Pertanian Kemenyan Di Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1960-1990

(1)

(2)

LAMPIRAN I

FOTO-FOTO POHON KEMENYAN Pohon Kemenyan Yang Masih Kecil

Sumber: koleksi pribadi


(3)

Pohon Kemenyan yang Besar

Sumber : koleksi pribadi.

Reproduksi: Senin, 13 Juli 2015, Pukul 12.00. Pohon Kemenyan yang Sedang Bergetah

Sumber: Koleksi pribadi. Reproduksi: Senin, 13 Juli 2015.


(4)

LAMPIRAN II

FOTO GUBUK/TEMPAT PENGINAPAN PETANI DI HUTAN

Sumber: koleksi pribadi. Reproduksi :Senin, 13 Juli 2015.


(5)

LAMPIRAN IV

FOTO-FOTO ALAT PERTANIAN KEMENYAN

(1) Agat Pangarit (2) Parang


(6)

(5) Agat Panuktuk (6) Agat Pangguris

Sumber: Koleksi pribadi Reproduksi: Agustus 2015


(7)

LAMPIRAN V

FOTO GETAH KEMENYAN Getah Kemenyan Bentuk Mata Kasar

Getah Kemenyan Bentuk Tahir

Sumber: Koleksi Pribadi Reproduksi: September 2015.


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kemenyan Getah Berharga Tano

Batak, Aek Nauli: 2013.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, terj. Dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985.

Kantor Kepala Desa Kecamatan Pollung Humbang Hasundutan, Data Umum Desa

Huta Julu, 2015.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995. Nurwahyuni, Isnaini, dkk, “Pengembangan Tehnik Subkultur Untuk Mengatasi Kesulitan Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Secara Kultur Jaringan Tanaman”, Medan: tanpa penerbit,2008.

Panjaitan, Jhonson. C, Kehidupan Sosial Pedagang Kemenyan di Kecamatan

DolokSanggul (1980-1999), Skripsi-S1, Medan:2001

Parapat, P, Up-Grade Mutu Kemenyan di Sumatera Utara, Medan: tanpa penerbit,1982.

Redfield, Robert, Masyarakat Petani Dan Kebudayaan, Jakarta: Cv. Rajawali Press, 1985.

Sartini Eva, dkk, Variasi Tingkat Semai Pada Uji Keturunan Kemenyan Durame (

styrax benzoin DRYAND) di Sumatera Utara, Medan: tanpa penerbit,

2004.

Scott,James, Moral Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES, 1981.

Simamora, Lamria, Kehidupan Petani Kemenyan Dalam Menjaga Kearifan Lokal di

Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan, Skripsi Sarjana, Medan: Universitas Negeri Medan,

2014.

Siregar, Mastauli. Analisis Kesejahteraan Petani Kemenyan Sebagai Komoditi

Unggul kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara, Skripsi S -2, Medan:


(9)

Sirait, M.B, dkk, Feasibility Study Pemasaran Kemenyan Rakyat Oleh K.U.D. di

Sumatera Utara. Medan: tanpa penerbit, 1980.

Sitompul, Manuari, Kajian Pengelolaan Hutan Kemenyan (styrax sp) di Kabupaten

Humbang Hasundutan, Pasca Sarjana, Institusi Pertanian Bogor:


(10)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Hotben Lumban Gaol Umur : 86 tahun

Pekerjaan : Petani kemenyan, Veteran

Alama : Huta Godang, Desa Hutajulu, Dusun II 2. Nama : Nimrot Lumban Gaol

Umur : 70 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Tapian Nauli, Desa Hutajulu, Desa Hutajulu, Dusun I 3. Nama : E. Lumban Gaol

Umur : 48 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Muda, Desa Hutajulu, Dusun I

4. Nama : Tamba

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Pegawai Dinas Pertanian Humbang Hasundutan Alamat : Huta Paung

5. Nama : Benget Lumban Gaol Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Muda, Desa Hutajulu, Dusun I 6. Nama : Kebestina Lumban Batu

Umur : 87 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Lumban Muda, Desa Hutajulu, Dusun I 7. Nama : R. Situmorang


(11)

Pekerjaan : Pedagang pengumpul kemenyan

Alamat : Lumban Sopar, Desa Hutajulu, Dusun II 8. Nama : Luper Lumban Gaol

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Muda, Desa Hutajulu, Dusun I 9. Nama : Roden Lumban Gaol

Umur : 60 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Muda, Desa Hutajulu, Dusun I 10.Nama : Marudin Simanullang

Umur : 55 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Muda, Desa Hutajulu, Dusun I 11.Nama : Mayor Sinaga

Umur : 58 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Sinaga, Desa Hutajulu, Dusun III 12.Nama : Isson Sitinjak

Umur : 75 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Huta Godang, Desa Hutajulu, Dusun II 13.Nama : Sabar Menanti Lumban Batu

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Tapian Nauli, Desa Hutajulu, Dusun I 14.Nama : Mardongan Situmorang

Umur : 55 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan


(12)

15.Nama : T. Lumban Batu Umur : 74 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Sosor Toruan, Desa Hutajulu, Dusun III 16.Nama : B. Banjar Nahor

Umur : 70 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Huta Godang, Desa Hutajulu, Dusun II 17.Nama : Panna Situmorang

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Sopar, Desa Hutajulu, Dusun II 18.Nama : Saut Lumban Batu

Umur : 72 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Huta Godang, Desa Hutajulu, Dusun II 19.Nama : A. Sitinjak

Umur : 68 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan

Alamat : Lumban Sinaga, Desa Hutajulu, Dusun III 20.Nama : Ramli Lumban Gaol

Umur : 55 tahun

Pekerjaan : Petani Kemenyan


(13)

BAB III

LATAR BELAKANG BUDIDAYA KEMENYAN DI DESA HUTAJULU TAHUN 1960-1990

Bab III ini menjelaskan latar belakang budidaya kemenyan di Desa Hutajulu. Adapun yang dibahas dalam bab ini yaitu : pertama geografis, yang membahas tentang pengaruh faktorgeografis Desa Hutajulu terhadap pembudidayaan kemenyan.

Kedua, faktor keuntungan, yang menjelaskan mengapa masyarakat tertarik untuk

menanam kemenyan, Ketiga,budidaya praktis, yaitu menjelaskan bagaimana budidaya kemenyan yang masih bersifat tradisional dan mudah sehingga masyarakat Desa Hutajulu menjadi petani kemenyan dan, Keempat, warisan orang tua, yang menjelaskan tanah dan kemenyan yang merupakan warisan turun-temurun, juga merupakan kebiasaan atau keterampilan yang dimiliki masyarakat Desa Hutajulu dalam bertani kemenyan.

Penelusuran referensi penunjang pada penelitian ini dimulai dari tinjauan pustaka tentang kemenyan. Dari banyak sumber, nampak bahwa kemenyan menjadi tanaman utama atau komoditi unggul di beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Banyak bacaan yang menjelaskan bahwa kemenyan merupakan pohon penghasil getah bernilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu tanaman andalan Provinsi Sumatera Utara. Harga kemenyan yang tinggi menjadi alasan utama dibudidayakannya kemenyan di Desa Hutajulu.


(14)

3.1 Geografis

Desa Hutajulu beriklim tropis dengan curah hujan 1800 mm/tahun dengan suhu rata-rata lebih 24 derajat. Kriteria topografi yakni daratan tinggi 1300 m diatas permukaan laut. Jenis tanah di Desa Hutajulu yakni berpasir, tanah liat, dan gambut. Hanya ada dua musim di Desa Hutajulu yakni musim kemarau dan musim penghujan, dengan iklim tropis yang dingin. Tanah di Desa Hutajulu merupakan tanah yang subur yang umumnya berada di pegunungan. Dengan demikian sebagian besar lahan di Desa Hutajulu cocok untuk lahan pertanian seperti kopi, padi, nenas, palawija, dan holtikultura. Keadaan tanah yang tergolong bergelombang,ini cocok untuk lahan perkebunan, penghijaun, dan pertanian.20

Kondisi lahan Desa Hutajulu sangat cocok untuk pertanian. Sejak awal ketika desa ini dibuka, masyarakat sudah bertani seperti padi dan ubi. Kedua tanaman ini menjadi penopang kebutuhan masyarakat, ubi merupakan makanan penting selain nasi. Ketika beras masih sangat susah untuk diperoleh, juga alasan untuk berhemat, masyarakat biasanya akan memakan ubi terlebih dahulu, dan baru setelah itu nasi. Sebelum tahun 1950 masyarakat hanya menanam kedua tanaman ini, bukan karena tanaman lain tidak tumbuh di desa ini, namun karena pada waktu itu hanya kedua tanaman itulah yang masih diutamakan oleh masyarakat. Di tahun 1950 masyarakat Desa Huta Julu baru mengenal tanaman kopi. Sejak itu tanaman kopi menjadi salah

20


(15)

satu tanaman andalan pada masyarakat Desa Hutajulu. Di tahun 1960, selain menanam kopi, penduduk juga mulai tertarik pada pertanian kemenyan.21

Salah satu syarat tumbuhnya kemenyan yaitu di lereng-lereng bukit dan pegunungan yang mempunyai ketinggian 600-1500 m diatas permukaan laut. Desa Hutajulu berada pada ketinggian 1300 m di atas permukaan laut, Inilah salah satu alasan bisa tumbuhnya kemenyan di Desa Hutajulu. Kemenyan tumbuh baik pada solum tanah yang dalam, pH tanah antara 4-7. Jenis tanaman ini tidak tahan terhadap genangan, sehingga untuk pertumbuhannya memerlukan tanah yang porositasnya tinggi (mudah meneruskan/meresapkan air). Faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi pertumbuhan kemenyan adalah ketinggian tempat, lereng, jenis, tanah, dan curah hujan. Kemenyan dapat tumbuh di kisaran ketinggian yang luas namun lebih banyak tumbuh pada ketinggian lebih dari 900 m diatas permukaan laut. Ketinggian ini merupakan faktor yang paling berpengaruh.22

Secara alami, kemenyan hidup berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain, merupakan jenis pohon yang bersifat toleran dan mempunyai pertumbuhan yang tidak terlalu cepat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan keberadaannya yang bersifat tersebar dan tidak mendominasi pada suatu luasan tertentu. Kesesuaian lahan untuk penanaman kemenyan perlu diperhatikan karena faktor tempat tumbuh sangat penting

21

Wawancara, E.Lumban Gaol, Desa Hutaulu, 20 Juli 2015

22Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutan, “Buku Kecil Kemenyan (Getah Berharga


(16)

untuk keberhasilan penanaman kemenyan. Salah satu cara untuk menilai kesesuaian lahan adalah dengan kondisi biofisik calon areal penanaman kemenyan.23

Syarat-syarat tersebut sudah dimiliki oleh Desa Hutajulu, dari iklim, tanah, ketinggian dan sebagainya yang menjadikan kemeyan dapat tumbuh dengan baik di hutan yang berada di kawasan desa. Kemenyan sudah lama ditemukan berada dihutan dan hingga tahun 1990-an pertumbuhan kemenyan semakin berkembang dan tidak ada perubahan.Getah yang dikeluarkan oleh kemenyan tetap menghasilkan dengan baik, sehingga jelas terlihat bahwa iklim di Desa Hutajulu sangat cocok untuk pertanian kemenyan. Dalam literatur mengenai pertumbuhan kemenyan memang tidak dijelaskan secara rinci bagaimana syarat tumbuhnya kemenyan dari segi suhu dan curah hujan. Namun yang paling ditekankan ialah ketinggian dan jenis tanah. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa kemenyan tumbuh pada ketinggian 600-1500 meter di atas permukaan laut. Desa Hutajulu berada pada ketinggian 1300 m di atas permukaan laut. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan tumbuhnya kemenyan di areal hutan Desa Hutajulu. 24

Kemenyan merupakan salah satu tumbuhan endemik. Tumbuhan Endemik merupakan tumbuhan asli yang hanya bisa ditemukan disebuah wilayah geografis tertentu dan tidak ditemukan diwilayah lain. Wilayah di sini dapat berupa pulau, negaraatau zona tertentu. Tumbuhan yang memiliki endemisitas tinggi rawan mengalami kepunahan kalau keberadaannya terdapat ganguan baik dari alam atau

23

Op cit. hlm 3.

