini dikarenakan jumlah pedagang kaki lima pada simpang tersebut semakin sedikit, sehingga kurang terasakan secara visual. Adapun persentase responden yang mengingat kuil Sri Mariaman cukup tinggi, dikarenakan letak kuil tersebut yang berada tepat pada sudut persimpangan, yang menjadi titik

0 20 40 60 80

Bangkatan Bangunan Toko Aktivitas


(69)

tanda dimana pengamat akan meninggalkan koridor Jalan Ahmad Yani, menuju Jalan K.H.Ahmad Dahlan.

Grafik 4.15 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Pekong Keling

Hasil kuesioner tersebut telah membuktikan bahwa terdapat suatu image/citra yang kuat yang sudah melekat dalam diri masyarakat terutama dari keberadaan bangunan komersil koridor Jalan Ahmad Yani. Hal tersebut tergambarkan pada banyaknya responden yang mengingat bangunan toko terutama pada ketiga persimpangan dimana jumlah rata-ratanya sebanyak 87% dan responden yang mengingat Bangkatan berjumlah rata-rata sebanyak 65% (gambar 4.15). Citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan diperkuat pula dengan responden yang mengingat adanya aktivitas pada persimpangan yang memiliki jumlah rata-rata sebanyak 63%. Maka dapat dikatakan fungsi bangunan-bangunan di koridor jalan Ahmad Yani sudah sesuai dengan aktivitas masyarakatnya, sehingga bangunan tesebut mampu menciptakan

0 20 40 60 80

Bangkatan Bangunan Toko Aktivitas Kuil


(70)

suatu kualitas pencitraan yang kuat terhadap koridor Jalan Ahmad Yani sebagai koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangkatan).

Berikut hasil kesimpulan mengenai kualitas pencitraan pada koridor Jalan Ahmad Yani apabila dilihat dari kajian legibilitynya dengan menghubungkan teori, hasil observasi, dan kuesioner, yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut (tabel 4.1).

Tabel 4.1

Tabel hasil kesimpulan kajian legibility dalam membangun citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

Teori (Kevin Lynch)

Observasi Hasil Kuesioner

Interpretasi Citra yang Muncul Legibility diperkuat oleh keberadaan elemen perkotaannya, yaitu:  Edge; Sungai Mencirim  Landmark; a. Kuil Sri

Maria-man b. Skycross Pasar  Edge; Letak sungai sangat tertutup dan sulit untuk diamati karena harus menelusuri gang kecil sehingga tidak dapat memberikan kualitas pencitraan yang maksimal. 26% responden memilih Sungai Mencirim sebagai penanda (kualitas pencitraan tidak kuat). Hasil observasi dan kuesioner sudah sesuai, namun bertentangan dengan teori karena elemen edge justru melemahkan kualitas pencitraan koridor Jalan Ahmad Yani. (Tidak ada)


(71)

Teori (Kevin Lynch)

Observasi Hasil Kuesioner

Interpretasi Citra yang Muncul Selayang  Node; a. Simpang Jalan Kapten Muslim-A.Yani b.Simpang Jalan Hos Cokroa- minoto-A.Yani c. Simpang Jalan K.H.Ahlad Dahlan-A.Yani  Landmark; keberadaan kuil dan skycross mendukung fungsi perdagangan pada koridor Jalan Ahmad Yani. Rata-rata 80% responden mengingat bangunan ruko dan 74% responden mengingat Bangkatan (kualitas pencitraan kuat). Elemen landmark memiliki legibility yang kuat, dikarenakan bentuk bangunannya unik dan letaknya yang strategis berada tepat pada persimpangan/ node. Kawasan perdagang-an  Node; Adanya penamaan node: -Simpang Irian -Simpang Tekun -Simpang Pekong Keling Hal ini menggambarka n keberadaan bangunan komersil sudah melekat kuat dalam citra/image masyarakat kota Binjai. Rata-rata 87% responden mengingat bangunan ruko dan 65% responden mengingat Bangkatan (kualitas pencitraan kuat). Elemen node memiliki legibility yang kuat, dikarenakan Simpang Irian dan Tekun merupakan titik awal ketika pengamat memasuki koridor Jalan A.Yani, dan Simpang Pekong Keling merupakan titik akhir/akses keluar dimana pengamat meninggalkan Jalan A.Yani. koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangka-tan)


(72)

4.2 Identitas dan Susunan

Identitas dan susunan menggambarkan hubungan dan pola pada ruang perkotaan yang jelas dan mudah dikenali. Menurut Roger Trancik (1986), susunan dapat dilihat melalui gambar figure ground yang berupa elemen solid dan void pada koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.

