Analisis biaya sumberdaya domestik untuk mengetahui keunggulan komporatif dan kompetitif produksi kedelai (di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat)
0Ci 03
I
ANALISIS BIAYA SUMBERDAYA DOMESTIK UNTUK MENGETAHUI
KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PRODUKSI KEDELAI
(Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabnpaten Garot, Jawa Barat)
Oleh
AGUS EDIAWAN
A.27.0941
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994
AGUS EDIAWAN.
Analisis Biaya
Sumberdaya Domestik untuk
mengetahui Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Produksi
Kedelai (Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat).
Di bawah bimbingan
Hangara Tambunan.
Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman palawija yang mempunyai
Indonesia.
prospek
baik
untuk dikembangkan di
Disamping harganya cukup tinqgi, kebutuhan
kedelai dalam negeri sangat besar sehingga sampai sekarang
produksi
dalam
negeri
belum
mampu
memenuhi
kebutuhan
konsumsinya.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai dalam
negeri, Indonesia harus mengimpor dari neqara lain yang
kenyataan menunjukkan bahwa impor kedelai dari tahun ke
tahun semakin meningkat.
Hal ini tentu saja memerlukan
perhatian yang serius dan harus diupayakan usaha peningkatan produksi kedelai di dalam negeri, agar dapat mengurangi
ketergantungan pada
kedelai
impor
yang memakan
devisa cukup besar.
Berdasarkan keterangan tersebut diatas, maka perlu
kiranya diadakan penelitian dan analisis mengenai kebijaksanaan
dalam
pengembangan
dengan
pemanfaatan
produksi
sumberdaya
kedelai
domestik,
dikaitkan
khususnya
di
daerah-daerah yang saat ini menjadi sentra produksi kedelai.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
Biaya Sumberdaya Domestik dengan maksud untuk mengetahui
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif produksi
kedelai di daerah penelitian yaitu di Desa Sindangratu,
Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.
Diambilnya Kabupaten
Garut sebagai daerah penelitian karena kabupaten tersebut
merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Barat,
dengan luas lahan kedelai sebesar 39,4 persen dari luas
total lahan kedelai di Jawa Barat.
Penentuan
jenis usahatani kedelai yang dianalisis
dilakukan berdasarkan jenis lahan dan pola tanam yang
diusahkan di daerah penelitian.
Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk membandingkan pendapatan pada dua tipe
pola tanam kedelai yaitu monokultur dan tumpangsari pada
lahan kering dari segi finansial dan ekonomi; kemudian
ingin mengetahui apakah daerah yang diteliti mempunyai
keunggulan komparatif dalam memproduksi kedelai sebagai
komoditi substitusi impor dan juga keunggulan kompetitif
dengan menggunakan pendekatan Analisis Biaya Sumberdaya
Domestik, lalu mengkaji perubahan hasil analisis tersebut
terhadap berbagai perubahan harga input dan output serta
tingkat produktivitas dengan menggunakan analisis kepekaan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa produksi
kedelai lahan kering di daerah penelitian menghasilkan
pendapatan yang menguntungkan baik secara finansial maupun
ekonomi.
Begitu pula dengan hasil analisis BSD dapat
diketahui bahwa usaha produksi kedelai tersebut mempunyai
keunggulan komparatif, yang ditunjukkan dengan nilai BSD
yang lebih kecil dari harga bayangan nilai tukar uang
(KBSD < 1).
~ a e r a h tersebut juga mempunyai keunggulan
kompetitif karena mempunyai nilai BSD* yang lebih kecil
dari nilai tukar mata uang resmi yang berlaku (Rp/US $ 1).
Dari hasil analisis kepekaan diketahui bahwa keunggulan komparatif komoditi kedelai tersebut peka terhadap
perubahan
tingkat
produktivitas,
harga
bayangan
lahan, upah tenaga kerja, pupuk, benih dan output.
dangkan
analisis
kepekaan
pada
keunggulan
sewa
Se-
kompetitif,
produksi kedelai tersebut sangat peka terhadap perubahan
harga aktual output dan tingkat produktivitas.
Usaha produksi kedelai di daerah penelitian mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga layak untuk
diusahakan sebagai komoditi substitusi impor dalam usaha
untuk menghemat devisa negara, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan kedelai di Kabupaten Garut yang sampai sekarang
konsumsi kedelai di Kabupaten Garut masih lebih tinggi
dibanding produksinya.
ANALISIS BLAYA SUMBERDAYA POMESTIK UNTUK MENGETAHUI
KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PRODUKSI KEDELAI
(Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat)
Oleh
AGUS EPIAWAN
A.27.0941
SKRIPSI
Sebagai satah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pa"a
Fakultas Pertanian
Institnt Pertanian Bogor
IURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994
Judul
Skripsi
: ANALISIS BIAYA SUHBKRDAYA DOHESTIK
TUK
WENGETAWI
KEXJNGGULAN
UN-
KOHPARATIF
DAN KOZIPETITIP PRODUI(S1 KEDELAI (Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Java Barat)
Nama Hahasiswa
:
AGUS EDIAWAN
Nomor Pokok
:
A 27.0941
Henyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. 1r.bngara Tambunan
NIP : 130 345 010
asor Sanim, MSc.
Tanggal Lulus : 7 September 1994
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat
pada tanggal 22 Januari 1971.
Penulis lahir sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Edia
Santika dan Ibu Utin Rosmayati.
Tahun 1978 penulis mulai menempuh pendidikan dasar di
SD Negeri Kawali I Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, dan
lulus pada
tahun 1984.
Pendidikan menengah
pertama
penulis tempuh di SMP Negeri Kawali Kabupaten Ciamis, dan
lulus
tahun
1987.
Pada
tahun
yang
sama
penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Kawali Kabupaten
Ciamis dan lulus tahun 1990.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 1990 melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USHI).
Pada tahun 1991 penulis diterima di
Jurusan
Sosial
Ilmu-Ilmu
Ekonomi
Pertanian,
Fakultas
Pertanian dengan Program Studi Ekonomi Pertanian dan
.
Sumberdaya (EPS)
PEFWYATAAN
DENGAN IN1 MENYATAXAN BAHWA SKUIPS1 YANG BERJUDUL ANALISIS
BIAYA
SUKBERDAYA
DOMESTIK
UNTUK
MENGETAHUI
KEUNGGULAN
KOHPARATIF DAN KOMPETITIF PRODUKSI KEDELAI IN1 BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN DI
PERGURUAN TINGGI ATAU LFXBAGA MANAPUN.
BOGOR, SEPTEMBER 1994
AGUS EDIAWAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Isi skripsi yaitu mengenai
analisis keunggulan komparatif dan kompetitif produksi
kedelai
dengan
menggunakan
analisis
Biaya
Sumberdaya
Domestik.
Penulis menghaturkan banyak terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Mangara Tambunan
yang telah memberikan
bimbingan serta motivasi yang tinggi dari mulai sampai
penulisan ini selesai.
2.
Bapak Dr. Ir. Mangatas Tampubolon, MSc. dan
Eiapak
Ir. Abas Tjakrawiralaksana atas saran dan kritiknya
untuk perbaikan laporan ini.
3. Bapak Amar
beserta Ibu yang telah banyak memberikan
informasi dan kemudahan selama penulis mengumpulkan
data di daerah penelitian.
4.
Sembah sungkem kepada kedua orang tua penulis
dan
Mamah
diberikan,
"
atas
juga
segala
untuk
harapan
dan
saudara-saudara
Bapak
do8a yang
penulis
Lusiana Santika Dewi dan Emalia Santika Dewi.
:
5.
Semua rekan-rekan yang telah ikut memberikan dorongan
hingga selesainya tulisan ini.
6.
Terimakasih yang tak terhingga, untuk
atas
........... Rini
kesetiaan, ketulusan, perhatian
dan
curahan
kasih sayang yang menjadikan inspirasi dan semangat
bagi penulis dalam menghadapi hari-hari yang telah,
sedang dan akan dilalui.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
sekali kekurangannya, karena itu penulis menerima kritik
dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.
Sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah semata
dan kekurangan berasal dari manusia.
Akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 1994
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
.........................................
DAFTAR IS1 ........................................
DAFTAR TABEL ......................................
PENDAHULUAN .......................................
Latar Belakang ...............................
Perumusan Masalah ............................
Tujuan Penelitian ............................
TINJAUAN PUSTAKA ..................................
RINGKASAN
i
ii
iv
1
1
3
5
6
Perkembangan Areal Komoditi Kedelai di Indone-
..........................................
Perkembangan Produksi Kedelai Dalam Neqeri ...
sia
6
7
Perkembangan Volume Permintaan Kedelai Dalam
.......................................
dan Pemasaran Kedelai ..................
Negeri
Harga
Tinjauan Beberapa Penelitian yang Telah Dila
kukan Terhadap Komoditi Kedelai dengan Anali
10
-
................
MODEL ANALISIS ....................................
Analisis Biaya Sumberdaya Domestik ...........
Analisis Kepekaan ............................
sis Biaya Sumberdaya Domestik
.............................
Metode Penelitian ............................
Rancangan Pengambilan Contoh ...............
Lokasi Penelitian ........................
Tahapan Analisis
9
11
15
15
24
25
26
26
26
.....................
Pengambilan Contoh .......................
Penentuan Usahatani yang Dianalisis ......
Operasionalisasi ...........................
Data dan Sumber Data
26
27
27
28
Penentuan Input-Output Fisik Usahatani
..................................
Penentuan Harga Bayangan .................
Kedelai
Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing
.
.................
Analisis Kepekaan ..........................
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ....................
Alokasi Biaya Tataniaga
...........................
Sindangratu .............................
PEMBAHASAN ..............................
28
28
36
39
40
43
Kecamatan Wanaraja
43
Desa
48
HASIL DAN
................
Pendapatan Ekonomi ..................
Keunggulan Komparatif ...............
52
Analisis Pendapatan Finansial
52
Analisis
58
Analisis
...............
............................
62
Analisis Keunggulan Kompetitif
64
Analisis Kepekaan
66
Implikasi Hasil Analisis BSD Terhadap Usaha
........
..............................
Produksi Kedelai di Daerah Penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN
...................................
Saran ........................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................
LAMPIRAN ..........................................
Kesimpulan
78
83
83
86
88
90
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1.
Neraca Konsumsi Kedelai di Indonesia
........
7
2.
Perkembangan rata-rata harga kedelai di tingkat grosir di daerah produsen dan konsumen
..
11
Alokasi Biaya Produksi ke Dalam Komponen
Biaya Domestik dan Asing ....................
39
Alokasi Biaya Tataniaga Atas Dasar Komponen
Biaya Domestik dan Asing ....................
40
Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Wana raja ........................................
45
3.
4.
5.
6.
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Hasil
Per Hektar Kedelai di Kecamatan Wanaraja
Tahun 1987 - 1992 ...........................
7.
Tambah Tanam, Luas Panen, Hasil Per Hektar
dan Produksi Kedelai di Kabupaten Garut, 1993
8.
Tingkat Pendidikan di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut Jawa Barat ..
9
Persentase Komponen Biaya Produksi Kedelai
Pola Tanam I dan I1 ..........................
10. Pendapatan Finansial Produksi Kedelai Pola
Tanam I dan I1 per hektar, MT 1993/1994
......
11. Persentase Komponen Biaya Ekonomi Terhadap
Total Biaya Ekonomi Produksi Kedelai dengan
Pola Tanam I dan I1 ..........................
........
12. Pendapatan Ekonomi Produksi Kedelai Pola Ta
nam I dan I1 per Hektar, MT 1993/1994
13. Nilai BSD dan KBSD Produksi Kedelai Menurut
-
Pola Tanam di Desa Sindangratu, Kecamatan Wa
naraja, Kabupaten Garut, MT 1993/1994 ........
14. Nilai BSD* dan KBSD* Produksi Kedelai Menurut
Pola Tanam di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, MT 1993/1994 .......
15. Hasil Analisis Kepekaan Keunggulan Komparatif
dan Kompetitif pada Produksi Kedelai Pola Tanam Monokultur ............................
16. Hasil Analisis Kepekaan Keunggulan Komparatif
dan Kompetitif pada Produksi Kedelai Pola Tanam Tumpangsari ...........................
Lampiran
Nomor
1.
2.
3.
4.
Teks
Halaman
Kandungan Gizi Beberapa Tanaman Palawija
(per 100 gram) ..............................
90
Neraca Konsumsi Kedelai di Indonesia, 1977 1990 ........................................
91
Rata-Rata Per Tahun Luas Areal dan Produksi
Kedelai di Indonesia, 1968/75 - 1984/90 ......
92
Rata-Rata Tingkat Pertumbuhan per Tahun dari
Luas Areal dan Produksi Kedelai di Indonesia,
1968/75
1984/90 ............................
93
-
5.
Rata-Rata Per Tahun Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Kedelai per Kabupaten di Jawa
Barat Periode 1986 - 1990 ...................
6.
Tingkat Subsidi Pupuk Pertanian Tahun Anggaran 1992/1993 ...............................
7.
Rata-Rata Suku Bunga Deposito Bank Swasta
Jangka Waktu 3 Bulan, 1986-1993
8.
Besarnya Angka Konversi Standar Tahun 1986 1992 ........................................
9.
Nilai Tukar Resmi Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat, 1986-1994 .....................
10.
Biaya Tataniaga Komoditi Kedelai dan Jagung
dari Desa Sindangratu, Tahun 1994 ...........
11.
Harga Aktual dan Harga Bayangan per Satuan
Input Output yang Digunakan .................
.............
12.
Produksi dan Struktur Input Fisik Usaha Produksi Kedelai per Hektar di Desa Sindangratu,
MT 1993/1994 ................................
13.
