S PLB 0906607 Bibliography

(1)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arifin. (2007). Pendidikan Anak Berkonflik Hukum Model Konvergensi Antara

Fungsionalis dan Religius. Bandung: Alfabeta.

Bob Sunardi, A. (2006). Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa Muda. Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Gunarsa, S.(1991). Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2009). Panduan Membina Pramuka Luar Biasa. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2011). Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum Penegak. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Lauster, P. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Boden Powel, L. (2006). Berkelana Menuju Keberhasilan. Bandung: AIPI dan Puslit KP2W Lemlit Unpad.

Miles dan B. Matthew. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

J. Moleong Lexi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Perry, M. (2003). Confidence Boosters Pendongkrak Kepercayaan Diri. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

R. Pudjijogyanti, C. (2010). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: ARCAN. Soetodjo, W. (2010). Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama. Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


(2)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: PT Refika Aditama.

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sunardi. (1995). Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Smith, R et al. (1975). The Exeptional Child A Functional Approach. US:

McGwaw-Hill

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI.

W Creswell, J. (2010). Research Desain Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

W Santrock, J. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sumber Tesis:

Koswara, I. (2011). Efektivitas Konseling Narasi Melalui Aktivitas Kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Lorraine, E. (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI. Nurjanah, N. (2010). Efektivitas Konseling Analisis Transaksional untuk

Meningkatkan Self Esteem Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI. Rohayati, I. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan

Percaya Diri Siswa SMA. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Sa‟adah, M. (2011). Efektivitas Sosiodrama untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.


(3)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Afifuddin. (2012). Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran.

Tersedia di

http://www.uin-alauddin.ac.id/download.%20Afifuddin_Perenc.%20Pengajaran.pdf

Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka No. 203 Th. 2009 tersedia di http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=view&i d=437&Itemid=120#.UkpYNsvEwxQ [22 September 2013]

Astati. (tanpa tahun). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan Anak Tunalaras

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011 974032-ASTATI/Karakteristik_Pend_ATD-ATL.pdf [11 November 2013 18.15]

Counseling Center university of Illinois at Urbana-Champaigh. (2007). Self Confidencce. http://www.counselingcenter.illinois.edu/self-help-brochures/self-awarenessself-care/self-confidence/ [16 Desember 2013 pukul 15.10]

Direktorat Pembinaan PK-LK. (2013). Pendidikan Khusus untuk Anak Tunalaras.

http://www.pkplkdikmen.net/berita-pendidikan-khusus-untuk-anak-tunalaras.html [11 November 2013 pukul 18.23]

Ginintasasi, R. (tanpa tahun) Interaksi Sosial. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf [16 April 2014 pukul 14.00]

Haryanto. (2011).Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Tersedia di

http://belajarpsikologi.com/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/ [16 April 2014] Haryanto.( 2010). Pengertian Kepercayaan Diri. Terdesia di

http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ [16 April 2014 pukul 14.17]

MetroTV. (2013). Jumlah Anak Bermasalah Hukum Meningkat.

http://www.youtube.com/watch?v=ExLkleuGduU

Harianja Kristina, N. (2011). Gambaran Konsep Diri Pekerja Seks Komersial di Kota Medan. Tersedia di


(4)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1991 Tentang

Pendidikan Luar Biasa tersedia di

http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp1991_72.htm [15 November 2013 15.33] Pudjiastuti Adywibowo, I. (2010). Memperkuat Kepercayaab Diri Anak Melalui

Percakapan Referensial. Jurnal Tersedia di

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2037-49%20Memperkuat%20Kepercayaan%20Diri%20Anak.pdf [16 April 2014 pukul 14.32]

Rini F, J. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Tersedia di http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=84 [9 September 2013 pukul 18. 47]

Sulipan. (tanpa tahun). Penelitian Deskriptif Analitis Berorientasi Pemecahan Masalah. Tersedia di

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4 &cad=rja&uact=8&ved=0CCsQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.ktigur u.net%2Ffile.php%2F1%2Fmoddata%2Fdata%2F3%2F9%2F46%2FPenel itian_Deskriptif_Analitis.pdf&ei=8tXpU4PkDcLi8AWjnIGgDg&usg=AF QjCNFt-qCQsMybiF8fKiknIvqyZE4hlA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tersedia di http://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/167/uu12_1995.pdf [26 September 2013]

Yulianti,Sriati dan Widiasih. (2008) Gambaran Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja Sebelum dan Setelah Pelatihan di Rumah Tahanan

