R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N
4 - 20
2. Bak Pemasukan Air dengan penyaringan bantalan pasir,
dimana air yang tertangkap oleh atap bangunan dimasukkan ke dalamnya melalui talang.
3. Bak Akuifer Buatan yang terdiri dari pasir, pasir laut, batu
gamping, kerikil, hancuran, bata merah, arang, ijuk dll yang berfungsi untuk memperkaya kandungan mineral
dan penyaring. 4.
Bak Penyimpan Air atau reservoir. 5.
Bak Pengambilan Air dengan penyaring bantalan pasir. Adapun lokasi yang sesuai untuk penerapan ABSAH adalah;
1. Daerah kering karena faktor iklim
2. Daerah sulit air karena faktor geologi: daerah karst lolos air
3. Daerah berair asin, payau, rawa, mengandung Fe dan Mn
Tinggi. 4.
Daerah puncak bukit. 5.
Daerah permukiman yang terpencar atau sistem penyediaan airnya kurang bisa diandalkan.
Rencana pengembangan konsep SPAH dan Sistem ABSAH di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:
1. Daerah Perkotaan Kecamatan Pacitan, SPAH tahun 2010-
2013 2.
Kecamatan Donorojo, untuk mengatasi daerah rawan kekeringan di 10 desa dilakukan secara bertahap dengan
menerapkan konsep SABSAH, yaitu: Tahap I, tahun 2010-2013
: melayani 3 desa Tahap II, tahun 2014-2018
: melayani 3 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 2 desa
Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 2 desa 3.
Kecamatan Punung, untuk mengatasi daerah rawan kekeringan di 8 desa dilakukan secara bertahap dengan
menerapkan konsep SABSAH, yaitu: Tahap I, tahun 2010-2013
: melayani 2 desa Tahap II, tahun 2014-2018
: melayani 2 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 2 desa
Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 2 desa 4.
Kecamatan Pringkuku, untuk mengatasi daerah rawan kekeringan di 7 desa dilakukan secara bertahap dengan
menerapkan konsep SABSAH, yaitu: Tahap I, tahun 2010-2013
: melayani 2 desa Tahap II, tahun 2014-2018
: melayani 1 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 1 desa
Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 1 desa 5.
Kecamatan Arjosari, untuk mengatasi daerah rawan kekeringan di 3 desa dilakukan secara bertahap dengan
menerapkan konsep SABSAH, yaitu: Tahap II, tahun 2014-2018
: melayani 2 desa Tahap III, tahun 2019-2023 : melayani 1 desa
6. Kecamatan Kebonagung, untuk mengatasi daerah rawan
kekeringan di 1 desa dilakukan dengan menerapkan konsep SABSAH, yaitu:
Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 1 desa 7.
Kecamatan Tulakan, untuk mengatasi daerah rawan kekeringan di 1 desa dilakukan dengan menerapkan
konsep SABSAH, yaitu: Tahap IV, tahun 2024-2028 : melayani 1 desa
Berdasarkan rencana tersebut lokasi pengembangan SPAH yang direncanakan akan dikembangkan pada tahun 2010-2013
adalah di Kelurahan Pacitan Kecamatan Pacitan. Sedangkan untuk pengembangan SABSAH pada tahun 2010-2013
dilaksanakan di Desa Kledung Kecamatan Bandar, Desa Temon Kecamatan Arjosari, Desa Losari, Desa Sugihwaras, Desa
Gendaran, Desa Tanjunglor. Lokasi SABSAH pada tahun 2014- 2018 terletak di Desa Gayuhan Kecamatan Arjosari, Desa
Jetislor Kecamatan Nawangan, Desa Sempu, Desa Gendaran, Desa Mendolo Lor, Desa Pringkuku, Desa Gembuk, Desa
Ngumbul, dan Desa Wonodadi Kulon. Tahun 2019-2023 pengembangan dilakukan di Desa Klepu Kecamatan
Donorojo, Desa Mendolo Lor Kecamatan Punung, Desa Jlubang, Desa Tulakan, Desa Tanjung Lor. Tahun 2024-2028
Pengembangan SABSAH dilakukan di Desa Kebonsari, Desa Klepu, Desa Dersono, Desa Kebonsari dan Desa Bodag.
4 4
. .
3 3
. .
5 5
R R
E E
N N
C C
A A
N N
A A
S S
I I
S S
T T
E E
M M
J J
A A
R R
I I
N N
G G
A A
N N
P P
R R
A A
S S
A A
R R
A A
N N
A A
L L
A A
I I
N N
N N
Y Y
A A
A. Rencana Sist em Air Limbah
Sistem pelayanan yang diterapkan di Kabupaten Pacitan dengan memperhatikan kepadatan penduduk,
penyediaan air bersih, kemiringan muka tanah dan kemampuan membangun jaringan saluran air limbah,
maka ditetapkan pentahapan sebagai berikut: 1.