Analisis Pendapatan Finansial dan Ekonomi
Produksi Kedelai Monokultur per Hektar pada
Lahan Kering di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
14.
Analisis Pendapatan Finansial dan Ekonomi
Produksi Kedelai Tumpangsari per Hektar pada
Lahan Kering di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
15.
........................................
Perhitungan NIlai BSD* dan KBSD* Produksi Kedelai Monokultur di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
18.
........................................
Perhitungan Nilai BSD dan KBSD Produksi Kedelai Tumpangsari di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
17.
........................................
Perhitungan Nilai BSD dan KBSD Produksi Kedelai Monokultur di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
16.
........................................
.........................................
106
Perhitungan Nilai BSD* dan KBSD* Produksi Kedelai Tumpangsari di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
.........................................
107
DAFTAR GAWBAR
Nomor
1.
Teks
Halaman
Pola Tanam Lahan Pertanian di Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat
...........
44
Lampiran
Nornor
Teks
.....................
~indangratu .......................
Halaman
1.
Peta Kecamatan Wanaraja
109
2.
Peta Desa
110
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagaimana
disebutkan
dalam
GBHN
(1993),
bahwa
pembangunan pertanian tanaman pangan akan terus ditingkatkan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki keadaan gizi
melalui penganekaragaman jenis bahan pangan.
Diantara komoditi yang ada, kedelai merupakan salah
satu tanaman palawija yang mempunyai 'kandungan protein
cukup tinggi dibandingkan tanaman palawija lainnya yaitu
sebesar 34,9 persen (tabel lampiran 1).
Oleh karena itu
kedelai mempunyai posisi yang sangat penting selain sebagai salah satu upaya untuk menunjang kemantapan swasembada
pangan, juga sebagai sumber protein dalam usaha untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat, terutama bagi golongan
masyarakat berpendapatan rendah yang umumnya mempunyai
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, karena
harganya relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan
harga protein nabati.
Upaya peningkatan produksi kedelai sudah sejak lama
dilaksanakan, terutama sejak dicanangkannya program swasembada kedelai pada tahun 1984.
Berbagai upaya dari
pemerintah telah dilaksanakan seperi intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi guna mewujudkan swasembada
kedelai
.
Upaya pemerintah
tersebut telah menunjukkan
hasil, ha1
ini terbukti dengan terjadinya peningkatan
produksi kedelai yang cukup pesat sejak tahun 1986 (tabel
lampiran 2).
Sejalan dengan peningkatan produksi, konsum-
si kedelaipun mengalami
peningkatan
yang
pesat
pula.
Meningkatnya permintaan kedelai ini seiring dengan pertumbuhan industri makanan dengan bahan baku kedelai, minyak
kedelai, dan produk
kedelai.
lain yang menggunakan bahan baku
Selain itu kenaikan konsumsi kedelai juga dise-
babkan oleh kepedulian masyarakat terhadap manfaat hasil
olahan dari kedelai.
Sementera itu, peningkatan permintaan komoditi ini
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan peningkatan produksi kedelai dalam negeri, sehingga untuk memenuhi permintaan tersebut, Indonesia harus mengimpor dari negara
lain, yang kenyataan menunjukkan bahwa impor kedelai dari
tahun ke tahun terus meningkat.
Pada tahun 1987, impor kedelai mencapai 286,7 ribu
ton.
Angka ini naik menjadi 465,s ribu ton, 390,5 'ribu
ton, dan 541,l ribu ton untuk tahun 1988, 1989, dan 1990.
(tabel lampiran 2).
Departemen Pertanian memperkirakan bahwa pada tahun
2010
nanti, konsumsi kedelai di Indonesia diperkirakan
mencapai 2,s juta ton.
Sementara itu pada saat yang sama,
produksi dalam negeri diperkirakan hanya sebesar 1,2 juta
ton.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa konsumsi kedelai
belum bisa seluruhnya dipenuhi oleh produksi kedelai dalam
negeri, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia
tetap harus mengimpor kedelai dari negara lain.
Impor
suatu
komoditi
merupakan
suatu
pengurasan
devisa negara yang besar, padahal devisa merupakan sesuatu
yang langka terutama bagi Indonesia yang sedang melaksanakan pembanaunan.
Oleh karena itu devisa negara perlu
digunakan seefisien mungkin.
Bertitik tolak dari keadaan di
kiranya diadakan penelitian
atas, maka
perlu
terhadap produksi kedelai
dalam negeri khususnya di daerah-daerah yang merupakan
sentra produksi, baik ditinjau dari segi keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.
Perumusan Hasalah
Produksi kedelai Indonesia yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan konsumsi domestik, menyebabkan pemenuhan kebutuhan dalam negeri sebagian besar dilakukan melalui impor.
Oleh karena itu Indonesia harus meningkatkan produksi
kedelai dalam negeri sebagai komoditi substitusi impor,
juga dalam upaya penghematan devisa negara.
Kabupaten Garut yang merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Barat, ternyata masih belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan kedelai di Kabupaten Garut itu
sendiri, sehingga produksi
kedelai masih
harus
terus
ditingkatkan. Usahatani kedelai sebenarnya cukup menguntungkan dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembang-
kan.
Untuk memperoleh keuntungan, seorang petani harus
mengerti teknik budidaya kedelai yang baik serta mempunyai
modal usaha yang cukup sehingga akan diperoleh hasil
produksi kedelai yang baik bahkan tidak kalah dengan
kedelai impor.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa produksi kedelai dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
dalam negeri, sehingga masih diperlukan peningkatan produksi tanaman tersebut.
oleh sebab itu maka perlu kiranya
diadakan pengujian dan analisis lebih lanjut mengenai
kebijaksanaan dalam pengembangan produksi kedelai dikaitkan dengan pemanfaatan sumberdaya domestik, khususnya di
daerah-daerah yang saat ini menjadi sentra produksi kedelai.
Masalah yang akan dikaji sehubungan dengan penelitian
ini adalah seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari
usaha produksi kedelai baik dari segi finansial maupun
ekonomi ?
Apakah produksi kedelai tersebut mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga layak untuk
diusahakan di dalam negeri, ditinjau dari pemanfaatan
sumberdaya domestik ?
Serta bagaimana pengaruh yang
terjadi terhadap keunggulan komparatif dan
seandainya terjadi
perubahan
tingkat produktivitas.
harga
kompetitif
input, output
dan
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Membandingkan pendapatan
pada
kedelai yaitu monokultur
dan
dua tipe pola tanam
tumpangsari pada lahan
kering dari segi finansial dan ekonomi.
2.
Mengetahui
apakah
daerah
yang
diteliti
mempunyai
keunggulan komparatif dalam memproduksi kedelai sebagai komoditi substitusi impor dan
kompetitif
dengan
menggunakan
Biaya Sumberdaya Domestik.
juga keunggulan
pendekatan
Kemudian Mengkaji
Analisis
peruba-
han hasil analisis keunggulan komparatif dan kompetitif
tersebut terhadap berbagai perubahan harga input
dan output serta tingkat produktivitas dengan menggunakan analisis kepekaan.
TTNJAUAN PUSTAKA
Perkemhangan Areal Komoditi Kedelai di Indonesia
Dalam membahas perkembangan areal komoditi kedelai,
tidak terlepas dari produksi yang dihasilkan dari luas
areal tersebut.
Perkembangan areal dan produksi kedelai
nampak bervariasi antar periode.
Untuk Indonesia secara
keseluruhan, perkembangan areal dan produksi nampak sangat
menonjol mulai tahun 1984, sedangkan periode sebelumnya
laju yang relatif
areal dan produksi meningkat dengan
rendah, seperti yang terlihat'pada Tabel iampiran 3.
Sedangkan dari Tabel Lampiran 4
bahwa dalam
periode
dapat diketahui
tahun 1968-1975, produksi kedelai
nasional meningkat sebesar rata-rata 5,6 persen per tahun.
Sebesar 55 persen dari tingkat pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh peningkatan luas areal.
1983, rata-rata
persen per tahun.
produksi
hanya
Antara tahun 1976-
meningkat
sebesar
0,6
Hal tersebut terutama diakibatkan oleh
penurunan luas areal sebesar 0,2 persen per tahun.
Dari
Tabel Lampiran 4 juga dapat dilihat bahwa pada periode
tahun 1984-1990, produksi kedelai nasional meningkat cepat
dengan
tahun.
rata-rata
pertumbuhan
sebesar
10,4
persen
per
Sebesar 66 persen dari tingkat pertumbuhan ini
disebabkan oleh perluasan areal.
Perkembangan Produksi Kedelai Dalam Negeri
Dalam membahas perkembangan produksi
kedelai ini,
mengacu pada Tabel 1 tentang neraca konsumsi kedelai di
Indonesia, 1977-1990.
Berdasarkan tabel tersebut diketa-
hui bahwa rata-rata persentase perkembangan produksi per
tahun pada periode tahun 1977-1990 adalah sebesar
persen.
Sedangkan
rata-rata
persentase
9,8
perkembangan
konsumsi per tahun pada periode yang sama sebesar 12,3
persen.
Jadi tidaklah mengherankan jika impor kedelai
terus meningkat karena memang perkembangan produksi kedelai dalam negeri masih lebih rendah dibandingkan dengan
perkembangan konsumsi dalam negeri.
Tabel 1.
Tahun
Neraca Konsumsi Kedelai di Indonesia, 1977-1990
Produksi 1)
(ton)
Impor
dalam
bentuk
bi ji
Konsumsi
1)
Rasio
impor/
konsumsi
Konsumsi
per 2)
kapita
Sumber : CGPRT Crops in Indonesia : A Statistical Profile;
1960-1990
Keterangan : 1) ribu ton
2) kg/tahun
Peningkatan produksi yang tinggi terjadi pada periode
tahun 1983-1984 dan tahun 1985-1986 yaitu sebesar 43,5 dan
41 persen.
Tetapi peningkatan produksi ini diimbangi
dengan peningkatan konsumsi yang tinggi pula yaitu sebesar
61 persen pada periode tahun 1983-1984 dan 42 persen pada
periode tahun 1985-1986.
Tingginya tingkat konsumsi ini
disebabkan meningkatnya konsumsi per kapita sebesar 57,5
persen pada periode tahun 1983-1984 dan 39 persen pada
periode tahun 1985-1986.
Selain itu .meningkatnya konsumsi
juga dimungkinkan karena meningkatnya jumlah penduduk.
Dengan demikian walaupun produksi mengalami peningkatan yang cukup besar, tapi tidak berarti mengurangi jumlah
impor, karena konsumsipun mengalami peningkatan yang besar
pula.
Bahkan pada periode tersebut jumlah impor tetap
mengalami peningkatan, yaitu sebesaqr 81,5 persen untuk
periode tahun 1983-1984 dan 19 persen pada periode tahun
1985-1986.
Selama
periode
tahun
1977-1990, produksi
kedelai
mengalami fluktuasi tetapi tetap menunjukkan kecenderungan
yang
meningkat
dengan
rata-rata
pertahunnya sebesar 9,8 persen.
peningkatan
produksi
Terjadinya fluktuasi ini
bisa disebabkan oleh'berbagai faktor, dan kendala utama
yang perlu ditangani secara serius adalah masih rendahnya
daya hasil varietas lokal, sehingga produksi sulit untuk
ditingkatkan.
Kendala
lain
adalah
jumlah benih
yang
disediakan oleh balai-balai benih belum mampu mencukupi
kebutuhan.
Keterbatasan penyediaan benih tersebut dise-
babkan masih terbatasnya penamgkar benih palawija, dan
karena adanya gangguan iklim serta hama dan penyakit.
Perkembangan Volume Permintaan Kedelai Dalam Negeri
Sampai saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat
besar antara permintaan kedelai dengan penawaran kedelai
yang berasal dari produksi dalam negeri.
Produksi kedelai
dalam negeri pada tahun 1990 sebesar 1 487 ribu ton,
sedangkan permintaan
(Tabel 1).
sudah mencapai
2
ribu ton
032,l
Ini berarti pada tahun 1990 terjadi defisit
sebesar 545,l ribu ton.
Dari tabel tersebut juga bisa
dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah konsumsi menunjukkan kecenderungan yang meningkat, demikian juga dengan
konsumsi per kapitanya.
Pembahasan lebih lanjut dari Tabel 1 khususnya mengenai konsumsi kedelai di Indonesia, bisa dikemukakan bahwa
persentase
perkembangan konsumsi dari
menunjukkan fluktuasi.
rata-rata
persentase
sebesar 12,3 persen.
tahun
ke
tahun
Selama periode tahun 1977-1990,
perkembangan
konsumsi
per
tahun
Peningkatan konsumsi yang tinggi
terjadi pada tahun 1980-1981 dan tahun 1983-1984
sebesar 62 dan 61 persen.
yaitu
Hal ini disebabkan karena
kenaikan konsumsi perkapita sebesar 58 persen untuk tahun
1980-1981 dan 57,5 persen untuk tahun 1983-1984.
Sejalan dengan ha1 tersebut, produksi kedelai dalam
negeri pada tahun 1980-1981 hanya mengalami peningkatan
sebesar 8 persen.
Oleh karena itu untuk memenuhi konsumsi
yang cukup tinggi, pemerintah harus meningkatkan impor
kedelai sampai 248 persen pada periode tahun tersebut.
Harga dan Pemasaran Kedelai
Kedelai merupakan tanaman perdagangan, artinya hampir
seluruh hasil panen kedelai dari petani dijual ke pasar.
Peranan
transportasi
sangat
penting
dalam
pemasaran,
karena produksi kedelai tersebut harus berada pada tempat
dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Mekanisme pengendalian harga kedelai tingkat konsumen
diperkirakan sangat berpengaruh terhadap sistem perdagangan kedelai di dalam negeri.