Negara Kelas I Bandung. Tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fjkp%2F article%2Fdownload%2F83%2F65&ei=vmTiUqrVDMKzrAfcvYHYBw& usg=AFQjCNGMLYuTMHMSDpoUV1KX2JbHJaPGkg&sig2=KvmuHs SLYGegu6b4g8kNEA [11 November 2013 pukul 18.25]

Yuvita Afrinita, R. (2013). Penyebab dan Kondisi Psikologis Narapidana Kasus

Narkoba Pada Remaja. Tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &ved=0CDcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.uad.ac.id%2Findex.ph p%2FEMPATHY%2Farticle%2Fdownload%2F1561%2F899&ei=TmfiUp

iAIsnsrAe-i4CQBA&usg=AFQjCNG_ieV1vRtmuDK9qw4kAOFwLnvGcg&sig2=0 M_VKyNChevE3yPmicneiQ [24 Januari 2014 pukul 20.25]


(5)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber Lain:

Kurniasih, E. (2010). Program Pendidikan Kepramukaan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara: Kertas Kerja.

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARAS MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Oleh:

Siti Haryanti 0906607 A. Pendahuluan

Setiap anak yang dilahirkan akan melewati berbagai fase dalam sepanjang rentang kehidupannya. Setiap fase akan memberikan dampak terhadap perkembangan fisik dan psikologis anak. Fase remaja yang sering disebut sebagai masa peralihan, pencarian identitas dan masa yang bermasalah merupakan fase yang sangat penting, karena perkembangan pada masa remaja berdampak langsung terhadap sikap dan perilaku anak serta memberi dampak jangka panjang. Sebagaimana telah diungkapkan bahwa fase remaja merupakan masa peralihan, pencarian identitas dan sebagainya maka pada fase ini permasalahan yang dialami cukup kompleks. Gejolak dan pertentangan yang dialami remaja pada fase ini rentan menimbulkan perilaku yang negatif. Berbagai kenakalan remaja seperti membolos sekolah, perkelahian, kebut-kebutan di jalan, perusakan, penyalahgunaan narkotika dan sebagainya seringkali kita saksikan dewasa ini.

Perilaku negatif pada remaja timbul karena remaja cenderung memiliki penilaian yang rendah terhadap dirinya sehingga menimbulkan perasaan rendah diri. Sebagaimana dinyatakan Hurlock (1980: 192) bahwa:


(6)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik

menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

Penilaian rendah remaja terhadap dirinya mengakibatkan rasa kurang percaya diri untuk mengaktualisasikan dirinya. Rasa kurang percaya diri remaja untuk mengaktualisasikan dirinya ini akan membuat remaja berperilaku menyimpang dalam taraf tertentu. Apabila perilaku menyimpang ini tidak mendapatkan bimbingan yang tepat akan mengakibatkan anak memiliki hambatan dalam emosi dan perilaku atau di dunia pendidikan lebih dikenal sebagai tunalaras.

Penilaian yang rendah pada diri sendiri yang dilakukan oleh remaja tunalaras, mengakibatkan remaja tunalaras merasa terdapat jarak antara dirinya dengan lingkungan. Seperti diungkapkan Somantri (2007: 157) bahwa:

Perasaan tidak berguna bagi orang lain, perasaan rendah diri, tidak percaya diri, perasaan bersalah menyebabkan mereka merasakan adanya jarak dengan lingkungannya. Salah satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga merusak diri mereka sendiri.

Dampak penilaian diri yang rendah pada remaja tunalaras adalah munculnya perilaku negatif yang seringkali dipilih oleh remaja tunalaras untuk menutupi ketidakpercayaan dirinya. Tak jarang perilaku negatif tersebut membuat remaja tunalaras berhadapan dengan hukum. Dewasa ini jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilakukan anak di bawah umur semakin meningkat. Sebagaimana disiarkan dalam acara berita MetroTV 31 Mei 2013 jumlah anak yang melakukan pelanggaran hukum pada tahun 2009 1.258 kasus, pada tahun 2011 meningkat menjadi 7.000 kasus.

Rasa kurang percaya diri terlebih akan menimpa remaja yang berhadapan dengan hukum dan harus menjalani pembinaan di lembaga pemasyarakatan.