24


(17)

manusia.Tumbuhan endemic atau endemis berarti eksklusif asli pada suatu tempat (biota), suatu tumbuhan endemik apabila keberadaannya unik disuatu wilayah dan tidak ditemukan diwilayah lain secara alami. Istilah ini biasanya diterapkan pada unit geografi suatu pulau atau kelompok pulau, tetapi kadang-kadang dapat berupa negara, tipe habitat atau wilayah. Tumbuhan yang hidup pada suatu kepulauan cenderung berkembang menjadi tipe atau jenis endemik karena isolasi geografi.25

3.2 Faktor Keuntungan

Jika dilihat dari aktifitas masyarakat Desa Huta Julu bermata pencaharian dari bertani, mengambil rotan, dan mengergaji di hutan. Jelas terlihat bahwa adanya faktor kurangnya penghasilan masyarakat. Tanaman yang ditanami oleh masyarakat seperti padi, ubi, dan kopi tidak cukup untuk membutuhi kebutuhan keluarga. Padi yang ditanam jarang sekali dijual hasil panennya. Biasanya hasil padi hanya untuk kebutuhan sehari-hari, sedangkan ubi hanya dimakan sebagai pengganti nasi jika beras tidak ada. Hanya kopilah yang dapat menghasilkan uang tiap minggu, sementara dari hasil rotan dan mengergaji juga tidak menentu.

Melihat kebutuhan semakin meningkat jelas hal ini sangatlah berdampak pada perekonomian masyarakat yang masih tergolong miskin. Hasil kopi yang diperoleh dijual kepada pembeli dan uangnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan hanya mengandalkan hasil dari panen kopi masyarakat kurang merasa puas,

25

Lamria Simamora, “Kehidupan Petani Kemenyan Dalam Menjaga Kearifan Lokal di Desa

Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan” Skripsi Sarjana, belum diterbitkan.


(18)

sedangkan hasil hutan yang dikerjakan oleh laki-laki kadang tidak menentu. Untuk mencari rotan dan menggergaji di tengah hutan pekerjaan nya sangat susah dan hasilnya juga tidak bisa terlalu diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sebenarnya kemenyan sudah lama ditemukan di areal hutan Desa Hutajulu tetapi tidak dibudidayakan secara khusus. Menjelang tahun 1960 harga kemenyan meningkat tinggi dan permintaan akan getah kemenyan meningkat, maka dari itulah masyarakat mulai membudidayakan kemenyan secara khusus.26

Tahun 1960 belum semua masyarakat menanam kemenyan, karena untuk mendapatkan lahan dihutan tidaklah gampang. Masyarakat yang awalnya bermata pencaharian dari mencari rotan dan menggergaji di hutan akhirnya beralih kepertanian kemenyan karena dianggap dapat mengubah perekonomian masyarakat. Dari pertanian kemenyan ini masyarakat bisa memperbaiki rumah dan menyekolahkan anak-anak mereka. Dalam hal ini jelas terlihat adanya faktor yang mendorong masyarakat yang akhirnya beralih ke pertanian kemenyan yaitu faktor keuntungan yang didapat oleh masyarakat.27

Segala sesuatu yang dianggap menguntungkan akan cenderung dikerjakan oleh manusia, demikian pula halnya dalam pertanian kemenyan ini. Masyarakat Desa Hutajulu menganggap bertani kemenyan menguntungkan, sehingga kemudian mengerjakan dan mengembangkannya. Dalam pertanian kemenyan ini, masyarakat sangat menaruh hati dan perhatian, karena dianggap mampu menopang kehidupan

26

Wawancara, A. S itinjak, Desa Hutajulu, 22 Juli 2015

27


(19)

masyarakat desa. Jelas memang bahwa pernyataan tersebut benar adanya ketika melihat kehidupan masyarakat yang dulunya masih pencari rotan dan penggergegaji ada perubahan ketika sudah bertani kemenyan.28

Perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Hutajulu yakni dapat menaikkan taraf kehidupan petani kemenyan khususnya dalam bidang ekonomi. Setelah masyarakat menghasilkan kemenyan mereka mampu memperbaiki rumah dan menyekolahkan anak-anak mereka. Hal ini terbukti hingga tahun 1990 selain karena semakin majunya pendidikan juga karena faktor ekonomi masyarakat yang mampu menyekolahkan anak-anak mereka. Pernyataan ini diakui langsung oleh masyarakat Desa Hutajulu, mereka menyadari bahwa pertanian kemenyan ini dapat menguntungkan bagi masyarakat khususnya dalam perekonomian.29

3.3 Budidaya yang Praktis

Pertanian kemenyan di Desa Hutajulu tergolong sangat praktis. Hal ini terbukti dari cara penanaman kemenyan sampai pengolahan pasca panen yang tidak mengeluarkan modal yang besar30. Pada penyiapan lahan, tanah yang diperoleh petani merupakan lahan yang ditemukan di hutan, dan untuk memulai penanaman kemenyan tidak ada pembersihan, hanya membuat lobang dan membersihkannya untuk

28

Wawancara, Roden Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 28 Juli 2015

29

Wawancara, Marudin Simanullang, Desa Hutajulu, 29 Juli 2015

30 Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100

cm. budidaya kemenyan termasuk sangat praktis. Awal dibudidayakannya kemenyan di Desa Hutajulu yaitu pada tahun 1960. Proses pembudidayaan kemenyan di Desa Hutajulu masih bersifat tradisional dan sangat praktis.


(20)

menanam bibit kemenyan tersebut. Sementara itu tidak ada pembibitan khusu untuk kemenyan. Bibit kemenyan diperoleh dari bibit kemenyan yang tumbuh secara liar di hutan. Bibit tersebut kemudian dipindahkan ke lahan yang kosong yang belum ditanami kemenyan. Penanaman bibit kemenyan cenderung tidak dilakukan secara beraturan, hanya membuat jarak sekitar kurang lebih 4 meter dari pohon kemenyan yang di sebelahnya.

Dalam perawatan kemenyan tidak memerlukan biaya yang besar. Untuk perawatan kemenyan hanya membersihkan semak belukar yang berada disekitar batang kemenyan yang biasanya dilakukan hanya sekali dalam setengah tahun. Alat yang diperlukan untuk membersihkan hanyalah pisau. Dari penanaman hingga pemanenan getah kemenyan tidak ada perawatan khusus yang dilakukan oleh petani.31

Untuk memanen getah kemenyan dilakukan ketika kemenyan sudah berusia tujuh sampai sepuluh tahun. Ketika batang kemenyan sudah siap untuk disadap, maka lagkah yang pertama dilakukan oleh petani yaitu membersihka kulit kemenyan dari lumut atau kotoran yang menempel pada batang kemenyan, kemudian selanjutnya batang kemenyan ditakik. Setelah proses tersebut maka akan ditunggu selama kurang lebih empat bulan hingga batang kemenyan mengeluarkan getah.32

Proses pengambilan getah kemenyan dilakukan ketika getah sudah keluar dan lengket mengeras dibatang kemenyan. Pertama, petani akan mengambil getah

31

Op cit, Marudin Simanullang.

32


(21)

tersebut sampai yang berada dibagian batang paling atas dengan memanjat pohon kemenyan menggunakan bantuan tali polang(tali yang terbuat dari ijuk yang dipakai oleh petani untuk memanjat kemenyen) agar bisa naik sampai ke atas dan bisa turun kembali. Getah kemenyan yang sudah dikumpulkan akan dibawa ke tempat penginapan petani. Getah kemenyan akan dipisahkan dari kulit batang kemenyan yang menempel pada getah. Setelah berada di hutan kurang lebih satu minggu petani akan pulang dan membawa hasil getah kemenyan ke rumah. Proses terakhir yaitu mengeringkan getah kemenyan dengan meletakkan di atas lantai. Setelah itu kemenyan sudah bisa dijual.33

Petani kemenyan hanya memerlukan tenaga yang kuat dalam pertanian kemenyan. Hal ini karena letak lahan kemenyan yang berada di hutan dan untuk menempuh hutan memerlukan waktu yang cukup lama. Jalan yang ditempuh petanipun masih jalan setapak yang tidak bisa dilalui dengan kendaraan. Oleh karena jarak hutan dari pemukiman masyarakat jauh, petani kemenyan harus membangun gubuk kecil sebagai tempat perteduhan atau penginapan petani selama berada di hutan.34

Pertanian kemenyan tergolong sangat praktis dan masih bersifat tradisional. Di atas dijelaskan bagaimana pertanian kemenyan dari proses penanaman hingga pengolahan pasca panen, berbeda dengan pertanian pada umumnya yang memerlukan modal besar dalam proses pengerjaannya. Pertumbuhan kemenyan sama dengan jenis

33

Nimrot Lumban Gaol, Op cit.

34


(22)

pohon alam lainnya yang berada di hutan. Namun, bedanya kemenyan memiliki getah yang bisa dijual oleh manusia. Alasan itu cukup untuk membuktikan bahwa kemenyan sangat menguntungkan bagi petani kemenyan.

3.4 Warisan Orang Tua

Perolehan lahan kemenyan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Hutajulu pada tahun 1960 merupakan lahan yang ditemukan langsung di dalam hutan dan bisa dimiliki secara langsung jika lahan tersebut belum ada pemiliknya. Hal ini karena kemenyan merupakan tanaman hutan yang sudah sejak lama ditemukan tumbuh secara liar di dalam hutan, tetapi belum dibudidayakan secara khusus. Dari informasi yang diperoleh hanya ada empat keluarga yang telah menanamnya sebelum tahun 1960. Aktifitas masyarakat Desa Hutajulu yang awalnya bermata pencaharian dari mencari rotan dan menggergaji di hutan menjadi alasan bagaimana kemenyan ditemukan oleh masyarakat di dalam hutan. Ketika masyarakat mengetahui bahwa kemenyan bisa menghasilkan uang, kemudian ada keinginan masyarakat untuk membudidayakan kemenyan secara khusus.35

Pertanian kemenyan dimulai dari tahun 1960 di Desa Hutajulu. Awalnya masyarakat mulai menanam dan menyebarluaskan bibit-bibit kemenyan didalam hutan. Kemudian, pengerjaan kemenyan dilakukan oleh kaum laki-laki. Hal ini karena letak lahan kemenyan yang berada di tengah hutan dan tingkat bahaya yang besar sehingga perempuan tidak diijinkan untuk ikut dalam pengerjaan kemenyan.

35


(23)

Oleh karena itu seorang anak laki-laki dalam satu keluarga yang sudah dianggap dewasa akan dibawa oleh sang ayah ke hutan untuk ikut membantu pengerjaan kemenyan. Anak laki-laki pada umumnya yang berada di Desa hutajulu akan tinggal di desa, pada saat itu jarang sekali yang pergi merantau ke kota. Alasannya, karena pada masa itu pendidikan belum maju sehingga jarang sekali yang pergi ke kota untuk bersekolah. Sementara itu, untuk mencari pekerjaan di kota juga tidak gampang karena mereka tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Sehingga harus tinggal di desa dan membantu orang tua bekerja di ladang.