Apalagi harga kedelai
tingkat konsumen di daerah produsen maupun daerah konsumen
tidak menunjukkan gejolak yang berarti (Tabel 2).
Dengan variasi harga bulanan yang kecil, pedagang
tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan kedelai sebagai
stok, karena
harus
mengeluarkan
biaya
tambahan
untuk
penyimpanan kedelai di gudang, apalagi jika permintaan di
daerah konsumen cukup tinggi.
Tabel 2. Perkembangan rata-rata harga kedelai di tingkat
grosir di daerah produsen dan konsumen (Rp/kg)
Harga grosis kedelai rata-rata
Bulan
Konsumen
Produsen
Lokal
Impor
Desember 1991
Nopember 1991
Oktober 1991
September 1991
Agustus 1991
Juli 1991
Juni 1991
Mei 1991
April 1991
Maret 1991
Pebruari 1991
Januari 1991
Sumber : Vademekum Pemasaran, 1993
Tinjauan Beberapa Penelitian yang Telah Dilakukan Terhadap
Komoditi Kedelai dengan Analisis Biaya Sumberdaya Domestik
Pada saat ini sudah ada beberapa studi tentang keunggulan
komparatif dalam
produksi
kedelai.
Penelitian
terdahulu dilakukan oleh Simatupang pada tahun 1986, untuk
melihat kelayakan produksi kedelai di Indonesia dengan
menggunakan analisis biaya sumberdaya domestik.
analisis
ini
disertai dengan
tiga
orientasi
Dalam
produksi
perdagangan yaitu substitusi impor, promosi ekspor, dan
perdagangan antar daerah.
Hasil analisis yang diperoleh Simatupang et a1 (1986)
menunjukkan bahwa Jawa Barat tidak mempunyai keunggulan
komparatif untuk orientasi perdagangan substitusi impor
dan promosi ekspor.
Hal tersebut ditunjukkan oleh koefi-
sien biaya sumberdaya domestik (KBSD) yang lebih besar
dari satu.
Jawa Tengah mempunyai keunggulan komparatif
untuk tiga orientasi perdagangan, karena nilai KBSD lebigh
kecil dari satu.
Jawa Timur mempunyai keunggulan kompara-
tif untuk orientasi substitusi impor, sedangkan untuk dua
orientasi lainnya tidak mempunyai keunggulan komparatif.
Sumatra, Kalimantan
dan
Sulawesi mempunyai
keunggulan
komparatif untuk orientasi substitusi impor dan promosi
ekspor.
Sedangkan untuk Bali dan Nusa Tenggara, produksi
komoditi kedelai mempunyai keunggulan komparatif untuk
tiga orientasi perdagangan.
Analisis
biaya
kedelai di Jawa
(1987).
sumberdaya
domestik
terhadap
Tengah juga telah dilakukan
produksi
oleh Yandini
Analisis dilakukan dengan membandingkan pola yang
dilakukan petani dan pola rekomendasi di dua kabupaten
yaitu Grobogan dan Wonogiri.
Hasil dari pola rekomendasi
menunjukkan nilai BSD yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan pola
yang
digunakan petani, baik
Grobogan maupun Kabupaten Wonogiri.
KBSD
di
Kabupaten
lebih kecil
untuk pola rekomendasi di dua kabupaten tersebut. Bahkan
untuk Kabupaten Grobogan, pola yang digunakan petani tidak
efisien atau tidak mempunyai keunggulan komparatif karena
KBSD lebih besar dari satu.
Haryono
(1991)
melakukan
analisis
keunggulan
komparatif terhadap produksi kedelai, ubikayu dan jagung
di Propinsi Lampung.
pola
tanam
dengan
baik
disertai
Analisis ini membandingkan berbagai
secara monokultur
orientasi
maupun
perdagangan.
penelitian tersebut, produksi kedelai pada
tumpangsari
Dari
hasil
lahan sawah
dengan orientasi substitusi impor mempunyai keunggulan
komparatif.
Hal tersebut ditunjukkan dengan KBSD yang
lebih kecil dari satu.
Sedangkan untuk produksi kedelai
pada lahan kering dengan orientasi promosi ekspor, tidak
mempunyai keunggulan komparatif karena KBSD lebih besar
dari satu.
Kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung,
baik di lahan sawah maupun lahan kering dengan orientasi
substitusi impor dan promosi ekspor, mempunyai KBSD yang
lebih kecil dari satu, sehingga bisa dikatakan mempunyai
keunggulan komparatif.
Nunung (1992) melakukan analisis keunggulan komparatif terhadap produksi jagung, kedelai dan ubikayu di Jawa
Tengah dengan analisis biaya sumberdaya domestik.
Adapun
kabupaten yang dipilih adalah Grobogan, Wonogiri, Blora
dan Kendal.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui
bahwa produksi kedelai di Jawa Tengah mempunyai keunggulan
komparatif.
Daerah yang
memiliki
nilai
BSD
terkecil
adalah Blora, dan yang terbesar adalah Wonogiri.
Demikian
juga untuk koefisien BSD, Blora mempunyai KBSD yang terkecil, dan Wonogiri mempunyai KBSD yang terbesar.
Analisis biaya sumberdaya domestik usahatani kedelai
juga dilakukan oleh Sjarief pada tahun 1994, yang meliputi
empat propinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa empat propinsi di
Pulau Jawa tersebut mempunyai keunggulan komparatif.
Hal
tersebut ditunjukkan oleh KBSD yang lebih kecil dari satu.
Hasil analisis kepekaan menunjukkan bahwa kedelai sangat
peka
terhadap perubahan harga bayangan output, tetapi
kedelai tidak peka terhadap perubahan harga bayangan upah
tenaga kerja, pupuk dan sewa lahan.
Berdasarkan
beberapa
penelitian
terhadap komoditi
kedelai yang telah dilakukan, maka pada penelitian ini
akan melihat keunggulan komparatif dan kompetitif produksi
kedelai dengan menggunakan analisis BSD di Kabupaten Garut
yang merupakan daerah sentra produksi kedelai utama di
Jawa Barat.
MODEL ANALISIS
Analisis proyek bertujuan untuk menentukan pilihan
dalam investasi suatu proyek, karena terbatasnya sumberdaya yang tersedia.
Kesalahan dalam memilih proyek akan
menyebabkan sumberdaya yang langka tersebut terbuang.
Analisis proyek mencakup analisis ekonomi dan analisis finansial yang keduanya saling melengkapi.
Menurut
Kadariah (1978), analisis ekonomi berbeda dengan analisis
finansial dalam menghitung unsur-unsur harga, bunga, pajak
dan subsidi.
Dalam analisis ekonomi, subsidi dan pajak
dianggap tidak mempengaruhi arus pengeluaran dan pemasukan
karena merupakan transfer payment.
Sedangkan dalam anali-
sis finansial, pajak dihitung sebagai biaya dan subsidi
dihitung
sebagai
keuntungan.
Dalam
analisis ekonomi
digunakan harga bayangan (Shadow Price), yang menggambarkan nilai ekonomi yang sesungguhnya dari unsur biaya
maupun hasil, sedangkan dalam analisis finansial digunakan
harga pasar (Market Price).
Analisis Biaya Sumberdaya Domestik
Berdasarkan tujuan penelitian, maka analisis ekonomi
terhadap produksi kedelai serta keunggulan komparatifnya
maupun analisis finansial dan keunggulan kompetitifnya dianalisis dengan konsep biaya
sumberdaya domestik dan
koefisien biaya sumberdaya domestik. Melalui analisis ini
dapat diketahui apakah pemenuhan permintaan dalam negeri
terhadap suatu komoditi lebih menguntungkan jika meningkatkan produksi domestik komoditi tersebut, ataukah lebih
menguntungkan jika dilakukan dengan impor, ditinjau dari
efisiensi
penggunaan
sumberdaya
domestik
yang
ada.
Kemudian juga dapat diketahui apakah produksi kedelai
tersebut dapat bersaing di pasar
internasional dengan
asumsi-asumsi tertentu.
Menurut Pearson (1976) dalam Suryana (1980), analisis
biaya sumberdaya domestik adalah ukuran biaya imbangan
sosial atau social ow~ortunitv cost dari penerimaan suatu
unit marginal bersih devisa, diukur dalam bentuk faktorfaktor produksi domestik yang digunakan baik
langsung
maupun
ekonomi.
tidak
langsung dalam
suatu
aktivitas
Aktivitas ekonomi yang dimaksud adalah usaha untuk menghasilkan komoditi kedelai di Indonesia.
Analisis BSD disebut juga Domestic Resource Cost of
Earninq atau Savina a Unit of Foreian Exchanae, yaitu
besarnya biaya sumber-sumber nasional untuk memperoleh
atau menghemat satu satuan devisa (Kadariah et al, 1978).
Analisis ini dapat mengukur efisiensi ekonomi usaha memproduksi kedelai di Indonesia yang menggunakan sumberdaya
domestik yang langka, untuk menghemat satu satuan devisa.
Asumsi yang harus dipenuhi agar konsep BSD dapat
diterapkan pada suatu analisis ekonomi
dalam Suryana, 1980) adalah
(Pearson, 1976
:
1. Ada pengaruh dari pemerintah pada nilai tukar uang.
2.
Ada pengaruh dalam perdagangan komoditi yang dianalisis, dapat berupa peraturan-peraturan atau pembatasanpembatasan dari pemerintah.
3.
Output yang dianalisis dapat diperdagangkan (tradable).
4.
Biaya produksi dari tambahan satu satuan output ditentukan oleh hubungan input-output yang konstan, dan
harga relatif faktor-faktor produksi tidak berubah.
5.
Harga bayangan input dan output serta nilai tukar uang
dapat dihitung dan mewakili biaya imbangan sosial yang
sesungguhnya.
Kadariah &
(1978) menyatakan bahwa komoditi
tradable adalah :
1.
Sekarang diimpor atau diekspor.
2.
Bersifat pengganti yang erat hubungannya dengan jenis
lain yang diimpor atau diekspor.
3.
Komoditi selain diatas dan dilindungi oleh pemerintah,
yang sebenarnya dapat diperdagangkan secara internasional.
Rumus BSD diturunkan dari konsep keuntungan bersih
sosial (KBS) atau Net Social Profitabilitv, yaitu pendapatan atau kerugian bersih dari suatu aktivitas ekonomi
apabila seluruh output dan input dinilai dalam biaya
imbangan sosialnya, dan seluruh efek eksternalitas tersebut diperhitunqkan (Pearson, 1976 dalam Suryana, 1980).
Rumus KBS yang dipergunakan adalah
:
dimana :
KBSj = Keuntungan bersih sosial dari aktivitas ke-j.
aij
Output ke-i yang dihasilkan dalam aktivitas
=
ke-j.
Pi
= Harga bayangan output ke-i (dalam Rupiah)
fsj
Jumlah faktor produksi ke-s yang digunakan
=
dalam aktivitas ke-j.
=
vs
Harga bayangan faktor produksi ke-s (dalam
Rupiah).
Ej
= Efek eksternalitas dari aktivitas ke-j, dapat
bertanda positif atau negatif.
Bila seluruh output dapat diperdagangkan (tradable),
serta
seluruh
digunakan
input
dalam
lansung
aktivitas
dan
tidak
ekonomi
langsung
tersebut
yang
dapat
dikelompokkan ke dalam komponen biaya domestik dan asing,
maka :
dimana :
j
=
Nilai total output dari aktivitas ke-j pada
tingkat harga dunia (dalam US $ ) .
mj
=
Nilai total input yang bersifat tradable yang
diimpor baik langsung maupun tidak langsung
yang diunakan dalam aktivitas ke-j.
j'
=
Nilai total penerimaan pemilik faktor-faktor
lainnya, dengan mengeluarkan harga bayangan nilai tukar
seperti pada persamaan ( 3 ) , maka kesalahan penilaian yang
mungkin dibuat dari penilaian variabel ini dapat dihindari
.
Rasio persamaan
sumberdaya dnestik ( B S D ) .
(3) diatas
adalah rumus biaya
Dengan denikian persamaan BSD
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Nilai eksternalitas sulit untuk diukur dan diidentifikasikan.
Nilai eksternalitas suatu kegiatan ekonomi
tergantung kepada tujuan pembangunan suatu negara.
Komoditi kedelai lebih banyak ditanam di areal persawahan, sehingga akan menimbulkan permasalahan dalam areal
tanam
padi
terutama
dalam
upaya
untuk
mempertahankan
swasembada pangan (eksternalitas negatif).
Namun demikian
jika mengingat bahwa Indonesia masih mengimpor kedelai,
maka
peningkatan produksi kedelai dalam
negeri sangat
diperlukan (eksternalitas positif).
Berdasarkan alasan diatas, maka nilai eksternalitas
tergantung pada penilaian menurut kepentingannya.
Oleh
karena itu dalam penelitian ini diasunsikan bahwa eksternalitas positif dan negatif yang ditinbulkan
tas
memproduksi kedelai akan
saling
oleh aktivi-
menghilangkan, se-
hingga eksternalitas bernilai no1
Dari persamaan KBS dan BSD diperoleh persamaan sebagai berikut :
=
(uj
-
mj
KBSj =
(vl
-
BSDj) (uj
KBsj
-
rj) v1
-
-
mj
(uj - m j - rj) BSD j
-
rj)
Apabila nilai BSDj sama dengan harga bayangan nilai
tukar uang, maka nilai KBSj akan sama dengan nol.
Bila
nilai BSDj lebih kecil dari harga bayangan nilai tukar
uang, maka nilai KBSj akan positif dan sebaliknya bila
nilai BSDj lebih besar dari harga bayangan nilai tukar
uang, K B S7 akan bernilai negatif.
