Analisis Steiner Garis S Analisis Ricketts Garis E Analisis Merrifield Garis Z Analisis Holdway Garis H Analisis Subtelny

N-A-Pg yang terbentuk antara Nasion N, subspinale A dan Pogonion Pg dengan nilai rata-rata 175°, pada umur 12 tahun nilai rata-rata menjadi 177,5°. 29 Gambar 4A Gambar 4.Analisa konveksitas wajah menurut Subtelny 10 A. Sudut 1 : Konveksitas skeletal wajah N-A-Pg B. Sudut 2 : Konveksitas jaringan lunak wajah N’-Sn-Pg’ C. Sudut 3 : Konveksitas jaringan lunak penuh N’-Pr-Pg’ 2.3.2.Analisa Konveksitas Jaringan Lunak Wajah Analisis konveksitas jaringan lunak wajah dengan posisi bibir yang ideal telah dilakukan penelitian oleh ahli-ahli ortodonti antara lain Steiner, Ricketts, Merrifeld, Holdway dan Subtelny yang merupakan penentuan profil jaringan lunak cembung, lurus atau cekung. Masing-masing ahli menggunakan referensi yang bervariasi dalam menganalisis profil jaringan lunak wajah. 22,23

2.3.2.1 Analisis Steiner Garis S

Menurut Steiner garis S merupakan garis yang ditarik dari titik Pog’ ke pertengahan kurva S yang terletak diantara Pronasal Pr ke titik Subnasale Sn Gambar 5. Oleh karena itu posisi bibir harus seimbang dengan wajah. Jika bibir Universitas Sumatera Utara berada dibelakang garis S dinyatakan profil wajahnya cekung. Sedangkan jika berada di depan garis S, profil wajahnya cembung. 3,22 Gambar 5. Analisis Steiner 6,12

2.3.2.2 Analisis Ricketts Garis E

Garis E Ricketts adalah salah satu garis yang paling sering digunakan sebagai garis referensi dalam diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Garis ini digambarkan dari Pronasale Pn menuju Pogonion jaringan lunak Pog’ Gambar 6. Seseorang mempunyai profil wajah yang harmonis jika titik Labium superior Ls terletak 2-4 mm di belakang garis E dan titik Labium inferior Li 1-2 mm di belakang garis E. Rickets menyatakan nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada umur dan jenis kelamin. 22 Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Garis E Ricketts 22

2.3.2.3 Analisis Merrifield Garis Z

Menurut Merrifeld, garis profil wajah merupakan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit Pog’ dengan titik paling depan dari Labium superior Ls dan Labium inferior Li. Sudut Z dibentuk oleh perpotongan antara bidang Frankfurt horizontal dengan garis profil tersebut Gambar 7. Nilai ideal sudut ini berkisar 80±9°. 24 Gambar 7.Analisis Merrifeld 6,12 Universitas Sumatera Utara

2.3.2.4 Analisis Holdway Garis H

Garis H diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit Pog’ ke titik Labium Superior Ls. Besar sudut H yang harmonis adalah berkisar 7°-15°. Sedangkan untuk nilai ideal Sudut H adalah 10° dengan nilai konveksitas wajah 0 mm. 4,8,23 Gambar 8. Analisis Holdway 8

2.3.2.5 Analisis Subtelny

Menurut Subtelny konveksitas jaringan lunak ditentukan oleh sudut N’-Sn- Pg’ yang terbentuk antara perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn Gambar 9. Subtelny menyatakan bahwa peningkatan kecembungan profil jaringan lunak wajah terjadi seiring dengan pertambahan usia. 29 Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Analisa Jaringan Lunak Subtelny 29 Pada penelitian Hashim dkk 2003 yang menggunakan analisis Subtelny yaitu konveksitas jaringan lunak ditentukan oleh sudut N’-Sn-Pg’ yang terbentuk antara perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lun ak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn. Penelitian yang dilakukan terhadap 56 orang usia 22- 23 tahun pada populasi Saudi Arabia diperoleh sudut N’-Sn-Pg’ sebesar 18,65° dengan standar deviasi 6,5° pada laki-laki dan 20,1° dengan standar deviasi 4,3° pada perempuan. 10 Penelitian Prabuwijaya 2007 terhadap 42 orang dengan usia 20-25 tahun pada mahasiswa FKG USU ras Deutro Melayu memperoleh rerata konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 17° dan perempuan 16,53°. 6 Penelitian Al-Zubaidi 2009 terhadap 30 orang remaja usia 11-14 tahun pada beberapa siswa dasar dan menengah di kota Mosul diperoleh rerata konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 161,9° dengan standar deviasi 2,68° dan 162,46° dengan standar deviasi 6,37° pada perempuan.Al-Zubaidi juga meneliti pada 30 orang dewasa umur 18-25 tahun yang merupakan mahasiswa kedokteran gigi diperoleh rerata konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 166,26° dengan standar deviasi 5,40° dan 162,60° dengan standar deviasi 5,20° pada perempuan. 25 Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Budianto 2008 pada 11 orang laki- laki diperoleh sudut N’-Sn-Pg’ sebesar 164,96° dengan standar deviasi 7,34° dan 168,60° dengan standar deviasi 4,11° pada perempuan. 26 Namun penelitian yang dilakukan oleh AL- Zubaidi dan Budianto adalah mengukur sudut besar dari N’-Sn- Pg’ bukan mengukur sudut perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn. Pada penelitian ini, metode pengukuran akan didasarkan pada penelitian yg telah dilakukan sebelumnya diatas yaitu mengukur sudut perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak N’ ke subnasal jaringan lunak Sn dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak Pg’ ke subnasal jaringan lunak Sn. .

2.3.3 Analisa Konveksitas Jaringan Lunak Penuh