Sejak awal anak laki-laki di Desa Hutajulu sudah diajarkan oleh orang tua mereka untuk bertani kemenyan, karena jika suatu saat orang tua mereka tidak mampu lagi untuk mengelola hutan kemenyan maka lahan kemenyan akan diwariskan terhadap anak laki-lakinya.Keterampilan dan kebiasaan dalam pengerjaan kemenyan tentunya sudah dimiliki oleh kaum laki-laki di Desa Hutajulu. Sejak dini proses pengerjaan diajarkan oleh orang tua mereka. Keterampilan dan kebiasaan inilah yang menjadi modal utama mereka dalam mengerjakan pertanian kemenyan. Kemenyan ini merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga. Menurut masyarakat Desa Hutajulu, kemenyan merupakan jelmaan manusia karena dianggap mampu mengubah perekonomian masyarakat. Itu sebabnya pertanian kemenyan di Desa Hutajulu tetap dijaga menjadi suatu kearifan lokal. Dengan itu, maka hutan kemenyan akan diwariskan secara turun-temurun. Dalam pembagian harta warisan oleh orang tua yang mendapat hak adalah laki. Bagi masyarakat Batak Toba


(24)

laki-laki merupakan pewaris, sedangkan wanita tidak mendapat bagian. Hal ini karena wanita akan menikah dan memiliki suami, maka mereka akan mengelola harta warisan orang tua dari sang suami.36

Hingga tahun 1990 lahan kemenyan yang dimiliki oleh masyarakat petani di Desa merupakan lahan warisan. Sudah jarang sekali ditemui petani yang baru membuka lahan dan baru menanam kemenyan. Tetapi ketika awal tahun 1960, dimana pada saat itu kemenyan baru dibudidayakan oleh masyarakat, lahan yang dimiliki oleh petani didapatkan secara cuma-cuma didalam hutan. Saat masyarakat menemukan lahan kosong dihutan mereka berhak untuk menanam kemenyan dilahan tersebut dan dijadikan sebagai lahan miliknya. Selain dengan cara tersebut sebagian lahan yang diperoleh masyarakat adalah lahan warisan dari marga. Lahan yang berada dihutan sebagian telah ada yang memiliki dan diatas namakan oleh marga-marga yang berada di Desa Hutajulu. Contohnya adalah Marga Lumban Gaol, maka lahan tersebut akan dibagi dan dikelola oleh Marga Lumban Gaol. Ada juga pembagian lahan dari warisan tanah adat.

36


(25)

BAB IV

SISTEM BUDIDAYA KEMENYAN DI DESA HUTAJULU TAHUN 1960-1990

Pada bab III dijelaskan bagaimana latar belakang budidaya kemenyan di Desa Hutajulu, selanjutnya pada bab ke IV ini penulis akan menjelaskan bagaimana sistem budidaya kemenyan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Hutajulu. Adapun yang dibahas dalam bab ini yaitu: pertama, penyiapan lahan dan pembibitan, kedua, penanaman dan perawatan, ketiga, pemanenan, dan keempat, pengolahan pasca panen. Semua itu merupakan tahapan dalam pertanian kemenyan oleh masyarakat Desa Hutajulu.

Sistem pertanian kemenyan pada masyarakat Desa Hutajulu dilakukan masih bersifat sederhana. Pembibitan tidak dilakukan secara khusus, tetapi secara alamiah, yaitu dengan menanam kembali bibit kemenyan yang tumbuh secara liar. Begitu juga dengan perawatan, tidak menggunakan obat-obatan dan jenis perawatan lainnya. Penyiapan lahan hanya dengan mencari lahan kosong di hutan. Langkah yang dilakukan oleh petani yaitu dengan mencari lahan kosong yang belum ditumbuhi kemenyan, setelah itu ditanami pada lahan yang didapat dan menjadikan lahan tersebut miliknya. Sebagian besar lahan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Hutajulu tidak memiliki surat dari negara. Untuk lahan yang dimiliki masyarakat tahun 1990 merupakan lahan warisan, yaitu lahan kemenyan yang diwariskan orang tua kepada anak-anak mereka.


(26)

4.1 Penyiapan Lahan dan Pembibitan

Tanaman kemenyan tumbuh di daerah pegunungan dengan iklim pegunungan yang dingin.Lahan yang cocok untuk pertanian kemenyan ialah lahan yang berada pada ketinggian 600-1500 m di atas permukaan laut dan letaknya berada di hutan. Tidak ada penyiapan secara khusus untuk lahan pertanian kemenyan.Tanaman kemenyan dikelola dan diusahakan di hutan yang oleh masyarakat disebuttobbak. Jarak pemukiman masyarakat dengan hutan kemenyan cukup jauh, dan terkadang ditempuh selama tujuh sampai dengan sembilan jam perjalanan. Pertama, masyarakat merintis jalan dengan menebas semak-semak yang mengganggu jalan, agar petani bisa melihat langsung kondisi lahan yang akan ditanam kemenyan.37

Tidak ada penyiapan secara khusus untuk lahan pertanian kemenyan. Awalnya kemenyan sudah ditemukan tumbuh secara liar di hutan areal Desa Hutajulu, sementara petani hanya melanjutkan penanaman pada lahan-lahan yang belum ditumbuhi kemenyan, sangat berbeda pada pertanian pada umumnya. Sebagian besar lahan-lahan tersebut tidak memiliki surat dari negara, karena pada tahun 1960 masyarakat bisalangsung memiliki lahan-lahan kosong yang ditemukan di hutan. Tanah tersebut akan ditanami kemenyan dan dibuat tanda agar orang lain mengetahui bahwa lahan tersebut sudah ada pemiliknya.38

Mata pencaharian masyarakat Desa Hutajulu yang awalnya mencari rotan dan menggergaji di hutan yang menjadi alasan masyarakat menemukan kemenyan di

37Wawancara, J. Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 22 Juli 2015. 38


(27)

hutan. begitu juga dengan lahan pertanian kemenyan yang ditemukan oleh masyarakat. Saat masyarakat mulai tertarik menanam kemenyan, maka mereka di hutan mencari rotan dan menggergaji sekaligus mencari lahan untuk menanam kemenyan.

Di Desa Hutajulu lahan kemenyan didapatkan dari warisan orang tua dan akan dilanjutkan oleh anak-anaknya. Tetapi tahun 1960 nenek moyang dulu mendapatkan lahan dari hasil kerja keras mereka mengelola hutan dan menjadikan sebagai miliknya. Mulai tahun 1970-an lahan sudah merupakan warisan. Hal inilah yang menunjukkan bahwa masyarakat tahun 1970-an tidak perlu menyiapkan lahan lagi.Mereka hanya melanjutkan kemenyan yang sudah diwariskan oleh orang tua mereka. Mereka hanya mengganti pohon kemenyan yang sudah tua dengan menanam bibit kemenyan yang baru.39

Lahan yang didapatkan oleh masyarakat Desa Hutajulu ada yang di wariskan berdasarkan marga. Berdasarkan marga yaitu hutan kemenyan diwariskan kepada marga yang sama. Contohnya, hutan kemenyan marga Lumban Gaol akan diwariskan kepada marga Lumban Gaol di Desa Hutajulu. Pengelolaan lahan kemenyan juga pada masa itu berdasarkan hukum adat yakni :

1. Kepemilikan dan peralihan kepemilikan.

2. Penentuan batas-batas kepemilikan, diantara mereka maupun dengan komunitas desa dan kecamatan lainnya.

3. Pemungutan dan penjualan hasil hutan kemenyan.

39


(28)

4. Perawatan (ada ritual)40

Hukum adat yang diyakini, diakui, dan ditaati sejak awal kala merupakan sebuah pembentukan karakter terhadap warga Desa Hutajulu agar tetap menjaga dan membudidayakan kemenyan. Dalam budaya Batak Toba adatlah yang menjadi hukum. Tidak tertulis namun terlaksana. Apabila hukum adat disalahgunakan maka hukum alam yang disebut sebagai karma akan terjadi dan akan dikucilkan dari desa tersebut. Demikian juga dengan konteks budaya Batak Toba tentang kemenyan yang dianggap sebagai kearifan lokal di Desa Hutajulu. Pengelolaan kemenyan secara tradisional harus berdasarkan hukum adat yang berlaku. Mulai dari kepemilikan, pengelolaan, sampai musim panen.41

Pembibitan kemenyan di Desa Hutajulu masih bersifat alamiah, yakni dengan cara memindahkan bibit kemenyan yang tumbuh secara liar di sekitar pohon kemenyan yang sering disebut oleh masyarakat dengan lata habang. Petani kemenyan tinggal mencabut lata habang yang tumbuh secara liar disekitar pohon kemenyan dan memindahkan kelahan yang kosong. Hal ini sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Hutajulu mulai dari dibudidayakannya kemenyan pada tahun 1960 hingga akhir periode kajian ini. Bahkan, bukan hanya di Desa Hutajulu di desa-desa lainnya juga yang berada di Kecamatan Pollung penanaman kemenyan masih bersifat alamiah. Masyarakat Desa Hutajulu meyakini bahwa jika pembibitan dilakukan dengan cara modern yaitu membibit biji kemenyan ke dalam polibek dan ketika di

40 Lamria Simamora, Op.cit. hlm. 55. 41


(29)

tananam tidak menghasilkan getah dengan baik. Pembibitan secara tradisional sudah dilakukan mulai dibudidayakannya kemenyan maka masyakarat mengikuti tradisi yang sudah ada.42

Penanaman bibit kemenyan yang sudah berdaun tidak mempunyai resiko, asalkan pada saat mencabut bibit harus dilihat pucuk daunnya apakah masih muda dan masih tertutup atau sudah terpisah. Penanaman bibit kemenyan yang berdaun muda dan masih tertutup tidak baik karena yang berdaun muda menjadi layu dan akhirnya mati. Apabila daunnya sudah cukup tua dan keras maka tanaman kemenyan yang kemenyan yang baru ditanam tumbuh dan berkembang.43

Cara pembibitan seperti itulah yang sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Huta Julu mulai dari dibudidayakannya kemenyan. Hal ini sudah diturunkan oleh leluhur mereka dan diajarkan kepada anak-anaknya, agar keturunanya dapat memahami dan akan mengelola hutan kemenyan seperti yang sudah dilakukan oleh nenek moyang mereka.

4.2 Penanaman dan Perawatan

Penanaman bibit kemenyan cukup dengan membuat lobang kecil yang digali dengan parang atau tongkat runcing. Jarak antara pohon kemenyan dengan bibit yang baru ditanam berjarak 4-5 meter, penanaman tidak haruslah lurus dan beraturan, penanaman kemenyan cukup hanya dengan jarak tersebut. Sebelum penggalian

43

Mastauli Siregar, “Analisa Kesejahteraan Petani Kemenyan Sebagai Komoditi Unggulan Kabupaten Tapanuli Utara “Tesis”, belum diterbitkan. Universitas Sumatera Utara: Medan.


(30)

lobang terlebih dahulu dibersihkan dan disisihkan dari daun-daun yang membusuk. Setelah itu membuat lobang untuk bibit kemenyan. Setelah bibit kemenyan dimasukkan dalam lobang, akarnya ditutup dengan tanah kembali seperti halnya dalam pertanian biasanya.44

Untuk menandakan bahwa kemenyan itu sudah ditanam, maka petani akan menancapkan satu atau dua buah tongkat kayu disamping kemenyan yang baru ditanam. Hal ini menandakan bahwa bibit kemenyan itu sudah ditanam bukan lagi bibit liar atau lata habang. Pada masyarakat Desa Hutajulu masih erat kekeluargaannya, jadi ketika saudara ataupun tetangga didekat rumah datang ke hutan kemenyan untuk mencari bibit kemenyan di lahan mereka tidak menjadi masalah, namun harus minta izin terlebih dahulu kepada pemilik lahan kemenyan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Hal inilah yang membuat petani harus membuat tanda di dekat bibit kemenyan yang sudah ditanam petani agar bila ada yang mencari bibit kemenyan tidak mencabut atau mengambilnya lagi, Tanda itulah yang membuktikan bahwa bibit itu sudah ditanam oleh pemilik.45

Penanaman kemenyan di Desa Hutajulu tidak ditanam secara serentak oleh petani, tetapi ditentukan oleh situasi dan kondisi lahan serta umur kemenyan masing-masing. Apabila lahan kemenyan petani luas dan masih banyak yang kosong serta ditumbuhi oleh pohon lain, maka petani akan memperbanyak penanaman pohon kemenyan. Penanaman bibit kemenyan yang baru juga dilakukan ketika pohon

44

Wawancara, Sabar Menanti Lumban Batu, Desa Hutajulu, 25 Juli 2015.