Analisis
keunggulan
komparatif
usaha
memproduksi
kedelai dalam negeri dinilai dengan koefisien biaya sumberdaya domestik (KBSD), yaitu rasio antara nilai BSD
dengan harga bayangan nilai tukar uang.
KBSD
berguna
untuk
membandingkan suatu aktivitas
ekonomi dengan aktivitas ekonomi alternatif di dalam suatu
negara/daerah, atau untuk membandingkan suatu aktivitas
ekonomi antar negara/daerah karena adanya perbedaan harga
bayangan nilai tukar uang (Squire dan van der Tak, 1979
dalam Toni, 1991).
Rumus Koefisien BSD yaitu :
Koefisien BSD
j
=
BSD
v1
dimana :
BSDj
=
Nilai BSD dalam aktivitas ke-j (Rp/US $ 1).
v1
=
Harga bayangan nilai tukar uang (Rp/US $ 1).
Semakin kecil nilai rasio tersebut atau semakin kecil
nilai BSD dari harga bayangan nilai tukarnya, maka aktivitas ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya semakin efisien,
yang berarti untuk memenuhi kebutuhan permintaan dalam
negeri lebih menguntungkan jika dipenuhi dengan meningkatkan produksi domestik daripada melakukan impor terhadap
komoditi tersebut.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari analisis
keungulan komparatif yang menggunakan BSD (Nunung, 199).
Kelebihannya adalah :
1.
Mempunyai ruang lingkup analisis
tidak bersifat parsial.
yang lebih luas dan
Dengan demikian analisis
secara wilayah dapat dilakukan.
2.
Dapat digunakan
untuk menganalisis komparatif dengan
cara membandingkan manfaat dari proyek atau aktivitas
ekonomi antar berbagai teknologi dalam suatu daerah
atau antar daerah dengan menggunakan teknologi yang
sama .
3.
Dalam analisis BSD terutama
perhitungannya selalu
diusahakan dengan pendekatan yang bersaing sempurna.
Adapun kelemahan dari analisis dengan BSD ini adalah:
1.
Adanya pengalokasian terhadap komponen-komponen biaya
domestik dan biaya asing sangat mempengaruhi dalam
perhitungan.
Kesalahan dalam mengelompokkan komponen
biaya akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
dari nilai BSD.
2.
Analisis BSD ini hanya dapat digunakan untuk
analisis
dan menilai manfaat dari aktivitas ekonomi pada masa
tertentu dan dalam keadaan yang tidak dinamis, sehingga jika ada perubahan-perubahan diantisipasi dengan
menggunakan analisis kepekaan.
Analisis keunggulan kompetitif merupakan alat untuk
mengukur keuntungan private dan dihitung berdasarkan harga
pasar dan nilai tukar uang resmi yang berlaku (ADB, 1990).
Menurut Asian Development Bank (1990), suatu negara
akan dapat bersaing di pasar internasional jika negara
tersebut mempunyai keunggulan kompetitif dalam menghasilkan suatu komoditi, dengan asumsi ada sistem pemasaran dan
intervensi pemerintah.
Secara matematis koefisien keung-
gulan kompetitif dinyatakan sebagai berikut :
Dimana
:
KBSD*
=
Koefisien keunggulan kompetitif
.
BSD*
=
BSD berdasarkan harga pasar yang berlaku
(Rupiah).
"OP
=
Nilai tukar uang resmi atau official
exchange rate (dollar).
Suatu negara dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif dalam kegiatan ekonomi tertentu jika KBSD* < 1, artinya negara tersebut dapat bersaing di pasar internasional
dengan asumsi ada sistem pemasaran dan intervensi pemerintah.
Jika KBSD* > 1, maka negara tersebut tidak mempunyai
keunggulan kompetitif dalam kegiatan ekonomi tertentu,
sehingga tidak dapat bersaing di pasar internasional.
Analisis Kepekaan
Analisis kepekaan adalah menelaah kembali suatu
analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger, 1986).
Menurut Kadariah & &. (1978), analisis kepekaan bertujuan
untuk melihat bagaimana hasil analisis suatu aktivitas
ekonomi/proyek bila ada suatu kesalahan atau perubahan
dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit.
Suatu analisis kepekaan dikerjakan dengan mengubah
suatu unsur atau mengkombinasikan unsur-unsur dan menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis
semula.
kelemahan, antara lain :
1.
Analisis kepekaan tidak dapat dipakai untuk pemilihan
proyek, karena merupakan analisis parsial dan hanya
mengubah satu parameter pada suatu saat tertentu.
2.
Analisis kepekaan hanya mengatakan apa
yang akan
terjadi bila suatu variabel berubah, dan bukan untuk
menentukan layak atau tidaknya suatu proyek.
Tahapan Analisis
Secara ringkas tahapan dalam analisis BSD adalah
sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi input yang digunakan dan output yang
dihasilkan dalam
aktivitas ekonomi
(dalam ha1
ini
adalah usahatani kedelai).
2.
Menentukan penilaian harga bayangan dari input dan
output yang diperhitungkan serta nilai tukar uang.
3.
Mengalokasikan biaya ke dalam komponen biaya domestik
dan asing dari aktivitas pada butir (1).
4.
Melakukan analisis pendapatan dari segi finansial dan
ekonomi
5.
.
Melakukan analisis BSD,
dengan melihat nilai dan
koefisiennya.
6. Melakukan
analisis kepekaan
dari beberapa komponen
input dan output terutama yang diduga berpengaruh
terhadap hasil analisis BSD.
Metode Penelitian
Rancangan Pengambilan Contoh
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sindangratu, Kecamatan
Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat.
Kabupaten
Garut
dilakukan
secara
sengaja
Pemilihan
(purposive),
karena Kabupaten Garut merupakan sentra produksi kedelai
utama di Jawa Barat (tabel lampiran 5).
Pemilihan Kecamatan Wanaraja juga dilakukan secara
purposive karena berdasarkan data dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Garut, diketahui bahwa Kecamatan
Wanaraja merupakan sentra produksi kedelai di Kabupaten
Garut
.
Memilih
lokasi usahatani
di
Desa
Sindangratu
mengingat desa tersebut merupakan salah satu penghasi.1
utama kedelai di Kecamatan Wanaraja.
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
.Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan responden (petani kedelai di
Desa
Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut,
Propinsi Jawa Barat).
Wawancara dilakukan dengan menggu-
nakan kuesioner.
Data sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik,
Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Bank Indonesia serta instansi terkait lainnya.
Metode Penaambilan Contoh
Responden yang diambil adalah petani kedelai di Desa
Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi
Jawa Barat, dengan cara Stratified Random Sampling.
Tahap
pertama, petani kedelai yang menanam secara monokultur
dipisahkan
dengan
petani
kedelai
yang
tumpangsari, kemudian masing-masing
diberi nomor.
yang
menanam
menanam
petani
secara
dicatat dan
Jumlah sampel yang diambil dari petani baik
secara
monokultur
maupun
tumpangsari
ditentukan berdasarkan persentase terhadap jumlah total
petani kedelai di Desa Sindangratu. Jumlah total sampel
sebanyak 50 petani.
Penentuan Usahatani vana Dianalisis
Penentuan jenis usahatani kedelai yang dianalisis
dilakukan berdasarkan jenis lahan dan pola tanam yang
diusahakan di daerah penelitian.
Usahatani kedelai yang
akan dianalisis adalah :
1.
Usahatani kedelai
monokultur pada lahan kering yang
selanjutnya disebut pola tanam I.
2.
Usahatani kedelai tumpangsari dengan jagung pada lahan
kering yang selanjutnya disebut pola tanam 11.
Oprasionalisasi
Penentuan Inwut-Out~utFisik Usahatani Kedelai
Komponen input usahatani kedelai di daerah penelitian
terdiri dari sarana produksi dan peralatan.
Sarana pro-
duksi yang digunakan terdiri dari pupuk anorganik yaitu
Urea, TSP dan KC1, pupuk kandang iorganik), insektisida,
benih kedelai, lahan dan tenaga kerja.
Peralatan yang
digunakan terdiri dari cangkul, tugal, kored,arit, parang
dan handsprayer.
Komponen
output dalam
usahatani
kedelai
di
Desa
Sindangratu yaitu kedelai untuk pola tanam monokultur,
sedangkan untuk pola tanam tumpangsari adalah kedelai dan
jagung
.
Penentuan Haraa Bavanaan
Dalam analisis ekonomi termasuk analisis BSD, harga
yang digunakan adalah harga bayangan.
Beberapa pustaka
telah membahas tentang harga bayangan ini.
Kadariah et a1 (1978) menyatakan bahwa harga bayangan
dapat dianggap semacam penyesuaian yang dibuat oleh peneliti proyek terhadap harga pasar dari beberapa faktor
produksi atau hasil produksi tertentu, disebabkan karena
harga pasar itu tidak mencerminkan biaya atau nilai sosial
Cost) dari unsur-unsur
yang sebenarnya (Social O~~ortunitv
atau hasil produksi tersebut.
disebabkan
oleh
Hal tersebut terutama
kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah
berupa pajak tidak langsung, subsidi maupun pengaturan
harga.
Squire dan van der Tak
(1979) dalam
Toni
(1991)
mendefinisikan harga bayangan sebagai harga yang menggambarkan
peningkatan
dalam
kesejahteraan
dengan
adanya
perubahan marginal dalam persediaan komoditi dan faktorfaktor produksi.
Squire (1982) dalam Nunung (1992) mengemukakan dua
ha1 yang penting dalam penggunaan harga bayangan.
Pertama
harga bayangan bukanlah harga-harga keseimbangan yang akan
terjadi dalam perekonomian dimana tidak terdapat gangguan'gangguan. Penaksiran dari harga bayangan ini akan memberikan
informasi
penting
yang
dapat
digunakan
sebagai
landasan untuk merancang kebijaksanaan yang dapat menghilangkan gangguan-gangguan.
yang
Kedua perlunya pendefinisian
jelas terhadap tujuan-tujuan sosial ekonomi dari
kebijaksanaan pembangunan nasional.
Menurut Gittinger (1986), harga bayangan adalah harga
yang terjadi dalam suatu perekonomian apabila pasar dalam
keadaan bersaing sempurna dan dalam kondisi keseimbangan.
Dalam kenyataan sebenarnya sulit menjumpai pasar dengan
keadaan bersaing sempurna karena adanya berbagai gangguan
akibat kebijaksanaan pemerintah seperti subsidi, pajak dan
sebagainya.
Alasan
digunakannya harga bayangan
dalam
analisis ekonomi, pertama harga yang berlaku di pasar
tidak mencerminkan apa yang sebenarnya diperoleh masyara-
kat melalui produksi yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.
Kedua harga pasar tidak mencerminkan apa yanq sebe-
narnya
dikorbankan seandainya sejumlah sumberdaya yang
dipilih digunakan dalam aktivitas lain yang masih memungkinkan dalam masyarakat.
Dalam menentukan harga
penelitian
bayangan
bayanqan sehubungan dengan
ini, akan digunakan metode
sebagaimana
yang
dikemukakan
penentuan harqa
oleh
Gittinqer
dengan berbaqai penyesuaian.
Haraa Bavanaan Outaut
Harga bayangan output (kedelai) yang digunakan adalah
harga
batas
(border mice).
Menurut
Kadariah &
a
(1978), border price adalah tingkat harga internasional
yang
berlaku
pada
perbatasan
terhadap luar negeri.
negara yang bersanqkutan
Border price untuk output yang
diekspor atau merupakan barang yang mempunyai potensi
untuk diekspor adalah harga f.0.b
(free on board).
Se-
dangkan border price untuk output yang diimpor atau kemungkinan
diimpor
adalah
harga
c.i.f
(cost insurance
freight).
Kedelai merupakan komoditi yang sedang diimpor, maka
harga bayangan yang digunakan adalah harga c.i.f di pelabuhan
impor ditambah dengan biaya tataniaqa sampai di
pasar tujuan, yang dalam ha1 ini adalah Pasar Ciawitali
Garut.
Harga c.i.f kedelai pada tahun 1992 yaitu sebesar
dollar per kilogram, atau sebesar
0,27
kilogram.
nilai
Harga c.i.f
rupiah per
ini didapat dari hasil pembagian
impor dengan volume
Besarnya biaya
592
impor pada
tataniaga kedelai dari
tahun tersebut.
pelabuhan
impor
(Tanjung Priok, Jakarta) ke Pasar Ciawitali Garut adalah
sebesar 100 rupiah per kilogram (lihat keterangan halaman
Dengan demikian untuk orientasi perdagangan substi-
108).
tusi impor, harga bayangan kedelai adalah sebesar
692
rupiah per kilogram.
Jagung
merupakan
sulitnya untuk
Karena
komoditi
yang
memperoleh
data
sudah
diekspor.
mengenai
biaya
tataniaga jagung serta penyesuaian-penyesuaiannya, maka
harga
bayangan
jagung diperoleh dari
harga
aktual di
tingkat petani yang disesuaikan dengan harga bayangan
nilai
tukar uang
didapat harga
rupiah terhadap dollar AS,
bayangan jagung sebesar
223
sehingga
rupiah per
kilogram.
Harqa Bavanqan Sarana Produksi dan Peralatan
Benih.
Dalam penelitian ini kebutuhan benih kedelai dan
jagung ditentukan oleh pasar domestik atau lokal, dengan
demikian termasuk inlsut non tradable.
Oleh karena itu
harga bayangan benih didekati dari harga pasarnya.
