commit to user
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Narapidana Narkoba di Rumah
Tahanan Klas I Surakarta a.
Narapidana narkoba berdasarkan tingkat pendidikan
No Jenis
Kelamin Jumlah
Prosentase 1
2 Laki-laki
Perempuan 51
10 83,61
16,39 Jumlah
61 100
Sumber : Rutan Klas I Surakarta, 2013 b.
Narapidana narkoba berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat
Pendidikan Jumlah
Prosentase 1
2 3
4 SMP
SLTA D III
S 1 9
13 16
23 14.75
21.31 26.23
37.70
Jumlah 61
100
Sumber : Rutan Klas I Surakarta, 2013 c.
Narapidana narkoba berdasarkan kelompok usia
No Kelompok
Usia Jumlah
Prosentase 1
2 3
4 5
6 19-24
25-30 31-36
37-42 43-48
49-54 13
19 8
12 6
3 21.31
31.15 13.11
19.67
9.84 4.92
Jumlah 61
100
Sumber : Rutan Klas I Surakarta, 2013
2. Pembahasan
a. Pembinaan Narapidana Narkoba di Rumah
Tahanan Negara Klas I Surakarta Pembinaan terhadap narapidana
penyalahgunaan narkotika umumnya lebih diintensifkan pada bidang kesehatan para
penyalahguna narkoba khususnya yang masih mengalami ketergantungan. Adapun perawatan
kesehatan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan narkotika:
1
Kegiatan perawatan kesehatan umum 2
Kegiatan perawatan ketergantungan narkoba
3 Kegiatan perawatan kesehatan jasmani
4 Kegiatan perawatan kesehatan mental dan
rohani b.
Bentuk pembinaan narapidana narkoba di Rumah Tahanan Negara Klas I Surakarta
Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surakarta adalah sebagai berikut:
1 Pembinaan Kepribadian
a Pendidikan Agama
Kewajiban untuk menjalankan ajaran agama yang dianut narapidana
selama menjalani pidana, akan sangat berguna sekali bagi narapidana. Tidak
diragukan lagi bahwa bagi setiap orang, menderita sakit mental lebih parah
daripada sakit fisik, karena sakit fisik mungkin saja dapat digunakan sebagai
media berfikir dan merenung, tidak mengganggunya untuk beribadah dan
mengingat Tuhan Yang Maha Esa. Sebaliknya jika yang sakit adalah mental,
maka seseorang tidak akan menggunakan sarana fisiknya dengan baik. Pendidikan
agama di Rutan Klas I Surakarta saat ini sudah termasuk lengkap. Hal ini
dikarenakan semua tempat ibadah telah disediakan di dalam Rutan, seperti Masjid
untuk agama Islam, Pura untuk agama Hindu, Wihara untuk agama Budha, Gereja
untuk Agama Kristen baik Katolik maupun Protestan. Dengan kelengkapan
sarana dan prasarana ibadah yang memadai, diharapkan pemberian
Pendidikan Agama dapat berjalan dengan lebih maksimal dan warga binaan dapat
lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Selain itu kelengkapan sarana dan
prasarana ibadah ini merupakan hak bagi setiap warga binaan, sehingga pihak Rutan
Klas I Surakarta berusaha untuk mencapai hasil pembinaan bagi warga binaan dengan
lebih baik.
b Pesantren Kilat
Pelaksanaan pesantren kilat bagi warga binaan di Rutan Klas I Surakarta
dilakukan dalam bentuk paket, dimana pesantren kilat dikhususkan bagi warga
binaan yang baru saja masuk ke dalam Rutan. Hal ini dilakukan sebagai bagian
dari orientasi dan pembekalan bagi warga binaan nantinya. Pelaksanaan pesantren
kilat dilakukan dengan bekerjasama dengan Kantor Departemen Agama Kota
Surakarta, FOSMI FH UNS, MTA dan Amanat Muslim Surakarta, sedang untuk
pelaksanaannya dilakukan empat kali tiap tahunnya.
c Penyuluhan
Penyuluhan konseling dilakukan dalam bentuk ceramah dan juga tidak
commit to user menutup kemungkinan untuk melakukan
komunikasi dari dua pihak. Berdasarkan situasi dalam pembinaan, maka dapat
dilakukan dua pendekatan yaitu pendekatan dari atas dan pendekatan dari
bawah. Penyuluhan dilakukan tiap bulan dengan instansi yang terkait.