45


(31)

kemenyan sudah banyak yang tua maka akan diganti dengan bibit yang baru agar kemenyan terus berproduksi sehingga tidak ada lahan yang sempat kosong. Penanaman kemenyan seperti ini sudah dilakukan sejak awal dibudidayakan kemenyan di Desa Hutajulu. Tidak ada yang berubah dalam hal penanaman. Hingga tahun 1990 masyarakat terus melajutkan cara yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.46

Untuk perawatan pohon kemenyan dilakukan dengan sangat sederhana. Hasil wawancara di Desa Hutajulu dengan petani kemenyan, mengatakan bahwa sejauh ini perawatan kemenyan tidak menggunakan pupuk.Pememakaian obat-obatan lainnya dalam pertanian sama sekali tidak pernah digunakan dalam perawatan pohon kemenyan. Perawatan kemenyan cukup dengan cara membersihkan pohon kemenyan dari semak-semak kalau sudah dianggap mengganggu dan merintis jalan-jalan di waktu petani memasuki areal pertanaman. Pembersihan itu dilakukan sekali setengah tahun ketika pohon kemenyan akan disadap. Alasan kenapa dalam perawatan kemenyan tidak menggunakan pupuk dan obat-obatan lainnya, petani kemenyan mengungkapkan hal ini disebabkan karena tanah dihutan sangat baik dan subur untuk pertumbuhan kemenyan. Pertumbuhan kemenyan sangat tergantung pada alam lingkungan dan kondisi tanah dan umumnya tumbuh didataran tinggi. Itulah alasannya mengapa kemenyan hanya tumbuh baik dihutan.47

46

Ibid

47


(32)

Perawatan kemenyan dibagi dalam dua jenis, yaitu: pertama,untuk perawatan pada pohon yang kecil dan sampai besar hingga bisa dikatakan berproduksi yakni pohon kemenyan yang masih baru ditanam biasanya akan dibuat tongkat kecil disampingnya. Selain berfungsi sebagai tanda sudah ditanam, juga berfungsi untuk menahan bibit kemenyan hingga bisa tumbuh lurus. Tidak ada perawatan khusus untuk pohon kemenyan, hanya dengan membersihkan semak-semak di area sekitar pohon kemenyan dan dilakukan sekali dalam setengah tahun. Perawatan kemenyan juga dilakukan dengan cara membuang tumbuhan parasit yang menumpang pada batang kemenyan dengan menggunakan pangait (pengait), kedua, perawatan untuk pohon kemenyan yang sudah tua, yakni pohon kemenyan yang sudah tua dan tidak bisa memproduksi getah kemenyan lagi tidak akan ditebang, melainkan harus di

dialal(proses membuang kulit dari batang kemenyan). Dialal merupakan suatu

pekerjaan untuk memisahkan atau membuang kulit dari batang kemenyan yang sudah tua. Pengerjaan ini dilakukansupaya makanan yang diserap tidak dibawa keseluruh batang dan ranting kemenyan. Proses inilahyang membuat lambat laun daun pohon yang sudah dialal berjatuhan ke sekitar bibit yang ditanam dan akan menjadi penyubur bagi bibit kemenyan yang baru ditanam, sehingga pohon kemenyan yang sudah tua tersebut akan mati secara perlahan.

Perawatan pohon kemenyan haruslah dilakukan dengan ikhlas tidak bisa marah-marah, bersungut-sungut, menangis, dan juga harus tetap bicara sopan dan jujur. Hal ini sudah dilakukan sejak awal dibudidayakannya kemenyan di Desa


(33)

Hutajulu, agar kemenyan menghasilkan getah yang deras dan baik. Bahkan, sekitar tahun 1960-an petani bernyanyi di bawah pohon kemenyan sambil membersihkan pohon kemenyan.Banyak versi yang menceritakan sejarah munculnya kemenyan yang dipercayai oleh masyarakat sekitar. Perbedaan letak suatu daerah yang memiliki pohon kemenyan juga masing-masing memiliki cerita yang berbeda juga. Daerah penghasil kemenyan di Tanah Batak, ada cerita rakyat yang terus diwariskan secara turun-temurun.

Perawatan kemenyan memang terlihat sangat sederhana. Tidak ada pemupukan, penyemrotan dan lainnya. Hanya dibersihkan dari tanaman-tanaman yang menganggu di sekitar batang kemenyan, bahkan hanya di sekitar batang tidak semua lahan tersebut dibersihkan. Itu sebabnya tidak harus tiap minggunya laki-laki pergi kehutan kemenyan. Setelah selesai membersihkan sekitar batang kemenyan, bila pohon kemenyan tersebut telah siap untuk disadap maka petani akan mengerjakannya sampai selesai. Setelah siap masa menyadap kemenyan, mereka akan menunggu selama kurang lebih empat bulan, di mana laki-laki akan ikut mengerjakan ladang didekat rumah bersama istri dan anak-anaknya.48

48


(34)

1.6Pemanenan

Pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah bisa disadap. Kriteria pohon kemenyan yang siap untuk dipanen yaitu ketika sudah berumur 7-10 tahun dan daunnya berwarna hijau muda dan rindang. Alat yang digunakan dalam proses panen kemenyan yaitu, pertama, parang, sebagai alat untuk menebas semak-semak yang ada disekitar batang kemenyan. Kedua,tali polang, yaitu alat yang dipakai untuk memanjat batang kemenyan hingga ke atas. Ketiga,agat panuktuk, yaitu alat yang digunakan untuk mengetuk batang kemenyan untuk memastikan bahwa kemenyan siap untuk disadap dan alat ini juga berfungsi untuk menutup kembali lobang yang disadap. Keempat, agat pencongkel, yaitu alat yang berfungsi untuk membuat saluran getah kemenyan dan alat ini juga dipakai untuk mengambil getah kemenyan. Kelima,bakkul, yaitu tempat hasil kemenyan. Keenam, guris, berfungsi untuk membersihkan lumut atau jamur yang ada pada batang kemenyan.

Ketujuh, pangait. yang berfungsi untuk mengambil tumbuhan penopang atau

tumbuhan parasit yang tumbuh pada batang kemeyan. Semua alat-alat yang digunakan oleh petani dalam pengerjaan pertanian kemenyan merupakan alat yang dibeli dari pasar.49

Waktu penyadapan biasanya dilakukan pada waktu pagi hari sampai sore hari. Petani biasanya akan memulai penyadapan kemenyan di pagi hari dan biasanya satu orang petani hanya mampu menyadap 10 batang kemenyan satu hari. Penyadapan kemenyan dilakukan dengan cara, pertama, kulit ditakik (dicongkel sampai sedikit

49


(35)

terangkat, dan tidak sampai lepas) dengan panuktuk alat pemukul, lalu, permukaan kulit ini dipukul-pukul dengan gagang panuktuksebesar lingkaran lubang penyadapan yang diharapkan. Setelah 3-4 bulan, umumnya dalam takikan ini sudah terdapat kemenyan, dengan menggunakan agat alat pemanen, kulit (yang menutup) takikan dibuka untuk mengambil kemenyan dari lubang takikan.50

Proses pengambilan getah kemenyan dimulai dari membersihkan yang sering disebut masyarakat mangguris saat pohon kemenyan diperkirakan berumur 7-10 tahun. Menurut petani kemenyan di Desa Hutajulu pohon kemenyan saat berumur 10 tahun ke atas bisa mengeluarkan getah dengan baik. Apabila umur kemenyan masih muda atau dibawah 10 tahun diperkirakan getah yang dikeluarkan tidak maksimal. Penyadapan getah bisa dilakukan terus menerus sampai pohon tua. Pohon kemenyan akan tetap menghasilkan getah dengan baik jika tanaman kemenyan ini tetap dijaga.51

Penyadapan pohon kemenyan bisa dilakukan bila daunnya keras dan tua, berwarna hijau tua dan ujung daun harus runcing dan bisa menusuk daun muda, serta kulit batang cukup tebal agar getahnya banyak keluar. Apabila tanda-tanda itu sudah terlihat pada pada batang kemenyan maka petani sudah bisa melakukan pekerjaan menyadap. Alat-alat yang digunakan dalam proses penyadapan masih tergolong tradisional yang sudah diajarkan oleh nenek moyang mereka.

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah mangguris. Mangguris adalah kegiatan untuk membersihkan batang kemenyan dengan menggunakan guris sebagai

50

Maruari Sitompul “kajian pengelolaan hutan kemenyan (styrax sp) di Kabupaten Humbang

Hasundutan, “pasca sarjana” . belum diterbitkan. Institusi Pertanian Bogor: Bogor.

51


(36)

alatnya. Batang kemenyan dikikis pelan-pelan agar tumbuh-tumbuhan ataupun lumut-lumut yang ada dibatang terkikis bersih sehingga getah yang diperoleh bersih. Untuk melanjutkan sampai batang kemenyan ke atas petani menggunakan tali polang yaitu tali yang terbuat dari ijuk atau riman yang panjangnnya bisa mencapai sepuluh sampai dua belas meter.

Untuk memanjat dengan menggunakan tali polang diperlukan dua buah gual yang terbuat dari kayu yang kuat dan ringan. Gual diikat dikedua ujung tali polang dan cara mengikatnya dengan meletakkan gual di batang kemenyan. Gual yang diikat harus kuat karena diatas gual yang kuat inilah petani berdiri sambil mengerjakan pohon kemenyan. Gual dibuat dengan kuat agar bisa menjadi pegangan petani sampai ke atas dan bisa konsentrasi mangguris kemenyan. Pengikisan kulit dengan guris dilakukan dengan hati-hati agar batang kemenyan tidak terluka. Setelah selesai kegiatan mangguris selanjutkan dilakukan penyadapan. Setelah selesai menyadap kegiatan selanjutnya adalah mengetuk (manuktuk). Mengetuk adalah untuk menutup kulit yang disadap dengan cara mengetuk kulit sebanyak tiga kali ketukan dengan menggunakan agat panuktuk. Cara pengetukan kulit kemenyan tidak dilakukan kuat-kuat, apabila diketuk kuat kulit akan rusak dan terpisah dari batang serta getah tidak keluar dari batang. Batang kemenyan yang belum disadap berwarna coklat dan menjadi berwarna kemerah-merahan bila sudah disadap.52

Waktu yang paling cocok untuk menyadap harus diselang-selingi musim hujan dan musim kemarau. Apabila misalnya dalam dua minggu hujan terus turun

52


(37)

dan dilakukan penyadapan maka getah tidak akan keluar karena batang kemenyan basah karena banyak mengandung air. Demikian pula bila musim kemarau dilakukan penyadapan maka getahnya akan menjadi encer dan menetes. Padahal getah yang bagus dijual adalah getah yang menggumpal dan mengering di pohon yang disadap. Jika dalam satu minggu dibarengi hujan dan kemarau maka kemenyan yang disadap akan lebih baik karena getah akan keluar dan batang tidak lama basah karena langsung dikeringkan oleh sinar matahari.