Kawasan Perkotaan Kecamatan Pacitan. Daerah ini mempunyai karakteristik Kepadatan penduduk 150
jiwaha, Sarana air bersih sudah tersedia baik terpusat maupun dari sumur dangkal, Kemiringan
permukaan tanah 2, Sifat tanah adalah
R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N
4 - 21
impermeable dan kedalaman air tanah 1.5 m, mempunyai kemampuan membangun
sma ll b o re se we r
. Sehingga di daerah ini direncanakan akan dikembangkan Sistem Tangki Septik dengan bidang
resapan atau cubluk yang dapat ditingkatkan menjadi
sma ll b o re se we r
. 2.
Ibukota Kecamatan. Kawasan ibukota Kecamatan memiliki karakteristik sebagai berikut: Kepadatan
penduduk 150 jiwaha, Sarana air bersih sebagian sudah tersedia baik terpusat maupun dari sumur
dangkal, atau mata air dan sifat tanah adalah impermeable dan kedalaman air tanah 1,5 m.
Sehingga di kawasan ini dikembangkan dengan Sistem Tangki Septik dengan bidang resapan yang
diperbaiki dengan target pencapaian 80 penduduk di tahun 2015, dengan pentahapan
sebagai berikut: a.
Kecamatan Nawangan, Tegalombo dan Ngadirojo 2010-2013
b. Kecamatan Bandar, Sudimoro dan Tulakan
2013-2018 c.
Kecamatan Kebonagung, dan Arjosari 2019- 2023
d. Kecamatan Donorojo, Pringkuku dan Punung
2024-2028 Septik tank direncanakan terdiri dari ruang lumpur, ruang
basah ruang cairan dan ruang udara. Biasanya kapasitas tangki septik tergantung beberapa faktor yaitu:
a. Besarnya aliran air limbah yang masuk
b. Jumlah pemakai, maksimal 300 orang minimal 4
orang c.
Produksi lumpur per orang per tahun d.
Frekuensi penyedotan 1-3 tahun e.
Pengelolaan air limbah dibedakan atas dua kategori yaitu: air limbah domestik dan air non-
domestik 1. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Sistem pengelolaan air limbah domestik dari pemukiman penduduk dibedakan menjadi sistem setempat dan
sistem terpusat. Untuk kawasan pemukiman dengan kepadatan penduduk lebih dari 500 jiwaha, maka perlu
dikembangkan sistem pengelolaan air limbah terpusat dan dilengkapi dengan sarana Instalasi Pengolahan Air
Limbah IPAL yang dapat dimulai dari kawasan perkotaan Kecamatan Pacitan. Sedangkan kawasan
pemukiman dengan kepadatan rendah dikembangkan sistem pengelolaan setempat dengan menggunakan
se p tic ta nk
dan resapan. Resapan yang dimaksud dapat berupa bidang resapan maupun sumur resapan,
bergantung kepada kondisi tanah dan kondisi muka air tanah yang ada. Namun demikian apabila penduduk
pada kawasan tersebut tidak mampu membuat
se p tic ta nk
, dapat dilakukan:
Pembangunan dengan bantuan dana dari pemerintah, pemerintah daerah, swasta.
Penggunaan sistem pengelolaan air limbah
secara komunal dapat melayani beberapa rumah. Dengan karakteristik perumahan
penduduk di kawasan perdesaan yang umumnya sporadisterpencar, maka alternatif ini
dapat diterapkan pada kawasan dengan rumah-rumah yang berdekatan untuk menekan
biaya pembangunan. Pengembangan sistem terpusat dapat diawali dari satu
wilayah kecil sebagai daerah percontohan dengan desain yang dapat dikembangkan untuk wilayah yang
lebih luas yaitu di kawasan perkotaan Kecamatan Pacitan. Mengingat Kabupaten Pacitan termasuk
wilayah yang sulit air, maka Sistem Terpusat Air Limbah yang dikembangkan adalah sistem terpisah, yaitu
antara air kotor dari kamar mandi, cuci dan dapur dan air kotoran dari KakusKloset. Air kotor diolah di IPAL
untuk menjadi air baku air bersih, sedangkan air kotoran diolah di IPAL yang lain untuk bisa dibuang ke badan air
penerima setelah memenuhi persyaratan baku mutu. Pemantauan terhadap kualitas pengolahan dilakukan
oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup.
