Dampak Pariwisata Terhadap Masyarakat Miskin Pesisir di kawasan tulamben dan candidasa kabupaten karangasem provinsi bali.
(2)
(3)
Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A.
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.
Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.
Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng
Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.
Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D
Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T. Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D.
I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P. Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD.
Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si
l Udayana University Press, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana
2015, xli + 2191 hal, 21 x 29,7 SEMINAR NASIONAL SAINS
DAN TEKNOLOGI 2015
(4)
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xiii
KATA PENGANTAR ... vii SAMBUTAN KETUA PANITIA ... ix SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ... xi
HUMANIORA
NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM
Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ...3 KEBIJAKAN LOKAL DAN ETNISITAS MENUJU
INTEGRASI KELOMPOK ETNIS DI KABUPATEN POHUWATO
Wantu Sastro ...8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU DALAM RESTORASI DAN KONSERVASI TERUMBU KARANG DI PEMUTERAN BALI SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA
I Ketut Surya Diarta, I Gede Setiawan Adi Putra ...13 KEMAMPUAN BAHASA BALI GENERASI MUDA BALI DI UBUD GIANYAR BALI
Ni Luh Nyoman Seri Malini, Luh Putu Laksminy, I Ketut Ngurah Sulibra ...21 INTENSITAS KAPITAL INDUSTRI DAN DINAMISME KEUNGGULAN
KOMPARATIF PRODUK EKSPOR INDONESIA
Ni Putu Wiwin Setyari ...29 MODEL ESTIMASI KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR
INTERNAL UKM DI KABUPATEN BANDUNG
Rivan Sutrisno,Mardha Tri Meilani ...38
KAMUS PRIMITIVA SEMANTIK BALI-INDONESIA-INGGRIS BIDANG ADAT DAN AGAMA Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum, Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D,
Dr. Drs. I wayan Suardiana, M.Hum, Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.,
Dr. Drs. Frans I Made Brata, M.Hum ...46 MODEL KONFIGURASI MAKNA TEKS CERITA RAKYAT TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK BUDAYA RANAH AGAMA DAN ADAT
UNTUK MEMPERKOKOH JATI DIRI MASYARAKAT BALI
Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum, Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum,
Dr. Frans I Made Brata, M.Hum, Prof. Dr. I Made Suastika, S.U ... 54
DAFTAR ISI
(5)
KARAKTERISTIK KALIMAT TANYA DAN ALIH BAHASA DALAM NOVEL SAMAN
Ni Ketut Alit Ida Setianingsih1), I Gusti Ngurah Parthama ...433
ANALISIS KOMPONEN DALAM ALIH BAHASA ISTILAH BUDAYA
I Komang Sumaryana Putra1), Ni Ketut Alit Ida Setianingsih ...440
MODEL HOSPITALITAS BERBAHASA BAGI CREW BALI YANG BEKERJA DI KAPAL PESIAR CARNIVAL
Made Bayu Ariwangsa1), Yohanes Kristianto ...446
PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
“PERSEPSI MASYARAKAT JATILUWIH TERHADAP DITETAPKANNYA
JATILUWIH SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA DI KABUPATEN TABANAN”
Agus Muriawan Putra1), Ni Nyoman Sri Aryanti ... 453
ADJUNG DALAM BAHASA JEPANG
Ni Made Wiriani, Renny Anggraeny ...474 KESALAHAN PENGGUNAAN ~ TE MO II DESUKA
MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS UDAYANA
Ni Putu Luhur Wedayanti ...480 UCAPAN SALAM DALAM BAHASA JEPANG
Ni Made Andry Anita Dewi ...487 BENTUK DAN MAKNA UNGKAPAN BAHASA JEPANG
DALAM NOVEL NORWEY NO MORI KARYA HARUKI MURAKAMI SEBAGAI ALAT INTERAKSI SOSIAL
Renny Anggraeny, S.S., M.Pd. dan Ni Made Wiriani, S.S. ...494 KAJIAN HASIL BELAJAR KALKULUS II MAHASISWA
Ni Made Asih1, I Nyoman Widana ...502
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PESISIR DI KAWASAN TULAMBEN DAN CANDIDASA, KABUPATEN KARANGASEM – PROVINSI BALI (SEBUAH ANALISIS SEKUNDER DALAM PRO POOR TOURISM)
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi¹, I Wayan Suardana², I Nyoman Sudiarta³, I Ketut Antara ...510 PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJERIAL
PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empirispada Pemerintah Kota Denpasar)
Kadek Wiwin Dwiwismayanti1),Bandiyah ...515 PENGARUH E-TRUST, PERCEIVED USEFULNESS DAN
E-SATISFACTION TERHADAP ONLINE REPURCHASE INTENTION
(6)
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1
(7)
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN
PESISIR DI KAWASAN TULAMBEN DAN CANDIDASA, KABUPATEN
KARANGASEM – PROVINSI BALI (SEBUAH ANALISIS SEKUNDER
DALAM PRO POOR TOURISM)
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi¹, I Wayan Suardana², I Nyoman Sudiarta³, I Ketut Antara
Program Studi Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana Denpasar, Telpon/Fax. 0361 223798