Berbagai materi yang disampaikan dalam penyuluhan, diantaranya adalah
penyuluhan tentang kesadaran hukum yang bertujuan untuk mencapai kadar kesadaran
hukum yang tinggi, sehingga sebagai anggota masyarakat mereka menyadari
akan hak dan kewajibannya dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan, serta
mau memperbaiki kesalahan yang pernah diperbuat dan kembali menjadi warga yang
baik, patuh pada hukum yang berlaku, dan bertanggu gjawab pada diri sendiri serta
masyarakat. Sedang untuk penyuluhan dibidang budi pekerti, ditekankan sebagai
dasar untuk perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih baik.
d Pendidikan Filsafat
Pendidikan Filsafat dirasa perlu diberikan oleh pihak Rumah Tahanan
karena pendidikan ini memberikan pengetahuan dasar untuk dapat melihat
makna dari kehidupan. Dengan adanya pendidikan filsafat maka diharapkan para
narapidana akan tersadar akan pentingnya kehidupan mereka dan dapat mengubah
sudut pandang mereka dalam menjalani kehidupan.
e Pendidikan Bahasa Inggris
Seperti yang kita ketahui, saat ini hampir semua
lapangan kerja mengharuskan karyawannya untuk dapat
berbahasa inggris. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor Bahasa Inggris wajib
diberikan kepada Narapidana Rumah Tahanan Klas I Surakarta agar setelah
keluar dari Lapas mereka dapat memperbaiki kehidupannya.
Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian atau
pembekalan pengetahuan berupa kursus bahasa Inggris yang diberikan oleh pihak
Rutan Klas I Surakarta dapat menjadikan modal yang bagus bagi warga binaan untuk
nantinya apabila mereka telah keluar dan bergabung dalam masyarakat, dapat
mengaplikasikan kemampuan bahasa Inggrisnya dengan baik dan mampu
menunjang kelancaran dalam mereka bekerja nantinya.
f Pendidikan Alkitab
Pendidikan Alkitab diberikan kepada para Warga Binaan agar mereka
dapat lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Pendidikan ini berlaku untuk
semua agama baik Islam, Budha, Hindu, Kristen Katolik, dan Kristen Protestan
dengan didampingi oleh seorang petugas pembimbing.
g Pendidikan Olahraga
Dalam membentuk fisik yang sehat, kebiasaan olahraga harus dilakukan
setiap hari, minimal tiga puluh menit dalam sehari, pada pagi hari sebelum
melakukan aktifitas apa-apa. Kebiasaan olahraga tidak hanya membentuk
badanfisik yang sehat, tetapi juga akan membentuk jiwa yang sehat pula.
Narapidana yang melakukan olah-raga setiap pagi akan tampak bergairah dalam
menghadapi kehidupan selama sehari, energik, muka kelihatan lebih segar,
optimis dalam menatap hari esok.
Pendidikan olahraga di Rumah Tahanan
Negara Klas I Surakarta
tergolong lengkap. Jenis-jenis olahraga yang disediakan oleh Rumah Tahanan
Negara Pemasyarakatan Klas I Surakarta adalah sepak bola, tenis, bulu tangkis, voli,
tenis meja, tinju, catur dan senam. Olahraga senam di Rutan Klas I Surakarta
merupakan olahraga wajib yang harus diikuti oleh seluruh warga binaan.
