Titik-Titik Landmarks Jaringan Lunak Pada Sefalogram Lateral Suku India Malaysia

Gambar 2. Sefalometri frontal 3

2.2. Titik-Titik Landmarks Jaringan Lunak Pada Sefalogram Lateral

Titik –titik yang digunakan dalam analisa jaringan lunak : 11,12 Gambar 3. Titik-titik pada jaringan lunak 12 Universitas Sumatera Utara 1. Glabela Gla : Titik paling anterior dari dahi pada dataran midsagital 2. Nasionkulit N’ :Titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung 3. Pronasal Pr :Titik yang paling anterior dari puncak hidung 4. Subnasale Sn :Titik dimana septum nasal berbatasan dengan bibir atas 5. Superior labial sulcus Sls : Titik tercekung diantara Sn dan Ls 6. Labium superior Ls :Titik perbatasan mukokuntaneus dari bibir atas 7. Stomion superior Sts : Titik terendah dari vermillion bibir atas 8. Stomion St :Berlokasi pada perhubungan antara bibir atas dan bibir bawah. 9. Stomion inferior Sti : Titik tertinggi dari vermillion bibir bawah 10. Labium inferior Li :Titik pada perbatasan bibir bawah 11. Inferior labial sulcus Ils :Titik cekung diantara Li dan Pog kulit 12. Pogonion kulit Pog’ :Titik paling anterior kontur jaringan lunak dagu 13. Menton kulit Mc ’ : Titik paling inferior dari jaringan lunak dagu

2.3. Analisa Konveksitas Wajah

Analisis dari profil jaringan lunak memiliki manfaat menilai penampilan eksternal dan karena itu cenderung mencerminkan hasil lebih dekat dengan yang dirasakan oleh seorang pengamat. 15 Subtelny membagi analisis konveksitas profil wajah menjadi 3 jenis yaitu analisa konveksitas skeletal wajah, konveksitas jaringan lunak wajah dan konveksitas jaringan lunak penuh. 29

2.3.1. Analisa Skeletal Wajah

Konveksitas skeletal merupakan salah satu sudut yang dapat dianalisis dari profil wajah pada pandangan anteroposterior yang juga menyatakan relasi skeletal rahang atas dan rahang bawah yang lebih spesifiknya dianalisis melalui sefalometri lateral. 6,22,23 Analisa Konveksitas skeletal menurut Subtelny ditentukan oleh sudut Universitas Sumatera Utara N-A-Pg yang terbentuk antara Nasion N, subspinale A dan Pogonion Pg dengan nilai rata-rata 175°, pada umur 12 tahun nilai rata-rata menjadi 177,5°. 29 Gambar 4A Gambar 4.Analisa konveksitas wajah menurut Subtelny 10 A. Sudut 1 : Konveksitas skeletal wajah N-A-Pg B. Sudut 2 : Konveksitas jaringan lunak wajah N’-Sn-Pg’ C. Sudut 3 : Konveksitas jaringan lunak penuh N’-Pr-Pg’ 2.3.2.Analisa Konveksitas Jaringan Lunak Wajah Analisis konveksitas jaringan lunak wajah dengan posisi bibir yang ideal telah dilakukan penelitian oleh ahli-ahli ortodonti antara lain Steiner, Ricketts, Merrifeld, Holdway dan Subtelny yang merupakan penentuan profil jaringan lunak cembung, lurus atau cekung. Masing-masing ahli menggunakan referensi yang bervariasi dalam menganalisis profil jaringan lunak wajah. 22,23

2.3.2.1 Analisis Steiner Garis S

Menurut Steiner garis S merupakan garis yang ditarik dari titik Pog’ ke pertengahan kurva S yang terletak diantara Pronasal Pr ke titik Subnasale Sn Gambar 5. Oleh karena itu posisi bibir harus seimbang dengan wajah. Jika bibir Universitas Sumatera Utara berada dibelakang garis S dinyatakan profil wajahnya cekung. Sedangkan jika berada di depan garis S, profil wajahnya cembung. 3,22 Gambar 5. Analisis Steiner 6,12

2.3.2.2 Analisis Ricketts Garis E

Garis E Ricketts adalah salah satu garis yang paling sering digunakan sebagai garis referensi dalam diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Garis ini digambarkan dari Pronasale Pn menuju Pogonion jaringan lunak Pog’ Gambar 6. Seseorang mempunyai profil wajah yang harmonis jika titik Labium superior Ls terletak 2-4 mm di belakang garis E dan titik Labium inferior Li 1-2 mm di belakang garis E. Rickets menyatakan nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada umur dan jenis kelamin. 22 Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Garis E Ricketts 22

2.3.2.3 Analisis Merrifield Garis Z

Menurut Merrifeld, garis profil wajah merupakan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit Pog’ dengan titik paling depan dari Labium superior Ls dan Labium inferior Li. Sudut Z dibentuk oleh perpotongan antara bidang Frankfurt horizontal dengan garis profil tersebut Gambar 7. Nilai ideal sudut ini berkisar 80±9°. 24 Gambar 7.Analisis Merrifeld 6,12 Universitas Sumatera Utara

2.3.2.4 Analisis Holdway Garis H

Garis H diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit Pog’ ke titik Labium Superior Ls. Besar sudut H yang harmonis adalah berkisar 7°-15°. Sedangkan untuk nilai ideal Sudut H adalah 10° dengan nilai konveksitas wajah 0 mm. 4,8,23 Gambar 8. Analisis Holdway 8