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi kemiskinan, penyebab kemiskinan dan dampak pariwisata. Metode yang digunakan pendekatan kualitatif dilengkapi penyebaran anget sebanyak 94 kepada masyarakat miskin pesisir. Melalui penelitian ditemukan bahwa tipologi kemiskinan di Kawasan Tulamben dan Candidasa antara lain: tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya infrastruktur, dan sikap mental dan budaya yang dimiliki. Temuan penelitian mengelompokkan tipologi kemiskinan dari mata pencaharian, antara lain: bermata pencaharian tetap dari sebelum pariwisata, masyarakat memiliki mata pencaharian sampingan di sector pariwisata selain mata pencaharian utama, dan masyarakat bermatapencaharian dari sektor pariwisata sebagai mata pencaharian utama. Kecilnya perubahan mata pencaharian masyarakat Tulamben dan Candidasa dalam mengambil peluang sektor pariwisata disebabkan hambatan internal dan ekternal. Hambatan partisipasi masyarakat disebabkan adanya hambatan operasional, hambatan struktural dan, hambatan budaya/cultural. Penyebab kemiskinan antara lain: faktor alam, budaya dan kurangnya partisipasi. Terdapat dampak positif perkembangan pariwisata terhadap peluang kerja bagi masyarakat miskin pada sektor pariwisata, yang mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Di satu sisi pariwisata membawa dampak negatif pada pola pikir masyarakat miskin yang menganggap factor pendidikan semakin tidak penting untuk mendapatkan pekerjaan. Disarankan pada semua stake holder pariwisata bekerjasama mewujudkan pengimplementasian pro poor tourism dan mencari startegi untuk menyadarkan, membantu masyarakat miskin untuk dapat berpartisipasi lebih dalam sektor pariwisata.
Kata Kunci : dampak pariwisata, pro poor tourism, masyarakat miskin pesisir.
TOURISM IMPACT ON POOR COSTAL COMMUNITIES IN
TULAMBEN AND CANDIDASA, KARANG ASEM REGENCY –BALI
PROVINCE
(SECONDARY ANALYSIS IN PRO POOR TOURISM)
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi¹, I Wayan Suardana², I Nyoman Sudiarta³, I Ketut AntaraProgram of Study Tourism Travel Industry Tourism Faculty, Universitas Udayana Denpasar, Phone/Fax. 0361 223798
ABSTRACT
Research purposes are to know the poverty typology, the causes of poverty and the tourism impacts to the poor coastal community in Tulamben and Candidasa. Qualitative approach method used, which equipped by 94 questionnaires
to poor community. Research nding that typology of poverty of the community are the low education levels, lack of infrastructure, and the mental attitude which supported by the culture of the poor people. The ndings of the
study, grouping the typology of poverty in Tulamben and Candidasa, those are people with livelihoods remain from prior developing tourism, community which has main livelihood with additional livelihood from tourism sector, and
community with tourism sector as the main livelihood. The small change in the people’s livelihood in Candidasa
and Tulamben communities, in attempt to take the opportunity of the tourism sector, caused by internal and external obstacles in participating. Barriers to community participation divided into three parts, those are operational constraints, structural barriers, and cultural barriers. There is a positive impact on the development of tourism
(8)
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 511
on the economic changes of society, especially livelihood. In the other side tourism itself give a negative impact to the mindset of the poor community, which assume that education is not an important factor anymore to get a job.
Recommended to all tourism stake holders to work together to implement the pro poor tourism, and nd the strategy
to disenchant and help the poor community for better participate in the tourism sector. Keywords: Tourism impact, pro poor tourism, poor coastal communities
PENDAHULUAN
Konsep Pro poor tourism saat ini menjadi sebuah model yang dianggap ideal untuk meningkatkan peran pariwisata dalam mengurangi kemiskinan. Menurut Ashley et al. (2002), pariwisata memiliki beberapa keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi pro-miskin: (1) konsumen datang ke tempat tujuan, sehingga memberikan kesempatan untuk menjual barang tambahan dan jasa; (2) pariwisata merupakan kesempatan penting untuk diversifikasi ekonomi lokal, dan dapat berkembang di daerah miskin dan marjinal dengan sedikit ekspor dan pilihan diversifikasi, terutama karena daerah-daerah terpencil terutama menarik wisatawan karena tinggi budaya masyarakat dan utentisitas alam, dan nilai lanskap, dan (3) pariwisata menawarkan kesempatan kerja yang lebih intensif dan berskala kecil dibandingkan dengan non-kegiatan pertanian.
Bali merupakan salah satu pulau yang mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sector andalan dalam pertumbuhan perekonomian. Setiap kabupaten di Bali dengan berbagai macam potensi yang dimiliki ikut berlomba untuk mengembangkan daerahnya menjadi salah satu destinasi wisata favorit baik bagi wisatawan nasional maupun internasional. Salah satu Kabupaten di Bali yang mengembangkan pariwisata di daerahnya adalah Kabupaten Karangasem. Saat ini terdapat dua kawasan wisata yang memiliki potensi wisata bahari dan sudah banyak fasilitas pendukung yang dibuat. Kawasan pariwisata tersebut adalah Kawasan Tulamben di Kecamatan Kubu dan Abang, dan Kawasan Candidasa yang berada di Kecamatan Manggis.