Setelah pohon disadap biasanya petani akan mengadakan ritual sebagai ungkapan rasa syukur dan doa dengan membuat itak gurgur yaitu tepung beras yang dicampur gula dan kelapa tanpa dimasak, dan daging untuk dimakan. Setelah makanan itu disediakan lalu di bawa ke hutan. Di hutan kemenyan, petani akan berdoa kepada Tuhan untuk meminta berkat agar kemenyan yang dikerjakan dapat menghasilkan getah yang banyak. Jadi makanan yang telah dihidangkan merupakan suatu alat untuk mengucap syukur pada Tuhan. Makan yang dihidangkan tersebut mengandung makna. Umpamanya adalah itak gurgur agar getah kemenyan mengalir deras (gurgur). Tidak jarang juga dijumpai ketika sedang melakukan acara itu si perempuan (ibu) ikut ke hutan kemenyan untuk ikut berdoa, tetapi hanya saat acara itu. Ketika sudah siap didoakan maka perempuan akan diantar pulang, sementara laki-laki akan kembali ke hutan dan menginap disana. Dalam pengelolaan kemenyan tidak pernah perempuan dilibatkan karena jauh ke hutan dan pengerjaannya


(38)

merupakan pekerjaan laki-laki. Jadi, ibu-ibu tinggal di rumah mengurus anak juga mengerjakan pertanian lainnya.53

Dari hasil wawancara pada masyarakat Desa Hutajulu setelah selesai menyadap satu pohon mereka akan berdoa dalam hati mereka agar kemenyan bergetah. Pada saat menyadap haruslah bersungguh-sungguh bekerja. Lalu batang kemenyan yang sudah selesai menyadap dipegang dan berdoa dibujuk seperti seorang ibu membujuk anaknya demikian halnya pula dilakukan petani agar pohon kemenyan bergetah banyak. Tidak semua batang kemenyan yang disadap mengeluarkan getah, terkadang ada yang kosong.

Supaya getah kemenyan bisa mengasilkan dengan baik maka harus dibuat jarak penyadapan yang satu dengan yang lainnya. Jarak yang ditentukan petani kira-kira tigapuluh centi meter. Apabila tidak diberi jarak maka pohon kemenyan akan rusak karena terlalu banyak lubang yang terluka pada batang kemenyan. Jumlah baris penyadapan dalam satu batang pohon ditentukan oleh besar kecilnya pohon kemenyan. Menurut pengalaman petani, apabila pohon masih kecil maka cukup membuat dua baris penyadapan dan apabila pohon sudah besar akan dibuat tiga sampai empat baris penyadapan dalam satu batang.

Pada saat menyadap, petani biasanya melantunkan syair:

53


(39)

parung simardagul-dagul” Sahali mamarung

Gok bakkul, Gok bahul-bahul”

Menyadap biasanya dilakukan oleh petani pada bulan Juli sampai Oktober, dan musim panen dilakukan setelah tiga sampai empat bulan kemudian. Setelah selesai menyadap, pohon akan dibiarkan selama kurang lebih empat bulan untuk menunggu getah kemenyan keluar. Menurut masyarakat, bila ditunggu sampai lima bulan akan lebih bagus getahnya karena akan lebih tebal. Namun jarang masyarakat membiarkan sampai lima bulan untuk menunggu empat bulan saja sudah tidak sabar. Hal ini karena tuntutan ekonomi.54

Dalam pengerjaan pohon kemenyan ada juga pantangan yang harus dipatuhi petani yaitu memakai pakaian sederhana atau tidak terlalu bagus. Hal ini dimaksudkan untuk mengiba para penguasa pohon kemenyan supaya getah kemenyan dikeluarkan cukup banyak. Tradisi yang dilakukan para petani ini jauh sebelumnya sudah dilaksanakan nenek moyang mereka. Masyarakat mengungkapkan secara tidak langsung, nenek moyang dulu mengajarkan bagaimana bentuk atau cara bertatakrama saat meminta atau memohon. Kesederhanaan tersebut merupakan lambang atau simbol bagaimana agar petani kemenyan tetap sederhana dan rendah hati dalam

54


(40)

meminta hasil panen yang diharapkan. Pengelolaan kemenyan sudah mendarah daging meskipun ada pantangan tidak membuat mereka terbebani.55

Hal ini sudah diajarkan oleh nenek moyang kepada keturunannya, terutama kepada anak laki-laki, karena merekalah yang nantinya mengelola kemenyan yang akan diwariskan oleh orang tua masing-masing kepada anak-anaknya. Pengerjaan lahan kemenyan secara tradisional masih berlaku hingga pada periode kajian ini.

4.4 Pengolahan Pasca Panen

Kemenyan adalah getah kering yang dihasilkan dengan menoreh batang pohon kemenyan. Getah kemenyan yang kering berupa keping-keping putih atau berwarna keputihan, yang terbenam dalam massa coklat bening keabuan atau kemerahan, keras namun rapuh, dan berbau harum enak. Kemenyan ini dalam perdagangan internasional dikenal sebagai Kemenyan Sumatera.56

Setelah petani selesai menyadap pohon kemenyan, maka petani akan menunggu kira-kira empat bulan lamanya pohon kemenyan yang telah disadap akan mengeluarkan getah dan akan lengket dikulit batang kemenyan. Pertama, petani mengambil getah kemenyan yang besar lalu diikuti hingga yang paling kecil. Dengan menggunakan agat pencongkel sebagai alat untuk memisahkan getah kemenyan dari batangnya, agar kulit kemenyan ikut terambil. Petani membawa tempat kemenyan ke atas sambil memanjat pohon kemenyan dan membawa Bakkul sebagai tempat

55Wawancara, Luper Lumban Gaol, Desa Hutaulu, 26 Juli 2015.

56


(41)

kemenyan yang sudah diambil atau yang sudah dipisahkan dari batang kemenyan.

bakkul merupakan satu-satunya tempat yang dijadikan petani sebagai tempat getah

kemenyan.Bakkul terbuat dari rotan yang dirajut dan berguna sebagai tempat penyimpanan kemenyan baik selama pengambilan getah diatas pohon kemenyan maupun saat getah dibawah pulang kerumah.57

Kemenyan yang sudah diambil dari batang pohon akan dibawa kembali ke gubuk tempat penginapan petani. Sebagian petani akan mengerjakan pembersihan getah kemenyan di dalam gubuk saat disela-sela istirahatnya. Kemenyan akan dibersihkan dengan cara memisahkan getah dari kulit kemeyan dengan menggunakan alat agat pangarit. Setelah itu pembersihan dilakukankemenyan dari kotoran-kotoran yang menempel. Kemenyan kemudian disortasi. Hal ini diilakukan untuk menyesuaikan harga, karena harganya tergantung pada besar kecilnya kepingan kemenyan. Ada juga petani yang membawa langsung getah kemenyannya kembali kerumah tanpa membersihkannya di hutan. Alasannya yaitu waktu dihutan tidak cukup waktu untuk membersihkan getah kemenyan. Kemenyan akan dibawa pulang ke rumah, sedangkanproses untuk pembersihan kemenyan dilakukan dirumah sebelum dijual.58

Seminggu sudah berlalu di hutan maka petani akan kembali kerumah dan membawa hasil getah kemenyan yang sudah dikumpulkan. Biasanya petani akan berangkat hari Senin dan kembali hari Jumat ataupun hari Sabtu. Mereka akan

57

Wawancara, T. Lumban Batu, Desa Hutajulu, 2 September 2015.

58


(42)

memundak bakkul tempat getah kemenyan tersebut. Getah kemenyan yang sudah dibawa pulang biasanya akan dikeluarkan dari tempatnya dan diletakkan di atas lantaiagar kering dan setelah itu bisa dijual kepada pedagang pengumpul di Desa Hutajulu.59

Tahap-tahap pengolahan pada pasca panen yang dilakukan oleh petani kemenyan terdiri dari pengeringan, pembersihan dan sortasi. Pengeringan dilakukan dengan menyebarkan/menghamparkan kemenyan diatas lantai didalam rumah, sehingga terjadi penguapan-pengeringan. Panas matahari dan api dihindari, karena hal ini dapat mengakibatkan kemenyan meleleh. Kemenyan yang telah dianggap kering dibersihkan dengan membuang kotoran-kotoran seperti kulit-kulit, lumut dan kotoran lain yang bercampur dengan kemenyan.60Akhirnya sortasi dilakukan secara sederhana dengan memisahkan kemenyan kualitas mata kasar,dan tahir.61

59

Ibid

60Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutan.

61 Kemenyan kualitas mata berwarna putih kekuning-kuningan berdiameter lebih besar 2 cm,


(43)

BAB V

PERKEMBANGAN PERTANIAN KEMENYAN DI DESA HUTAJULU 1960-1990

Bab V ini menjelaskanperkembangan pertanian kemenyan di Desa Hutajulu 1960-1990. Adapun yang dibahas dalam bab ini yaitu: pertama, petani yang terlibat,

kedua, jumlah areal,ketiga, jumlah pohon, keempat, kualitas dan kuantitas produksi.

Kajian tentang perkembangan pertanian kemenyan di Desa Hutajulu perlu dibahas dalam skripsi ini, karena berkaitan dengan bab sebelumnya, yakni tentang sejarah, latar belakang budidaya, dan sistem budidaya kemenyan di Desa Hutajulu.

Untuk pembahasan perkembangan ini tentu yang dilihat adalah bagaimana pertanian kemenyan tersebut menjadi tanaman favorit bagi masayarakat Desa Hutajulu. Pada tahun 1960 upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk pertanian kemenyan ini yaitu dengan cara menanam bibit kemenyan yang baru dilahan-lahan yang sudah ditentukan. Hampir 90 % masyarakat Desa Hutajulu bertani kemenyan. Tidak ada perawatan khusus yang dilakukan oleh petani untuk mendapatkan getah kemenyan yang bagus. Petani hanya mengikuti cara bertani dari leluhur mereka dengan mengelola hutan kemenyan dengan sebaik-baiknya agar pohon kemenyan berproduksi dengan baik sesuai harapan petani.


(44)

5.1 Petani Yang Terlibat

Dari hasil penelusuran penulis tidak ada ditemukan data resmi yang menyebutkan berapa jumlah petani yang terlibat di Desa Hutajulu. Akan tetapi ada informasi dari beberapa orang perangkat Desa Hutajulu yang menyebutkan hampir 90 % masyarakat Desa Hutajulu terlibat dalam pertanian kemenyan.62Angka ini bisa dibandingkan dengan pemilik kemenyan di tahun 1960, 1970, 1980, 1990.

Tabel 1

Jumlah Kepala Keluarga (KK) dan Rata-rata Jumlah Penduduk Desa Hutajulu, Tahun 1960-1990.

No Tahun Jumlah Kepala Kelurga

(KK)

Jumlah Penduduk

1 1960 100 KK 500 Jiwa

2 1970 160 KK 800 J iwa

3 1980 230 KK 1,150 Jiwa

4 1990 280 KK 1,400 Jiwa

Sumber : data diolah dari hasil wawancara.

Dari tabel 1 dapat dilihat pertambahan KK ( Kepala Keluarga) dalam jangka 30 tahun, dengan perincian tahun 1990 terdapat 280 KK, dibandingan dengan tahun 1960 jumlah penduduk Desa Hutajulu sekitar 500 jiwa dengan jumlah 100 KK. Jadi, selama 30 tahun jumlah KK bertambah sebanyak 180 KK. Jika diambil rata-rata

62

Wawancara, Hotben Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 28 Juli 2015 ; Nimrot Lumban Gaol,

Desa Hutajulu, 5 April 2015; E. Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 29 Juli 2015; Marudin Simanullang, Desa Hutajulu, 25 Juli 2015; Kebestina Lumban Batu, Desa Hutajulu, 01 Agustus 2015.