4.2.1 Susunan Massa Bangunan dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani

Dapat dilihat pada gambar 4.16, massa bangunan pada koridor Jalan Ahmad Yani Binjai bersifat homogen. Diketahui bangunan tersebut merupakan bangunan pertokoan yang masing-masing massanya memiliki lebar ±4m yang saling berbatasan dan ketinggian antara ±8-12m. Cakupan bangunan terlihat lebih padat daripada ruang eksteriornya sehingga membentuk sebuah ruang positif yang berkelanjutan membentuk suatu void berupa koridor publik.

Gambar 4.16 Ilustrasi Pola Ruang Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

Gabungan dari kedua elemen solid dan void pada koridor Jalan Ahmad Yani membentuk suatu figure-ground yang berpola linear. Dengan kata lain, pola tersebut membuktikan citra fisik dari koridor Ahmad Yani sebagai koridor yang linear. Maka


(73)

peneliti berinterpretasi dengan bentukan fisik koridor yang sederhana seperti yang terlihat pada gambar 4.17, pengamat dapat dengan mudah memahami pola ruang kota pada koridor Jalan Ahmad Yani sehingga dapat menciptakan suatu kesan secara menyeluruh yaitu sebagai koridor yang terbentuk dari barisan bangunan. Hanya ada tiga bangunan yang massanya sedikit berbeda. Namun walaupun ketiganya merupakan ruang publik yang dapat diakses masyarakat umum sehingga berskala lebih besar, namun perletakannya tetap mengikuti garis koridor yang lurus. Pengaruh keberadaan bangunan publik terhadap susunan di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 4.17 Figure-Ground Plan Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

a. Pengaruh keberadaan kuil terhadap susunan koridor Jalan Ahmad Yani

Kuil tersebut merupakan Kuil Sri Mariaman yang berada tepat di tengah-tengah void internal yang cukup luas di sekelilingnya dan terletak di ujung persimpangan (node). Keberadaan void tersebut menggambarkan susunan solid yang tidak berulang dan membentuk karakter khusus sebagai ruang yang bersifat privat/semi-publik. Apabila dilihat pada figure-ground plan pada gambar 4.17,


(74)

void privat dan publik (jalan) tergabung menjadi satu, sehingga memberikan kesan luas di sekitar kuil tersebut. Ketika pengamat berjalan mengamati koridor Jalan A.Yani akan merasakan lingkungan padat yang berubah menjadi luas yang menimbulkan perasaan telah “keluar” dari kawasan/daerah tersebut.

b. Pengaruh keberadaan sekolah (Methodist Binjai) terhadap susunan koridor Jalan Ahmad Yani

Dapat dilihat pada gambar 4.17, sekolah memiliki void internal yang luas di tengah-tengahnya, sehingga membentuk sebuah gambaran void sebagai gerbang/pintu masuk bangunan tersebut yang memberikan kesan menyambut pengunjung, membuat bangunan ini memiliki karakter khusus sebagai ruang publik.

c. Pengaruh keberadaan skycross (Pasar Selayang) terhadap susunan koridor Jalan Ahmad Yani

Skycross terdiri dari elemen void di bagian bawahnya (lantai dasar) dan elemen solid pada bagian atasnya. Terlihat pada gambar 4.17, elemen solid pada skycross memecah elemen solid di sekitarnya dan elemen voidnya menghubungkan void di koridor Jalan Ahmad Yani dengan void di koridor jalan lainnya (di sisi Timur terdapat Jalan Imam Bonjol dan di sisi Barat terdapat Jalan Sudirman) sehingga terbentuk suatu jalur penghubung antar koridor.