Perkembangan kegiatan pariwisata yang sangat pesat di Kabupaten Karangasem,khususunya pada dua Kawasan wisata bahari yang terkenal, yakni Tulamben dan Candidasa nampaknya belum mampu menjadi alat pengentasan kemiskinan bagi msyarakat pesisir di dua kawasan tersebut. Ini dibuktikan dengan masih cukup tingginya angka kemiskinan atau jumlah Rumah Tangga Miskin di kedua kawasan tersebut. Jika kita melihat secara kasat mata, arah pengembangan jenis pwisata bahari merupakan suatu jenis wisata yang tepat untuk dikembangkan pada dua kawasan ini yang mana potensi alam utamanya adalah pantai dan bersinergi dengan potensi sumber daya manusianya (masyarakat pesisir). Fenomena ini sangat menarik untuk diteliti, karena pada satu sisi pengembangan jenis pariwisata di kedua kawasan tersebut sudah dinilai tepat karena pengembangannya sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan tersebut. Di mana yang pada awalnya pengembangan pariwisata di kedua kawasan tersebut diharapkan sejalan dengan tujuan pengembangan konsep pro poor tourism (pariwisata yang berpihak pada masyarakat miskin) sehingga pariwisata nantinya diharapkan mampu menjadi alat penekan ataupun pengentas kemiskinan bagi masyarakat pesisir, namun fenomena yang terjadi tidaklah demikian. Oleh sebab itu penting kiranya dilakukan penelitian mengenai dampak pengembangan pariwisata terhadap masyarakat pesisir di kedua kawasan wisata bahari tersebut. Permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini antara lain, mengenai tipologi kemiskinan, penyebab kemiskinan, dan dampak pengembangan pariwisata terhadap masyarakat pesisir khususnya Rumah Tangga Miskin yang ada di Kawasan Tulamben dan Candidasa.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan paradigma penelitian kualitatif, yang menekankan pada penggunaan statistik untuk pengukuran. Akan tetapi dalam pariwisata yang merupakan multidisplin, maka dalam membahas penelitian ini akan dilegkapi juga dengan metode kualitatif sebagai pemakna
dari setiap ulasan data yang dibahas. Jenis penelitian ini adalah expalantory research. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan angket. Sampel diperoleh dari populasi rumah tangga miskin, diambil secara random sampling, dengan rumus Taro Yamae dan mendapatkan 94 KK sebagai sampel.
(9)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tipologi Kemiskinan
Gambaran tentang karakteristik sosial demografi responden seperti umur, pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, jumlah anggota rumah tangga, luas lahan tempat tinggal, kepemilikan aset, kepemilikan MCK, dan sumber air bersih.
a.1 Umur Responden
Dari hasil 94 kusioner yang sudah dilakukan analisis responden data menunjukkan usia responden yang tergolong miskin pada Kawasan Tulamben dan Candidasa cenderung menyebar pada usia 60 tahun ke atas.
a.2 Pendidikan Responden
Data Data menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja (6,4 persen) yang telah tamat SLTA. Proporsi responden yang tidak sekolah masih cukup besar (16,8 persen). Secara keseluruhan, tingkat pendidikan yang mampu dicapai oleh responden di Kawasan Candidasa relative lebih tinggi dari pada tingkat pendidikan responden di Kawasan Tulamben. pendidikan berkorelasi negatif dengan kemiskinan, dimana semakin banyak masyarakat yang berpendidikan rendah akan meingkatkan kemiskinan. Hasil studi ini mendukung studi Gustafsson, Bjorn and Yue, Ximing (2006), yaitu rumah tangga dengan banyak anggota rumah tangga serta kepala rumah tangga yang berpendidikan rendah, maka anak-anak tersebut menghadapi resiko kemiskinan yang lebih tinggi dari orang lain. Hal yang sama disampaikan Affandi (2011), bahwa rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga lebih dari empat orang dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah memiliki peluang 1,312 kali lebih besar untuk menjadi miskin dibandingkan dengan rumah tangga miskin yang memiliki pendidikan di atas SMP.
a.3 Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan kepala RTM di Kawasan Tulamben dan Kawasan candidasa menunjukkan pola yang hampir sama. Umumnya mereka bekerja sebagai petani penyakap, buruh, pedagang, dan kerja serabutan. Jika dibandingkan di kedua kawasan, menjadi nelayan dan petani mendominasi jenis pekerjaan responden di kawasan Tulamben, dan proporsinya lebih banyak dari pada di kawasan Candidasa. Sementara itu, selain sebagai petani penyakap dan buruh, jenis pekerjaan yang digeluti oleh responden di Kawasan Candidasa adalah nelayan, buruh dan pedagang. tipologi masyarakat miskin di Kawasan Tulamben dan Kawasan Candidasa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:1. Masyarakat yang tetap dengan mata pencaharian yang lama, seperti nelayan, buruh bangunan, buruh galian, petani penggarap; 2. Masyarakat dengan bekerja sampingan, seperti nelayan dan pengatar tamu; 3. Masyarakat yang sudah mengalami perubahan mata pencaharian dari yang pokok nelayan menjadi bekerja di sektor pariwisata seperti tukang kebun atau penjual cendramata.
a.4 Pendapatan Responden
Rata-rata pendapatan yang mampu diperoleh responden dalam sehari secara keseluruhan, masih banyak (18 persen) yang hanya mampu memperoleh pendapatan per bulan kurang dari Rp. 300.000 baik di Kawasan Tuamben maupun di kawasan candidasa. Data juga menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan di Kota (Kawasan candidasa) relative lebih tinggi dari pada di desa (Kawasan Tulamben). Hal ini dapat dilihat dari proporsi pendapatan pada kelompok Rp. 600.000,- ke atas lebih banyak di Kawasan Candidasa dari pada di Kawasan Tulamben.