(7)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurang percaya diri pada remaja tunalaras di lembaga pemasyarakatan ditegaskan pula oleh Arifin (2007: 62) “Anak didik lapas adalah anak yang tengah mengalami krisis, tengah berada di persimpangan jalan, tengah mengalami

dissosialisasi dengan masyarakat…”

Berdasarkan uraian di atas maka kepercayaan diri pada remaja terlebih remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum sangat penting mengingat semakin meningkatnya pelanggaran hukum yang dilakukan remaja tunalaras. Selain itu kepercayaan pada diri sendiri merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap individu sebagaimana diungkapkan Adler dalam Lauster (2008: 13)

„Kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan kepercayaan diri

dan rasa superioritas.‟

Kaitannya dengan remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum, upaya meningkatkan rasa percaya diri menjadi penting karena rasa percaya diri merupakan modal utama yang harus dimiliki agar dapat mandiri secara perilaku dan emosional sehingga remaja tunalaras bisa hidup secara harmonis dalam lingkungannya. Agar remaja tunalaras yang telah mendapatkan binaan lembaga pemasyarakatan tidak kembali berperilaku menyimpang atau kembali berhadapan dengan hukum.

Kegiatan kepramukaan menjadi menarik untuk diteliti karena kegiatan ini merupakan program pendidikan bagi warga binaan yang wajib dilaksanakan di setiap lembaga pemasyarakatan sejak 2010. Hal ini berdasarkan kesepakatan antara Kwartir Nasional Pramuka dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 02/PK-MoU/2010. Sehingga setiap warga binaan lembaga pemasyarakatan yang di dalamnya terdapat anak tunalaras mendapatkan pembinaan kepramukaan.

Selain kegiatan kepramukaan merupakan program wajib untuk dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan, kegiatan kepramukaan dipilih dalam penelitian ini karena tujuan dari kegiatan kepramukaan adalah membangun pribadi warga binaan selain juga memberikan keterampilan yang bermanfaat bagi hidupnya.


(8)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui kegiatan kepramukaan diharapkan peserta mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. Sehingga remaja tunalaras dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat.

Kegiatan kepramukaan atau dalam perkembangannya tak jarang disebut sebagai pendidikan kepramukaan telah memiliki prinsip, metode dan tujuan yang terstruktur dalam memberikan pelatihan terhadap anggotanya. Sehingga kegiatan kepramukaan memungkinkan untuk dijadikan metode alternatif dalam pembinaan remaja tunalaras.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.

B.Kegiatan Kepramukaan

Kepramukaan identik dengan sebuah permainan yang menyenangkan, suatu pembinaan kepribadian, dan sebuah petualangan. Boden Powell (2006: 3) memberikan definisi mengenai kepramukaan sebagai berikut:

Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagian, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya.

Pengertian kepramukaan juga dikemukakan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (2009: 3) yang mendefinisikan kepramukaan sebagai berikut:

suatu proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan kepramukaan adalah suatu kegiatan di alam terbuka yang menyenangkan dan dirancang untuk membangun


(9)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepribadian serta keterampilan bagi generasi penerus bangsa serta dilaksanakan berdasarkan prinsip dan metode tertentu.

C.Kepercayaan Diri

Lauser (2008: 4) menyatakan kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

Counseling Center University of Illinois at Urbana-Champaigh (2007) menyebutkan karakteristik individu yang memiliki kepercayaan pada diri sebagai berikut:

Self-confident people trust their own abilities, have a general sense of control in their lives, and believe that, within reason, they will be able to do what they wish, plan, and expect. Having self-confidence does not mean that individuals will be able to do everything. Self-confident people have expectations that are realistic. Even when some of their expectations are not met, they continue to be positive and to accept themselves.

(Orang yang memiliki rasa percaya diri, percaya terhadap kemampuan mereka sendiri, memiliki pengendalian diri dalam hidupnya, dan percaya bahwa, tanpa alasan, mereka akan dapat melakukan apa yang mereka inginkan, rencanakan, dan harapkan. Memiliki kepercayaan diri bukan berarti bahwa individu akan dapat melakukan semuanya. Orang percaya diri memiliki harapan yang realistis. Bahkan ketika beberapa harapan mereka tidak terpenuhi, mereka terus menjadi positif dan menerima diri mereka sendiri)

D.Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang penulis telah jabarkan maka pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif.


(10)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2011: 6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Lodico dkk (Emzir, 2011: 1) penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian interpretatif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropogi dan diadaptasi ke dalam setting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan diungkapkan. Peneliti kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi partisipan di bawah studi.

E.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II Bandung yang beralamat di Jl. KH. Abdul Halim No. 270 Ciparay, Bandung. Penelitian dilaksanakan dari Maret sampai dengan Juli 2014.