Selain berbagai bentuk kegiatan olahraga, warga binaan juga memperoleh
pembinaan dibidang kesehatan. Pembinaan kesehatan ini ditangani langsung oleh
Dokter Rutan Klas I Surakarta yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota
Surakarta. pelaksanaan dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan pada
setiap hari jam kerja. Pembinaan kesehatan tersebut selain menangani pembinaan dari
segi fisik juga menangani kondisi mental dan kejiwaan warga binaan, sehingga
keadaan warga binaan selalu terkontrol. Dengan demikian secara tidak langsung
mendukung jalannya pembinaan tahanan dan warga binaan dalam bidang-bidang
yang lainnya.
2 Pembinaan Kemandirian
Terapi yang diberikan Rutan tidak hanya terbatas pada pembinaan mental dan
commit to user fisik saja. Lebih dari itu, para warga binaan
perlu diberikan keterampilan yang diharapkan bisa membekali mereka dengan
kemampuan, keahlian bahkan juga dari segi finansial dan materiil. Pemberian
pelatihan tersebut diharapkan akan mempunyai nilai preventif, edukatif dan
produktif. Sedang tujuan dari pembinaan kemandirian itu sendiri adalah :
1
Agar warga binaan tidak mengulang kesalahan yang pernah diperbuatnya.
2 Agar warga binaan bertanggungjawab
bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
3 Agar warga binaan dapat berguna bagi
pembangunan. Pembinaan Kemandirian
merupakan pendidikan yang lebih diarahkan pada pemberian bekal bakat dan
keterampilan narapidana. Pembinaan kemandirian dilakukan agar Warga Binaan
Pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas
dan bertanggung jawab. Pendidikan kemandirian di Rutan Klas I Surakarta saat
ini adalah sebagai berikut: a.
Menjahit b.
Melukis c.
Desain grafis d.
Sablon e.
Laundry f.
Berkebun g.
Beternak h.
Refleksiologi i.
Kerajinan Perak Dari berbagai pembinaan yang
telah dilakukan oleh Rutan Klas I Surakarta baik yang bersifat kepribadian
maupun kemandirian adalah wujud nyata dari peran dan fungsi Rutan sebagai tempat
bagi warga binaan untuk nantinya dapat bergabung dengan warga di lingkungan
mereka masing-masing. Selain sebagai tempat pembinaan bagi narapidana
narkotika, Rutan Klas I Surakarta juga dapat menjadi tempat yang baik untuk
memberikan tingkat kesadaran yang lebih baik bagi warga binaan untuk nantinya
menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.
3 Pembinaan dalam lingkup psikoterapi
a Mapenaling
Mapenaling merupakan salah satu kegiatan perawatan tahap awal dari proses
pemasyarakatanperawatan tahanan, dengan tidak melihat lamanya masa
penahanan. Setiap tahanan wajib mengikuti Mapenaling dan ditempatkan
pada blokkamar khusus penaling paling lama tujuh hari. Terkait pelaksanaan
kegiatan mapenaling di Rutan Klas I Surakarta, sudah terlaksana dengan baik.
b Pengasingan
Pengasingan dilakukan terhadap warga binaan yang melakukan keributan
dan melanggar tata tertib yang telah ditentukan. Hal tersebut dilakukan selain
agar tidak membahayakan penghuni Rutan yang lain, juga sebagai upaya penjeraan
dan menumbuhkan kesadaran pada diri narapidana tersebut. Dengan pencabutan
beberapa hak narapidana, pengisolasian komunikasi dan pembatasan pelayanan
terhadap narapidana tersebut, diharapkan akan adanya perubahan.
c Asimilasi
Pelaksanaan asimilasi warga binaan kasus narkoba di Rutan Klas I Surakarta
tidak dilaksanakan, karena biasanya masa hukuman warga binaan rata-rata setahun,
sehingga syarat dan ketetapan dalam ketentuan asimilasi tidak tercapai.
c. Kendala Pelaksanaan Pembinaan Nara
pidana Narkoba di Rumah Tahanan Negara Klas I Surakarta dan upaya pemecahannya.
