2.1 Gambaran Citra Jalan - Kajian Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam mengkaji teori yang berkaitan dengan citra jalan, tentunya tidak lepas

  dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan dengan citra kawasan adalah sebagai berikut.

  2.1 Gambaran Citra Jalan

  Lynch (1960) mengungkapkan bahwa citra publik terhadap suatu lingkungan tercipta dari sekumpulan pandangan pengamat yang berbeda. Dengan melihat suatu tempat akan mempunyai kesenangan tersendiri yang membuatnya ingin dijelajahi. Setiap individu mengamati suatu tempat dengan berjalan melaluinya, bersinggungan dengan alam sekitar, mengalami serangkaian peristiwa, sehingga memperoleh suatu pengalaman. Maka dapat dikatakan bahwa citra suatu koridor merupakan hasil dari proses interaksi dua arah antara pengamat dengan lingkungannya. Dengan mengacu pada teori Lynch tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa citra koridor dapat terbentuk ketika seseorang menjelajahi suatu kota sehingga memperoleh pengalaman tertentu yang dapat menjadi makna/kesan akan tempat tersebut.

2.2 Citra Jalan

  Janes Jacob (1961) mengungkapkan bahwa jalan merupakan daerah pertemuan sosial dan demonstrasi, tempat untuk didominasi dan dipertahankan, tempat yang dapat menimbulkan kesenangan maupun kegelisahan. Para modernis lebih memilih jalan yang merupakan ruang ‘untuk mencapai dari A ke B, dan bukanlah tempat untuk ditinggali’, mengganti jalan ‘dari kehidupan dunia menjadi sistem’. Bagi postmodernis, jalan merupakan tempat yang didesain untuk memelihara dan menyempurnakan gaya hidup perkotaan yang baru, yang mengubah kembali pernyataan bahwa jalan yang sebelumnya dianggap sebagai sistem menjadi kehidupan dunia.

  Peneliti berinterpretasi bahwa jalan dapat memiliki fungsi yang berbeda tergantung kepada pemikiran penggunanya. Apabila pengguna merasa bahwa jalan lebih berfungsi sebagai tempat untuk berpindah atau bergerak, maka jalan akan dianggap sebagai jalur. Apabila pengguna merasa bahwa jalan merupakan satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gaya hidup, maka jalan akan dijadikan sebagai suatu bagian kota yang penting yang memiliki fungsi dan aktivitas yang beragam, bukan hanya sebagai jalur yang berfungsi sebagai tempat orang berpindah dari titik awal sampai tempat tujuannya saja. Fungsi dan aktivitas yang beragam tersebut dapat berupa fungsi komersil, fungsi estetika, dan lain sebagainya. Berdasarkan fungsi- fungsi tersebut akan diperoleh pengalaman serta kesan yang berbeda-beda pada diri seseorang mengenai citra jalan tersebut.

  Lynch (1960) menyatakan 3 kualitas pencitraan yang dapat mempermudah seseorang untuk mendapatkan gambaran mental yang kuat terhadap suatu kawasan, yaitu:

  1. Legibility (mudah dibaca) Legibility merupakan kemampuan untuk memahami kejelasan bentuk ruang perkotaan sehingga baik masyarakat dalam kota maupun luar kota mendapatkan image tersendiri untuk kawasan tersebut. Legibility sangat penting dalam dua hal, yaitu bentuk fisik dan pola aktivitas (kegunaan).

  Apabila kedua hal tersebut saling berdukungan satu sama lainnya, maka seseorang dapat dengan cepat memahami tempat tersebut. Legibility pada skala yang lebih sempit dari kota yaitu kawasan, dapat dilihat dari berbagai elemen seperti jalur-jalur kecil, node, edge dan landmark. Hal ini dapat digambarkan melalui peta mental dari pengamat baik bentuk maupun penyusunan pada ruang perkotaan. Menurut Bentley, terdapat 2 hal yang dapat diperoleh dengan adanya legibility jalan yang kuat: a.

  Untuk memberikan karakter jalan yang kuat, sehingga dapat dibedakan oleh pengamat dengan jalan-jalan lainnya.

  b.

  Untuk menunjukkan berbagai bagian yang penting pada jalan.

  2. Struktur dan identitas Menurut Roger Trancik (1986), struktur dan identitas merupakan pola blok- blok perkotaan, bangunan, dan ruang yang jelas dan mudah untuk dikenali.

  Struktur dapat menggambarkan susunan, hubungan, maupun pola pada ruang perkotaan yang dapat dilihat melalui gambar figure ground (gambar 2.1).

  Figure ground merupakan hubungan pola solid (massa bangunan) dan void (ruang terbuka).

Gambar 2.1 Tipologi Elemen Solid dan Void suatu Koridor Jalan

  Sumber: Trancik (1986: 101) Elemen solid merupakan elemen bangunan yang berfungsi sebagai wadah kegiatan manusia. Terdapat beberapa tipe pada elemen solid, yaitu sebagai monument/lembaga publik, blok yang mendominasi, susunan bangunan yang tidak berulang dan memiliki bentuk khusus. Elemen void mempunyai lima tipe yang berfungsi sebagai eksterior perkotaan, yaitu sebagai ruang masuk, internal void, jaringan utama jalan dan lapangan, taman publik dan kebun, serta sistem ruang terbuka linear yang biasanya dihubungkan dengan perairan. Hubungan kedua elemen ini tercipta dari bentuk dan lokasi bangunan, desain dari elemen di sekitar koridor (seperti dinding), dan jalur pergerakan yang menghasilkan suatu tipologi figure- ground yang dapat dilihat pada gambar 2.1.

  Identitas merupakan objek pengenal sehingga seseorang dapat memahami gambaran perkotaan. Objek tersebut harus memiliki makna bagi pengamat baik berdasarkan kegunaan maupun secara emosional. Makna dapat diperoleh dari aspek sosial, sejarah, fungsional, ekonomi, ataupun individual.

  Penamaan suatu tempat berdasarkan keadaan sekitarnya juga memperjelas identitas tempat karena identitas dapat menjelaskan bentuk fisik dan posisi dari objek tersebut.

  3. Imagibility Imagibility merupakan konsep dasar mengenai kemampuan pengamat untuk menciptakan suatu kesan, bagaimana persepsi pengamat dalam pergerakan dan bagaimana pengamat memperoleh pengalaman pada ruang perkotaan. Ruang sekitar yang berurutan secara kompleks dan menyerupai pedesaan diilustrasikan secara efektif oleh seniman townscape bernama Gordon Cullen.

  Beliau menggunakan gambar untuk memperoleh perasaan pada pergerakan melalui ruang (gambar 2.2). Sebagai tambahan terhadap persepsi suatu tempat dan citra ruang, beliau secara tidak langsung menunjukkan kondisi fisik dari eksterior kota, hubungan antara objek dan pergerakan, juga dengan pengalaman ketika sampai atau meninggalkan ruang kota.

Gambar 2.2 Urutan/ Sequence Townscape

  Berdasarkan Perspektif Gordon Cullen Sumber: Trancik (1986: 122)

  Dapat dilihat pada gambar 2.2, hasil karya beliau merupakan demonstrasi yang sangat kuat terhadap kebutuhan untuk memahami dan secara grafis menganalisa karakteristik individual dan urutan dari ruang publik pada lingkungan yang terbangun. Jalan selalu memiliki daya tarik tertentu sebagai daerah pertemuan dan demonstrasi, site dominasi dan pertahanan, tempat suka dan duka yang biasanya selalu menjadi fokus dari desain perkotaan modern ataupun post-modern. Maka dari itu, untuk menemukan kepentingan, kesenangan, dan tekanan dari suatu jalan, Nicholas Fyfe (1998) di dalam bukunya yang berjudul Images of the Street membagi citra jalan ke dalam tiga fokus utama, yaitu:

1. Planning and design (Perencanaan dan desain)

  Perencanaan dan desain membahas mengenai bagaimana citra jalan dapat terbentuk dari pengaruh antara gagasan politik yang mendominasi, mengenai persoalan perencanaan ekonomi dan politik daerah. Maka perencanaan dan desain ini dapat berupa desain berbagai aspek suatu kota baik bangunannya maupun eksteriornya yang mendukung dalam proses terbentuknya suatu citra. Hal ini dapat dibaca melalui streetscape yang dapat menggambarkan kekuatan ide yang dominan dan praktek yang berlaku ataupun keistimewaan yang dibuat oleh pendesain (gambar 2.3).

Gambar 2.3 Contoh Gambar Streetscape CBD

  Kamm’s Corner, Amerika Sumber: /http

2. Social identity and social practices (Identitas dan praktek sosial)

  Identitas dan praktek sosial menggambarkan materi kualitatif, untuk mengetahui perbedaan sosial dari pengalaman masing-masing individu yang berada di jalan, untuk mengetahui bagaimana indentitas sosial dapat terbentuk dan terwakili dari gambaran yang diberikan. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran bagaimana suatu ruang publik dapat diakses oleh seluruh masyarakat dan membuktikan bagaimana jalan dapat menjadi aktif yang dibentuk dan diperjuangkan oleh identitas sosialnya. Hal ini dapat terlihat dengan mengobservasi berbagai aspek sebagai berikut: a.

  Aspek sosial Aspek sosial dapat ditemukan oleh pengamat pada lokasi-lokasi bersantai/berinteraksi seperti lapangan, taman, teater. Dengan melewati jalan-jalan tertentu untuk melalukan rutinitas tersebut, akan menunjukkan bagaimana seseorang menjalani kehidupannya dan bagaimana hubungan, kebiasaan, dan gambaran dapat terbentuk.

  b.

  Aspek budaya Aspek budaya digambarkan melalui pengalaman sehari-hari di jalan yang difokuskan ke dalam kebiasaan masyarakatnya. Seperti dengan adanya dua mall pada suatu jalan telah menciptakan budaya masyarakatnya yang konsumtif. c.

  Aspek ekonomi Aspek ekonomi digambarkan melalui kebutuhan masyarakatnya. Seperti kebutuhan untuk makan menjadikan jalan sebagai ruang publik untuk usaha kuliner.

3. Control and resistance (Kontrol dan pertahanan)

  Kontrol dan pertahanan memfokuskan bagaimana kehidupan sosial di jalanan dapat diatur berdasarkan peraturan, penertiban, dan pengawasan. Keduanya secara langsung diatur oleh pihak yang berwenang, seperti polisi, dan secara tidak langsung diatur oleh arsitektur dan desain perkotaannya.

2.3 Konsep Teori Citra Suatu Koridor

  Adapun konsep teori dari tinjauan/ kajian atas beberapa literatur yang diperoleh sehingga dapat membantu dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut (gambar 2.4).

  Untuk literatur mengenai citra koridor,

  Citra

  diperoleh dari teori:

  Kawasan a.

  Kevin Lynch (1960)

  Menggam-

  Lynch, Kevin, The Image of The

  barkan City,The MIT Press, Cambridge,

  Massachussets, 1960

  Citra Jalan

  Untuk literatur mengenai citra jalan, diperoleh legibility dari teori: b.

  Kevin Lynch (1960) identitas dan Lynch, Kevin, The Image of The susunan

  City,The MIT Press, Cambridge,

  Massachussets, 1960 imagibility c.

  Roger Trancik (1986) Trancik, Roger, Finding lost

  space:Theories of Urban Design, John

  perencanaan dan Wiley & Sons inc., New york, 1986 desain d.

  Nicholas R.Fyfe (1998) Fyfe, Nicholas R, The Image of The

  Identitas dan

  Street,British Library, London &

  Praktek Sosial Newyork, 1998

  Kontrol dan Perlawanan