(45)

maka setiap tahun bertambah 6 petani kemenyan. Bertambah 6 petani dengan asumsi setiap KK itu adalah pemilik kemenyan. Maka menurut salah satu informan bertambah 6 petani kemenyan setiap tahun. Setiap tahun jumlah petani kemenyan di Desa Huta Julu mengalami peningkatan.63

Peningkatan jumlah petani menandakan bahwa pertanian kemenyan dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Hutajulu. Peningkatan petani ini juga dipengaruhi oleh faktor adanya pembagian warisan. Sebagian besar lahan kemenyan yang dimiliki oleh masyarakat pada tahun 1990-an merupakan tanah warisan dari orang tua. Biasanya tanah diwariskan kepada anak laki-laki, pembagian lahan warisan ini dilakukan ketika orang tua sudah meninggal dunia. Pada umumnya pengerjaan kemenyan dilakukan oleh laki-laki. Jadi, di Desa Hutajulu pemuda yang sudah dianggap dewasa dan tinggal di desa akan dibawa oleh orang tua atau ayah ke hutan untuk ikut membantu pengerjaan kemenyan sekaligus untuk melatih kemampuannya dalam bertani kemenyan.64

Tidak semua petani kemeyan yang terlibatmemiliki lahan kemenyan sendiri. Ada lahan yang belum diwariskan orang tua tetapi telah dikelola dan ada juga lahan yang diberikan hanya untuk sekedar dikelola, biasanya hal ini karena masih faktor keluarga dan sipemilik lahan tidak bisa mengelola lahan kemenyan dengan beberapa alasan. Untuk hasil yang diperoleh ada sebagian orang yang membagi hasil dengan pemilik lahan kemenyan sesuai dengan perjajian mereka dan ada juga tidak membagi

63

Ibid, Hotben Lumban Gaol; Nimrot Lumban Gaol; E.Lumban Gaol; Marudin Simanullang;

Kebestina Lumban Batu. 64


(46)

hasil hal ini karena masih keluarga dekat. Ketika seorang anak laki-laki sudah menikah dan tinggal di desa dekat dengan keluarga ataupun orangtua yakni di Desa Hutajulu maka akan diberikan lahan kemenyan untuk dikelola sebagai sumber perekonomian keluarganya. Pemberian lahan tersebut belum termasuk pembagian warisan atau belum diwariskan. Lahan yang diberikan hanya untuk dikerjakan dan belum dimiliki sepenuhnya walaupun anak laki-laki tersebut telah menikah. Pembagian warisan dilakukan ketika orang tua telah tiada. Dalam keadaan saat itu, anak laki-laki akan membagi tanah warisan orang tua termasuk lahan kemenyan di mana masing-masing anak laki-laki akan mendapat bagian. Untuk anak laki-laki yang tinggal di kota juga akan diberikan hak tanah. Biasanya warisan tersebut akan dikerjakan oleh anak laki-laki yang tinggal di desa tetapi hanya untuk mengerjakan, kepemilikan lahan tetap menjadi hak dan bagian anak laki-laki yang tinggal di kota tersebut.65

5.2Luas Areal

Untuk memperluas penanam kemenyan maka kesesuaian lahan perlu untuk diperhatikan karena faktor tempat tumbuh sangat penting untuk keberhasilan penanaman kemenyan. Salah satu cara untuk menilai kesesuaian lahan adalah dengan membandingkan persayaratan tempat tumbuh dengan kondisi biofisik calon areal penanaman kemenyan. Agar kemenyan mampu tumbuh dengan baik, sebaiknya ditanam pada areal dengan ketinggian 600-1500 m diatas permukaan laut dan berada

65


(47)

pada areal hutan. Pada lahan hutan yang sudah tidak produktif lagi atau lahan bersemak belukar, areal penanaman tidak perlu dibersihkan total.66

Untuk luas areal kemenyan yang ada di Desa Hutajulu, sama halnya dengan jumlah petani yang terlibat, jumlah areal kemenyan yang ditanami juga tidak ada data yang pasti. Akan tetapi, dari hasil wawancara dari beberapa informan diperoleh gambaran tentang luas areal pertanian kemenyan di Desa Hutajulu pada tahun 1960-1990, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Kemenyan di Desa Hutajulu, Tahun 1960

No Keluarga (K) Luas Lahan (Ha)

1 Kebestina Lumban Batu 4 ha

2 Hotben Lumban Gaol 3 ha

3 NimrotLumban Gaol 3 ha

4 T. Lumban Batu 3 ha

5 IssonSitinjak 4 ha

Jumlah 17 ha

Sumber: data diolah dari hasil wawancara.

5 sampel diperoleh dari informan yang ada pada tabel 2, rata-rata petani memiliki lahan sekitar,3,4 ha/KK. Jika berpatokan pada jumlah petani pada tahun 1960 adalah 100 pemilik. Maka jumlah pemilik berkisar 90 %, dimana pada tahun 1960 penduduk berkisar 500 jiwa.Lahan petani ini dapat diketahui dari jumlah lahan keseluruhan dari lima sampel dan dibagi lima. Untuk mengambil rata-rata luas

66


(48)

keseluruhan lahan tahun 1960, maka 90% dikalikan 100 KK dan dikalikan 3,4 ha. Jadi, luas lahan keseluruhan masyarakat Desa Hutajulu tahun 1960 yakni: 306 ha. Dengan memperhatikan jumlah KK dan jumlah pemilik seperti yang terlihat dalam sub bab 5.1 dengan jumlah petani 90 %. Maka dapat ditafsir bahwa luas lahan kemenyan masyarakat Desa Hutajulu tahun 1960 yakni: 306 ha.67 Untuk membandingkan luas kepemilikan lahan masyarakat tahun 1960 dengan tahun 1990, maka dibuat tabel sampel luas kepemilikan lahan pertanian kemenyan tahun 1990 sebagai berikut:

Tabel 3

Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Kemenyan di Desa Hutajulu, tahun 1990.

No Keluarga (K) Luas Lahan (Ha)

1 Roden Lumban Gaol 1,5 ha

2 Marudin Simanullang 3 ha

3 E. Lumban Gaol 2 ha

4 Mardongan Situmorang 1,5 ha

5 Mayor Sinaga 2 ha

Jumlah 10 ha

Sumber: data diolah dari hasil wawancara.

Dari tabel 3 dapat dilihat 5 sampel pemilik kemeyan tahun 1990, maka rata-rata petani kemenyan di Desa Hutajulu memiliki lahan : 2 ha/KK. Untuk jumlah lahan keseluruhan yakni: 504 ha. Lahan yang dimiliki/KK menurun dari tahun 1960

67

Wawancara, Hotben Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 28 Juli 2015; Kebestina Lumban Batu,

Desa Hutajulu, 01 Agustus 2015; Nimrot Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 5 Agustus 2015; T.Lumban Batu, Desa Hutajulu, 6 Agustus 2015; Isson Sitinjak, Desa Hutajulu, 3 Agustus 2015.


(49)

ke tahun 1990.Penurunan ini besar kemungkinan karena pembagian warisan. Lahan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Hutajulu pada tahun 1990 sudah merupakan lahan warisan, yang artinya lahan yang dimiliki masing-masing oleh orang tua pada tahun 1960 sudah dibagi atau diwariskan ke masing-masing anak laki-lakinya hingga tahun 1990.68Tetapi jumlah lahan bertambah. Ada 3 kemungkinan faktor pertambahan lahan tersebut yakni:

Kemungkinan salah dalam keakuratan data jumlah penduduk tahun 1960-1990.

Ketidak akuratan tentang informasi jumlah rata-rata pemilik. Tidak ada pengukuran secara khusus.

Memang besar kemungkinan ada penambahan/perluasan areal karena pada tahun 1970-an masyarakat masih menanam kemeyan di lahan-lahan kosong milik petani.

5.3 Jumlah Pohon

Tidak ada data tentang jumlah pohon yang ditanami. Hal ini karena tidak ada penghitungan khusus untuk pohon kemenyan. Selain itu juga karena penanaman kemenyan tidak beraturan sehingga sulit untuk menghitung secara langsung. Namun, menurut informasi yang diperoleh dari para tokoh masyarakat yang menyebutkan

68

Angka tidak tetap, hal ini karena lahan yang dimiliki petani tidak memiliki sertifikat dan ada penambahan lahan sehingga terjadi konflik antara pemerintah, antara hutan pemerintah dan hutan rakyat.


(50)

bahwa rata-rata jumlah pohon/ha yakni : 500-600 batang pohon kemenyan.69 Dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4

Jumlah Pohon/ ha Pada Pertanian Kemenyan Tahun 1960

No Keluarga (k) Luas Lahan

(Ha)

Jumlah Pohon dalam (Ha)

Jumlah Pohon/Ha

Jumlah Rata-rata Pohon/ha

1 Kebestina Lumban Batu 4 ha 1.800 450 -

2 Hotben Lumban Gaol 3 ha 1.200 400 -

3 Nimrot Lumban Gaol 3 ha 1.500 500 -

4 T.Lumban Batu 3 ha 1.400 466 -

5 Isson Sitinjak 4 ha 1.700 425 -

Rata-rata 3.4 ha 1,520 pohon 448,2 448,2

Sumber: data diolah dari hasil wawancara.

Dari 5 sampel diperoleh dari informan yang ada di tabel 4, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pohon yang ditanami oleh masyarakat di Desa Hutajulu tahun 1960 yakni :137.149,2 pohon. Jumlah pohon di sini adalah jumlah rata-rata/ha di kalikan dengan luas lahan keseluruhan tahun 1960.70 Untuk melihat perbandingan jumlah pohon tahun 1960 dengan tahun 1990 maka akan dilihat pada tabel sebagai berikut:

69

Marudin Simanullang, loc.cit. 70


(51)

Tabel 5

Jumlah Pohon/ ha Pada Pertanian Kemenyan Tahun 1990

No Keluarga (K) Luas Lahan

(Ha) Jumlah Pohon dalam (Ha) Jumlah pohon/ha Jumlah rata-rata pohon/ha

1 Roden Lumban Gaol 1,5 ha 1.200 800 -

2 Marudin Simanullang 3 ha 1.700 566 -

3 E.Lumban Gaol 2 ha 1.000 500 -

4 Mardongan Situmorang 1,5 ha 900 600 -

5 Mayor Sinaga 2 ha 1.300 650 -

Rata-rata 2 ha 1,220 623,2 623,2

Sumber : data diolah dari wawancara.

Jadi dari tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pohon yang ditanami oleh masyarakat di Desa Hutajulu tahun 1990 yakni : 314.092,8 pohon. Jumlah pohon di sini adalah jumlah rata-rata/ha di kalikan dengan luas lahan keseluruhan tahun 1990.71

Maka dapat dilihat adanya peningkatan jumlah pohon yang di tanami dari tahun 1960 hingga tahun 1990. Hal ini terjadi karena masyarakat makin intensif penanam kemenyan dengan mengoptimalisasi lahan. Maka pohon kemenyan semakin banyak di tanami.72

71

Wawancara, Mardongan Situmorang, Desa Hutajulu, 15 Agustus 2015; Roden Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 20 Agustus 2015; Marudin Simanullang, Desa Hutajulu, 25 Juli 2015, E.Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 24 Agustus 2015; Mayor Sinaga , Desa Hutajulu 27 Agustus 2015.

72


(52)

5.4 Kuantitas dan Kualitas Produksi

Selama penulis melakukan penelusuran tidak ada data resmi mengenai jumlah kuantitas dan kualitas produksi yang dihasilkan oleh petani kemenyan di Desa Hutajulu. Namun, dengan melakukan wawanacra ada informasi dari masyarakat mengenai jumlah kuantitas dan kualitas produksi yaitu pada tabel sebagai berikut:

Tabel 6

Jumlah Kuantitas Produksi Kemenyan/Minggu Tahun 1960

No Pemilik/Nama Petani Luas Lahan (Ha)

Jumlah Pohon/ Ha

Produksi/ Minggu

Rata-rata/Pohon/

Minggu

1 Kebestina L.Batu 4 ha 1.800 7 kg 3,8 grm

2 Hotben L.Gaol 3 ha 1.200 6 kg 5 grm

3 Nimrot L.Gaol 3 ha 1.500 6 kg 4 grm

4 T. Lumban Batu 3 ha 1.400 5 kg 3,5 grm

5 Isson Sitinjak 4 ha 1.700 6 kg 3,5 grm

Rata-rata 3.4 ha 1.520 6kg 3,96 grm

Sumber: data diolah dari hasil wawancara.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah kuantitas produksi tahun 1960 adalah : 543.1 kg/minggu. Jumlah produksi di sini adalah: jumlah pohon keseluruhan tahun 1960 di kalikan dengan jumlah produksi rata-rata/minggu.73 Satu batang kemenyan mampu menghasilkan 3 ons. Untuk membandingkan jumlah

73

Wawancara, Hotben Lumban Gaol; Kebestina Lumban Batu; Nimrot Lumban Gaol; T.