(75)

4.2.2 Nama Jalan dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani

Salah satu karakteristik non fisik yaitu penamaan suatu tempat dinyatakan Kevin Lynch (1960) sangat penting dalam mempertegas identitas tempat tersebut. Penamaan tempat tersebut dapat menjadi petunjuk lokasi dan juga menggambarkan susunan elemen perkotaan berdasarkan bentuk fisiknya baik dari aspek sosial, sejarah, fungsi, ekonomi, ataupun individual. Penamaan yang paling dikenal masyarakat adalah penamaan Bangkatan/ Pasar Kaget. Dinamakan Bangkatan karena dulunya Jalan Ahmad Yani merupakan Jalan Bangkatan (sebutan ketika masa kolonial Belanda) dan dinamakan pasar kaget karena hanya beroperasi pada malam hari dan hilang pada siang harinya. Di sekitar Jalan A.Yani Binjai juga memiliki beberapa persimpangan yang memiliki sebutan tersendiri bagi warga Binjai, seperti simpang Irian, simpang Tekun, dan simpang pekong keling. Sebutan tersebut berasal dari nama bangunan yang sering terlihat pada masing-masing persimpangan (Rumah Makan Irian, Toko Tekun, dan Pekong Keling).

Dengan mengkaji identitas koridor Jalan Ahmad Yani Binjai berdasarkan penamaan tempatnya, peneliti berinterpretasi bahwa identitas tersebut terbentuk dari nilai sejarah tempat tersebut. Menurut Schulz (1980), suatu tempat dapat kehilangan identitasnya apabila pengaruh sejarahnya tidak diwujudkan. Pengaruh sejarah dari koridor Jalan Ahmad Yani dapat terlihat dari keberadaan Bangkatan, rumah makan Irian, Toko Tekun, Kuil Sri Mariaman (Pekong Keling) yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Bahkan walaupun sekarang toko Tekun sudah tidak beroperasi lagi, simpang di Jalan Imam Bonjol-Ahmad Yani ini tetap disebut simpang Tekun oleh


(76)

masyarakat Kota Binjai. Penyebutan nama Pekong Keling berasal dari bahasa hokkien dimana “Pekong” diartikan sebagai dewa/leluhur, sehingga Pekong Keling dapat diartikan sebagai tempat pemujaan dewa/leluhur etnis India. Maka dengan adanya asal penamaan tersebut, telah menggambarkan suatu image/citra yang kuat yang sudah melekat dalam diri masyarakat tentang keberadaan bangunan komersil dan ruang publik yang sudah lama ada pada koridor Jalan Ahmad Yani.

Kualitas pencitraan koridor Jalan Ahmad Yani Binjai yang dihasilkan dari kajian identitas koridor Jalan Ahmad Yani dapat dilihat dari hasil kuesioner pada gambar 4.18 dimana terdapat kualitas pencitraan yang cukup kuat pada simpang Pekong Keling dan Bangkatan. Sebanyak 48% responden memilih simpang Pekong Keling dan 71% responden memilih bangkatan. Hanya sedikit responden yang memilih Simpang Tekun (14%) dan Simpang Irian (13%). Hal ini disebabkan lokasi bangunan yang mewakilkan penamaan simpang tersebut tidak berada di dalam koridor Jalan Ahmad Yani. Toko Tekun berada di Jalan Hos Cokroaminoto dan Rumah Makan Irian berada di Jalan Kapten Muslim. Keberadaan Pekong Keling masih belum cukup kuat diingat oleh masyarakat apabila dibandingkan dengan responden yang memilih Bangkatan. Hal tersebut terjadi karena penamaan pada kuil tersebut tidak mewakilkan sejarah koridor Jalan Ahmad Yani, melainkan berasal dari sebutan lain kuil dalam bahasa hokkien. Hal tersebut juga berlaku dengan penamaan simpang Irian dan Tekun. Penamaan pada ketiga simpang tersebut tidak seperti penamaan Bangkatan yang mengingatkan masyarakat pada masa kolonial Belanda dahulu. Maka dengan menimbang hasil observasi dan kuesioner, dapat disimpulkan


(77)

bahwa Bangkatan mampu untuk mewakilkan identitas dari koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.

Gambar 4.18 Persepsi Masyarakat Terhadap Identitas Koridor Jalan Ahmad Yani Dilihat dari Nilai Sejarahnya

0 20 40 60 80 Bangkatan

Simpang Irian Simpang Tekun Simpang Pekong …


(78)

Berikut hasil kesimpulan mengenai kualitas pencitraan pada koridor Jalan Ahmad Yani apabila dilihat dari kajian identitas dan susunannya dengan menghubungkan teori, hasil observasi, dan kuesioner, yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut (tabel 4.2).