Hal
ini disebabkan karena benih kedelai dan benih jagung di
lokasi penelitian, diperoleh dari hasil produksi petani
itu sendiri atau membeli masih di sekitar lok
I
ANALISIS BIAYA SUMBERDAYA DOMESTIK UNTUK MENGETAHUI
KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PRODUKSI KEDELAI
(Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabnpaten Garot, Jawa Barat)
Oleh
AGUS EDIAWAN
A.27.0941
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994
AGUS EDIAWAN.
Analisis Biaya
Sumberdaya Domestik untuk
mengetahui Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Produksi
Kedelai (Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat).
Di bawah bimbingan
Hangara Tambunan.
Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman palawija yang mempunyai
Indonesia.
prospek
baik
untuk dikembangkan di
Disamping harganya cukup tinqgi, kebutuhan
kedelai dalam negeri sangat besar sehingga sampai sekarang
produksi
dalam
negeri
belum
mampu
memenuhi
kebutuhan
konsumsinya.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai dalam
negeri, Indonesia harus mengimpor dari neqara lain yang
kenyataan menunjukkan bahwa impor kedelai dari tahun ke
tahun semakin meningkat.
Hal ini tentu saja memerlukan
perhatian yang serius dan harus diupayakan usaha peningkatan produksi kedelai di dalam negeri, agar dapat mengurangi
ketergantungan pada
kedelai
impor
yang memakan
devisa cukup besar.
Berdasarkan keterangan tersebut diatas, maka perlu
kiranya diadakan penelitian dan analisis mengenai kebijaksanaan
dalam
pengembangan
dengan
pemanfaatan
produksi
sumberdaya
kedelai
domestik,
dikaitkan
khususnya
di
daerah-daerah yang saat ini menjadi sentra produksi kedelai.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
Biaya Sumberdaya Domestik dengan maksud untuk mengetahui
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif produksi
kedelai di daerah penelitian yaitu di Desa Sindangratu,
Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.
Diambilnya Kabupaten
Garut sebagai daerah penelitian karena kabupaten tersebut
merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Barat,
dengan luas lahan kedelai sebesar 39,4 persen dari luas
total lahan kedelai di Jawa Barat.
Penentuan
jenis usahatani kedelai yang dianalisis
dilakukan berdasarkan jenis lahan dan pola tanam yang
diusahkan di daerah penelitian.
Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk membandingkan pendapatan pada dua tipe
pola tanam kedelai yaitu monokultur dan tumpangsari pada
lahan kering dari segi finansial dan ekonomi; kemudian
ingin mengetahui apakah daerah yang diteliti mempunyai
keunggulan komparatif dalam memproduksi kedelai sebagai
komoditi substitusi impor dan juga keunggulan kompetitif
dengan menggunakan pendekatan Analisis Biaya Sumberdaya
Domestik, lalu mengkaji perubahan hasil analisis tersebut
terhadap berbagai perubahan harga input dan output serta
tingkat produktivitas dengan menggunakan analisis kepekaan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa produksi
kedelai lahan kering di daerah penelitian menghasilkan
pendapatan yang menguntungkan baik secara finansial maupun
ekonomi.
Begitu pula dengan hasil analisis BSD dapat
diketahui bahwa usaha produksi kedelai tersebut mempunyai
keunggulan komparatif, yang ditunjukkan dengan nilai BSD
yang lebih kecil dari harga bayangan nilai tukar uang
(KBSD < 1).
~ a e r a h tersebut juga mempunyai keunggulan
kompetitif karena mempunyai nilai BSD* yang lebih kecil
dari nilai tukar mata uang resmi yang berlaku (Rp/US $ 1).
Dari hasil analisis kepekaan diketahui bahwa keunggulan komparatif komoditi kedelai tersebut peka terhadap
perubahan
tingkat
produktivitas,
harga
bayangan
lahan, upah tenaga kerja, pupuk, benih dan output.
dangkan
analisis
kepekaan
pada
keunggulan
sewa
Se-
kompetitif,
produksi kedelai tersebut sangat peka terhadap perubahan
harga aktual output dan tingkat produktivitas.
Usaha produksi kedelai di daerah penelitian mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga layak untuk
diusahakan sebagai komoditi substitusi impor dalam usaha
untuk menghemat devisa negara, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan kedelai di Kabupaten Garut yang sampai sekarang
konsumsi kedelai di Kabupaten Garut masih lebih tinggi
dibanding produksinya.
ANALISIS BLAYA SUMBERDAYA POMESTIK UNTUK MENGETAHUI
KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PRODUKSI KEDELAI
(Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat)
Oleh
AGUS EPIAWAN
A.27.0941
SKRIPSI
Sebagai satah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pa"a
Fakultas Pertanian
Institnt Pertanian Bogor
IURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994
Judul
Skripsi
: ANALISIS BIAYA SUHBKRDAYA DOHESTIK
TUK
WENGETAWI
KEXJNGGULAN
UN-
KOHPARATIF
DAN KOZIPETITIP PRODUI(S1 KEDELAI (Di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Java Barat)
Nama Hahasiswa
:
AGUS EDIAWAN
Nomor Pokok
:
A 27.0941
Henyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. 1r.bngara Tambunan
NIP : 130 345 010
asor Sanim, MSc.
Tanggal Lulus : 7 September 1994
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat
pada tanggal 22 Januari 1971.
Penulis lahir sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Edia
Santika dan Ibu Utin Rosmayati.
Tahun 1978 penulis mulai menempuh pendidikan dasar di
SD Negeri Kawali I Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, dan
lulus pada
tahun 1984.
Pendidikan menengah
pertama
penulis tempuh di SMP Negeri Kawali Kabupaten Ciamis, dan
lulus
tahun
1987.
Pada
tahun
yang
sama
penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Kawali Kabupaten
Ciamis dan lulus tahun 1990.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 1990 melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USHI).
Pada tahun 1991 penulis diterima di
Jurusan
Sosial
Ilmu-Ilmu
Ekonomi
Pertanian,
Fakultas
Pertanian dengan Program Studi Ekonomi Pertanian dan
.
Sumberdaya (EPS)
PEFWYATAAN
DENGAN IN1 MENYATAXAN BAHWA SKUIPS1 YANG BERJUDUL ANALISIS
BIAYA
SUKBERDAYA
DOMESTIK
UNTUK
MENGETAHUI
KEUNGGULAN
KOHPARATIF DAN KOMPETITIF PRODUKSI KEDELAI IN1 BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN DI
PERGURUAN TINGGI ATAU LFXBAGA MANAPUN.
BOGOR, SEPTEMBER 1994
AGUS EDIAWAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Isi skripsi yaitu mengenai
analisis keunggulan komparatif dan kompetitif produksi
kedelai
dengan
menggunakan
analisis
Biaya
Sumberdaya
Domestik.
Penulis menghaturkan banyak terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Mangara Tambunan
yang telah memberikan
bimbingan serta motivasi yang tinggi dari mulai sampai
penulisan ini selesai.
2.
Bapak Dr. Ir. Mangatas Tampubolon, MSc. dan
Eiapak
Ir. Abas Tjakrawiralaksana atas saran dan kritiknya
untuk perbaikan laporan ini.
3. Bapak Amar
beserta Ibu yang telah banyak memberikan
informasi dan kemudahan selama penulis mengumpulkan
data di daerah penelitian.
4.
Sembah sungkem kepada kedua orang tua penulis
dan
Mamah
diberikan,
"
atas
juga
segala
untuk
harapan
dan
saudara-saudara
Bapak
do8a yang
penulis
Lusiana Santika Dewi dan Emalia Santika Dewi.
:
5.
Semua rekan-rekan yang telah ikut memberikan dorongan
hingga selesainya tulisan ini.
6.
Terimakasih yang tak terhingga, untuk
atas
........... Rini
kesetiaan, ketulusan, perhatian
dan
curahan
kasih sayang yang menjadikan inspirasi dan semangat
bagi penulis dalam menghadapi hari-hari yang telah,
sedang dan akan dilalui.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
sekali kekurangannya, karena itu penulis menerima kritik
dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.
Sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah semata
dan kekurangan berasal dari manusia.
Akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 1994
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
.........................................
DAFTAR IS1 ........................................
DAFTAR TABEL ......................................
PENDAHULUAN .......................................
Latar Belakang ...............................
Perumusan Masalah ............................
Tujuan Penelitian ............................
TINJAUAN PUSTAKA ..................................
RINGKASAN
i
ii
iv
1
1
3
5
6
Perkembangan Areal Komoditi Kedelai di Indone-
..........................................
Perkembangan Produksi Kedelai Dalam Neqeri ...
sia
6
7
Perkembangan Volume Permintaan Kedelai Dalam
.......................................
dan Pemasaran Kedelai ..................
Negeri
Harga
Tinjauan Beberapa Penelitian yang Telah Dila
kukan Terhadap Komoditi Kedelai dengan Anali
10
-
................
MODEL ANALISIS ....................................
Analisis Biaya Sumberdaya Domestik ...........
Analisis Kepekaan ............................
sis Biaya Sumberdaya Domestik
.............................
Metode Penelitian ............................
Rancangan Pengambilan Contoh ...............
Lokasi Penelitian ........................
Tahapan Analisis
9
11
15
15
24
25
26
26
26
.....................
Pengambilan Contoh .......................
Penentuan Usahatani yang Dianalisis ......
Operasionalisasi ...........................
Data dan Sumber Data
26
27
27
28
Penentuan Input-Output Fisik Usahatani
..................................
Penentuan Harga Bayangan .................
Kedelai
Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing
.
.................
Analisis Kepekaan ..........................
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ....................
Alokasi Biaya Tataniaga
...........................
Sindangratu .............................
PEMBAHASAN ..............................
28
28
36
39
40
43
Kecamatan Wanaraja
43
Desa
48
HASIL DAN
................
Pendapatan Ekonomi ..................
Keunggulan Komparatif ...............
52
Analisis Pendapatan Finansial
52
Analisis
58
Analisis
...............
............................
62
Analisis Keunggulan Kompetitif
64
Analisis Kepekaan
66
Implikasi Hasil Analisis BSD Terhadap Usaha
........
..............................
Produksi Kedelai di Daerah Penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN
...................................
Saran ........................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................
LAMPIRAN ..........................................
Kesimpulan
78
83
83
86
88
90
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1.
Neraca Konsumsi Kedelai di Indonesia
........
7
2.
Perkembangan rata-rata harga kedelai di tingkat grosir di daerah produsen dan konsumen
..
11
Alokasi Biaya Produksi ke Dalam Komponen
Biaya Domestik dan Asing ....................
39
Alokasi Biaya Tataniaga Atas Dasar Komponen
Biaya Domestik dan Asing ....................
40
Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Wana raja ........................................
45
3.
4.
5.
6.
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Hasil
Per Hektar Kedelai di Kecamatan Wanaraja
Tahun 1987 - 1992 ...........................
7.
Tambah Tanam, Luas Panen, Hasil Per Hektar
dan Produksi Kedelai di Kabupaten Garut, 1993
8.
Tingkat Pendidikan di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut Jawa Barat ..
9
Persentase Komponen Biaya Produksi Kedelai
Pola Tanam I dan I1 ..........................
10. Pendapatan Finansial Produksi Kedelai Pola
Tanam I dan I1 per hektar, MT 1993/1994
......
11. Persentase Komponen Biaya Ekonomi Terhadap
Total Biaya Ekonomi Produksi Kedelai dengan
Pola Tanam I dan I1 ..........................
........
12. Pendapatan Ekonomi Produksi Kedelai Pola Ta
nam I dan I1 per Hektar, MT 1993/1994
13. Nilai BSD dan KBSD Produksi Kedelai Menurut
-
Pola Tanam di Desa Sindangratu, Kecamatan Wa
naraja, Kabupaten Garut, MT 1993/1994 ........
14. Nilai BSD* dan KBSD* Produksi Kedelai Menurut
Pola Tanam di Desa Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, MT 1993/1994 .......
15. Hasil Analisis Kepekaan Keunggulan Komparatif
dan Kompetitif pada Produksi Kedelai Pola Tanam Monokultur ............................
16. Hasil Analisis Kepekaan Keunggulan Komparatif
dan Kompetitif pada Produksi Kedelai Pola Tanam Tumpangsari ...........................
Lampiran
Nomor
1.
2.
3.
4.
Teks
Halaman
Kandungan Gizi Beberapa Tanaman Palawija
(per 100 gram) ..............................
90
Neraca Konsumsi Kedelai di Indonesia, 1977 1990 ........................................
91
Rata-Rata Per Tahun Luas Areal dan Produksi
Kedelai di Indonesia, 1968/75 - 1984/90 ......
92
Rata-Rata Tingkat Pertumbuhan per Tahun dari
Luas Areal dan Produksi Kedelai di Indonesia,
1968/75
1984/90 ............................
93
-
5.
Rata-Rata Per Tahun Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Kedelai per Kabupaten di Jawa
Barat Periode 1986 - 1990 ...................
6.
Tingkat Subsidi Pupuk Pertanian Tahun Anggaran 1992/1993 ...............................
7.
Rata-Rata Suku Bunga Deposito Bank Swasta
Jangka Waktu 3 Bulan, 1986-1993
8.
Besarnya Angka Konversi Standar Tahun 1986 1992 ........................................
9.
Nilai Tukar Resmi Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat, 1986-1994 .....................
10.
Biaya Tataniaga Komoditi Kedelai dan Jagung
dari Desa Sindangratu, Tahun 1994 ...........
11.
Harga Aktual dan Harga Bayangan per Satuan
Input Output yang Digunakan .................
.............
12.
Produksi dan Struktur Input Fisik Usaha Produksi Kedelai per Hektar di Desa Sindangratu,
MT 1993/1994 ................................
13.
Analisis Pendapatan Finansial dan Ekonomi
Produksi Kedelai Monokultur per Hektar pada
Lahan Kering di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
14.