F. Subjek Penelitian

Subjek yang pertama, Kasubsi Bimkemaswat dan seorang staff Bimkemaswat sebagai pembina kegiatan kepramukaan yang akan memberikan gambaran mengenai proses penyusunan program, pelaksanaan, hambatan dan upaya mengatasi hambatan pelaksanaan kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung

Kedua, Pelatih kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung yang akan memberikan informasi mengenai penyusunan program kegiatan kepramukaan, pelaksanaan kegiatan kepramukaan,


(11)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.

G.Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam tiga langkah yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan. Pertama, reduksi data. Menurut Suharsaputra (2012: 218) pada tahap ini peneliti melakukan proses mengolah data dari lapangan dengan memilah dan memilih, dan menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data dilakukan setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara. Reduksi data dilakukan dengan cara menulis semua data lapangan kemudian data dirangkum sesuai dengan hal-hal pokok untuk mencari polanya.

Kedua, display data. Suharsaputra (2012: 219) mengungkapkan dalam display data laporan yang sudah direduksi dilihat kembali gambaran secara keseluruhan, sehingga dapat tergambar konteks data secara keseluruhan, dan dari situ dapat dilakukan penggalian data kembali apabila dipandang perlu untuk lebih mendalami masalahnya.

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupaka upaya untuk memberi makna dari data yang telah dikumpulkan selama penelitian. Sugiyono (2012: 345) mengatakan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

H.Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diketahui perumusan program kegiatan kepramukaan bagi warga binaan khususnya warga binaan remaja belum disusun berdasarkan kebutuhan masing-masing warga binaan. Program kepramukaan


(12)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disusun untuk seluruh warga binaan dengan berbagai latar belakang permasalahan dan kebutuhan pembinaan yang beragam. Hal ini jika dilihat dari sudut pandang pendidikan dirasa kurang tepat. Program pembinaan mestinya disesuaikan dengan kebutuhan setiap warga binaan remaja. Warga binaan remaja dengan latar belakang masalah yang sama pun harus diberikan pembinaan dengan pendekatan yang berbeda mengingat kepribadian setiap warga binaan yang berbeda. Sehingga sebelum melaksanakan program kegiatan kepramukaan diperlukan adanya identifikasi atau assessment terhadap kebutuhan dari setiap warga binaan remaja yang akan mengikuti kegiatan pramuka. Hal ini diperlukan sebagai acuan bagi pelatih, pembina dan pihak Lapas dalam memberikan kegiatan kepramukaan bagi setiap warga binaan remaja.

persiapan dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan diketahui tidak terdapat paksaan terhadap warga binaan remaja untuk mengikuti kegiatan kepramukaan. Warga binaan remaja mengikuti kegiatan atas kemauannya sendiri. Kemudian dalam hal pengelompokkan tidak seperti pada penggolongan anggota di pramuka yang membagi anggota berdasarkan usia dan kemampuan yang dimiliki. Seluruh warga binaan remaja melaksanakan latihan secara bersama-sama bahkan warga binaan remaja juga berlatih bersama warga binaan dewasa. Keuntungan yang didapat warga binaan remaja dengan latihan bersama-sama warga binaan dewasa adalah dapat mengasah kemampuan dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Selain itu dalam interaksi dengan warga binaan dewasa tak jarang warga binaan remaja mendapatkan nasehat, teguran dan arahan bagaimana berinteraksi di dalam Lapas.

Materi inti yang diberikan dalam latihan kegiatan pramuka selama 11 kali latihan diketahui adalah Pelatihan Baris Berbaris (PBB), Sandi Semapore dan Pioneering. Masing-masing materi diberikan dalam beberapa kali pertemuan.

Pelaksanaan latihan kegiatan pramuka diawali dengan berdo‟a yang

dipimpin oleh pelatih, kemudian pelatih memeriksa kehadiran warga binaan, lalu mengucapkan Tri Satya dan Dasa Darma yang dipimpin oleh pelatih, setelah itu


(13)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyanyikan yel, kemudian masuk pada materi inti. Sebagaimana telah diuraikan pada bahasan sebelumnya materi inti yang diberikan adalah PBB, sandi semapore dan pioneering. Setelah materi inti kegiatan ditutup dengan berdo‟a dan pengarahan dari pelatih kegiatan kepramukaan. Namun tidak jarang dalam kegiatan pembuka tidak ada pengucapan Tri Satya dan Dasa Darma serta menyanyikan yel. Dalam kegiatan penutup juga tidak selalu diakhiri dengan do‟a. Tak jarang setelah pemberian materi inti dan membereskan perlengkapan latihan, latihan diakhiri dengan makan bersama setelah itu langsung membubarkan diri untuk menuju kamar masing-masing.