R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N
4 - 22
Ta b e l 4. 7 Re nc a na Pro d uksi A ir Lim b a h d a n Lum p ur Tinja
No . Ke c a m a ta n
Pro d uksi A ir Lim b a h, M3 ha ri Pro d uksi Lum p ur Tinja ,
M3 Ha ri 2013
2018 2028
2013 2018
2028
1 Donorojo
2.729 3.558
4.647 4,67 4,87 5,31
2 Punung
2.511 3.299
5.466 4,30 4,52 4,99
3 Pringkuku
1.633 1.705
3.099 3,73 3,89 4,25
4 Pacitan
5.431 6.935
13.087 7,44 7,92 8,96
5 Kebonagung
2.655 3.166
5.168 5,20 5,42 5,90
6 Arjosari
2.333 2.795
4.608 4,57 4,79 5,26
7 Nawangan
2.888 3.46
7.132 5,65 5,93 6,51
8 Bandar
2.868 3.73
4.848 4,91 5,11 5,53
9 Tegalombo
2.93 3.51
7.235 5,73 6,01 6,61
10 Tulakan
4.605 5.532
11.457 9,01 9,47
10,46 11
Ngadirojo 3.012
3.987 6.705
5,16 5,46 6,12 12
Sudimoro 1.731
2.053 3.319
3,39 3,52 3,79
To ta l 35.326
43.732 76.771
63,75 66,91 73,70
Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008
Pengembangan sistem setempat harus menggunakan septik tank dan resapan seperti yang telah disyaratkan
oleh Ditjen Cipta Karya tentang septik tank yang benar. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai septik tank
yang benar harus dilakukan secara intens oleh Dinas terkait di Kabupaten. Masyarakat mengeluarkan biaya
pembuatan septik tank ini merupakan wujud dari azas pengelolaan lingkungan diantaranya adalah pencemar
membayar biaya lingkungan
Po llute rs Pa y Princ ip le s
. 2. Sistem Pengelolaan Air Limbah Non-Domestik
Kegiatan industri yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan termasuk dampak sosial yang bersifat
penting, harus membuat studi AMDAL atau UKL-UPL yang direkomendasi pihak yang berwenang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006, tentang jenis usaha
dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dari studi
AMDAL atau UKL-UPL tersebut akan diketahui langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mitigasi dampak
pengelolaan dan pemantauan lingkungan, salah satunya adalah jenisteknis pengolahan limbah cair.
Setiap kegiatan hotel dan restoran di kawasan pariwisata di Kabupaten Pacitan harus melengkapi
sarana pembuangan air limbah dapurnya dengan “Unit Penangkap Lemak dan Minyak”. Selanjutnya air
limbahnya diperbolehkan masuk ke sistem perpipaan pengelolaan air limbah terpusat. Demikian pula air
limbah dari kegiatan binatu
la undry
harus melewati pengolahan pendahuluan berupa “Unit Penangkap
Busa atau Unit Pemecah Busa” sebelum masuk ke sistem perpipaan yang ada.
Dengan memperhatikan kepadatan penduduk dan kedalaman muka air tanah, maka pengelolaan air
limbah di Kabupaten Pacitan masih dimungkinkan dengan sistem setempat yaitu dengan menggunakan
septik tank dan dilengkapi dengan sumur resapan atau bidang resapan. Sebagai lanjutan dari pengelolaan
setempat dimasing-masing penghasil air limbah, harus dilakukan pengolahan lanjutan terhadap lumpur tinja
dari septik tank. Lokasi pengolahan lumpur tinja instalasi pengolahan
lumpur tinja = IPLT harus berada tidak jauh dari pusat produksi lumpur tinja sehingga efisien terhadap
penggunaan truk pengangkut tinja. Namun karena alasan estetika, IPLT sebaiknya tidak berada di pusat
kepadatan penduduk melainkan di luarnya dengan jarak tidak lebih dari 20 km dari titik terjauh. Untuk
pelayanan 5 dari penduduk Kecamatan Pacitan pada tahun 2028, sistem off site membutuhkan IPAL dengan
kapasitas 25 literdetik. Sedangkan untuk melayani lumpur tinja sebanyak 80 dibutuhkan IPLT dengan
kapasitas 54 m
3
hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Ta b e l 4. 8 Re nc a na Ke b utuha n Sa ra na Truk Tinja Ka b up a te n Pa c ita n
No . Ke c a m a ta n
Ta rg e t Pe m e nuha n Pe ng e lo a a n Lum p ur Tinja ,
M3 ha ri Ke b utuha n Truk Tinja d e ng a n
o p e ra sio na l 2 rit ha ri, unit 2013
2018 2028
2013 2018
2028
1 Donorojo 3,74
3,90 5,809
1 1
1 2 Punung
3,44 3,61
6,832 1
1 1
3 Pringkuku 2,98
3,11 3,874
1 1
1 4 Pacitan
5,95 6,33
16,359 1
1 1
5 Kebonagung 4,16
4,34 6,460
1 1
1 6 Arjosari
3,65 3,83
5,760 1
1 1
7 Nawangan 4,52
4,74 8,915
1 1
1 8 Bandar
3,93 4,09
6,060 1
1 1
9 Tegalombo 4,59
4,81 9,043
1 1
1 10 Tulakan
7,21 7,58
14,321 2
2 1
11 Ngadirojo 4,13
4,37 8,381
1 1
1 12 Sudimoro
2,71 2,81
4,149 1
1 1
To ta l 51,00 53,53 95,963
13 13
12
Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008
R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N
4 - 23
Pe ta 4. 6 Re nc a na Pe ng e lo la a n Lim b a h
B. Rencana Sist em Persampahan