Analisis Pendapatan Finansial dan Ekonomi
Produksi Kedelai Tumpangsari per Hektar pada
Lahan Kering di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
15.
........................................
Perhitungan NIlai BSD* dan KBSD* Produksi Kedelai Monokultur di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
18.
........................................
Perhitungan Nilai BSD dan KBSD Produksi Kedelai Tumpangsari di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
17.
........................................
Perhitungan Nilai BSD dan KBSD Produksi Kedelai Monokultur di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
16.
........................................
.........................................
106
Perhitungan Nilai BSD* dan KBSD* Produksi Kedelai Tumpangsari di Desa Sindangratu, MT 1993/
1994
.........................................
107
DAFTAR GAWBAR
Nomor
1.
Teks
Halaman
Pola Tanam Lahan Pertanian di Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat
...........
44
Lampiran
Nornor
Teks
.....................
~indangratu .......................
Halaman
1.
Peta Kecamatan Wanaraja
109
2.
Peta Desa
110
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagaimana
disebutkan
dalam
GBHN
(1993),
bahwa
pembangunan pertanian tanaman pangan akan terus ditingkatkan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki keadaan gizi
melalui penganekaragaman jenis bahan pangan.
Diantara komoditi yang ada, kedelai merupakan salah
satu tanaman palawija yang mempunyai 'kandungan protein
cukup tinggi dibandingkan tanaman palawija lainnya yaitu
sebesar 34,9 persen (tabel lampiran 1).
Oleh karena itu
kedelai mempunyai posisi yang sangat penting selain sebagai salah satu upaya untuk menunjang kemantapan swasembada
pangan, juga sebagai sumber protein dalam usaha untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat, terutama bagi golongan
masyarakat berpendapatan rendah yang umumnya mempunyai
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, karena
harganya relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan
harga protein nabati.
Upaya peningkatan produksi kedelai sudah sejak lama
dilaksanakan, terutama sejak dicanangkannya program swasembada kedelai pada tahun 1984.
Berbagai upaya dari
pemerintah telah dilaksanakan seperi intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi guna mewujudkan swasembada
kedelai
.
Upaya pemerintah
tersebut telah menunjukkan
hasil, ha1
ini terbukti dengan terjadinya peningkatan
produksi kedelai yang cukup pesat sejak tahun 1986 (tabel
lampiran 2).
Sejalan dengan peningkatan produksi, konsum-
si kedelaipun mengalami
peningkatan
yang
pesat
pula.
Meningkatnya permintaan kedelai ini seiring dengan pertumbuhan industri makanan dengan bahan baku kedelai, minyak
kedelai, dan produk
kedelai.
lain yang menggunakan bahan baku
Selain itu kenaikan konsumsi kedelai juga dise-
babkan oleh kepedulian masyarakat terhadap manfaat hasil
olahan dari kedelai.
Sementera itu, peningkatan permintaan komoditi ini
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan peningkatan produksi kedelai dalam negeri, sehingga untuk memenuhi permintaan tersebut, Indonesia harus mengimpor dari negara
lain, yang kenyataan menunjukkan bahwa impor kedelai dari
tahun ke tahun terus meningkat.
Pada tahun 1987, impor kedelai mencapai 286,7 ribu
ton.
Angka ini naik menjadi 465,s ribu ton, 390,5 'ribu
ton, dan 541,l ribu ton untuk tahun 1988, 1989, dan 1990.
(tabel lampiran 2).
Departemen Pertanian memperkirakan bahwa pada tahun
2010
nanti, konsumsi kedelai di Indonesia diperkirakan
mencapai 2,s juta ton.
Sementara itu pada saat yang sama,
produksi dalam negeri diperkirakan hanya sebesar 1,2 juta
ton.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa konsumsi kedelai
belum bisa seluruhnya dipenuhi oleh produksi kedelai dalam
negeri, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia
tetap harus mengimpor kedelai dari negara lain.
Impor
suatu
komoditi
merupakan
suatu
pengurasan
devisa negara yang besar, padahal devisa merupakan sesuatu
yang langka terutama bagi Indonesia yang sedang melaksanakan pembanaunan.
Oleh karena itu devisa negara perlu
digunakan seefisien mungkin.
Bertitik tolak dari keadaan di
kiranya diadakan penelitian
atas, maka
perlu
terhadap produksi kedelai
dalam negeri khususnya di daerah-daerah yang merupakan
sentra produksi, baik ditinjau dari segi keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.
Perumusan Hasalah
Produksi kedelai Indonesia yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan konsumsi domestik, menyebabkan pemenuhan kebutuhan dalam negeri sebagian besar dilakukan melalui impor.
Oleh karena itu Indonesia harus meningkatkan produksi
kedelai dalam negeri sebagai komoditi substitusi impor,
juga dalam upaya penghematan devisa negara.
Kabupaten Garut yang merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Barat, ternyata masih belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan kedelai di Kabupaten Garut itu
sendiri, sehingga produksi
kedelai masih
harus
terus
ditingkatkan. Usahatani kedelai sebenarnya cukup menguntungkan dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembang-
kan.
Untuk memperoleh keuntungan, seorang petani harus
mengerti teknik budidaya kedelai yang baik serta mempunyai
modal usaha yang cukup sehingga akan diperoleh hasil
produksi kedelai yang baik bahkan tidak kalah dengan
kedelai impor.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa produksi kedelai dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
dalam negeri, sehingga masih diperlukan peningkatan produksi tanaman tersebut.
oleh sebab itu maka perlu kiranya
diadakan pengujian dan analisis lebih lanjut mengenai
kebijaksanaan dalam pengembangan produksi kedelai dikaitkan dengan pemanfaatan sumberdaya domestik, khususnya di
daerah-daerah yang saat ini menjadi sentra produksi kedelai.
Masalah yang akan dikaji sehubungan dengan penelitian
ini adalah seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari
usaha produksi kedelai baik dari segi finansial maupun
ekonomi ?
Apakah produksi kedelai tersebut mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga layak untuk
diusahakan di dalam negeri, ditinjau dari pemanfaatan
sumberdaya domestik ?
Serta bagaimana pengaruh yang
terjadi terhadap keunggulan komparatif dan
seandainya terjadi
perubahan
tingkat produktivitas.
harga
kompetitif
input, output
dan
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Membandingkan pendapatan
pada
kedelai yaitu monokultur
dan
dua tipe pola tanam
tumpangsari pada lahan
kering dari segi finansial dan ekonomi.
2.
Mengetahui
apakah
daerah
yang
diteliti
mempunyai
keunggulan komparatif dalam memproduksi kedelai sebagai komoditi substitusi impor dan
kompetitif
dengan
menggunakan
Biaya Sumberdaya Domestik.
juga keunggulan
pendekatan
Kemudian Mengkaji
Analisis
peruba-
han hasil analisis keunggulan komparatif dan kompetitif
tersebut terhadap berbagai perubahan harga input
dan output serta tingkat produktivitas dengan menggunakan analisis kepekaan.
TTNJAUAN PUSTAKA
Perkemhangan Areal Komoditi Kedelai di Indonesia
Dalam membahas perkembangan areal komoditi kedelai,
tidak terlepas dari produksi yang dihasilkan dari luas
areal tersebut.
Perkembangan areal dan produksi kedelai
nampak bervariasi antar periode.
Untuk Indonesia secara
keseluruhan, perkembangan areal dan produksi nampak sangat
menonjol mulai tahun 1984, sedangkan periode sebelumnya
laju yang relatif
areal dan produksi meningkat dengan
rendah, seperti yang terlihat'pada Tabel iampiran 3.
Sedangkan dari Tabel Lampiran 4
bahwa dalam
periode
dapat diketahui
tahun 1968-1975, produksi kedelai
nasional meningkat sebesar rata-rata 5,6 persen per tahun.
Sebesar 55 persen dari tingkat pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh peningkatan luas areal.
1983, rata-rata
persen per tahun.
produksi
hanya
Antara tahun 1976-
meningkat
sebesar
0,6
Hal tersebut terutama diakibatkan oleh
penurunan luas areal sebesar 0,2 persen per tahun.
Dari
Tabel Lampiran 4 juga dapat dilihat bahwa pada periode
tahun 1984-1990, produksi kedelai nasional meningkat cepat
dengan
tahun.
rata-rata
pertumbuhan
sebesar
10,4
persen
per
Sebesar 66 persen dari tingkat pertumbuhan ini
disebabkan oleh perluasan areal.
Perkembangan Produksi Kedelai Dalam Negeri
Dalam membahas perkembangan produksi
kedelai ini,
mengacu pada Tabel 1 tentang neraca konsumsi kedelai di
Indonesia, 1977-1990.
Berdasarkan tabel tersebut diketa-
hui bahwa rata-rata persentase perkembangan produksi per
tahun pada periode tahun 1977-1990 adalah sebesar
persen.
Sedangkan
rata-rata
persentase
9,8
perkembangan
konsumsi per tahun pada periode yang sama sebesar 12,3
persen.
Jadi tidaklah mengherankan jika impor kedelai
terus meningkat karena memang perkembangan produksi kedelai dalam negeri masih lebih rendah dibandingkan dengan
perkembangan konsumsi dalam negeri.
Tabel 1.
Tahun
Neraca Konsumsi Kedelai di Indonesia, 1977-1990
Produksi 1)
(ton)
Impor
dalam
bentuk
bi ji
Konsumsi
1)
Rasio
impor/
konsumsi
Konsumsi
per 2)
kapita
Sumber : CGPRT Crops in Indonesia : A Statistical Profile;
1960-1990
Keterangan : 1) ribu ton
2) kg/tahun
Peningkatan produksi yang tinggi terjadi pada periode
tahun 1983-1984 dan tahun 1985-1986 yaitu sebesar 43,5 dan
41 persen.
Tetapi peningkatan produksi ini diimbangi
dengan peningkatan konsumsi yang tinggi pula yaitu sebesar
61 persen pada periode tahun 1983-1984 dan 42 persen pada
periode tahun 1985-1986.
Tingginya tingkat konsumsi ini
disebabkan meningkatnya konsumsi per kapita sebesar 57,5
persen pada periode tahun 1983-1984 dan 39 persen pada
periode tahun 1985-1986.
Selain itu .meningkatnya konsumsi
juga dimungkinkan karena meningkatnya jumlah penduduk.
Dengan demikian walaupun produksi mengalami peningkatan yang cukup besar, tapi tidak berarti mengurangi jumlah
impor, karena konsumsipun mengalami peningkatan yang besar
pula.
Bahkan pada periode tersebut jumlah impor tetap
mengalami peningkatan, yaitu sebesaqr 81,5 persen untuk
periode tahun 1983-1984 dan 19 persen pada periode tahun
1985-1986.
Selama
periode
tahun
1977-1990, produksi
kedelai
mengalami fluktuasi tetapi tetap menunjukkan kecenderungan
yang
meningkat
dengan
rata-rata
pertahunnya sebesar 9,8 persen.
peningkatan
produksi
Terjadinya fluktuasi ini
bisa disebabkan oleh'berbagai faktor, dan kendala utama
yang perlu ditangani secara serius adalah masih rendahnya
daya hasil varietas lokal, sehingga produksi sulit untuk
ditingkatkan.
Kendala
lain
adalah
jumlah benih
yang
disediakan oleh balai-balai benih belum mampu mencukupi
kebutuhan.
Keterbatasan penyediaan benih tersebut dise-
babkan masih terbatasnya penamgkar benih palawija, dan
karena adanya gangguan iklim serta hama dan penyakit.
Perkembangan Volume Permintaan Kedelai Dalam Negeri
Sampai saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat
besar antara permintaan kedelai dengan penawaran kedelai
yang berasal dari produksi dalam negeri.
Produksi kedelai
dalam negeri pada tahun 1990 sebesar 1 487 ribu ton,
sedangkan permintaan
(Tabel 1).
sudah mencapai
2
ribu ton
032,l
Ini berarti pada tahun 1990 terjadi defisit
sebesar 545,l ribu ton.
Dari tabel tersebut juga bisa
dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah konsumsi menunjukkan kecenderungan yang meningkat, demikian juga dengan
konsumsi per kapitanya.
Pembahasan lebih lanjut dari Tabel 1 khususnya mengenai konsumsi kedelai di Indonesia, bisa dikemukakan bahwa
persentase
perkembangan konsumsi dari
menunjukkan fluktuasi.
rata-rata
persentase
sebesar 12,3 persen.
tahun
ke
tahun
Selama periode tahun 1977-1990,
perkembangan
konsumsi
per
tahun
Peningkatan konsumsi yang tinggi
terjadi pada tahun 1980-1981 dan tahun 1983-1984
sebesar 62 dan 61 persen.
yaitu
Hal ini disebabkan karena
kenaikan konsumsi perkapita sebesar 58 persen untuk tahun
1980-1981 dan 57,5 persen untuk tahun 1983-1984.
Sejalan dengan ha1 tersebut, produksi kedelai dalam
negeri pada tahun 1980-1981 hanya mengalami peningkatan
sebesar 8 persen.
Oleh karena itu untuk memenuhi konsumsi
yang cukup tinggi, pemerintah harus meningkatkan impor
kedelai sampai 248 persen pada periode tahun tersebut.
Harga dan Pemasaran Kedelai
Kedelai merupakan tanaman perdagangan, artinya hampir
seluruh hasil panen kedelai dari petani dijual ke pasar.
Peranan
transportasi
sangat
penting
dalam
pemasaran,
karena produksi kedelai tersebut harus berada pada tempat
dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Mekanisme pengendalian harga kedelai tingkat konsumen
diperkirakan sangat berpengaruh terhadap sistem perdagangan kedelai di dalam negeri.
