SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 513 upacara adat khususnya upacara manusa yadnya yakni ngaben dan pawiwahan yang mana setiap KK yang
menggelar upacara adat tersebut diwajibkan untuk “nguling” mempersembahkan babi guling sehingga menyebabkan pengeluaran yang cukup tinggi.
c.
Rendahnya akses terhadap pembangunan sektor kepariwisataan Hal ini disebabkan rendahnya sumber daya manusia rumah tangga miskin pada aspek pendidikan
yang rata-rata hanya pada tingkat SLTP ke bawah dan masih banyak penduduk yang tidak bersekolah. Rendahnya tingkat pendidikan pada rumah tangga miskin disebabkan rata-rata beban tanggungan setiap
rumah tangga miskin tiga orang lebih. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin seperti yang diungkapkan dalam Tosun 2000 membagi hambatan dalam tiga hambatan operasional, structural, dana hambatan
budaya.
3. Dampak Pariwisata Terhadap Masyarakat Miskin Pesisir di Kawasan Tulamben dan Can-
didasa di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali
a. Perubahan Mata Pencaharian
Pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan mata pencaharian masyarakat sekitar. Menurut Ritchie 1987 menyatakan bahwa pengembangan
pariwisata di suatu daerah akan berdampak pada perubahan struktur ekonomi masyarakat khususnya mata pencaharian masyarakat yang ditimbulkan dari adanya peluang usaha sektor tersebut dan ikutannya.
Dalam hal ini akan dianalisis perubahan struktur mata pencaharian masyarakat dikaji dari sebelum dan sesudah kawasan wisata Tulamben dan Candidasa di kembangkan sebagai destinasi wisata bahari. Adanya
pengembangan pariwisata pada rumah tangga miskin di Kawasan Tulamben dan Candidasa memberikan dampak adanya pekerjaan sampingan seperti guide lokal, pedagang souvenir, jasa angkut alat selam.
b.
Perubahan Pola Pikir Masyarakat terhadap aspek social Adanya perkembangan pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa menyebabkan adanya
perubahan pola pikir atau sudut pandang masyarakat secara umum, terhadap asapek social khususnya pendidikan. Pekerjaan sampingan rumah tangga miskin yang berkembang sebagai respon perkembangan
pariwisata seperti jasa angkut alat selam, pedagang garam, penjaja cendera mata, sopir perahu, porter, menyebabkan pendidikan dianggap tidak penting. Hal ini menyebabkan masyarakat miskin mengalalmi
kendala untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya karena tidak adanya keinginan untuk menjadi lebih maju dan berpartisipasi pada level pekerjaan yang lebih tinggi dalam industry pariwisata.
KESIMPULAN 1.
Tipologi Rumah Tangga Miskin di Kawasan Tulamben dan Candidasa dari segi umur didominasi oleh umur yang kurnag produktif rata-rata berumur 60 tahun ke atas, pendidikan didominasi oleh
tingkat Sekolah Dasar dan tidak pernah mengeyam bangku pendidikan, mata pencaharian pada aspek mata pencaharian masyarakat miskin dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu masyarakat
miskin yang tetap pada mata pencaharian awal tidak ikut berpartisipasi dalam sector pariwisata, masyarakat miskin ytang memiliki pekerjaan tetap dan sampingan dan masyarakat miskin yang
menjadikan sector pariwisata sebagai mata pencaharian utama.
2. Penyebab kemiskinan di Kawasan Tulamben dan Candidasa disebabkan oleh tiga penyebab, antara
lain: factor alam yang tandus, factor budaya di mana masyarakatnya masih gemar melakukan sabung ayam dan berjudi,rendahnya akses atau partisipasi kepada sector pariwisata, Kurangnya partisipasi
tersebut disebabkan adanya hambatan operasional, hamabtan structural dan hambatan cultural.
3. Dampak perkembangan pariwisata terhadap masyarakat miskin pesisi Kawasan Tulamben dan
Candidasa. Dampak yang pertama adalah terciptanya peluang kerja baru bagi rumah tangga msikin dan adanya perubahan pola pikir terhadap pendidikan yang menyebabkan mereka akan terus
menjadi miskin atau dengan kata lain mereka hanya akan menjadi buruh tanpa adanya keinginan untuk menjadi lebih maju.