Metode yang digunakan dalam setiap latihan cenderung menggunakan metode belajar sambil melakukan dan sistem beregu dengan teknik demonstrasi dan ceramah. Selain itu dalam latihan seringkali warga binaan remaja diberikan kesempatan untuk mempraktikkan materi yang telah diberikan. Seperti dalam pemberian materi semapore setelah pelatih mendemostrasikan sambil memberikan penjelasan, warga binaan remaja diberikan kesempatan untuk mempraktikkan sandi semapore di depan warga binaan lain. Sarana pendukung pelaksanaan kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera semaphore.

Pelaksanaan latihan kegiatan kepramukaan dijadwalkan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis dan dalam setiap kali latihan waktu yang digunakan adalah dua jam. Namun dalam pelaksanaannya latihan tidak berjalan secara rutin. Terkadang dalam satu minggu tidak dilaksanakan latihan, pada minggu berikutnya dilaksanakan latihan lebih dari dua kali.

Mengenai sistem dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan kepramukaan dari pihak Lapas sendiri selain ketersediaan sarana pendukung latihan berupa tongkat, tali kur, bendera semapore, tenda, seragam pramuka, dan sebagainya, dukungan juga diberikan dalam bentuk kemudahan akses sarana di Lapas yaitu Aula, lapangan futsal, lapangan blok dan sebagainya untuk digunakan latihan kegiatan pramuka. Kemudian dukungan berupa pengawasan dari petugas keamanan terhadap pelaksanaan latihan kegiatan pramuka. Pihak Lapas juga tak


(14)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jarang mengikutsertakan warga binaan dalam kegiatan pramuka yang diselenggarakan oleh Kwarda bagi para warga binaan.

Dukungan dari masyarakat atau lembaga lain untuk pelaksanaan kegiatan kepramukaan datang dari Kwartir Daerah. Hal ini terbukti dari adanya kunjungan salah seorang penggagas program kepramukaan di Lapas.

Hambatan dalam perumusan program kegiatan kepramukaan diketahui adalah kurangnya tenaga ahli untuk melakukan identifikasi kebutuhan pembinaan setiap warga binaan. Selain itu pihak Lapas mengalami hambatan dalam hal dana untuk menjalin kerjasama dengan pihak atau lembaga terkait. Hambatan utama dalam perekrutan warga binaan remaja adalah minat warga binaan remaja untuk ikut serta dalam kegiatan kepramukaan. Hambatan lain dalam hal perekrutan adalah masa tahanan warga binaan remaja yang singkat sehingga peserta kegiatan pramuka mengalami pergantian dalam waktu yang cukup cepat. Hambatan yang dialami dalam penyampaian materi kegiatan adalah tidak adanya perumusan program kegiatan sesuai dengan kebutuhan pembinaan warga binaan remaja. Hal ini membuat pelatih memberikan materi kegiatan secara spontan. Kemudian dalam menyampaikan materi, pelatih kurang bisa mengendalikan warga binaan untuk fokus terhadap materi yang disampaikan. Pelatih juga mengalami hambatan dalam hal referensi mengenai kegiatan kepramukaan. Terbatasnya buku-buku kepramukaan juga keterbatasan pelatih yang merupakan warga binaan menjadi hambatan tersendiri untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan materi kegiatan pramuka.

Hambatan dalam hal mekanisme yang meliputi tahapan, metode dan sarana pendukung yang digunakan, diketahui dalam hal tahapan pelaksanaan latihan konsistensi kegiatan pembuka yaitu pembacaan Tri Satya dan Dasa Darma serta kegiatan ice breaking yang menyenangkan tidak terjaga. Hambatan dalam menggunakan metode yang lebih variatif dalam menyampaikan materi kegiatan pramuka disebabkan kurangnya referensi mengenai metode apa saja yang dapat digunakan dalam latihan pramuka. Dalam hal sarana pendukung dari hasil


(15)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi di lapangan adalah jumlah tongkat, tali kur, bendera semapore, seragam dan sebagainya yang masih kurang dibandingnya jumlah warga binaan yang mengikuti kegiatan pramuka.