2. Faktor Penyebab Kemiskinan a. Faktor Alam
Kedua kawasan ini merupakan kawasan pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan gunung. Mayarakatnya hanya mampu mengandalkan mata pencaharian mereka sebagai buruh tani dan nelayan. Lahan yang tersedia hanya didominasi lahan kering dan lautan.
b. Faktor Budaya
Adanya kebiasaan penduduk melakukan aktivitas yang tidak produktif seperti berjudi ayam yang dilaksanakan setiap hari kamis dan minggu. Selain itu kebiasaan masyarakat dalam hal mengadakan
(10)
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 513
upacara adat khususnya upacara manusa yadnya yakni ngaben dan pawiwahan yang mana setiap KK yang menggelar upacara adat tersebut diwajibkan untuk “nguling” (mempersembahkan babi guling) sehingga menyebabkan pengeluaran yang cukup tinggi.
c. Rendahnya akses terhadap pembangunan (sektor kepariwisataan)
Hal ini disebabkan rendahnya sumber daya manusia rumah tangga miskin pada aspek pendidikan yang rata-rata hanya pada tingkat SLTP ke bawah dan masih banyak penduduk yang tidak bersekolah. Rendahnya tingkat pendidikan pada rumah tangga miskin disebabkan rata-rata beban tanggungan setiap rumah tangga miskin tiga orang lebih. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin seperti yang diungkapkan dalam Tosun (2000) membagi hambatan dalam tiga hambatan operasional, structural, dana hambatan budaya.
3. Dampak Pariwisata Terhadap Masyarakat Miskin Pesisir di Kawasan Tulamben dan Can-didasa di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali
a. Perubahan Mata Pencaharian
Pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan mata pencaharian masyarakat sekitar. Menurut Ritchie (1987) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata di suatu daerah akan berdampak pada perubahan struktur ekonomi masyarakat khususnya mata pencaharian masyarakat yang ditimbulkan dari adanya peluang usaha sektor tersebut dan ikutannya. Dalam hal ini akan dianalisis perubahan struktur mata pencaharian masyarakat dikaji dari sebelum dan sesudah kawasan wisata Tulamben dan Candidasa di kembangkan sebagai destinasi wisata bahari. Adanya pengembangan pariwisata pada rumah tangga miskin di Kawasan Tulamben dan Candidasa memberikan dampak adanya pekerjaan sampingan seperti guide lokal, pedagang souvenir, jasa angkut alat selam. b. Perubahan Pola Pikir Masyarakat terhadap aspek social
Adanya perkembangan pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa menyebabkan adanya perubahan pola pikir atau sudut pandang masyarakat secara umum, terhadap asapek social khususnya pendidikan. Pekerjaan sampingan rumah tangga miskin yang berkembang sebagai respon perkembangan pariwisata seperti jasa angkut alat selam, pedagang garam, penjaja cendera mata, sopir perahu, porter, menyebabkan pendidikan dianggap tidak penting. Hal ini menyebabkan masyarakat miskin mengalalmi kendala untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya karena tidak adanya keinginan untuk menjadi lebih maju dan berpartisipasi pada level pekerjaan yang lebih tinggi dalam industry pariwisata.
KESIMPULAN
1. Tipologi Rumah Tangga Miskin di Kawasan Tulamben dan Candidasa dari segi umur didominasi oleh umur yang kurnag produktif (rata-rata berumur 60 tahun ke atas), pendidikan didominasi oleh tingkat Sekolah Dasar dan tidak pernah mengeyam bangku pendidikan, mata pencaharian pada aspek mata pencaharian masyarakat miskin dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu masyarakat miskin yang tetap pada mata pencaharian awal (tidak ikut berpartisipasi dalam sector pariwisata), masyarakat miskin ytang memiliki pekerjaan tetap dan sampingan dan masyarakat miskin yang menjadikan sector pariwisata sebagai mata pencaharian utama.
2. Penyebab kemiskinan di Kawasan Tulamben dan Candidasa disebabkan oleh tiga penyebab, antara lain: factor alam yang tandus, factor budaya di mana masyarakatnya masih gemar melakukan sabung ayam dan berjudi,rendahnya akses atau partisipasi kepada sector pariwisata, Kurangnya partisipasi tersebut disebabkan adanya hambatan operasional, hamabtan structural dan hambatan cultural. 3. Dampak perkembangan pariwisata terhadap masyarakat miskin pesisi Kawasan Tulamben dan
Candidasa. Dampak yang pertama adalah terciptanya peluang kerja baru bagi rumah tangga msikin dan adanya perubahan pola pikir terhadap pendidikan yang menyebabkan mereka akan terus menjadi miskin atau dengan kata lain mereka hanya akan menjadi buruh tanpa adanya keinginan untuk menjadi lebih maju.
