kadang dapat lebih dapat dipercaya dibanding dengan sumber tertulis. Sebab penutur cerita yang ahli dapat memberikan informasinya tanpa suatu
kesalahan, tapi kesalahan justru dilakukan oleh penyalinnya. Namun, bisa menjadi sumber sekunder manakala tidak ditemukan sumber tertulis.
2. Kritik Sumber atau Verifikasi
Verifikasi adalah menyingkirkan bahan-bahan yang tidak perlu. Hasil dari verifikasi adalah fakta sejarah. Ada dua macam kritik sumber yaitu kritik
intern atau kredibelitas dan kritik ekstern atau otentisitas. Untuk melakukan kritik ekstern atau otentisitas pada bahan-bahan yang diperoleh untuk studi ini
adalah dengan segi fisik dan luarnya sumber tertulis. Misalnya warna kertasnya, tintanya, tulisannya, kapan sumber itu dibuat, bahannya, siapa yang
membuat dan sebagainya. Dengan demikian dapat diketahui asli atau tidaknya suatu sumber sejarah itu.
Untuk melakukan kritik intern atau kebenaran sumber dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk sumber tertulis, arsip, dokumen dan sebagainya
dilakukan dengan cara mengecak ulang dengan sumber lain, memperhatikan deskripsi yang disajikan, memisahkan unsur yang bersifat subyektif dan
sebagainya. Untuk sumber lisan baik wawancara maupun tradisi lisan dilakukan dengan cara cross ceck dengan sumber atau keterangan dari orang
yang dianggap lebih tau . karena kadang-kadang informasi yang diberikan tidak jujur. Selain itu peneliti mencoba mencari key informan atau informan
kunci yang betul-betul tau mengenai peristiwa tersebut. Sehingga dengan demikian dapat mengetahui kebenaran suatu sumber sejarah.
3. Interpretasi
Interpretasi sering juga disebut penafsiran. Maksudnya menafsirkan data yang diperoleh setelah melalui verifikasi menjadi suatu kisah sejarah. Tahap
ketiga dari metode sejarah ini menurut Kuntowijoyo 1995:102 sering disebut sebagai biang subyektifitas, karena dalam menafsirkan telah mengalami
pengolahan diotak si peneliti sehingga kisah yang dihasilkan menurut pandangan dan kaca mata orang yang melakukan interpretasi. Meskipun
demikian tahap ini harus dilakukan untuk mendapatkan suatu kisah sejarah. Menurut Kuntowijoyo 1995: 103-105 ada dua cara untuk melakukan
interpretasi yaitu analisis dan sintesis. Analisis yaitu menguraikan data-data yang diperoleh hingga menemukan suatu fakta. Sintesis berarti menyatukan.
Maksudnya menyatukan data-data yang telah dikumpulkan dan diverifikasi hingga diperoleh suatu fakta sejarah. Dalam studi mengenai Rifa’iyah di
Kretegan menemukan bahwa ada pondok pesantren Rifa’iyah, ketua umum Rifa’iyah, pengurus ranting, pengajian kitab Tarajumah. Dari situ dapat
disimpulkan bahwa disana merupakan salah satu basis Rifa’iyah.
4. Historiografi