1 Kendala pelaksanaan pembinaan nara
pidana narkoba di Rumah Tahanan Negara Klas I Surakarta
a Faktor Interen
1 Sarana Gedung Rumah Tahanan
Dengan jumlah warga binaan yang terus meningkat setiap tahunnya,
hal ini secara tindak langsung akan memberikan dampak semakin padatnya
warga binaan yang mendiami setiap sel. Hal ini tentunya kurang baik,
karena dapat memicu perkelahian dalam memperebutkan ruangan dalam
sel.
2 Kualitas dan Kuantitas Petugas
Dalam hal kualitas, dengan masih banyaknya pegawai yang berusia
tua, sehingga kurang produktif dalam menjalankan setiap kegiatan khususnya
pembinaan bagi warga binaan. Selain itu dalam jumlah, keberadaan pegawai
di Rutan Klas I Surakarta juga dapat dikatakan kurang, sehingga dalam
melaksanakan tugas pengawasan, seringkali petugas kuwalahan karena
jumlahnya yang terbatas. Selain itu
commit to user hambatan intern juga disebabkan dari
diri warga binaan sendiri, dimana mreka merasa minder sebagai orang
tahanan, sehingga diharus ditempatkan dalam terali besi dan dijaga dengan
ketat. Hal ini mengakibatkan keper- cayaan warga binaan luntur, sehingga
apabila warga binaan tidak segera mendapat bantuan bimbingan dan
pemberian motivasi serta pembinaan diri untuk dapat merubah perilaku yang
selama ini merugikan msyarakat.
3 SaranaFasilitas Pembinaan
Sarana atau fasilitas pembinaan yang memadai tentunya akan mem
berikan hasil yang lebih baik dalam memberikan bekal keahlian bagi warga
binaan. Beberapa gedung tersebut diantaranya gedung untuk kegiatan
kemandirian bagi narapidana narkotika, yaitu gedung untuk sablon yang kurang
luas dan gedung untuk pelatihan menjahit. Hal ini tentunya akan
memberikan pengaruh bagi pelaksana an kegiatan tersebut, sehingga hasil
yang dicapai kurang maksimal.
4 Anggaran Rumah Tahanan
Anggaran yang digunakan oleh Rutan Klas I Surakarta untuk pem
biayaan operasional berasal dari Pusat. Untuk kebutuhan tertentu yang men
desak, seringkali kiriman dari pusat kurang tepat waktu. Hal ini memberi
kan pengaruh yang kurang baik bagi lancarnya kegiatan pembinaan yang
sudah dijadwalkan oleh pihak Rutan. Berbagai kegiatan sering kali berhenti
ditengah jalan karena minimnya atau belum turunnya anggaran dari pusat.
5 Kualitas
dan Ragam Program Pembinaan
Beberapa program pembinaan yang diterapkan oleh Rutan Klas I Kota
Surakarta, dari sisi kualitas maupun ragamnya kurang sesuai dengan apa
yang menjadi kebutuhan bagi warga binaan untuk bekal nantinya dapat
terjun dalam masyarakat. Beberapa program tersebut khususnya yang
membutuhkan biaya yang besar untuk dapat dilaksanakan, sehingga warga
binaan yang tidak mampu akan merasakan kesulitan untuk menerapkan
ilmu yang diperolehnya selama masa pembinaan di Rutan Klas I Surakarta.
b Faktor Ekstern
1 Faktor ekonomi yang diikuti dengan
minimnya lapangan pekerjaan yang ada atau yang tersedia
Beberapa warga binaan yang berasal dari keluarga yang tidak
mampu, sudah barang tentu akan mengalami kesulitan untuk dapat
bekerja langsung setelah masa hukuma n selesai. Hal ini tentunya menjadi
kendala tersendiri, dan dikhawatirkan warga binaan akan kembali menjadi
penjual dan pemakai narkotika untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Dengan semakin minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia dan kurang
sesuai dengan keahlian yang dimiliki olah warga binaan akan semakin mem
perberat langkah untuk mengawali kehidupan yang baru di tengah-tengah
masyarakat.