(11)
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ida Hyang Widhi Wasa, atas asungkertha wara nugraha beliaulah penelitian ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Rektor Universitas Udayana dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Unud yang telah memberikan dukungan dana sehingga kegiatan penelitian ini bisa berjalan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana atas fasilitas dan dukungan moral yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada 94 responden, prebekel, beberapa pemilik usaha pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa yang sangat kooperatif sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengumpulan data. Pihak Pemerintah dalam hal ini Pihak BPS Kabupaten Karangasem dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karangasem yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan masukan serta data yang diperlukan dalam penelitian ini, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ashley, C., and Roe, D. 2002. Making Tourism Work for the Poor: Strategies and Challenges in Southern Africa. Development Southerm Africa Vol. 19
Damanik, J., Kusworo, H. A., dan Raharja, D.T,. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Jakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Kementrian Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Gibson, C. 2009. Geographies of Tourism: Critical Research on Capitalsm and Local Livelihoods.
Progress in Human Geography 33 (4) 2009 pp 527-534.
Harun, Rochajat. 2008. Pariwisata dan Pengurangan Kemiskinan. Dalam Kabar Indonesia diakses pada 25-Des-2008, 12:27:46 WIB.
Harrison, D. 2008. “Pro poor Tourism: a Critique. Third World Quartery. Vol.29, No.5, 2008. Routledge Taylor and Francis Group.
Hermantoro, Henky. Dkk. 2010. Pariwisata Mengikis Kemiskinan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan.
Jamieson W, Goodwin H and Edmunds C. 2004. Contribution Of Tourism To Poverty Alleviation
Pro-Poor Tourism And The Challenge Of Measuring Impacts. Transport Policy and Tourism
Section, Transport and Tourism Division UN ESCAP
Rogerson, M, Cristian. 2006. “poor Lokal Economic Development in South Africa: The Role of Pro-Poor Tourism”.Journal of Lokal Environment.
Scheyvens, R., & Momsen, J. H. 2008. “Tourism and Poverty Reduction: Issues for Small Island States”.
Tourism Geographies. Vol. 10. No 1, 22-41. Routledge Taylor and Francis Group.
Selinger, E.2009. “Ethics and Poverty Tours”. Philosophy & Public Politic Quarterly. Vol.29 No.1/2 (WINTER/SPRING).
Wrihatnolo, Randy R., dan Dwidjowijoto, R.N. 2007. Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar
Dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok
(1)
(2)
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN
PESISIR DI KAWASAN TULAMBEN DAN CANDIDASA, KABUPATEN
KARANGASEM – PROVINSI BALI (SEBUAH ANALISIS SEKUNDER
DALAM PRO POOR TOURISM)
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi¹, I Wayan Suardana², I Nyoman Sudiarta³, I Ketut Antara Program Studi Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Denpasar, Telpon/Fax. 0361 223798 ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi kemiskinan, penyebab kemiskinan dan dampak pariwisata. Metode yang digunakan pendekatan kualitatif dilengkapi penyebaran anget sebanyak 94 kepada masyarakat miskin pesisir. Melalui penelitian ditemukan bahwa tipologi kemiskinan di Kawasan Tulamben dan Candidasa antara lain: tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya infrastruktur, dan sikap mental dan budaya yang dimiliki. Temuan penelitian mengelompokkan tipologi kemiskinan dari mata pencaharian, antara lain: bermata pencaharian tetap dari sebelum pariwisata, masyarakat memiliki mata pencaharian sampingan di sector pariwisata selain mata pencaharian utama, dan masyarakat bermatapencaharian dari sektor pariwisata sebagai mata pencaharian utama. Kecilnya perubahan mata pencaharian masyarakat Tulamben dan Candidasa dalam mengambil peluang sektor pariwisata disebabkan hambatan internal dan ekternal. Hambatan partisipasi masyarakat disebabkan adanya hambatan operasional, hambatan struktural dan, hambatan budaya/cultural. Penyebab kemiskinan antara lain: faktor alam, budaya dan kurangnya partisipasi. Terdapat dampak positif perkembangan pariwisata terhadap peluang kerja bagi masyarakat miskin pada sektor pariwisata, yang mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Di satu sisi pariwisata membawa dampak negatif pada pola pikir masyarakat miskin yang menganggap factor pendidikan semakin tidak penting untuk mendapatkan pekerjaan. Disarankan pada semua stake holder pariwisata bekerjasama mewujudkan pengimplementasian pro poor tourism dan mencari startegi untuk menyadarkan, membantu masyarakat miskin untuk dapat berpartisipasi lebih dalam sektor pariwisata.
Kata Kunci : dampak pariwisata, pro poor tourism, masyarakat miskin pesisir.