(53)

kuantitas produksi tahun 1960 dengan tahun 1990 maka akan dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7

Jumlah Kuantitas Produksi Kemeyan/Minggu Tahun 1990

No Pemilik/Nama Petani Luas Lahan

(Ha)

Jumlah Pohon/ Ha

Produksi/ Minggu

Rata-Rata/ Pohon/ Minggu

1 Roden L.Gaol 1,5 ha 1.200 5 kg 4.1 grm

2 Marudin Simanullang 3 ha 1.700 6 kg 3,5 grm

3 E.Lumban Gaol 2 ha 1.000 4 kg 4 grm

4 Mardongan S 1,5 ha 900 4 kg 4,4 grm

5 Mayor Sinaga 2 ha 1.300 5 kg 3,8 grm

Jumlah 10 ha 1,220 4.8 kg 3,96 grm

Sumber: data diolah dari hasil wawancara.

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah kuantitas produksi tahun 1990 adalah :1.243,807 kg/ minggu. Jumlah produksi di sini adalah: jumlah pohon keseluruhan tahun 1990 di kalikan dengan jumlah produksi rata-rata/minggu. Jadi, jumlah kuantitas produksi kemenyan di Desa Hutajulu meningkat dari tahun 1960 hingga tahun 1990.74

74

Wawancara, Mardongan Situmorang; Roden Lumban Gaol ; Marudin Simanullang;


(54)

Kualitas

Yang dimaksud dengan kualitas produksi dalam tulisan ini ialah banyak getah kemenyan yang dihasilkan berdasarkan jenis dan ukuran getah kemenyan/minggu di Desa Hutajulu umumnya petani menjual getah dalam dua jenis yaitu: mata kasar yang berwarna putih dan berukuran L:3-4 cm, P:5-6 cm, tahir yakni berwarna coklat kemerahandan berukuran L: 0,5-1 cm P: 1-2 cm.

Sama halnya dengan kuantitas, kualitas produksi juga tidak ada data ditemukan. Maka untuk menjelaskan informasi hasil wawancara dari para tokoh masyarakat di Desa Hutajulu bisa dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 8

Jumlah Kualitas Produksi Kemenyan/Minggu Tahun 1960

No Keluarga (K)

Mutu Jumlah

Produksi/ Minggu

Mata Kasar % Tahir %

1 Hotben L.G 6kg 3 kg 50 % 3 kg 50 %

2 Kebestina L.B 7 kg 3,5kg 50 % 3,5 kg 50 %

3 Nimrot L.G 6 kg 3,5 kg 58 % 2,5 kg 42 %

4 J.Lumban Batu 5 kg 3 kg 60 % 2 kg 40 %

5 Isson Sitinjak 6 kg 2,5 kg 42 % 3,5 kg 58 %

Rata-rata 6 kg 3.1kg 52 % 2.3 kg 48 %


(55)

Dari 5 sampel diperoleh dari informan yang ada pada tabel 8, dapat dilihat bahwa kualitas mata kasar 52 % dan tahir 48 %/ minggu yang diproduksi oleh masyarakat Desa Hutajulu. Untuk membandingkan dengan kualitas produksi tahun 1990 yakni pada tabel berikut:

Tabel 9

Jumlah Kualitas Produksi Kemenyan/Minggu Tahun 1990

No Keluarga (K)

Mutu Jumlah

Produksi/ Minggu

Mata Kasar % Tahir %

1 Roden L. Gaol 5 kg 2 kg 40 % 3 kg 60 %

2 Marudin S 6 kg 3 kg 50 % 3 kg 50 %

3 E.Lumban Gaol 4 kg 2.5 kg 62,5 % 1.5 kg 37.5 %

4 Mardongan S 4 kg 1,5 kg 37,5 % 2,5 kg 62,5 %

5 Mayor Sinaga 5 kg 2 kg 40 % 3 kg 60 %

Rata-rata 4.8 kg 2,2 kg 46 % 2,6 kg 54 %

Sumber: data diolah dari wawancara.

Dari tabel 9 diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah kualitas produksi mata kasar 46 % dan tahir 54%/ minggu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari tahun 1960 hingga tahun 1990 kualitas produksi tidak meningkat.


(56)

BAB VI

ASPEK EKONOMI PERTANIAN KEMENYAN DI DESA HUTAJULU 1960-1990

Bab VI ini membahas aspek ekonomi pertanian kemenyan di Desa Hutajulu tahun 1960-1990. Adapun yang dibahas dalam bab ini yaitu: pertama,modal dan tenaga kerja, yang menjelaskan tentang biaya produksi kemenyan dan tenaga yang dipakai dalam pengerjaan kemenyan. kedua, pemasaran, yaitu menjelaskan sistem pemasaran atau proses tata niaga kemenyan pada masyarakat Desa Hutajulu, ketiga, penghasilan dan kesejahteraan petani, yang membahas berapa penghasilan atau pendapatan yang diperoleh petani dan bagaimana kehidupan masyarakat setelah bertani kemenyan.

Penanaman kemenyan merupakan keinginan masyarakat Desa Hutajulu untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Diketahui kemenyan merupakan getah yang bernilai ekonomis tinggi maka masyarakat tertarik menanam kemenyan. Dari hasil penanaman kemenyan tersebut masyarakat mampu memperbaiki kehidupan perekonomian mereka, terbukti dari makin meningkatnya pendidikan bagi anak-anak di Desa Hutajulu dan adanya keinginan untuk memperbaiki rumah oleh masyarakat. Meningkat atau turunnya penghasilan masyarakat tergantung pada pertanian kemenyan yang dikelola.


(57)

6.1 Modal dan Tenaga Kerja

Sebagai salah satu faktor produksi, modal sangat diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk membeli peralatan pertanian dan upah tenaga kerja.Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan. Artinya, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau jenis teknologi yang diterapkan. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan risiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima.

Masayarakat Desa Hutajulu tidak memerlukan modal yang besar dalam pertanian kemenyan, hal ini karena tidak ada perawatan khusus untuk perawatan kemenyan. Modal yang dikeluarkan petani kemenyan hanya untuk pemenuhan bekal selama di hutan dan upah tenaga kerja bagi petani yang memakai tenaga kerja upahan. Bekal yangdisediakan seperti, beras, ikan, sayur, gula, kopi dan kebutuhan pangan lainnya. Juga termasuk peralatan-peralatan dalam pertanian kemenyan.75

Penanaman kemenyan tergolong sangat praktis dan tidak mengeluarkan banyak biaya. Hal ini sudah lama dilakukan bahkan sejak kemenyan dibudidayakan di hutan areal Desa Hutajulu. Pohon kemenyan tumbuh baik di hutandan pertumbuhannya dibantu oleh pohon-pohon alam lainnya yang berada di hutan.76Ada beberapa peralatan yang digunakan petani dalam mengelola kemenyan sebagai

75

Wawancara, R. Situmoran, Desa Hutajulu, 22 Agustus 2015.

76


(58)

berikut :parang (goluk), agat panuktuk, agat panjungkit, agat pangarit, tali polang,

gual, bakul (bakkul), dan pengait (pangait).

Parang (goluk), berguna untuk mangarambas dan mangalal. Parang terbuat dari besi dan tangkainya terbuat dari kayu. Panjang kira-kira 40 cm.Agat

PanuktukAgat panuktuk berguna untuk melakukan pekerjaan manige. Terbuat dari

besi dan menyerupai pahat. Ujung agat yang dipegang lebih besar dari ujung agat yang menusuk kulit kemenyan. bagian ujung yang digunakan runcing dan tajam, sedang ujung satunya bulat datar. Hal ini berfungsi untuk menutup kulit yang disugi dengan cara mengetuk kulit sebanyak tiga kali ketukan. Cara mengetuk kulit kemenyan tidak dilakukan kuat-kuat apabila diketuk kuat kulit akan rusak dan terpisah dari batang serta getah tidak keluar dari batang.Agat Pangguris, terbuat dari besi dan ujungnya berbentuk setengah lingkaran, sedangkan tangkainya terbuat dari kayu.Agat pangarit berguna untuk memisahkan getah kemenyan dari batang, setelah getah kering dan menggumpal. Agat pangarit menyerupai parang yang terbuat dari besi sedang tangkai terbuat dari kayu yang dibentuk dengan panjang kira-kira tujuh cm.Tali Polang,alat ini digunakan untuk memanjat pohon kemenyan sampai keatas. Terbuat dari ijuk dan riman yang dibentuk sedemikian rupa. Tali polang harus kuat dengan panjang sembilan sampai dua belas meter.Gual,alat ini digunakan bersama dengan tali polang. Pada saat petani memanjat pohon kemenyan tali polang bersama

gual harus dibawa dan gual yang diperlukan sebanyak dua buah yang diikatkan pada


(59)

dipasang diatas pohon. Apabila gual bengkok maka proses untuk melilitkan tali

polang sangat sulit dan keselamatan petani tidak terjamin karena gual tersebut tidak

kokoh. Gual merupakan alat yang terbuat dari sebatang kayu dengan ukuran kira-kira 40 cm.Alat ini tidak dibeli. Namun, dibuat sendiri oleh petani dan kayu yang dibuat menjadi gual ini harus kayu yang bagus agar tahan dipakai petani. Bakul (Bakkul), terbuat dari rotan yang berguna sebagai tempat penyimpanan kemenyan baik saat diatas pohon maupun saat getah dibawa pulang. Bakul memiliki sebuah tali untuk bisa disandang seperti halnya membawa tas. Tali bakul yang digunakan petani di Desa Hutajulu berbeda-beda dan yang sering digunakan adalah bekas ikat pinggang yang tidak dipakai lagi yang mereka anggap tahan untuk membawa getah kemenyan. Pengait (pangait), alat ini befungsi untuk mengambil tumbuhan penopang atau parasit yang menumpang pada batang kemenyan. Alat ini terbuat dari besi diujungnya yang dibengkokkan dan talinya terbuat dari kayu. Peralatan dalam pertanian kemenyan ini akan diganti satu kali enam bulan. Terkait dengan harga, peralatan kemenyan tidak disebutkan satu persatu namun seperti parang, agat panuktuk, agat pangguris, agat

pangarit, tali polang, pangait harga totalnya Rp.150,- dan harga bakul

(bakkul)yakni: Rp.150,-. Namun pada tahun 1990 harga parang, agat panuktuk, agat

pangguris, agat pangarit, tali polang, pangait dan bakkul total harga keseluruhan

ialah : Rp.32.000.-77

Terdapat dua jenis tenaga kerja yang terlibat dalam pertanian kemenyan di Desa Hutajulu, yakni keluarga, dan dari luar keluarga, atau tenaga kerja upahan.