Hambatan dalam hal sistem dukungan dari pihak Lapas adalah belum adanya kerjasama yang dijalin secara sinergis dengan lembaga terkait dalam upaya meningkatkan kualitas warga binaan remaja yang mengikuti kegitan pramuka. Misalnya mendatangkan pembina dari Kwartir atau Kwarcab. Hambatan yang dihadapi dalam hal penilaian adalah pelatih tidak memiliki kriteria penilaian terhadap materi yang disampaikan. Sehingga penilaian yang diberikan saat latihan terbatas hanya pada gerakan atau produk fisik dari latihan. Penilaian terhadap perkembangan psikologis warga binaan remaja dilakukan berdasarkan pengamatan selintas petugas dan pelatih.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal perumusan program kegiatan kepramukaan adalah dengan mengirimkan petugas untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Kwartir Daerah Jawa Barat atau lembaga kepramukaan lainnya. Hal ini sebagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi tidak adanya tenaga ahli dalam kepramukaan. Hambatan dalam hal mekanisme pelaksanaan latihan kegiatan pramuka khususnya dalam hal metode yang digunakan diatasi dengan cara berdiskusi dengan warga binaan lain yang ikut membantu melatih dan membaca buku kepramukaan yang tersedia. Dalam hal pengadaan sarana pendukung latihan upaya yang dilakukan pelatih adalah mengajukan kebutuhan alat kepada pihak Lapas.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal waktu pelaksanaan latihan dilakukan dengan merubah jadwal latihan ketika berbenturan dengan kegiatan lain. Mengatasi hambatan dalam hal sistem dukungan dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan Kwarcab untuk menempatkan pelatih kegiatan pramuka di Lapas, namun hal ini belum terealisasi. Upaya lain untuk meningkatkan kualitas warga binaan yang mengikuti kegiatan pramuka pelatih meminta bantuan kepada warga binaan lain yang ahli di bidangnya, meskipun


(16)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langkah ini belum optimal karena dari tiga orang warga binaan yang kadang membantu melatih masing-masing memiliki kesibukan lain sebagai korve.

I. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penyusunan program kegiatan kepramukaan yang sesuai dengan kebutuhan warga binaan remaja belum dilaksanakan. Belum dilakukan asesmen terdapat kebutuhan masing-masing warga binaan remaja sebelum penyusunan dan pelaksanaan program kegiatan kepramukaan.

2. Keseluruhan pelaksanaan kegiatan kepramukaan memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kepercayaa diri melalui tiga aspek yaitu kemampuan pribadi, interaksi sosial dan konsep diri positif. Namun upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung belum mencapai hasil yang optimal karena materi, metode, teknik dan sistem dukungan yang ada tidak dirancang berdasarkan kebutuhan masing-masing warga binaan remaja.

3. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja adalah kurangnya jumlah pelatih, kurangnya referensi mengenai materi serta metode pelaksanaan kegiatan kepramukaan, kurangnya anggaran untuk pengadaan sarana pendukung kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera semapore, dan sebagainya.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi adalah dengan meningkatkan kemampuan pembina dalam bidang kepramukaan melalui pelatihan-pelatihan kepramukaan yang diselenggarakan oleh Kwarda. Upaya meningkatkan kemampuan pelatih dilakukan dengan cara pemberian pengarahan oleh pembina kepada pelatih mengenai pelaksanaan kegiatan


(17)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pramuka. Upaya lain yang dilakukan adalah merekrut warga binaan yang merupakan mantan TNI atau polisi untuk membantu melatih.


(1)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disusun untuk seluruh warga binaan dengan berbagai latar belakang permasalahan dan kebutuhan pembinaan yang beragam. Hal ini jika dilihat dari sudut pandang pendidikan dirasa kurang tepat. Program pembinaan mestinya disesuaikan dengan kebutuhan setiap warga binaan remaja. Warga binaan remaja dengan latar belakang masalah yang sama pun harus diberikan pembinaan dengan pendekatan yang berbeda mengingat kepribadian setiap warga binaan yang berbeda. Sehingga sebelum melaksanakan program kegiatan kepramukaan diperlukan adanya identifikasi atau assessment terhadap kebutuhan dari setiap warga binaan remaja yang akan mengikuti kegiatan pramuka. Hal ini diperlukan sebagai acuan bagi pelatih, pembina dan pihak Lapas dalam memberikan kegiatan kepramukaan bagi setiap warga binaan remaja.

persiapan dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan diketahui tidak terdapat paksaan terhadap warga binaan remaja untuk mengikuti kegiatan kepramukaan. Warga binaan remaja mengikuti kegiatan atas kemauannya sendiri. Kemudian dalam hal pengelompokkan tidak seperti pada penggolongan anggota di pramuka yang membagi anggota berdasarkan usia dan kemampuan yang dimiliki. Seluruh warga binaan remaja melaksanakan latihan secara bersama-sama bahkan warga binaan remaja juga berlatih bersama warga binaan dewasa. Keuntungan yang didapat warga binaan remaja dengan latihan bersama-sama warga binaan dewasa adalah dapat mengasah kemampuan dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Selain itu dalam interaksi dengan warga binaan dewasa tak jarang warga binaan remaja mendapatkan nasehat, teguran dan arahan bagaimana berinteraksi di dalam Lapas.