Apalagi harga kedelai
tingkat konsumen di daerah produsen maupun daerah konsumen
tidak menunjukkan gejolak yang berarti (Tabel 2).
Dengan variasi harga bulanan yang kecil, pedagang
tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan kedelai sebagai
stok, karena
harus
mengeluarkan
biaya
tambahan
untuk
penyimpanan kedelai di gudang, apalagi jika permintaan di
daerah konsumen cukup tinggi.
Tabel 2. Perkembangan rata-rata harga kedelai di tingkat
grosir di daerah produsen dan konsumen (Rp/kg)
Harga grosis kedelai rata-rata
Bulan
Konsumen
Produsen
Lokal
Impor
Desember 1991
Nopember 1991
Oktober 1991
September 1991
Agustus 1991
Juli 1991
Juni 1991
Mei 1991
April 1991
Maret 1991
Pebruari 1991
Januari 1991
Sumber : Vademekum Pemasaran, 1993
Tinjauan Beberapa Penelitian yang Telah Dilakukan Terhadap
Komoditi Kedelai dengan Analisis Biaya Sumberdaya Domestik
Pada saat ini sudah ada beberapa studi tentang keunggulan
komparatif dalam
produksi
kedelai.
Penelitian
terdahulu dilakukan oleh Simatupang pada tahun 1986, untuk
melihat kelayakan produksi kedelai di Indonesia dengan
menggunakan analisis biaya sumberdaya domestik.
analisis
ini
disertai dengan
tiga
orientasi
Dalam
produksi
perdagangan yaitu substitusi impor, promosi ekspor, dan
perdagangan antar daerah.
Hasil analisis yang diperoleh Simatupang et a1 (1986)
menunjukkan bahwa Jawa Barat tidak mempunyai keunggulan
komparatif untuk orientasi perdagangan substitusi impor
dan promosi ekspor.
Hal tersebut ditunjukkan oleh koefi-
sien biaya sumberdaya domestik (KBSD) yang lebih besar
dari satu.
Jawa Tengah mempunyai keunggulan komparatif
untuk tiga orientasi perdagangan, karena nilai KBSD lebigh
kecil dari satu.
Jawa Timur mempunyai keunggulan kompara-
tif untuk orientasi substitusi impor, sedangkan untuk dua
orientasi lainnya tidak mempunyai keunggulan komparatif.
Sumatra, Kalimantan
dan
Sulawesi mempunyai
keunggulan
komparatif untuk orientasi substitusi impor dan promosi
ekspor.
Sedangkan untuk Bali dan Nusa Tenggara, produksi
komoditi kedelai mempunyai keunggulan komparatif untuk
tiga orientasi perdagangan.
Analisis
biaya
kedelai di Jawa
(1987).
sumberdaya
domestik
terhadap
Tengah juga telah dilakukan
produksi
oleh Yandini
Analisis dilakukan dengan membandingkan pola yang
dilakukan petani dan pola rekomendasi di dua kabupaten
yaitu Grobogan dan Wonogiri.
Hasil dari pola rekomendasi
menunjukkan nilai BSD yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan pola
yang
digunakan petani, baik
Grobogan maupun Kabupaten Wonogiri.
KBSD
di
Kabupaten
lebih kecil
untuk pola rekomendasi di dua kabupaten tersebut. Bahkan
untuk Kabupaten Grobogan, pola yang digunakan petani tidak
efisien atau tidak mempunyai keunggulan komparatif karena
KBSD lebih besar dari satu.
Haryono
(1991)
melakukan
analisis
keunggulan
komparatif terhadap produksi kedelai, ubikayu dan jagung
di Propinsi Lampung.
pola
tanam
dengan
baik
disertai
Analisis ini membandingkan berbagai
secara monokultur
orientasi
maupun
perdagangan.
penelitian tersebut, produksi kedelai pada
tumpangsari
Dari
hasil
lahan sawah
dengan orientasi substitusi impor mempunyai keunggulan
komparatif.
Hal tersebut ditunjukkan dengan KBSD yang
lebih kecil dari satu.
Sedangkan untuk produksi kedelai
pada lahan kering dengan orientasi promosi ekspor, tidak
mempunyai keunggulan komparatif karena KBSD lebih besar
dari satu.
Kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung,
baik di lahan sawah maupun lahan kering dengan orientasi
substitusi impor dan promosi ekspor, mempunyai KBSD yang
lebih kecil dari satu, sehingga bisa dikatakan mempunyai
keunggulan komparatif.
Nunung (1992) melakukan analisis keunggulan komparatif terhadap produksi jagung, kedelai dan ubikayu di Jawa
Tengah dengan analisis biaya sumberdaya domestik.
Adapun
kabupaten yang dipilih adalah Grobogan, Wonogiri, Blora
dan Kendal.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui
bahwa produksi kedelai di Jawa Tengah mempunyai keunggulan
komparatif.
Daerah yang
memiliki
nilai
BSD
terkecil
adalah Blora, dan yang terbesar adalah Wonogiri.
Demikian
juga untuk koefisien BSD, Blora mempunyai KBSD yang terkecil, dan Wonogiri mempunyai KBSD yang terbesar.
Analisis biaya sumberdaya domestik usahatani kedelai
juga dilakukan oleh Sjarief pada tahun 1994, yang meliputi
empat propinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa empat propinsi di
Pulau Jawa tersebut mempunyai keunggulan komparatif.
Hal
tersebut ditunjukkan oleh KBSD yang lebih kecil dari satu.
Hasil analisis kepekaan menunjukkan bahwa kedelai sangat
peka
terhadap perubahan harga bayangan output, tetapi
kedelai tidak peka terhadap perubahan harga bayangan upah
tenaga kerja, pupuk dan sewa lahan.
Berdasarkan
beberapa
penelitian
terhadap komoditi
kedelai yang telah dilakukan, maka pada penelitian ini
akan melihat keunggulan komparatif dan kompetitif produksi
kedelai dengan menggunakan analisis BSD di Kabupaten Garut
yang merupakan daerah sentra produksi kedelai utama di
Jawa Barat.
MODEL ANALISIS
Analisis proyek bertujuan untuk menentukan pilihan
dalam investasi suatu proyek, karena terbatasnya sumberdaya yang tersedia.
Kesalahan dalam memilih proyek akan
menyebabkan sumberdaya yang langka tersebut terbuang.
Analisis proyek mencakup analisis ekonomi dan analisis finansial yang keduanya saling melengkapi.
Menurut
Kadariah (1978), analisis ekonomi berbeda dengan analisis
finansial dalam menghitung unsur-unsur harga, bunga, pajak
dan subsidi.
Dalam analisis ekonomi, subsidi dan pajak
dianggap tidak mempengaruhi arus pengeluaran dan pemasukan
karena merupakan transfer payment.
Sedangkan dalam anali-
sis finansial, pajak dihitung sebagai biaya dan subsidi
dihitung
sebagai
keuntungan.
Dalam
analisis ekonomi
digunakan harga bayangan (Shadow Price), yang menggambarkan nilai ekonomi yang sesungguhnya dari unsur biaya
maupun hasil, sedangkan dalam analisis finansial digunakan
harga pasar (Market Price).
Analisis Biaya Sumberdaya Domestik
Berdasarkan tujuan penelitian, maka analisis ekonomi
terhadap produksi kedelai serta keunggulan komparatifnya
maupun analisis finansial dan keunggulan kompetitifnya dianalisis dengan konsep biaya
sumberdaya domestik dan
koefisien biaya sumberdaya domestik. Melalui analisis ini
dapat diketahui apakah pemenuhan permintaan dalam negeri
terhadap suatu komoditi lebih menguntungkan jika meningkatkan produksi domestik komoditi tersebut, ataukah lebih
menguntungkan jika dilakukan dengan impor, ditinjau dari
efisiensi
penggunaan
sumberdaya
domestik
yang
ada.
Kemudian juga dapat diketahui apakah produksi kedelai
tersebut dapat bersaing di pasar
internasional dengan
asumsi-asumsi tertentu.
Menurut Pearson (1976) dalam Suryana (1980), analisis
biaya sumberdaya domestik adalah ukuran biaya imbangan
sosial atau social ow~ortunitv cost dari penerimaan suatu
unit marginal bersih devisa, diukur dalam bentuk faktorfaktor produksi domestik yang digunakan baik
langsung
maupun
ekonomi.
tidak
langsung dalam
suatu
aktivitas
Aktivitas ekonomi yang dimaksud adalah usaha untuk menghasilkan komoditi kedelai di Indonesia.
Analisis BSD disebut juga Domestic Resource Cost of
Earninq atau Savina a Unit of Foreian Exchanae, yaitu
besarnya biaya sumber-sumber nasional untuk memperoleh
atau menghemat satu satuan devisa (Kadariah et al, 1978).
Analisis ini dapat mengukur efisiensi ekonomi usaha memproduksi kedelai di Indonesia yang menggunakan sumberdaya
domestik yang langka, untuk menghemat satu satuan devisa.
Asumsi yang harus dipenuhi agar konsep BSD dapat
diterapkan pada suatu analisis ekonomi
dalam Suryana, 1980) adalah
(Pearson, 1976
:
1. Ada pengaruh dari pemerintah pada nilai tukar uang.
2.
Ada pengaruh dalam perdagangan komoditi yang dianalisis, dapat berupa peraturan-peraturan atau pembatasanpembatasan dari pemerintah.
3.
Output yang dianalisis dapat diperdagangkan (tradable).
4.
Biaya produksi dari tambahan satu satuan output ditentukan oleh hubungan input-output yang konstan, dan
harga relatif faktor-faktor produksi tidak berubah.
5.
Harga bayangan input dan output serta nilai tukar uang
dapat dihitung dan mewakili biaya imbangan sosial yang
sesungguhnya.
Kadariah &
(1978) menyatakan bahwa komoditi
tradable adalah :
1.
Sekarang diimpor atau diekspor.
2.
Bersifat pengganti yang erat hubungannya dengan jenis
lain yang diimpor atau diekspor.
3.
Komoditi selain diatas dan dilindungi oleh pemerintah,
yang sebenarnya dapat diperdagangkan secara internasional.
Rumus BSD diturunkan dari konsep keuntungan bersih
sosial (KBS) atau Net Social Profitabilitv, yaitu pendapatan atau kerugian bersih dari suatu aktivitas ekonomi
apabila seluruh output dan input dinilai dalam biaya
imbangan sosialnya, dan seluruh efek eksternalitas tersebut diperhitunqkan (Pearson, 1976 dalam Suryana, 1980).
Rumus KBS yang dipergunakan adalah
:
dimana :
KBSj = Keuntungan bersih sosial dari aktivitas ke-j.
aij
Output ke-i yang dihasilkan dalam aktivitas
=
ke-j.
Pi
= Harga bayangan output ke-i (dalam Rupiah)
fsj
Jumlah faktor produksi ke-s yang digunakan
=
dalam aktivitas ke-j.
=
vs
Harga bayangan faktor produksi ke-s (dalam
Rupiah).
Ej
= Efek eksternalitas dari aktivitas ke-j, dapat
bertanda positif atau negatif.
Bila seluruh output dapat diperdagangkan (tradable),
serta
seluruh
digunakan
input
dalam
lansung
aktivitas
dan
tidak
ekonomi
langsung
tersebut
yang
dapat
dikelompokkan ke dalam komponen biaya domestik dan asing,
maka :
dimana :
j
=
Nilai total output dari aktivitas ke-j pada
tingkat harga dunia (dalam US $ ) .
mj
=
Nilai total input yang bersifat tradable yang
diimpor baik langsung maupun tidak langsung
yang diunakan dalam aktivitas ke-j.
j'
=
Nilai total penerimaan pemilik faktor-faktor
lainnya, dengan mengeluarkan harga bayangan nilai tukar
seperti pada persamaan ( 3 ) , maka kesalahan penilaian yang
mungkin dibuat dari penilaian variabel ini dapat dihindari
.
Rasio persamaan
sumberdaya dnestik ( B S D ) .
(3) diatas
adalah rumus biaya
Dengan denikian persamaan BSD
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Nilai eksternalitas sulit untuk diukur dan diidentifikasikan.
Nilai eksternalitas suatu kegiatan ekonomi
tergantung kepada tujuan pembangunan suatu negara.
Komoditi kedelai lebih banyak ditanam di areal persawahan, sehingga akan menimbulkan permasalahan dalam areal
tanam
padi
terutama
dalam
upaya
untuk
mempertahankan
swasembada pangan (eksternalitas negatif).
Namun demikian
jika mengingat bahwa Indonesia masih mengimpor kedelai,
maka
peningkatan produksi kedelai dalam
negeri sangat
diperlukan (eksternalitas positif).
Berdasarkan alasan diatas, maka nilai eksternalitas
tergantung pada penilaian menurut kepentingannya.
Oleh
karena itu dalam penelitian ini diasunsikan bahwa eksternalitas positif dan negatif yang ditinbulkan
tas
memproduksi kedelai akan
saling
oleh aktivi-
menghilangkan, se-
hingga eksternalitas bernilai no1
Dari persamaan KBS dan BSD diperoleh persamaan sebagai berikut :
=
(uj
-
mj
KBSj =
(vl
-
BSDj) (uj
KBsj
-
rj) v1
-
-
mj
(uj - m j - rj) BSD j
-
rj)
Apabila nilai BSDj sama dengan harga bayangan nilai
tukar uang, maka nilai KBSj akan sama dengan nol.
Bila
nilai BSDj lebih kecil dari harga bayangan nilai tukar
uang, maka nilai KBSj akan positif dan sebaliknya bila
nilai BSDj lebih besar dari harga bayangan nilai tukar
uang, K B S7 akan bernilai negatif.