TOURISM IMPACT ON POOR COSTAL COMMUNITIES IN
TULAMBEN AND CANDIDASA, KARANG ASEM REGENCY –BALI
PROVINCE
(SECONDARY ANALYSIS IN PRO POOR TOURISM)
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi¹, I Wayan Suardana², I Nyoman Sudiarta³, I Ketut Antara Program of Study Tourism Travel Industry Tourism Faculty, Universitas Udayana
Denpasar, Phone/Fax. 0361 223798 ABSTRACT
Research purposes are to know the poverty typology, the causes of poverty and the tourism impacts to the poor coastal community in Tulamben and Candidasa. Qualitative approach method used, which equipped by 94 questionnaires
to poor community. Research nding that typology of poverty of the community are the low education levels, lack of infrastructure, and the mental attitude which supported by the culture of the poor people. The ndings of the
study, grouping the typology of poverty in Tulamben and Candidasa, those are people with livelihoods remain from prior developing tourism, community which has main livelihood with additional livelihood from tourism sector, and
community with tourism sector as the main livelihood. The small change in the people’s livelihood in Candidasa
and Tulamben communities, in attempt to take the opportunity of the tourism sector, caused by internal and external obstacles in participating. Barriers to community participation divided into three parts, those are operational constraints, structural barriers, and cultural barriers. There is a positive impact on the development of tourism
(3)
on the economic changes of society, especially livelihood. In the other side tourism itself give a negative impact to the mindset of the poor community, which assume that education is not an important factor anymore to get a job.
Recommended to all tourism stake holders to work together to implement the pro poor tourism, and nd the strategy
to disenchant and help the poor community for better participate in the tourism sector.
Keywords: Tourism impact, pro poor tourism, poor coastal communities
PENDAHULUAN
Konsep Pro poor tourism saat ini menjadi sebuah model yang dianggap ideal untuk meningkatkan peran pariwisata dalam mengurangi kemiskinan. Menurut Ashley et al. (2002), pariwisata memiliki beberapa keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi pro-miskin: (1) konsumen datang ke tempat tujuan, sehingga memberikan kesempatan untuk menjual barang tambahan dan jasa; (2) pariwisata merupakan kesempatan penting untuk diversifikasi ekonomi lokal, dan dapat berkembang di daerah miskin dan marjinal dengan sedikit ekspor dan pilihan diversifikasi, terutama karena daerah-daerah terpencil terutama menarik wisatawan karena tinggi budaya masyarakat dan utentisitas alam, dan nilai lanskap, dan (3) pariwisata menawarkan kesempatan kerja yang lebih intensif dan berskala kecil dibandingkan dengan non-kegiatan pertanian.
Bali merupakan salah satu pulau yang mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sector andalan dalam pertumbuhan perekonomian. Setiap kabupaten di Bali dengan berbagai macam potensi yang dimiliki ikut berlomba untuk mengembangkan daerahnya menjadi salah satu destinasi wisata favorit baik bagi wisatawan nasional maupun internasional. Salah satu Kabupaten di Bali yang mengembangkan pariwisata di daerahnya adalah Kabupaten Karangasem. Saat ini terdapat dua kawasan wisata yang memiliki potensi wisata bahari dan sudah banyak fasilitas pendukung yang dibuat. Kawasan pariwisata tersebut adalah Kawasan Tulamben di Kecamatan Kubu dan Abang, dan Kawasan Candidasa yang berada di Kecamatan Manggis.
Perkembangan kegiatan pariwisata yang sangat pesat di Kabupaten Karangasem,khususunya pada dua Kawasan wisata bahari yang terkenal, yakni Tulamben dan Candidasa nampaknya belum mampu menjadi alat pengentasan kemiskinan bagi msyarakat pesisir di dua kawasan tersebut. Ini dibuktikan dengan masih cukup tingginya angka kemiskinan atau jumlah Rumah Tangga Miskin di kedua kawasan tersebut. Jika kita melihat secara kasat mata, arah pengembangan jenis pwisata bahari merupakan suatu jenis wisata yang tepat untuk dikembangkan pada dua kawasan ini yang mana potensi alam utamanya adalah pantai dan bersinergi dengan potensi sumber daya manusianya (masyarakat pesisir). Fenomena ini sangat menarik untuk diteliti, karena pada satu sisi pengembangan jenis pariwisata di kedua kawasan tersebut sudah dinilai tepat karena pengembangannya sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan tersebut. Di mana yang pada awalnya pengembangan pariwisata di kedua kawasan tersebut diharapkan sejalan dengan tujuan pengembangan konsep pro poor tourism (pariwisata yang berpihak pada masyarakat miskin) sehingga pariwisata nantinya diharapkan mampu menjadi alat penekan ataupun pengentas kemiskinan bagi masyarakat pesisir, namun fenomena yang terjadi tidaklah demikian. Oleh sebab itu penting kiranya dilakukan penelitian mengenai dampak pengembangan pariwisata terhadap masyarakat pesisir di kedua kawasan wisata bahari tersebut. Permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini antara lain, mengenai tipologi kemiskinan, penyebab kemiskinan, dan dampak pengembangan pariwisata terhadap masyarakat pesisir khususnya Rumah Tangga Miskin yang ada di Kawasan Tulamben dan Candidasa.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan paradigma penelitian kualitatif, yang menekankan pada penggunaan statistik untuk pengukuran. Akan tetapi dalam pariwisata yang merupakan multidisplin, maka dalam membahas penelitian ini akan dilegkapi juga dengan metode kualitatif sebagai pemakna dari setiap ulasan data yang dibahas. Jenis penelitian ini adalah expalantory research. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan angket. Sampel diperoleh dari populasi rumah tangga miskin, diambil secara random sampling, dengan rumus Taro Yamae dan mendapatkan 94 KK sebagai sampel.