Materi inti yang diberikan dalam latihan kegiatan pramuka selama 11 kali latihan diketahui adalah Pelatihan Baris Berbaris (PBB), Sandi Semapore dan Pioneering. Masing-masing materi diberikan dalam beberapa kali pertemuan.

Pelaksanaan latihan kegiatan pramuka diawali dengan berdo‟a yang dipimpin oleh pelatih, kemudian pelatih memeriksa kehadiran warga binaan, lalu mengucapkan Tri Satya dan Dasa Darma yang dipimpin oleh pelatih, setelah itu


(2)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyanyikan yel, kemudian masuk pada materi inti. Sebagaimana telah diuraikan pada bahasan sebelumnya materi inti yang diberikan adalah PBB, sandi semapore dan pioneering. Setelah materi inti kegiatan ditutup dengan berdo‟a dan pengarahan dari pelatih kegiatan kepramukaan. Namun tidak jarang dalam kegiatan pembuka tidak ada pengucapan Tri Satya dan Dasa Darma serta menyanyikan yel. Dalam kegiatan penutup juga tidak selalu diakhiri dengan do‟a. Tak jarang setelah pemberian materi inti dan membereskan perlengkapan latihan, latihan diakhiri dengan makan bersama setelah itu langsung membubarkan diri untuk menuju kamar masing-masing.

Metode yang digunakan dalam setiap latihan cenderung menggunakan metode belajar sambil melakukan dan sistem beregu dengan teknik demonstrasi dan ceramah. Selain itu dalam latihan seringkali warga binaan remaja diberikan kesempatan untuk mempraktikkan materi yang telah diberikan. Seperti dalam pemberian materi semapore setelah pelatih mendemostrasikan sambil memberikan penjelasan, warga binaan remaja diberikan kesempatan untuk mempraktikkan sandi semapore di depan warga binaan lain. Sarana pendukung pelaksanaan kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera semaphore.

Pelaksanaan latihan kegiatan kepramukaan dijadwalkan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis dan dalam setiap kali latihan waktu yang digunakan adalah dua jam. Namun dalam pelaksanaannya latihan tidak berjalan secara rutin. Terkadang dalam satu minggu tidak dilaksanakan latihan, pada minggu berikutnya dilaksanakan latihan lebih dari dua kali.

Mengenai sistem dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan kepramukaan dari pihak Lapas sendiri selain ketersediaan sarana pendukung latihan berupa tongkat, tali kur, bendera semapore, tenda, seragam pramuka, dan sebagainya, dukungan juga diberikan dalam bentuk kemudahan akses sarana di Lapas yaitu Aula, lapangan futsal, lapangan blok dan sebagainya untuk digunakan latihan kegiatan pramuka. Kemudian dukungan berupa pengawasan dari petugas keamanan terhadap pelaksanaan latihan kegiatan pramuka. Pihak Lapas juga tak


(3)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jarang mengikutsertakan warga binaan dalam kegiatan pramuka yang diselenggarakan oleh Kwarda bagi para warga binaan.

Dukungan dari masyarakat atau lembaga lain untuk pelaksanaan kegiatan kepramukaan datang dari Kwartir Daerah. Hal ini terbukti dari adanya kunjungan salah seorang penggagas program kepramukaan di Lapas.

Hambatan dalam perumusan program kegiatan kepramukaan diketahui adalah kurangnya tenaga ahli untuk melakukan identifikasi kebutuhan pembinaan setiap warga binaan. Selain itu pihak Lapas mengalami hambatan dalam hal dana untuk menjalin kerjasama dengan pihak atau lembaga terkait. Hambatan utama dalam perekrutan warga binaan remaja adalah minat warga binaan remaja untuk ikut serta dalam kegiatan kepramukaan. Hambatan lain dalam hal perekrutan adalah masa tahanan warga binaan remaja yang singkat sehingga peserta kegiatan pramuka mengalami pergantian dalam waktu yang cukup cepat. Hambatan yang dialami dalam penyampaian materi kegiatan adalah tidak adanya perumusan program kegiatan sesuai dengan kebutuhan pembinaan warga binaan remaja. Hal ini membuat pelatih memberikan materi kegiatan secara spontan. Kemudian dalam menyampaikan materi, pelatih kurang bisa mengendalikan warga binaan untuk fokus terhadap materi yang disampaikan. Pelatih juga mengalami hambatan dalam hal referensi mengenai kegiatan kepramukaan. Terbatasnya buku-buku kepramukaan juga keterbatasan pelatih yang merupakan warga binaan menjadi hambatan tersendiri untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan materi kegiatan pramuka.