Tabel 4.2

Tabel Hasil Kesimpulan Kajian Susunan dan Penamaan Jalan dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

Teori (Kevin Lynch

dan Roger Trancik)

Observasi Hasil Kuesioner

Interpretasi Citra yang Muncul Susunan dapat dilihat pada gambar figure ground dan identitas dapat dilihat dari penamaan tempat yang memiliki makna, yaitu:  Susunan massa bangunan; Pola ruang koridor Jalan Ahmad Yani Binjai  Nama jalan;

Susunan; Deretan massa bangunan bersifat homogen dan membentuk sebuah void/ruang positif yang berkelanjutan berupa koridor publik yang berpola linear. Pola ruang sederhana tersebut dapat memudahkan pengamat da-lam mencipta-kan pencitraan yang kuat dan menyeluruh.

Elemen solid dan void pada koridor Jalan A.Yani membentuk figure-ground suatu koridor linear. sebuah koridor yang terbentuk oleh barisan bangunan.


(79)

Teori (Kevin Lynch

dan Roger Trancik)

Observasi Hasil Kuesioner

Interpretasi Citra yang Muncul a. Simpang Irian b. Simpang Tekun c. Simpang Pekong Keling d. Bangkatan

Nama jalan; Terdapat suatu image/citra yang kuat yang sudah melekat dalam diri masyarakat tentang keberadaan bangunan komersil dan ruang publik yang memiliki nilai sejarah pada koridor Jalan Ahmad Yani. Sebanyak 71% responden mengingat Bangkatan (kualitas pencitraan kuat). Penamaan Bangkatan sudah memiliki makna yang kuat di dalam ingatan masyarakat, dilihat berdasarkan nilai sejarahnya. Bangkatan sebagai identitas koridor Jalan Ahmad Yani Binjai


(1)

Kajian Teori Observasi Kuesioner Interpre-tasi Elemen Pembentuk Citra Citra yang Muncul Memfokus-kan bagaimana kehidupan sosial di jalanan dapat diatur berdasarkan peraturan, sehingga dapat mempenga-ruhi citra yang terbentuk, dilihat pada: Kontrol dan Pertahanan Perubah-an koridor; a. Pemba-ngunan ruko b. Relokasi Bangkat-an

Tata guna lahan; Fungsi peruntuk-an  Perubahan Pada tahun 1960-2000 terjadi pembangunan ruko dan relokasi Bangkatan. Hal tersebut otomatis juga merubah citra koridor Jalan Ahmad Yani.  Tata guna

lahan; mayoritas peruntukan lahan koridor Jalan Ahmad Yani berupa fungsi perdagangan dan citra stan PKL kaki lima merupakan hasil dari penataan ruang. Sebanyak 58% respon-den merasa pemba-ngunan ruko dan 70% respon-den merasa keberada-an Bangkat-an dapat mempeng aruhi ingatan masyara-kat terhadap Jalan Ahmad Yani. Perubah-an pemerin-tah dalam mengatur kota mampu mempe-ngaruhi ingatan masyara-kat terhadap koridor Jalan Ahmad Yani.  Bangun-an ruko  Bangkat -an Sebagai kawasan komersil/ pertoko-an dpertoko-an lokasi pusat daga-ngan kaki lima di Kota Binjai.


(2)

Pada tabel 4.7 telah ditemukan berbagai elemen pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai. Elemen yang paling kuat dalam membentuk citra Koridor Jalan Ahmad Yani adalah bangunan ruko dan Bangkatan. Bagian dari elemen ruko yang membentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani adalah fasade bangunan, massa bangunan, desain, aktivitas, dan fungsinya. Bagian dari elemen Bangkatan yang membentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai adalah nilai sejarah, desain, aktivitas, fungsi, dan penataannya. Keduanya memiliki kualitas legibility, identitas, dan imagibility yang cukup jelas sehingga dapat menciptakan pencitraan yang kuat pada koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.