2.3.2.5 Analisis Subtelny

Menurut Subtelny konveksitas jaringan lunak ditentukan oleh sudut N’-Sn- Pg’ yang terbentuk antara perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn Gambar 9. Subtelny menyatakan bahwa peningkatan kecembungan profil jaringan lunak wajah terjadi seiring dengan pertambahan usia. 29 Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Analisa Jaringan Lunak Subtelny 29 Pada penelitian Hashim dkk 2003 yang menggunakan analisis Subtelny yaitu konveksitas jaringan lunak ditentukan oleh sudut N’-Sn-Pg’ yang terbentuk antara perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lun ak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn. Penelitian yang dilakukan terhadap 56 orang usia 22- 23 tahun pada populasi Saudi Arabia diperoleh sudut N’-Sn-Pg’ sebesar 18,65° dengan standar deviasi 6,5° pada laki-laki dan 20,1° dengan standar deviasi 4,3° pada perempuan. 10 Penelitian Prabuwijaya 2007 terhadap 42 orang dengan usia 20-25 tahun pada mahasiswa FKG USU ras Deutro Melayu memperoleh rerata konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 17° dan perempuan 16,53°. 6 Penelitian Al-Zubaidi 2009 terhadap 30 orang remaja usia 11-14 tahun pada beberapa siswa dasar dan menengah di kota Mosul diperoleh rerata konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 161,9° dengan standar deviasi 2,68° dan 162,46° dengan standar deviasi 6,37° pada perempuan.Al-Zubaidi juga meneliti pada 30 orang dewasa umur 18-25 tahun yang merupakan mahasiswa kedokteran gigi diperoleh rerata konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 166,26° dengan standar deviasi 5,40° dan 162,60° dengan standar deviasi 5,20° pada perempuan. 25 Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Budianto 2008 pada 11 orang laki- laki diperoleh sudut N’-Sn-Pg’ sebesar 164,96° dengan standar deviasi 7,34° dan 168,60° dengan standar deviasi 4,11° pada perempuan. 26 Namun penelitian yang dilakukan oleh AL- Zubaidi dan Budianto adalah mengukur sudut besar dari N’-Sn- Pg’ bukan mengukur sudut perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn. Pada penelitian ini, metode pengukuran akan didasarkan pada penelitian yg telah dilakukan sebelumnya diatas yaitu mengukur sudut perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn. .

2.3.3 Analisa Konveksitas Jaringan Lunak Penuh

Analisa konveksitas jaringan lunak penuh ditentukan oleh sudut N’-Pr-Pog’ yang terbentuk antara nasion kulit N’, ujung hidung Pr dan pogonion kulit Pog’ dengan nilai rata-rata 137° untuk laki-laki dan 133° untuk perempuan. 29 Gambar 4C

2.4 Suku India Malaysia

Kaum India mulai datang ke tanah Melayu sejak pembukaan selat Malaka, pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Kaum India terbagi dari beberapa suku etnik diantaranya terdiri dari Tamil, Telugu, Malayali, Ceylon dan lain-lain. Pada tahun 1921 kaum India yang berada di tanah Melayu adalah 14,2 dari jumlah penduduk tanah Melayu. Kebanyakan Kaum India yang berhijrah ke tanah Melayu untuk bekerja adalah laki-laki. Orang India yang datang ke tanah Melayu kebanyakan berasal dari India Selatan dimana sebagian besar terdiri dari orang Tamil. 18,20 Pada saat ini kaum India merupakan kaum ketiga terbesar di Malaysia setelah Melayu dan Cina. India merupakan kelompok kedua pendatang terbesar ke Tanah Melayu. Kebanyakan mereka berasal dari India Selatan yaitu dari daerah Negapatam dan Madras. India juga mengalami masalahnya tersendiri yang menyebabkan Universitas Sumatera Utara penduduknya berhijrah ke luar. Kemiskinan dan kelaparan mendorong banyak orang India berhijrah ke negeri-negeri lain termasuk ke Tanah Melayu. Faktor pendorong ini sama dengan faktor penghijrahan orang-orang Cina, disamping faktor penarik yang ada di Tanah Melayu. Migran India datang sejak pembukaan Pulau Pinang oleh Inggris. Berbeda dengan pendatang-pendatang dari Cina pendatang-pendatang dari India ini tidak dipisahkan pada beberapa kelompok berdasarkan bahasa dan dialek. Sebaliknya mereka dipisahkan oleh daerah yang berlainan dan sistem kasta. 17,18,19 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mendeskripsikan rerata konveksitas jaringan lunak wajah berdasarkan sefalometri pada mahasiswa India Tamil Malaysia FKG USU.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Ortodonsia FKG USU Jl. Alumni No. 2 Universitas Sumatera Utara, Medan dan dilaksananakan dari bulan Agustus 2014 – Juni 2015.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa India Tamil Malaysia FKG USU usia ≥ 18 tahun.

3.4. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yaitu pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan teknik purposive sampling. Besar sampel ditentukan dengan rumus penaksiran proporsi populasi dengan ketelitian absolut absolute precision: n = Zα 2 P − P d 2 Keterangan: Zα = derajat kepercayaan, untuk α = 0,5 maka Zα = 1,96 P = proporsi pada populasi penelitian sebelumnya hasil penelitian Ulfa dkk.,2011 d = presisi mutlak 15 Universitas Sumatera Utara