Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 49
3. Pandangan Gereja tentang Kesederajatan Perempuan dan Laki-laki
Gereja menaruh perhatian yang cukup besar dalam memperjuangkan kesederajatan antara perempuan dan laki-laki. Perjuangan Gereja tersebut dilandasi
oleh pandangan Gereja sendiri, sebagaimana terungkap dalam Katekismus Gereja Katolik berikut ini.
Artikel 369
Pria dan wanita diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak
dalam kepriaan dan kewanitaannya. ”Kepriaan” dan ”kewanitaan” adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki
martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama ”menurut
citra Allah”. Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta.
Artikel 371
Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain. Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui
berbagai tempat dalam Kitab Suci: ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” Kej
2:18. Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia Kejadian 2:19-20. Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk
pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging
dari dagingku” Kejadian 2:23. Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.
50 Kelas VII SMP
Artikel 372
Pria dan wanita diciptakan ”satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap,
melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi ”penolong” satu untuk yang lain, karena di satu
pihak mereka itu sama sebagai pribadi ”tulang dari tulangku”, sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya.
Dalam perkawinan, Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka ”menjadi satu daging” Kejadian 2:24 dan dapat meneruskan
kehidupan manusia: ”Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” Kej 1:28. Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria
dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.
Pandangan dan perjuangan Gereja itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari pandangan dan sikap Yesus yang dalam upaya-Nya mewartakan dan mewujudkan
Kerajaan Allah, juga berusaha menegakkan kesederajatan antara perempuan dan laki-laki, sebagaimana nampak dalam Yohanes 8: 2-11 dan Markus 15: 21-28
a. Baca kedua kutipan tersebut dengan teliti b. Buatlah daftar pertanyaaan terhadap hal-hal yang belum kamu pahami dari ke
dua kutipan tersebut c. Bahaslah pertanyaan-pertanyaan tersebut bersama teman-temanmu dan
guru d. Buatlah kesimpulan apa kesederajatan yang terungkap dari kedua kutipan
tersebut
Untuk Dipahami
• Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi yang diwarnai dengan kebudayaan di mana kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan
masyarakat. Pada masa itu, kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil. Ketidak adilan itu misalnya nampak dalam beberapa kasus
berikut: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa lih. Yoh.
8:2-11, Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi
tempat lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 51
• Yesus sangat menghargai dan membela kaum perempuan. Yesus memperlakukan perempuan berzinah secara manusiawi lih. Yoh. 8: 2-11. Yesus
juga memuji seorang perempuan Kanaan yang percaya lih. Mrk. 15: 21-28 dan menempatkan contoh seorang janda miskin yang memberi sumbangan di bait
Allah sebagai teladan dalam kejujuran di hadapan Allah. Ia selalu berjuang agar tercipta suatu masyarakat di mana laki-laki dan perempuan sederajatsetara.
• Sikap dan tindakan Yesus itu tampaknya dilandasi oleh pemahaman-Nya bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama di mata Allah karena Allah sendiri telah
menciptakan mereka sebagai citra Allah yang saling membutuhkan. Karena saling membutuhkan itulah, maka tidak ada yang lebih tinggi atau lebih
rendah di antara mereka.
4. Releksi