65
ditolak jika diperoleh nila p value 0.05, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara parsial antara efektivitas pengendalian intern kas dan
perputaran piutang terhadap likuiditas. Maka keputusan uji t dapat diartikan tiap variabel secara individu. Pertama, efektivitas
pengendalian intern kas terhadap likuiditas Y yaitu apabila
dengan meningkatkan indikator-indikator pengendalian intern kas 1 tingkat lebih baik maka likuiditas akan meningkat sebesar
koefisian efektivitas pengendalian intern kas, dengan asumsi variabel lain konstan. Kedua, perputaran piutang
terhadap likuiditas Y yaitu apabila tingkat perputaran piutang mengalami peningkatan
sebesar 1 kali maka likuiditas akan meningkat sebesar koefisien
perputaran piutang, dengan asumsi variabel lain konstan.
3.7.4 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik tergantung dari apakah model regresi yang kita gunakan memenuhi asumsi-asumsi model regresi linier klasik. Terdapat
tiga asumsi klasik, namun untuk penelitian ini hanya menggunakan satu
asumsi klasik yaitu:
1. Multikolinieritas
Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel yang menjelaskan
yang termasuk dalam model. Hubungan linier antara variabel independen dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang
sempurna dan hubungan linier yang kurang sempurna. Gujarati
66
1978:44 mengatakan bahwa adanya multikolinieritas masih menghasilkan estimator yang BLUE best linier unbiased estimator
atau penaksir tak bias linier terbaik, tetapi menyebabkan suatu model mempunyai varians yang besar. Karena varians terus naik atau
membesar jika ada multkolinieritas maka standar error juga membesar.
Oleh karena itu, dampak adanya multikolinieritas jika kita menggunakan teknik estimasi dengan metode OLS tetapi masih
mempertahankan asumsi lain adalah sebagai berikut: a
Estimator masih bersifat BLUE dengan adanya multikolinieritas namun estimator mempunyai varians dan kovarians yang besar
sehingga sulit mendapatkan estimator yang tepat. b
Akibat nomor 1, maka membuat variabel independen secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
c Walaupun secara individu variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen melalui uji t statistik, namun nilai koefisien determinasi
2
r masih tinggi. Ciri-ciri adanya gejala multikolinieritas adalah sebagai berikut:
a Nilai
2
r tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan.
Model mempunyai determinasi
2
r yang tinggi, tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan mempengaruhi
variabel dependen melalui uji t. Namun berdasarkan uji F secara
67
statistik signifikan yang berarti semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dalam hal ini
terjadi kontradiktif melalui uji t yang secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, namun secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependen. b
Korelasi parsial antar variabel independen. Jika koefisien korelasi antara variabel independen tinggi,
maka diduga terjadi multikolinieritas. Masalah ini timbul terutama pada data time-series, dimana korelasi antar variabel
independen cukup tinggi. c
Menggunakan Variance Inflator Factor VIF. Melaui output komputer, multikolinieritas dapat dilihat dari
tolerance dan lawannya Variance Inflator Factor VIF. Jika nilai tolerance lebih kecil dari nilai VIF maka tidak terjadi
multikolinieritas. Adapun cara-cara untuk mengatasi mulktikolinieritas adalah
sebagai berikut: a
Menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai korelasi linier kuat.
b Transformasi variabel.
c Penambahan data observasi.
68
2. Heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas merupakan uji adanya varians residual yang tidak konstan. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas dalam
model regresi yaitu melakukan transformasi dalam bentuk regresi dengan cara membagi model regresi dengan salah satu variabel
bebas yang digunakan dalam model tersebut serta dengan melakukan ransformasi log. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat
scaterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum KPRI di Kabupaten Kendal
Koperasi Pegawai Republik Indonesia KPRI di Kabupaten Kendal sebelumnya bernama Koperasi Pegawai Negeri KPN, tetapi
setelah berlakunya UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian berubah nama menjadi Koperasi Pegawai Republik Indonesia KPRI.
Tujuan utama KPRI di Kabupaten Kendal adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat sekitar pada
umumnya. Namun, tujuan yang tidak kalah pentingnya adalah membentuk wadah untuk mendidik anggotanya agar tumbuh menjadi
insan koperasi yang loyal. Sedangkan dari segi sosial diharapkan juga dapat terjalin kekeluargaan yang lebih erat diantara para anggotanya dan
juga masyarkat sekitarnya. Objek penelitian ini adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia
KPRI yang menjadi anggota Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia PKPRI di Kabupaten Kendal yang berjumlah 85 KPRI.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 30 KPRI yang dijadikan sampel sesuai dengan karakteristik yang ditentukan peneliti. Dalam mencapai
tujuan utamanya yaitu meningkatkan kesejahteraan anggotanya, KPRI di Kabupaten Kendal melakukan berbagai kegiatan usaha. Adapun bidang
usaha yang dilakukan KPRI di Kabupaten Kendal meliputi usaha