Karena metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya (observasi dan kuesioner) sudah sesuai dengan teori yang dijadikan acuan dalam menemukan citra koridor jalan, sehingga peneliti dapat mengambil kesimpulan akhir mengenai citra koridor Jalan Ahmad Yani, yaitu sebagai barisan pertokoan yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga dan pusat jajanan kuliner di Kota Binjai (Bangkatan).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada koridor Jalan Ahmad Yani Binjai terdapat elemen pembentuk citra yang mendominasi yaitu dari keberadaan bangunan-bangunan ruko dan ruang publiknya, Bangkatan. Keduanya mampu untuk menciptakan suatu kualitas pencitraan yang kuat pada koridor Jalan Ahmad Yani yang dihasilkan dari segi legibility, identitas dan susunan, serta imagibilitynya dan hal tersebut sudah didukung oleh teori yang dikaji. Apabila dilihat dari segi perencanaan dan desain, identitas dan praktek sosial, serta kontrol dan pertahanan, keduanya merupakan elemen yang paling mempengaruhi citra koridor Jalan Ahmad Yani (berdasarkan kondisi fisik dan non fisik di lapangan berupa gambaran desain, aktivitas, fungsi dan penataannya).

Berdasarkan tabel hasil temuan (tabel 4.7), diketahui Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai memiliki dua pencitraan. Hal ini dipengaruhi akibat adanya pengalaman yang berbeda yang dialami oleh pengamat pada waktu siang dan malam hari. Pada siang hari, koridor Ahmad Yani memiliki pencitraan sebagai kawasan perdagangan yang berasal dari keberadaan pertokoannya yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga seperti bahan memasak, makanan, perabotan, dan mainan. Pada malam harinya, aktivitas pertokoan tersebut sudah tidak ada (tutup toko), sehingga digantikan oleh kawasan perdagangan yang berasal dari keberadaan stand-stand


(4)

Bangkatan merupakan pusat jajanan kuliner yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. Walaupun keduanya terkesan sangat berbeda, namun memiliki satu persamaan, yaitu keduanya sama-sama merupakan bagian dari kegiatan perdagangan/komersil di koridor Jalan Ahmad Yani.

5.2 Saran

Dalam memberikan saran, peneliti mengacu kepada hasil temuan dan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian. Terdapat beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa koridor Jalan Ahmad Yani Binjai memiliki kualitas pencitraan yang lemah pada elemen edgenya, yaitu Sungai Mencirim Binjai. Maka dibutuhkannya revitalisasi sungai yang baik yang dapat dimanfaatkan untuk menambah estetika maupun memberi kesan luas terhadap ruang koridor Jalan Ahmad Yani Binjai sehingga mampu memperkuat citra koridor tersebut.

b. Dibutuhkannya kualitas ruang publik yang lebih baik di koridor Jalan Ahmad Yani. Diketahui Bangkatan merupakan pusat jajanan kuliner terbesar di Kota Binjai. Akan tetapi, kualitas tempat tersebut kurang dikembangkan secara maksimal. Hal ini digambarkan dari material-material seperti terpal yang digunakan oleh pedagang kaki lima yang dapat memberikan kesan kumuh terhadap koridor Jalan Ahmad Yani.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Lynch, K. (1960). The Image of The City, USA: The MIT Press.

Trancik, R. (1986). Finding lost space:Theories of Urban Design, New York: John Wiley & Sons inc.

Fyfe, N. (1998). The Image of The Street, London & NewYork: British Library. Jacobs, J. (1961). The Life and Death of Great American Cities: The Failure of Town

Planning, New York: Random House inc.

Bentley, I., Alcock, A., Murrain, P., McGlynn, S., & Smith, G. (1985). Responsive Environments a Manual For Designers, London: Architectural Press

Schulz, C. N. (1984). Genius Loci-Towards A Phenomenology of Architecture, New York: Rizolly International Publication.

Garnham, L. (1985), Maintaining The Spirit of Place : A Process for The Preservasion of Town Character, Arizona: PDA Publishers Corporation. Knaack,U.; Klein,T.;Bilow,M;Auer.T. (2007). Facades Principles of Construction,

Berlin: Bikhauser Architecture.

Werdiningsih, Hermin (2006), Membangun Pencitraan Kawasan Jalan Pandanaran Sebagai Pusat Oleh-Oleh Kota Semarang, Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman, 5(2), pp. 65, Semarang.

Arikunto, Suharsimi (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: PT Rineka Cipta

Pawito (2008), Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.


(6)

Mustafa, H. (2003), Metode Penelitian, Bandung: Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Niaga. Syoufa, Ade (2012), Tinjauan Pengaruh Warna Terhadap Kesan dan Psikis

Penghuni pada Bangunan Rumah Tinggal, Depok: Universitas Gunadarma. Situs Pemerintah Kota Binjai <http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html/> Dilihat