Infeksi Dan Pathogenitas Mikrobia

kumannya, misalnya : Gracilicutes Kuman gram negatif, Firmacutes kuman gram positif, Tenecutes kuman tak berdinding sel dan Archaebacteria. Sampai saat ini obat pembunuh bakteri di alam maupun kuman penyakit pada tubuh manusia maupun hewan masih mengandalkan antibiotik, akan tetapi jika penggunaan obat-obatan antibiotik di alam maupun tubuh manusia dan hewan berlebihan, maka hal tersebut akan memberi stimulan pada bakteri yang tidak pathogen menjadi lebih bersifat merugikan. Karena terdapat waktu yang cukup bagi bakteri untuk belajar menyesuaikan diri terhadap keadaan-keadaan baru yang di kondisikan oleh sifat intensifikasi usaha manusia di dalam mengeksploitasi alam maupun menyembuhkan penyakit infeksi pada manusia dan hewan piaraan Ikan, Udang, dll . Secara medis bakteri biasa dibahas secara intrinsik, yaitu lebih terfokus kepada karakter dasar mikrobia yang bersangkutan terhadap kebutuhannya untuk makan, bertahan dan membelah diri terhadap keadaan-keadaan yang ada serta infeksi-infeksi yang ditimbulkan. Akan tetapi di dalam penelitian ini bakteri akan lebih banyak dibicarakan secara ekstrinsik, dimana faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mekanisme hidupnya merupakan batasan-batasan yang harus dapat ditoleransi agar lelangsungan hidupnya tetap eksis.

IV.2.1. Infeksi Dan Pathogenitas Mikrobia

Secara normal pada dasarnya manusia sejak lahir telah terinfeksi oleh mikroba akan tetapi karena setelah sekian juta tahun sejak kemunculan manusia bakteri tersebut menyesuaikan diri pada habitat yang pas pada tubuh manusia, maka mikroba tersebut justru membantu manusia dari infeksi mikrobia lainnya. Sebagai contoh E.coli pada saluran pencernakan manusia dapat berkembang biak tanpa membahayakan inangnya manusia, akan tetapi jika perkembang-biakannya terhambat misalnya ; akibat dari penggunaan antibiotik jangka panjang. Begitu juga untuk kesesuaian habitat, dalam hal ini dapat dicontohkan pada mikrobia Streptococus a-hemolisis pada tenggorokan atau saluran pernafasan manusia adalah hal yang biasa. Akan tetapi jika ditemukan organisme serupa pada darah manusia, maka hal tersebut merupakan indikasi penyakit infeksi yang sangat berbahaya dan sangat merugikan manusia. Demikian pula yang terjadi pada ikan, banyak bakteri yang secara normal tidak berpengaruh terhadap proses fisiologi, tumbuh dan perkembang biakan mikrobia tersebut didalam tubuh ikan, bahkan tidak membahayakan ikan. Akan tetapi jika terjadi tekanan lingkungan akibat perubahan mendadak dan pemakaian antibiotik pada budidaya di pertambakan dan perairan tidak dalam keadaan seimbang dinamis Stady state, maka dimungkinkan sifat dasar bakteri tersebut secara lambat akan mengalami perubahan dan dapat pula merugikan ikan dan manusia yang mengkonsumsinya. Dalam ilmu kesehatan mutasi bakteri dinyatakan sebagai perubahan genetik yang dapat diwariskan, dengan asumsi bahwa semua mikro-orhanisme berasal dari nenek moyang yang sama. Faktor yang mendorong mutasi lebih banyak disebabkan oleh komponen ekosistem, karena mutasi berawal dari perubahan kimiawi di dalam DNA bakteri yang dapat terjadi kapan saja akibat kesalahan sel selama pembiakan yang ditunjang oleh stimulan lingkungan yang tidak sesuai. Stimulan yang tidak beraturan akan banyak ditemukan pada lingkungan perairan pantai teluk Semarang , keadaan-kedaan yang potensial mendorong bakteri mudah melakukan mutasi di perairan tersebut adalah beratnya tekanan kontaminasi limbah dan pemakaian jenis antibiotika yang berlebihan pada kebanyakan usaha intensifikasi manusia di bidang budidaya tambak serta penggunaan pestisida dan insektisida pada bidang pertanian. Hampir semua limbah bermuara di perairan pantai, kondisi kumuh dan rendahnya kesadaran masyarakat pesisir terhadap hygyne dan sanitasi lingkungan mendorong berbagai macam penyakit infeksi mudah timbul dan menggejala di kawasan tersebut. Dengan demikian di kawasan pesisir perairan teluk Semarang sifat pathogenitas bakteri akan semakin besar di banding pada perairan-perairan pantai yang relatif bersih. Dalam suatu uji yang dilakukan membuktikan, bahwa empat jenis ikan sampel yang berasal dari perairan teluk Semarang dan empat jenis ikan yang sama dari perairan pantai selatan di jemur pada sinar matahari dalam kondisi terisolasi dari serangga. Dalam durasi waktu yang sama +24 jam, membuktikan empat jenis ikan sampel yang berasal dari perairan teluk Semarang lebih cepat rusak secara organoleptik maupun secara mikrobiologi di banding dengan empat jenis ikan yang sama dari perairan pantai Selatan. Setelah dilakukan uji mikroskopik ternyata diketahui, bahwa terdapat specimen mikrobia yang hampir sama untuk setiap jenis ikan sampel. Akan tetapi untuk empat jenis ikan sampel yang berasal dari perairan pantai selatan jumlah rerata masing-masing specimen mikrobia yang ada relatif lebih sedikit, adapun mikro-organisme yang dapat di identifikasi pada masing-masing ikan sampel adalah ; Bacillus thermosphacta, Enterococcus, Lactobacillus viridescent, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Shigella dan Vibrio cholerae. Untuk menghambat kerusakan pada mutu produk hasil perikanan jenis ikan basah kebanyakan masyarakat pesisir perairan teluk Semarang sering menggunakan : trawas, formalin, borak dan es batu, adapun secara tradisional, bahan-bahan yang sering digunakan adalah : larutan kunyit, larutan buah asam, larutan garam dan larutan bawang putih atau gabungan dari larutan-larutan tersebut. Bahan-bahan bahan-bahan tradisional yang dimanfaatkan ternyata berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri, bahkan dapat mematikan beberapa specimen mikrobia.

IV.2.2 Specimen Bakteri Pathogen Pada Ikan Sampel.