2 Faktor pendidikan yang minim
pendidikan formal maupun non- formal dari pelaku tindak kejahatan
Faktor pendidikan yang minim menjadikan warga binaan kesulitan
untuk mengaplikasikan pembinaan kete rampilan yang diperoleh selama masa
hukuman. Untuk itu perlu adanya pen didikan tambahan maupun melanjutkan
pendidikan yang sebelumnya sempat berhenti karena menjalani hukuman.
2 Upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan pembinaan narapidana narkoba di Rumah Tahanan Negara Klas I
Surakarta
Dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam sistem rumah tahanan.
Upaya reformasi mendasar minimal dilaku kan dengan mempertimbangkan sejumlah
hal-hal antara lain: a
Reformasi dalam proses kebijakan pemasyarakatan
b Reformasi dalam Sistem Pembinaan
Narapidana dengan membuat metode pemanfaatan waktu luang
c Reformasi paradigmatik
Pemasyarakatan harus dikembalikan kepada konsepsi dasarnya sebagai
upaya reintegratif atau mengintegrasi kan kembali pelaku kejahatan dengan
masyarakatnya setelah terjadi konflik berupa kejahatan
3 Upaya-upaya yang dilakukan
dalam mengatasi over capacity
commit to user Berdasarkan hasil wawancara salah
satu faktor penyebab makin tingginya jumlah penghuni Rumah tahanan adalah
tidak terlepasnya pandangan dari masyarakat agar bentuk hukuman harus
memberikan efek jera menakutkan. Untuk mengatasi masalah kelebihan kapasitas
atau over capacity, yaitu : a
Mengajukan permohonan untuk mere novasi atau memperbaharui bangunan
yang sudah ada b
Mengurangi atau membatasi Nara pidana Narkotika ke Rumah Tahanan
Negara c
Mempercepat pengeluaran Narapidana dengan program CB, PB, Asimilasi,
CMB, remisi dan lain-lain d
Optimalisasi Pemindahan narapidana dari Rutan yang over capacity ke
wilayah yang memiliki Rutan yang masih dapat menampung tambahan
Narapidana Narkotika.
4 Upaya-upaya yang dilakukan
dalam mengatasi
hambatan-hambatan yang terjadi menuju sistem Rumah Tahanan
yang lebih baik a
Pembenahan Sumber Daya Manusia atau dalam hal ini petugas atau
pegawai Rutan yang menangani
Narapidana Narkotika b
Perubahan sarana dan prasarana di dalam Rutan
c Mengefektifkan pengklasifikasian
Narapidana baik dari segi umur, jenis kelamin, jenis tindak pidana dan
lamanya pidana yang dijalani
d Mengoptimalkan motivasi bagi para
Narapidana Narkotika di dalam melaksanakan program-program
pembinaan yang telah ditentukan
e Narapidana yang mengulangi tindak
pidana residivis, maka upaya yang dilakukan adalah memberdayakan
pegawai Rutan yang berpendidikan psikolog dan bekerja sama dengan
pihak Home Industri.
P E N U T U P 1.