Analisis
keunggulan
komparatif
usaha
memproduksi
kedelai dalam negeri dinilai dengan koefisien biaya sumberdaya domestik (KBSD), yaitu rasio antara nilai BSD
dengan harga bayangan nilai tukar uang.
KBSD
berguna
untuk
membandingkan suatu aktivitas
ekonomi dengan aktivitas ekonomi alternatif di dalam suatu
negara/daerah, atau untuk membandingkan suatu aktivitas
ekonomi antar negara/daerah karena adanya perbedaan harga
bayangan nilai tukar uang (Squire dan van der Tak, 1979
dalam Toni, 1991).
Rumus Koefisien BSD yaitu :
Koefisien BSD
j
=
BSD
v1
dimana :
BSDj
=
Nilai BSD dalam aktivitas ke-j (Rp/US $ 1).
v1
=
Harga bayangan nilai tukar uang (Rp/US $ 1).
Semakin kecil nilai rasio tersebut atau semakin kecil
nilai BSD dari harga bayangan nilai tukarnya, maka aktivitas ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya semakin efisien,
yang berarti untuk memenuhi kebutuhan permintaan dalam
negeri lebih menguntungkan jika dipenuhi dengan meningkatkan produksi domestik daripada melakukan impor terhadap
komoditi tersebut.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari analisis
keungulan komparatif yang menggunakan BSD (Nunung, 199).
Kelebihannya adalah :
1.
Mempunyai ruang lingkup analisis
tidak bersifat parsial.
yang lebih luas dan
Dengan demikian analisis
secara wilayah dapat dilakukan.
2.
Dapat digunakan
untuk menganalisis komparatif dengan
cara membandingkan manfaat dari proyek atau aktivitas
ekonomi antar berbagai teknologi dalam suatu daerah
atau antar daerah dengan menggunakan teknologi yang
sama .
3.
Dalam analisis BSD terutama
perhitungannya selalu
diusahakan dengan pendekatan yang bersaing sempurna.
Adapun kelemahan dari analisis dengan BSD ini adalah:
1.
Adanya pengalokasian terhadap komponen-komponen biaya
domestik dan biaya asing sangat mempengaruhi dalam
perhitungan.
Kesalahan dalam mengelompokkan komponen
biaya akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
dari nilai BSD.
2.
Analisis BSD ini hanya dapat digunakan untuk
analisis
dan menilai manfaat dari aktivitas ekonomi pada masa
tertentu dan dalam keadaan yang tidak dinamis, sehingga jika ada perubahan-perubahan diantisipasi dengan
menggunakan analisis kepekaan.
Analisis keunggulan kompetitif merupakan alat untuk
mengukur keuntungan private dan dihitung berdasarkan harga
pasar dan nilai tukar uang resmi yang berlaku (ADB, 1990).
Menurut Asian Development Bank (1990), suatu negara
akan dapat bersaing di pasar internasional jika negara
tersebut mempunyai keunggulan kompetitif dalam menghasilkan suatu komoditi, dengan asumsi ada sistem pemasaran dan
intervensi pemerintah.
Secara matematis koefisien keung-
gulan kompetitif dinyatakan sebagai berikut :
Dimana
:
KBSD*
=
Koefisien keunggulan kompetitif
.
BSD*
=
BSD berdasarkan harga pasar yang berlaku
(Rupiah).
"OP
=
Nilai tukar uang resmi atau official
exchange rate (dollar).
Suatu negara dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif dalam kegiatan ekonomi tertentu jika KBSD* < 1, artinya negara tersebut dapat bersaing di pasar internasional
dengan asumsi ada sistem pemasaran dan intervensi pemerintah.
Jika KBSD* > 1, maka negara tersebut tidak mempunyai
keunggulan kompetitif dalam kegiatan ekonomi tertentu,
sehingga tidak dapat bersaing di pasar internasional.
Analisis Kepekaan
Analisis kepekaan adalah menelaah kembali suatu
analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger, 1986).
Menurut Kadariah & &. (1978), analisis kepekaan bertujuan
untuk melihat bagaimana hasil analisis suatu aktivitas
ekonomi/proyek bila ada suatu kesalahan atau perubahan
dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit.
Suatu analisis kepekaan dikerjakan dengan mengubah
suatu unsur atau mengkombinasikan unsur-unsur dan menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis
semula.
kelemahan, antara lain :
1.
Analisis kepekaan tidak dapat dipakai untuk pemilihan
proyek, karena merupakan analisis parsial dan hanya
mengubah satu parameter pada suatu saat tertentu.
2.
Analisis kepekaan hanya mengatakan apa
yang akan
terjadi bila suatu variabel berubah, dan bukan untuk
menentukan layak atau tidaknya suatu proyek.
Tahapan Analisis
Secara ringkas tahapan dalam analisis BSD adalah
sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi input yang digunakan dan output yang
dihasilkan dalam
aktivitas ekonomi
(dalam ha1
ini
adalah usahatani kedelai).
2.
Menentukan penilaian harga bayangan dari input dan
output yang diperhitungkan serta nilai tukar uang.
3.
Mengalokasikan biaya ke dalam komponen biaya domestik
dan asing dari aktivitas pada butir (1).
4.
Melakukan analisis pendapatan dari segi finansial dan
ekonomi
5.
.
Melakukan analisis BSD,
dengan melihat nilai dan
koefisiennya.
6. Melakukan
analisis kepekaan
dari beberapa komponen
input dan output terutama yang diduga berpengaruh
terhadap hasil analisis BSD.
Metode Penelitian
Rancangan Pengambilan Contoh
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sindangratu, Kecamatan
Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat.
Kabupaten
Garut
dilakukan
secara
sengaja
Pemilihan
(purposive),
karena Kabupaten Garut merupakan sentra produksi kedelai
utama di Jawa Barat (tabel lampiran 5).
Pemilihan Kecamatan Wanaraja juga dilakukan secara
purposive karena berdasarkan data dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Garut, diketahui bahwa Kecamatan
Wanaraja merupakan sentra produksi kedelai di Kabupaten
Garut
.
Memilih
lokasi usahatani
di
Desa
Sindangratu
mengingat desa tersebut merupakan salah satu penghasi.1
utama kedelai di Kecamatan Wanaraja.
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
.Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan responden (petani kedelai di
Desa
Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut,
Propinsi Jawa Barat).
Wawancara dilakukan dengan menggu-
nakan kuesioner.
Data sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik,
Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Bank Indonesia serta instansi terkait lainnya.
Metode Penaambilan Contoh
Responden yang diambil adalah petani kedelai di Desa
Sindangratu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi
Jawa Barat, dengan cara Stratified Random Sampling.
Tahap
pertama, petani kedelai yang menanam secara monokultur
dipisahkan
dengan
petani
kedelai
yang
tumpangsari, kemudian masing-masing
diberi nomor.
yang
menanam
menanam
petani
secara
dicatat dan
Jumlah sampel yang diambil dari petani baik
secara
monokultur
maupun
tumpangsari
ditentukan berdasarkan persentase terhadap jumlah total
petani kedelai di Desa Sindangratu. Jumlah total sampel
sebanyak 50 petani.
Penentuan Usahatani vana Dianalisis
Penentuan jenis usahatani kedelai yang dianalisis
dilakukan berdasarkan jenis lahan dan pola tanam yang
diusahakan di daerah penelitian.
Usahatani kedelai yang
akan dianalisis adalah :
1.
Usahatani kedelai
monokultur pada lahan kering yang
selanjutnya disebut pola tanam I.
2.
Usahatani kedelai tumpangsari dengan jagung pada lahan
kering yang selanjutnya disebut pola tanam 11.
Oprasionalisasi
Penentuan Inwut-Out~utFisik Usahatani Kedelai
Komponen input usahatani kedelai di daerah penelitian
terdiri dari sarana produksi dan peralatan.
Sarana pro-
duksi yang digunakan terdiri dari pupuk anorganik yaitu
Urea, TSP dan KC1, pupuk kandang iorganik), insektisida,
benih kedelai, lahan dan tenaga kerja.
Peralatan yang
digunakan terdiri dari cangkul, tugal, kored,arit, parang
dan handsprayer.
Komponen
output dalam
usahatani
kedelai
di
Desa
Sindangratu yaitu kedelai untuk pola tanam monokultur,
sedangkan untuk pola tanam tumpangsari adalah kedelai dan
jagung
.
Penentuan Haraa Bavanaan
Dalam analisis ekonomi termasuk analisis BSD, harga
yang digunakan adalah harga bayangan.
Beberapa pustaka
telah membahas tentang harga bayangan ini.
Kadariah et a1 (1978) menyatakan bahwa harga bayangan
dapat dianggap semacam penyesuaian yang dibuat oleh peneliti proyek terhadap harga pasar dari beberapa faktor
produksi atau hasil produksi tertentu, disebabkan karena
harga pasar itu tidak mencerminkan biaya atau nilai sosial
Cost) dari unsur-unsur
yang sebenarnya (Social O~~ortunitv
atau hasil produksi tersebut.
disebabkan
oleh
Hal tersebut terutama
kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah
berupa pajak tidak langsung, subsidi maupun pengaturan
harga.
Squire dan van der Tak
(1979) dalam
Toni
(1991)
mendefinisikan harga bayangan sebagai harga yang menggambarkan
peningkatan
dalam
kesejahteraan
dengan
adanya
perubahan marginal dalam persediaan komoditi dan faktorfaktor produksi.
Squire (1982) dalam Nunung (1992) mengemukakan dua
ha1 yang penting dalam penggunaan harga bayangan.
Pertama
harga bayangan bukanlah harga-harga keseimbangan yang akan
terjadi dalam perekonomian dimana tidak terdapat gangguan'gangguan. Penaksiran dari harga bayangan ini akan memberikan
informasi
penting
yang
dapat
digunakan
sebagai
landasan untuk merancang kebijaksanaan yang dapat menghilangkan gangguan-gangguan.
yang
Kedua perlunya pendefinisian
jelas terhadap tujuan-tujuan sosial ekonomi dari
kebijaksanaan pembangunan nasional.
Menurut Gittinger (1986), harga bayangan adalah harga
yang terjadi dalam suatu perekonomian apabila pasar dalam
keadaan bersaing sempurna dan dalam kondisi keseimbangan.
Dalam kenyataan sebenarnya sulit menjumpai pasar dengan
keadaan bersaing sempurna karena adanya berbagai gangguan
akibat kebijaksanaan pemerintah seperti subsidi, pajak dan
sebagainya.
Alasan
digunakannya harga bayangan
dalam
analisis ekonomi, pertama harga yang berlaku di pasar
tidak mencerminkan apa yang sebenarnya diperoleh masyara-
kat melalui produksi yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.
Kedua harga pasar tidak mencerminkan apa yanq sebe-
narnya
dikorbankan seandainya sejumlah sumberdaya yang
dipilih digunakan dalam aktivitas lain yang masih memungkinkan dalam masyarakat.
Dalam menentukan harga
penelitian
bayangan
bayanqan sehubungan dengan
ini, akan digunakan metode
sebagaimana
yang
dikemukakan
penentuan harqa
oleh
Gittinqer
dengan berbaqai penyesuaian.
Haraa Bavanaan Outaut
Harga bayangan output (kedelai) yang digunakan adalah
harga
batas
(border mice).
Menurut
Kadariah &
a
(1978), border price adalah tingkat harga internasional
yang
berlaku
pada
perbatasan
terhadap luar negeri.
negara yang bersanqkutan
Border price untuk output yang
diekspor atau merupakan barang yang mempunyai potensi
untuk diekspor adalah harga f.0.b
(free on board).
Se-
dangkan border price untuk output yang diimpor atau kemungkinan
diimpor
adalah
harga
c.i.f
(cost insurance
freight).
Kedelai merupakan komoditi yang sedang diimpor, maka
harga bayangan yang digunakan adalah harga c.i.f di pelabuhan
impor ditambah dengan biaya tataniaqa sampai di
pasar tujuan, yang dalam ha1 ini adalah Pasar Ciawitali
Garut.
Harga c.i.f kedelai pada tahun 1992 yaitu sebesar
dollar per kilogram, atau sebesar
0,27
kilogram.
nilai
Harga c.i.f
rupiah per
ini didapat dari hasil pembagian
impor dengan volume
Besarnya biaya
592
impor pada
tataniaga kedelai dari
tahun tersebut.
pelabuhan
impor
(Tanjung Priok, Jakarta) ke Pasar Ciawitali Garut adalah
sebesar 100 rupiah per kilogram (lihat keterangan halaman
Dengan demikian untuk orientasi perdagangan substi-
108).
tusi impor, harga bayangan kedelai adalah sebesar
692
rupiah per kilogram.
Jagung
merupakan
sulitnya untuk
Karena
komoditi
yang
memperoleh
data
sudah
diekspor.
mengenai
biaya
tataniaga jagung serta penyesuaian-penyesuaiannya, maka
harga
bayangan
jagung diperoleh dari
harga
aktual di
tingkat petani yang disesuaikan dengan harga bayangan
nilai
tukar uang
didapat harga
rupiah terhadap dollar AS,
bayangan jagung sebesar
223
sehingga
rupiah per
kilogram.
Harqa Bavanqan Sarana Produksi dan Peralatan
Benih.
Dalam penelitian ini kebutuhan benih kedelai dan
jagung ditentukan oleh pasar domestik atau lokal, dengan
demikian termasuk inlsut non tradable.
Oleh karena itu
harga bayangan benih didekati dari harga pasarnya.
Hal
ini disebabkan karena benih kedelai dan benih jagung di
lokasi penelitian, diperoleh dari hasil produksi petani
itu sendiri atau membeli masih di sekitar lok