77


(60)

Tenaga kerja upahan dapat pula diabagi dua, yakni tenaga kerja upahan setempat, dan dari luar daerah. Pemberian upah pada tenaga kerja biasanya diberikan upah perminggu. Pada pertanian kemenyan Di Hutajulu hampir semua kebutuhan akan tenaga kerja ini diperlukan pada saat penyadapan. Proses penyadapandan pemanenan getah kemenyan. sebagian masyarakat memerlukan tenaga kerja pada saat itu apalagi yang memiliki lahan kemeyan yang luas.78

Penggunaan tenaga kerja upahan, terutama dalam penyadapan, diperlukan dengan beberapa alasan. Pertama, jika jumlah pohon kemenyan yang dimiliki seorang petani tidak mampu dikerjakan oleh tenaga kerja keluarga, sementara produksi perlu dimaksimalkan. Kondisi ini terutama terjadi ketika kebutuhan ekonomi mendesak, sehingga setiap pohon yang sudah bisa diproduksi sebisa mungkin akan disadap. Kedua, jika pemilik mempunyai aktivitas lain, terutama penanaman tanaman pangan. Semakin banyak seorang pemilik terlibat dalam aktivitas pencaharian lain, semakin mungkin tenaga kerja upah digunakan. Ketiga, jika memang semula pemilik akan menggunakan tenaga kerja upahan karena tidak mampu lagi mengolah hutan kemenyan dan aggota keluarga tidak cukup untuk membantu.79

Tenaga kerja upahan, baik dari luar daerah maupun lokal, yang terlibat pada penyadapan pohon kemenyan adalah orang-oarang batak. Penggunaan tenaga kerja upahan biasanya dari masyarakat di Desa Hutajulu sendiri, sangat jarang masyarakat mempekerjakan masyarakat dari luar Desa Hutajulu. Hal ini karena masyarakat hanya

78Edi Sumarno “Pertanian Karet Rakyat Sumatera Timur (1863-1942)”, Tesis, belum

diterbitkan, UGM: Yogyakarta. Hlm, 131.

79


(61)

ingin bekerja dengan orang yang dikenal agar bisa dipercaya selama di hutan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.80

Tenaga kerja upahan biasanya digunakan antara 2-3 orang bahkan sampai 5 orang dan akan dibayar dengan gaji perminggu dan dibekali selama bekerja, dari makanan, rokok, dan kebutuhan lainnya selama di hutan pemilik kemenyan. Setelah kembalinya dari hutan ada kebiasaan yang dilakukan oleh petani yakni mengundang orang yang dipekerjakan tersebut makan malam bersama-sama. Hal semacam itu sudah lama dilakukan sebagai salah satu cara petani untuk mengucap syukur dan berterimakasih untuk orang yang telah bekerja untuk petani tersebut.

Dalam pertanian kemenyan besarnya modal yang digunakan sangat bervariasi, tergantung pengeluaran pembelian peralatan pertanian kemenyan dan pembangunan gubuk atau tempat penginapan petani. Pada umumnya petani di Desa Hutajulu memanfaatkan bibit yang tumbuh dibawah pohon induknya (bibit yang tumbuh secara liar) dan khusus untuk perawatan tidak membutuhkan biaya karena tidak ada pemupukan dan pemakaian obat-obatan lainnya. Lain halnya modal yang digunakan untuk biaya konsumsi petani selama di hutan. Pada tahun 1960, awalnya masyarakat Desa Hutajulu membutuhkan modal untuk pembangunan tempat penginapan petani sebesar Rp.15.000,-/120 bulan =Rp.125,-, biaya pembelian peralatan petani sebesar Rp.250,- dibagi 6= Rp.41,7,-,81 biaya konsumsi/minggu Rp.95,- dikalikan 4 =

80

Wawancara, Tamba, Desa Hutajulu, 27 Juli 2015.

81

Rp.15.000 merupakan biaya pembangunan gubuk/tempat penginapan petani dibagi 120 bulan (dalam jangka 10 tahun biasanya gubuk akan diperbaiki), Rp.250,- merupakan biaya pembelian peralatan dbagi 6 bulan (6 bulan karena 1 kali 6 bulan peralatan pertanian kemenyan akan di ganti ).


(62)

Rp.380,-/bulan, dan upah tenaga kerja sebesar Rp.250,-/orang/minggu.Dari keseluruhannya maka total biaya produksi ialah : Rp.800,-/bulan.

Modal yang digunakan petani pada tahun 1990 yaitu: biaya perbaikan gubuk Rp.30.000,- : 60 bulan = Rp.500,-, peralatan Rp:32.000,- dibagi 6= Rp.5.400,-, konsumsi Rp. x 4 = Rp.19.700,-, upah tenaga kerja Rp.15.000,-/orang/minggu, biasanya menggunakan 2 orang tenaga kerja maka Rp.30.000,-.Dari keseluruhannya maka total biaya produksi ialah:Rp.,55.600-/bulan.

6.2 Pemasaran

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dalam pemasaran getah kemenyan di Desa Hutajulu masih bersifat sama dari tahun 1960-1990-an. Kemenyan yang telah dibersihkan akan dijual langsung kepada pedagang pengumpul yang berada di Desa Hutajulu.82Jual-beli kemenyan biasanya dilakukan dengan pembayaran uang tunai, atau dengan sistem uang muka. Pembayaran uang tunai dilakukan langsung setelah kemenyan berpindah tangan, sedangkan sistem uang muka dilaksanakan melalui pemberian uang terlebih dahulu oleh pedagang yang akan di bayar setelah beberapa waktu pada saat produsen menjual kemenyan nya dengan memperhitungkan harga jual. Sistem peminjaman ini dilakukan ketika seorang masyarakat sudah benar-benar berlangganan/sering menjual kemenyannya kepada pedagang pengumpul kemenyan tersebut. Agar bisa dipercayai dan bisa diyakini

82


(63)

bahwa masyarakat tersebut akan tetap menjual kemenyannya kepadanya dan melunasi sisa utangnya.

Sebagian masyarakat menjual kemenyannya langsung ke pasar, hal ini karena tahun 1960-an hanya ada 2-3 orang pedagang pengumpul di Desa Hutajulu. Ini juga dapat mempengaruhi kurangnya modal yang dimiliki oleh pedagang pengumpul untuk membayar kemenyan yang dijual kepadanya. Maka, sebagian masyarakat memilih langsung menjual kepasar. 83

Pada umumnya, petani kemenyan di Desa Hutajulu menjual kemenyan dalam dua bentuk yakni mata kasar dan tahir. Namun, pada tingkat pedagang akan disortasi menjadi empat jenis. Hasil pembersihan dan sortasi pada tingkat pedagang diperoleh kualitas-kualitas kemenyan sebagai berikut :

1. Mata kasar, warna putih ke kuning-kuningan berdiameter lebih besar 2 cm.

2. Mata halus, seperti mata kasar, hanya ukurannya yang berbeda atau lebih kecil 2 cm.

3. Tahir, Kristal kemenyan yang berwarna kuning kecoklatan, mengandung sedikit kotoran.

4. Juror atau jarir, Kristal kemenyan yang bercampur dengan kulit-kulit pohon atau kotoran-kotoran lain yang sukar dipisahkan.

Jadi, harga kemenyan yang diterima oleh masyakarat sesuai dengan hasil kemenyan yang didapat dan bagaimana jenis dan bentuk getah kemenyan yang

83


(64)

dihasilkan oleh batang kemenyan. tingkat harga kemenyan yang tinggi yaitu bentuk mata kasar, yang kedua mata halus dan begitu sampai selanjutnya.

Pada umumnya getah kemenyan asal Sumatera Utara diperdagangkan dalam bentuk kepingan/ bongkahan yang tidak merata besarnya, sedangkan kualitas maupun tingkat harga ditentukan secara visual seperti besar kecilnya kepingan, warna, bau, kebersihan, dan kerapuhannya. Kualitas kemenyan terendah berupa serbuk yang disebut “kemenyan abu” memiliki harga yang rendah di pasaran. Kemenyan berkualitas tinggi (kemenyan putih) umumnya diekspor ke Perancis, Taiwan, dan Singapura.84

Gambar 2

Dibawah ini merupakan skema proses pemasaran kemenyan:

84

P. Parapat, “Up-Grade Mutu Kemenyan di Sumatera Utara”Medan: tanpa penerbit, 1982.

Petani kemenyan

Pedagang pengumpul tingkat desa

Pedagang pengumpul tingkat kecamatan

Pedagang pengumpul tingkat kabupaten


(1)

vii

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan...84

6.2 Saran...88

DAFTAR PUSTAKA...89

DAFTAR INFORMAN………...…….91


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Kepala Keluarga (KK) dan Rata-Rata Jumlah Penduduk Desa Hutajulu, Tahun 1960-1990………. 56 Tabel 2 Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Kemenyan di Desa

Hutajulu, Tahun 1960……….... 59 Tabel 3 Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Kemenyan di Desa

Hutajulu, Tahun 1990……… 60 Tabel 4 Jumlah Pohon/Ha Pada Pertanian Kemenyan Tahun 1960... 62

Tabel 5 Jumlah Pohon/Ha Pada Pertanian Kemenyan Tahun 1990... 63

Tabel 6 Jumlah Kuantitas Produksi Kemenyan/Minggu Tahun 1960…….... 64 Tabel 7 Jumlah Kuantitas Produksi Kemenyan/Minggu Tahun 1990... 65

Tabel 8 Jumlah Kualitas Produksi Kemenyan/Minggu Tahun 1960... 66

Tabel 9 Jumlah Kualitas Produksi Kemenyan/Minggu Tahun 1990... 67

Tabel 10 Jumlah Penghasilan Yang Diperoleh Oleh Petani Kemenyan Tahun 1960/Minggu... 78


(3)

ix

Tabel 11 Jumlah Penghasilan Yang Diperoleh Oleh Petani Kemenyan Tahun 1990/Minggu……….. 79 Tabel 12 Total Penghasilan Petani dari Pertanian Kemenyan dan Pertanian

Lainnya tahun 1960... 80

Tabel 13 Total Penghasilan Petani dari Pertanian Kemenyan dan Pertanian Lainnya tahun 1990... 81

Tabel 14 Kontribusi Penghasilan Kemenyan Terhadap Ekonomi Petani, Tahun 1960……… 82 Tabel 15 Kontribusi Penghasilan Kemenyan Terhadap Ekonomi Petani,

Tahun


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Peta Desa Hutajulu……… 18 Gambar 2 Skema Proses Pemasaran Kemenyan di Desa Hutajulu……... 76


(5)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Foto-Foto Pohon Kemenyan

LAMPIRAN II Foto Gubuk/ Tempat Penginapan Petani LAMPIRAN III Alat-Alat Dalam Pertanian Kemenyan LAMPIRAN IV Foto-Foto Getah Kemenyan


(6)

ABSTRAK

Budidaya kemenyan di Desa Hutajulu dimulai pada tahun 1960. Keberadaan kemenyan sudah lama ditemukan di areal hutan Desa Hutajulu namun pada saat itu belum dibudidayakan secara khusus oleh masyarakat. Sebelum tahun 1960 masyarakat Desa Hutajulu bertani padi, kopi, danubi. Masyarakat Desa Hutajulu juga bermata pencaharian dari mencari rotan dan mengergaji di hutan dan sebelum tahun 1960 telah ada yang menanam kemenyan tetapi hanya beberapa orang. Setelah semakin meningkatnya permintaan kemenyan dan harga kemenyan yang cukup tinggi membuat masyarakat tertarik untuk membudidayakan kemenyan secara khusus. Keuntungan dapat dirasakan oleh masyarakat yaitu tanpa harus mengeluarkan modal yang besar dan pertanian kemenyan dapat mendongkrak perekonomian masyarakat Desa Hutajulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian sumbe informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data), serta Historiografi (penulisan dalam bentuk skripsi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang budidaya pertanian kemenyan di Desa Hutajulu, serta perkem bangan dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat. Dengan dibudidayakannya kemenyan di Desa Hutajulu telah menaikkan taraf kehidupan masayarakat kearah yang lebih baik, termasuk didalamnya untuk segi perekonomian dan pendidikan.