20
mengkaji kembali beberapa persoalan yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap kemanusiaan dimasa lalu.
c. Organisasi yang bergerak di bidang Hak Asasi Manusia untuk
melakukan kajian bersama yang hasilnya dapat merumuskan konsep-konsep perlindungan dan penegakan hukum.
V. Landasan Teori
a. Teori tentang Hak Asasi
Gagasan menegenai hak asasi, tentu tidak dari tokoh sekaliber John Locke, Jean Jacques Rousseau dan Thomas Hobbes.
Bahkan John Locke dikenal sebagai peletak dasar bagi teori Trias Politica Montesquieu. Ketiganya Thomas Hobbes dan J.J. Rousseau,
John Locke termasuk tokoh yang mengembangkan teori perjanjian masyarakat yang biasa dinisbatkan kepada Rousseau dengan istilah
kontrak sosial contract social. Thomas Hobbes sendiri juga melihat bahwa hak asasi manusia merupakan jalan keluar untuk mengatasi
kea daan yang disebutnya “homo homini lupus, bellum omnium
contra omnes ”. Dalam keadaan demikian, manusia tak ubahnya
bagaikan binatang buas dalam legenda kuno yang disebut „Leviathan‟.
Keadaaan seperti itu dalam pandangan Thomas Hobbes perlu adanya kesepakatan bersama pemerintah dan yang diperintahm
21
sehingga mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat yang intinya rakyat menyerahkan hak-haknya kepada penguasa. Tapi
pandangan Hobbes ini dianggap sebagai biangnya monarki absolute. Beda Hobbes, beda pula John Locke, yang lebih mementingkan
adanya keseimbangan hak-hak individu masyarakat, sehingga hak- hak individu masyarakat masyarakat tidak sepenuhnya dikuasai oleh
penguasa. Dan hanya hak-hak yang berkaitan dengan perjanjian negara semata, sedangkan hak-hak lainnya tetap berada pada
masing-masing individu. Lantas, John Locke
24
dalam bukunya “The Second Treatise of Civil Government and a Letter Concerning Toleration
” mengajukan sebuah postulasi pemikiran bahwa semua individu
dikaruniai oleh alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat
dicabut atau dipreteli oleh negara.Locke kemudian mendefinisikan kekuasaan politik sebagai sebagai hak untuk membuat undang-
undang untuk melindungi dan regulasi kepemilikan. Dalam pandangannya, hukum-hukum ini hanya bekerja karena orang-orang
24
John Locke, The Second Treatise of Civil Government and a Letter Concerning Toleration, disunting oleh J.W. Gough, Blackwell, Oxford, 1964
22
menerima mereka dan karena mereka adalah untuk kebaikan publik
25
. “Defines political power as the right to make laws for the
protection and regulation of property. In his view, these laws only work because the people accept them and because they
are for the public good”.
Locke juga membagi proses perjanjian masyarakat tersebut dalam dua macam, yang disebutnya sebagai “Second Treaties of
Civil Goverment”. The first treaty atau disebut “Pactum Unionis” yang oleh John Locke sendiri dimaksudkan sebagai
“Men by nature are all free, equal, and independent, no one can be put out of this
estate, and subjected to the political power another, without his own consent, which other men to join and unite into a community for
their comfortable, stafe and peaceable, living one amongs another
”
26
. merupakan perjanjian diantara masyarakat sendiri, ini kemudian membentuk masyarakat politik dan negara.
Dalam instansi berikutnya yang disebutkannya sebagai “Pactum Subjectionis”, Locke melihat bahwa pada dasarnya setiap
persetujuan antarindividu pactum unionis terbentuk atas dasar suara mayoritas. Dan karena setiap individu selalu memiliki hak-hak
25
John Locke.
1634 –1704, Two Treatises of Government.
http:www.sparknotes.comphilosophyjohnlockesection2.rhtml
26
https:id.answers.yahoo.comquestionindex?qid=20090616003346AA3F06r
23
yang tak tertanggalkan, yakni life, liberty serta estate, maka adalah logis jika tugas negara adalah memberikan perlindungan kepada
masing-masing individu. Oleh karena itu Locke selalu beranggapan bahwa kebebasan manusia secara alami untuk bebas dari kekuatan
superior di bumi, dan manusia tidak berada di bawah kehendak atau kekuasaan legislatif, tetapi hanya memiliki hukum alam pada
kekuasaannya. Kebebasan manusia dalam masyarakat adalah untuk berada di bawah kekuasaan legislatif lain tetapi yang ditetapkan oleh
persetujuan dalam persemakmuran, atau di bawah kekuasaan apapun akan, atau menahan diri dari hukum, tapi apa yang akan
memberlakukan legislatif
sesuai dengan
menempatkan kepercayaandi dalamnya.