Hambatan dalam hal mekanisme yang meliputi tahapan, metode dan sarana pendukung yang digunakan, diketahui dalam hal tahapan pelaksanaan latihan konsistensi kegiatan pembuka yaitu pembacaan Tri Satya dan Dasa Darma serta kegiatan ice breaking yang menyenangkan tidak terjaga. Hambatan dalam menggunakan metode yang lebih variatif dalam menyampaikan materi kegiatan pramuka disebabkan kurangnya referensi mengenai metode apa saja yang dapat digunakan dalam latihan pramuka. Dalam hal sarana pendukung dari hasil


(4)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi di lapangan adalah jumlah tongkat, tali kur, bendera semapore, seragam dan sebagainya yang masih kurang dibandingnya jumlah warga binaan yang mengikuti kegiatan pramuka.

Hambatan dalam hal sistem dukungan dari pihak Lapas adalah belum adanya kerjasama yang dijalin secara sinergis dengan lembaga terkait dalam upaya meningkatkan kualitas warga binaan remaja yang mengikuti kegitan pramuka. Misalnya mendatangkan pembina dari Kwartir atau Kwarcab. Hambatan yang dihadapi dalam hal penilaian adalah pelatih tidak memiliki kriteria penilaian terhadap materi yang disampaikan. Sehingga penilaian yang diberikan saat latihan terbatas hanya pada gerakan atau produk fisik dari latihan. Penilaian terhadap perkembangan psikologis warga binaan remaja dilakukan berdasarkan pengamatan selintas petugas dan pelatih.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal perumusan program kegiatan kepramukaan adalah dengan mengirimkan petugas untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Kwartir Daerah Jawa Barat atau lembaga kepramukaan lainnya. Hal ini sebagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi tidak adanya tenaga ahli dalam kepramukaan. Hambatan dalam hal mekanisme pelaksanaan latihan kegiatan pramuka khususnya dalam hal metode yang digunakan diatasi dengan cara berdiskusi dengan warga binaan lain yang ikut membantu melatih dan membaca buku kepramukaan yang tersedia. Dalam hal pengadaan sarana pendukung latihan upaya yang dilakukan pelatih adalah mengajukan kebutuhan alat kepada pihak Lapas.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal waktu pelaksanaan latihan dilakukan dengan merubah jadwal latihan ketika berbenturan dengan kegiatan lain. Mengatasi hambatan dalam hal sistem dukungan dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan Kwarcab untuk menempatkan pelatih kegiatan pramuka di Lapas, namun hal ini belum terealisasi. Upaya lain untuk meningkatkan kualitas warga binaan yang mengikuti kegiatan pramuka pelatih meminta bantuan kepada warga binaan lain yang ahli di bidangnya, meskipun


(5)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langkah ini belum optimal karena dari tiga orang warga binaan yang kadang membantu melatih masing-masing memiliki kesibukan lain sebagai korve.

I. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penyusunan program kegiatan kepramukaan yang sesuai dengan kebutuhan warga binaan remaja belum dilaksanakan. Belum dilakukan asesmen terdapat kebutuhan masing-masing warga binaan remaja sebelum penyusunan dan pelaksanaan program kegiatan kepramukaan.

2. Keseluruhan pelaksanaan kegiatan kepramukaan memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kepercayaa diri melalui tiga aspek yaitu kemampuan pribadi, interaksi sosial dan konsep diri positif. Namun upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung belum mencapai hasil yang optimal karena materi, metode, teknik dan sistem dukungan yang ada tidak dirancang berdasarkan kebutuhan masing-masing warga binaan remaja.

3. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja adalah kurangnya jumlah pelatih, kurangnya referensi mengenai materi serta metode pelaksanaan kegiatan kepramukaan, kurangnya anggaran untuk pengadaan sarana pendukung kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera semapore, dan sebagainya.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi adalah dengan meningkatkan kemampuan pembina dalam bidang kepramukaan melalui pelatihan-pelatihan kepramukaan yang diselenggarakan oleh Kwarda. Upaya meningkatkan kemampuan pelatih dilakukan dengan cara pemberian pengarahan oleh pembina kepada pelatih mengenai pelaksanaan kegiatan


(6)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pramuka. Upaya lain yang dilakukan adalah merekrut warga binaan yang merupakan mantan TNI atau polisi untuk membantu melatih.