(4)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tipologi Kemiskinan
Gambaran tentang karakteristik sosial demografi responden seperti umur, pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, jumlah anggota rumah tangga, luas lahan tempat tinggal, kepemilikan aset, kepemilikan MCK, dan sumber air bersih.
a.1 Umur Responden
Dari hasil 94 kusioner yang sudah dilakukan analisis responden data menunjukkan usia responden yang tergolong miskin pada Kawasan Tulamben dan Candidasa cenderung menyebar pada usia 60 tahun ke atas.
a.2 Pendidikan Responden
Data Data menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja (6,4 persen) yang telah tamat SLTA. Proporsi responden yang tidak sekolah masih cukup besar (16,8 persen). Secara keseluruhan, tingkat pendidikan yang mampu dicapai oleh responden di Kawasan Candidasa relative lebih tinggi dari pada tingkat pendidikan responden di Kawasan Tulamben. pendidikan berkorelasi negatif dengan kemiskinan, dimana semakin banyak masyarakat yang berpendidikan rendah akan meingkatkan kemiskinan. Hasil studi ini mendukung studi Gustafsson, Bjorn and Yue, Ximing (2006), yaitu rumah tangga dengan banyak anggota rumah tangga serta kepala rumah tangga yang berpendidikan rendah, maka anak-anak tersebut menghadapi resiko kemiskinan yang lebih tinggi dari orang lain. Hal yang sama disampaikan Affandi (2011), bahwa rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga lebih dari empat orang dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah memiliki peluang 1,312 kali lebih besar untuk menjadi miskin dibandingkan dengan rumah tangga miskin yang memiliki pendidikan di atas SMP.
a.3 Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan kepala RTM di Kawasan Tulamben dan Kawasan candidasa menunjukkan pola yang hampir sama. Umumnya mereka bekerja sebagai petani penyakap, buruh, pedagang, dan kerja serabutan. Jika dibandingkan di kedua kawasan, menjadi nelayan dan petani mendominasi jenis pekerjaan responden di kawasan Tulamben, dan proporsinya lebih banyak dari pada di kawasan Candidasa. Sementara itu, selain sebagai petani penyakap dan buruh, jenis pekerjaan yang digeluti oleh responden di Kawasan Candidasa adalah nelayan, buruh dan pedagang. tipologi masyarakat miskin di Kawasan Tulamben dan Kawasan Candidasa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:1. Masyarakat yang tetap dengan mata pencaharian yang lama, seperti nelayan, buruh bangunan, buruh galian, petani penggarap; 2. Masyarakat dengan bekerja sampingan, seperti nelayan dan pengatar tamu; 3. Masyarakat yang sudah mengalami perubahan mata pencaharian dari yang pokok nelayan menjadi bekerja di sektor pariwisata seperti tukang kebun atau penjual cendramata.
a.4 Pendapatan Responden
Rata-rata pendapatan yang mampu diperoleh responden dalam sehari secara keseluruhan, masih banyak (18 persen) yang hanya mampu memperoleh pendapatan per bulan kurang dari Rp. 300.000 baik di Kawasan Tuamben maupun di kawasan candidasa. Data juga menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan di Kota (Kawasan candidasa) relative lebih tinggi dari pada di desa (Kawasan Tulamben). Hal ini dapat dilihat dari proporsi pendapatan pada kelompok Rp. 600.000,- ke atas lebih banyak di Kawasan Candidasa dari pada di Kawasan Tulamben.
2. Faktor Penyebab Kemiskinan a. Faktor Alam
Kedua kawasan ini merupakan kawasan pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan gunung. Mayarakatnya hanya mampu mengandalkan mata pencaharian mereka sebagai buruh tani dan nelayan. Lahan yang tersedia hanya didominasi lahan kering dan lautan.
b. Faktor Budaya
Adanya kebiasaan penduduk melakukan aktivitas yang tidak produktif seperti berjudi ayam yang dilaksanakan setiap hari kamis dan minggu. Selain itu kebiasaan masyarakat dalam hal mengadakan
(5)
upacara adat khususnya upacara manusa yadnya yakni ngaben dan pawiwahan yang mana setiap KK yang
menggelar upacara adat tersebut diwajibkan untuk “nguling” (mempersembahkan babi guling) sehingga
menyebabkan pengeluaran yang cukup tinggi.
c. Rendahnya akses terhadap pembangunan (sektor kepariwisataan)
Hal ini disebabkan rendahnya sumber daya manusia rumah tangga miskin pada aspek pendidikan yang rata-rata hanya pada tingkat SLTP ke bawah dan masih banyak penduduk yang tidak bersekolah. Rendahnya tingkat pendidikan pada rumah tangga miskin disebabkan rata-rata beban tanggungan setiap rumah tangga miskin tiga orang lebih. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin seperti yang diungkapkan dalam Tosun (2000) membagi hambatan dalam tiga hambatan operasional, structural, dana hambatan budaya.