The natural liberty of man is to be free from any superior power on earth, and not to be under the will or legislative
authority of man, but to have only the law of Nature for his rule. The liberty of man in society is to be under no other
legislative power but that established by consent in the commonwealth, nor under the dominion of any will, or
restraint of any law, but what that legislative shall enact according to the trust putin it.
27
Bahkan secara lebih lanjut Locke mengatakan, The state of nature is governed by a law that creates obligations for everyone.
27
John Locke, Two Treatises of Government A New Edition, Corrected. In Ten Volumes. Vol. V. London: Printed for Thomas Tegg; W. Sharpe and Son; G. Offor; G. and J.
Robinson; J. Evans and Co.: Also R. Griffin and Co. Glasgow; and J. Gumming, Dublin. 1823.Hal 114.
24
And reason, which is that law, teaches anyone who takes the trouble to consult it, that because we are all equal and independent, no-one
ought toharm anyone else in his life, health, liberty, or possessions
”.
28
“Dasar pemikiran John Locke inilah yang di kemudian hari dijadikan landasan bagi pengakuan HAM. Sebagaimana yang
kemudian terlihat dalam Declaration of Independence AS yang pada 4 Juli 1776 telah disetujui Congress yang mewakili 13 negara baru
yang bersatu. Kalimat kedua dari Declaration of Independence tersebut membuktikan adanya pengaruh dari pemikiran John Locke:
“We hold these truth to be self evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with
certain unalienable rights, that among these are life, liberty, and the persuit of happiness. That, to secure these rights,
government are instituted among men, deriving their just
powers from the concent of the governed”.
29
Maka dari itu hak asasi manusia merupakan suatu konsep etika dalam politik modern yang didalamnya berisi pokok
penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Sebagaimana tercermin dalam Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia 1948, Pasal 1, :
28
John, Locke.Ibid. Hal. 4
29
Declaration of
Independence IN
CONGRESS, July
4, 1776.
http:www.constitution.orgus_doi.pdf , Diunduh 24 Maret 2015.
25
“Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati
nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan
”
30
. Spesifikasi hak-hak yang berikut, terus dalam bentuk dan isi
tradisi diresmikan oleh para wakil rakyat dari Virginia yang dalam deklarasi mereka 12 Juni 1776 menegaskan bahwa:
All men are by nature equally free and independent, and have certain inherent rights, of which when they enter into a state
of society, they cannot by any compact deprive or divest their posterity; namely, the enjoyment of life and liberty, with the
means of acquiring and possessing property, and pursuing and obtaining happiness and safety.
Betapa agung dan pentingnya hak asasi manusia, sebagai potret tentang penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
sehingga dalam Undang-Undang Dasar 1945, juga disebutkan dalam Pasal 28A, :
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Hak sendiri sangat berimpitan dengan moralitas dan politk, karena Moralitas politik memberikan prinsip-prinsip yang harus
mengatur aksi politik. Ketika itu termasuk prinsip hak-hak individu itu pada dasarnya berkaitan dengan individu, diambil satu per satu,
30
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A III.
26
bukan dengan masyarakat secara keseluruhan. ebagaimana dijelaskan oleh Attracta Ingram
31
, yaitu : “What is distinctive about rights, on this approach, is that
they are explained in terms of a principle, or complex set of principles, of autonomy. That gives rights a content which fits
them to play a leading role in the background morality of liberal democratic politics. The democratic principle of
political equality can be specified by autonomy based rights in a way that respects the heterogeneity of ends and ideals to
be found among the citizens of modern pluralist democracies.
”
Berangkat dari hal tersebut diatas pada dasarnya teori hak adalah memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
memperoleh kebebasan dan mengakses sumber-sumber ekonomi yang berarti setiap orang berhak hidup layak berdasarkan sumber-
sumber ekonomi yang ada, politik serta hak untuk memperoleh keadilan.
b. Teori Keadilan Hukum