Simpulan
a. Pembinaan terhadap narapidana kasus
narkoba di Rutan Klas I Surakarta pada dasarnya hampir sama dengan pembinaan
yang dilakukan terhadap narapidana untuk kasus kejahatan lainnya, mulai dari tahap
penerimaan sampai dengan tahap pengeluaran yang meliputi administrasi,
perawatan kesehatan, pelayanan kebutuhan jasmani rohani, serta penyuluhan dan
bimbingan kegiatan. Meski demikian untuk narapidana kasus narkoba aktivitasnya
terbatas pada blok dimana mereka tinggal dan dipisahkan dari narapidana kasus
kejahatan lainnya. Hal ini ditujukan agar narapidana kasus narkoba tidak
mempengaruhi narapidana kasus kejahatan yang lain untuk sekedar mencoba atau
memakai segala jenis obat-obatan terlarang, sehingga mencegah tindak
pidanaresidivis baru. Selain itu narapidana kasus narkoba tidak ada
program asimilasi karena dikuatirkan akan mempengaruhi orang-orang disekitarnya
untuk sekedar mencoba atau memakai segala jenis obat-obatan terlarang.
b. Bentuk pembinaan narapidana narkoba
yang dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Klas I Surakarta secara garis besar
terbagi menjadi tiga yaitu pembinaan yang bersifat kepribadian dan kemandirian serta
pembinaan dalam lingkup psikoterapi. Pembinaan kepribadian yang meliputi
pembinaan agama dan filsafat, peningkatan kemampuan bahasa asing, dalam hal ini
bahasa Inggris dan pendalaman Alkitab serta pendidikan olahraga. Sedang pembin
aan yang bersifat kemandirian, diwujudkan dengan peningkatan kemampuan narapi
dana seperti menjahit, melukis, desain grafis, sablon, laundry, berkebun, beternak,
refleksiologi dan kerajinan perak. Kegiatan pembinaan dalam bentuk psikoterapi di
Rutan Klas I Surakarta, diantaranya adalah Mapenaling yaitu masa pengenalan,
pengamatan dan penelitian lingkungan, pengasingan yang dilakukan terhadap
warga binaan yang melakukan keributan dan melanggar tata tertib yang telah
ditentukan serta tindakan asimilasi yaitu upaya membina warga binaan untuk
berbaur dengan masyarakat sebagai realisasi dari sistem pemasyarakatan yang
dilakukan di luar tembok Rutan.
c. Faktor penghambat Pembinaan Narapidana
Narkotika, terdiri dari : 1
Faktor penghambat internal yaitu faktor yang berasal dari Rutan termasuk nara
pidana itu sendiri. Faktor penghambat internal dalam pembinaan narapidana
meliputi: adanya Narapidana yang berlatar belakang penyalahguna narko
commit to user tika pecandu di Rutan yang kondisi
fisik dan mentalnya kurang mendukung untuk menjalani proses
pembinaan, kurangnya kesadaran dari diri seorang narapidana akan penting
nya pembinaan, kurangnya sumber daya manusia yang ahli dalam me-
nangani narapidana narkotika, kurang nya sarana, prasarana dan infrastruktur
pendukung guna menangani narapi dana narkotika, kurang optimalnya
pembinaan terhadap narapidana narkotika ditinjau dari waktu hukuman
pidana penjara yang relatif singkat.
2 Faktor penghambat eksternal dalam
pembinaan narapidana meliputi faktor ekonomi yang diikuti dengan minim
nya lapangan pekerjaan yang ada atau yang tersedia. Hal ini tentunya menjadi
kendala tersendiri, dan dikhawatirkan warga binaan akan kembali menjadi
penjual dan pemakai narkotika untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Dengan semakin minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia dan kurang
sesuai dengan keahlian yang dimiliki olah warga binaan akan semakin
memperberat langkah untuk mengawali kehidupan yang baru di tengah-tengah
masyarakat. Selain itu faktor pendi- dikan yang minim dari beberapa warga
binaan, akan menjadi hambatan tersendiri untuk memasuki kehidupan
baru di masyarakat. Faktor pendidikan yang minim tersebut menjadikan warga
binaan kesulitan untuk mengaplikasi kan pembinaan keterampilan yang di
peroleh selama masa hukuman. Untuk itu perlu adanya pendidikan tambahan
maupun melanjutkan pendidikan yang sebelumnya sempat berhenti karena
menjalani hukuman.
2. Saran