3. Dampak Pariwisata Terhadap Masyarakat Miskin Pesisir di Kawasan Tulamben dan Can-didasa di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali
a. Perubahan Mata Pencaharian
Pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan mata pencaharian masyarakat sekitar. Menurut Ritchie (1987) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata di suatu daerah akan berdampak pada perubahan struktur ekonomi masyarakat khususnya mata pencaharian masyarakat yang ditimbulkan dari adanya peluang usaha sektor tersebut dan ikutannya. Dalam hal ini akan dianalisis perubahan struktur mata pencaharian masyarakat dikaji dari sebelum dan sesudah kawasan wisata Tulamben dan Candidasa di kembangkan sebagai destinasi wisata bahari. Adanya pengembangan pariwisata pada rumah tangga miskin di Kawasan Tulamben dan Candidasa memberikan dampak adanya pekerjaan sampingan seperti guide lokal, pedagang souvenir, jasa angkut alat selam.
b. Perubahan Pola Pikir Masyarakat terhadap aspek social
Adanya perkembangan pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa menyebabkan adanya perubahan pola pikir atau sudut pandang masyarakat secara umum, terhadap asapek social khususnya pendidikan. Pekerjaan sampingan rumah tangga miskin yang berkembang sebagai respon perkembangan pariwisata seperti jasa angkut alat selam, pedagang garam, penjaja cendera mata, sopir perahu, porter, menyebabkan pendidikan dianggap tidak penting. Hal ini menyebabkan masyarakat miskin mengalalmi kendala untuk keluar dari lingkaran kemiskinannya karena tidak adanya keinginan untuk menjadi lebih maju dan berpartisipasi pada level pekerjaan yang lebih tinggi dalam industry pariwisata.
KESIMPULAN
1. Tipologi Rumah Tangga Miskin di Kawasan Tulamben dan Candidasa dari segi umur didominasi oleh umur yang kurnag produktif (rata-rata berumur 60 tahun ke atas), pendidikan didominasi oleh tingkat Sekolah Dasar dan tidak pernah mengeyam bangku pendidikan, mata pencaharian pada aspek mata pencaharian masyarakat miskin dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu masyarakat miskin yang tetap pada mata pencaharian awal (tidak ikut berpartisipasi dalam sector pariwisata), masyarakat miskin ytang memiliki pekerjaan tetap dan sampingan dan masyarakat miskin yang menjadikan sector pariwisata sebagai mata pencaharian utama.
2. Penyebab kemiskinan di Kawasan Tulamben dan Candidasa disebabkan oleh tiga penyebab, antara lain: factor alam yang tandus, factor budaya di mana masyarakatnya masih gemar melakukan sabung ayam dan berjudi,rendahnya akses atau partisipasi kepada sector pariwisata, Kurangnya partisipasi tersebut disebabkan adanya hambatan operasional, hamabtan structural dan hambatan cultural. 3. Dampak perkembangan pariwisata terhadap masyarakat miskin pesisi Kawasan Tulamben dan
Candidasa. Dampak yang pertama adalah terciptanya peluang kerja baru bagi rumah tangga msikin dan adanya perubahan pola pikir terhadap pendidikan yang menyebabkan mereka akan terus menjadi miskin atau dengan kata lain mereka hanya akan menjadi buruh tanpa adanya keinginan untuk menjadi lebih maju.
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ida Hyang Widhi Wasa, atas asungkertha wara nugraha beliaulah penelitian ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Rektor Universitas Udayana dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Unud yang telah memberikan dukungan dana sehingga kegiatan penelitian ini bisa berjalan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana atas fasilitas dan dukungan moral yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada 94 responden, prebekel, beberapa pemilik usaha pariwisata di Kawasan Tulamben dan Candidasa yang sangat kooperatif sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengumpulan data. Pihak Pemerintah dalam hal ini Pihak BPS Kabupaten Karangasem dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karangasem yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan masukan serta data yang diperlukan dalam penelitian ini, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ashley, C., and Roe, D. 2002. Making Tourism Work for the Poor: Strategies and Challenges in Southern Africa. Development Southerm Africa Vol. 19
Damanik, J., Kusworo, H. A., dan Raharja, D.T,. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Jakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Kementrian Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Gibson, C. 2009. Geographies of Tourism: Critical Research on Capitalsm and Local Livelihoods.
Progress in Human Geography 33 (4) 2009 pp 527-534.
Harun, Rochajat. 2008. Pariwisata dan Pengurangan Kemiskinan. Dalam Kabar Indonesia diakses pada 25-Des-2008, 12:27:46 WIB.
Harrison, D. 2008. “Pro poor Tourism: a Critique. Third World Quartery. Vol.29, No.5, 2008. Routledge Taylor and Francis Group.
Hermantoro, Henky. Dkk. 2010. Pariwisata Mengikis Kemiskinan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan.
Jamieson W, Goodwin H and Edmunds C. 2004. Contribution Of Tourism To Poverty Alleviation
Pro-Poor Tourism And The Challenge Of Measuring Impacts. Transport Policy and Tourism
Section, Transport and Tourism Division UN ESCAP
Rogerson, M, Cristian. 2006. “poor Lokal Economic Development in South Africa: The Role of Pro-Poor Tourism”.Journal of Lokal Environment.
Scheyvens, R., & Momsen, J. H. 2008. “Tourism and Poverty Reduction: Issues for Small Island States”.
Tourism Geographies. Vol. 10. No 1, 22-41. Routledge Taylor and Francis Group.
Selinger, E.2009. “Ethics and Poverty Tours”. Philosophy & Public Politic Quarterly. Vol.29 No.1/2 (WINTER/SPRING).
Wrihatnolo, Randy R., dan Dwidjowijoto, R.N. 2007. Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar
Dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok