Tingkat Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio CAR

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR yang dimiliki bank. Capital adequacy ratio CAR menurut Dendawijaya 2005 adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari modal sendiri bank, di samping memperoleh dana- dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman utang, dan lain-lain.Dengan kata lain, capital adequacy ratio CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal sendiri yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Pengertian modal berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka menurut Taswan 2006 modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Modal Inti Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa: 1 Modal disetor, adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. 2 Agio saham, adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga jual saham yang melebihi nilai nominalnya. 3 Cadangan umum, adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian anggaran dasar masing-masing bank. 4 Cadangan tujuan, adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapatkan persetujuan RUPS atau rapat anggota. 5 Laba yang ditahan retained earning, adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan. 6 Laba tahun lalu, adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau rapat anggota. Laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 7 Laba tahun berjalan, adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Laba tahun berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. b. Modal Pelengkap Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa: 1 Cadangan revaluasi aktiva tetap, adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dirjen pajak. 2 Cadangan penghapusan aktiva yang dapat diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. 3 Modal kuasi, adalah modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau hutang dan mempunyai ciri-ciri: tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal subordinated dan telah dibayar penuh, tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank Indonesia, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi retained earnings dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti meskipun bank belum dilikuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. 4 Pinjaman subordinasi, adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka waktu lima tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo atas persetujuan Bank Indonesia. Posisi capital adequacy ratio CAR suatu bank menurut Widjanarto 2003 sangat tergantung pada: 1 Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, 2 Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya, 3 Total aktiva suatu bank, semakin besar aktiva semakin bertambah pula risikonya, 4 Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba. Selain itu menurut Widjanarto 2003, posisi CAR dapat ditingkatkan atau diperbaiki dengan: 1 Memperkecil komitmen pinjaman yang digunakan, 2 Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga risiko semakin berkurang, 3 Fasilitas bank garansi yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besarnya dengan pinjaman ada baiknya dibatasi, 4 Komitmen LC bagi bank-bank yang belum benar-benar memperoleh kepastian dalam penggunaannya atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi, 5 Penyertaan yang memiliki risiko 100 perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat optimal atau tidak, 6 Posisi aktiva dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan sekedar memenuhi kelayakan, 7 Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go public, dan pinjaman subordinasi jangka panjang dari pemegang saham. Kewajiban bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.913PBI2007 menyebutkan bahwa bank wajib memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan baik risiko pasar maupun risiko kredit adalah minimal sebesar 8. Keputusan ini mengacu pada keputusan Bank for International Settlement, sebuah lembaga yang diakui sebagai Bank Central Global yang keputusannya harus diikuti oleh bank di seluruh Indonesia. Capital Adequacy Ratio CAR menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 831DPBPR tanggal 12 Desember 2006, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank menurut Dendawijaya 2005:40 adalah sebagai berikut: 1 ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai-nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. 2 ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut. 3 Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif 4 Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank modal inti + modal pelengkap dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

7. Suku Bunga

Bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank nasabah yang memperoleh pinjaman Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu : a. Bunga simpanan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. b. Bunga pinjaman Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit. Kedua macam bunga tersebut merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Ketika bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga: 1 Kebutuhan dana Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.