S PGSD 1107172 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran
pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Pendidikan

mempunyai

peranan

yang

sangat

menentukan


bagi

perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa
dan Negara. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan
yang

memungkinkan

anak

didik

untuk

mengembangkan

bakat

dan


kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan
masyarakat.
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan guna meningkatkan kualitas
hasil pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang
efektif di kelas, serta lebih memberdayakan potensi siswa. Namun semua itu
hanya akan dapat terlaksana jika guru sebagai pendidik mampu memahami dan
melaksanakan peranannya dengan baik, sejalan dengan itu UU RI No. 14 Th.
2005 tentang Guru dan Dosen (2005: hlm 2) menyatakan bahwa Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
melatih, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Paulo Freire (dalam Fathul Mujib, 2012: hlm 49) mengatakan bahwa
sekolah telah melakukan pedagogy of the oppressed terhadap anak, yakni kondisi
di mana guru mengajar, sementara anak diajar; guru mengerti semuanya,
sementara anak tidak tahu apa-apa; guru berpikir, sementara anak dipikirkan; guru
berbicara, sementara anak mendengarkan; guru mendisiplinkan, sementara anak
didisiplinkan; guru memilih dan mendesakkan pilihannya, sementara anak hanya
mengikuti; guru bertindak, sementara anak hanya membayangkan bertindak lewat


Debi Ariansyah, 2015
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

cerita guru; guru memilih isi program, sementara anak menjalaninya begitu saja;
guru adalah subjek; sementara anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire,
1993).
Dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa sekolah dasar
memberikan suatu tantangan yang lebih tinggi bagi para guru. Ini disebabkan
tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar tidak bisa lepas dari
tujuan pendidikan dasar yang memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara dan umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan ke tingkat selanjutnya. Pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial
dirancang berdasarkan lingkungan kehidupan yang nyata, yang dialami oleh
peserta didik sehari-hari.

Dengan materi yang dirancang seperti di atas, mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah diharapkan dapat memberi kesempatan yang cukup
kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bernalar guna
memperoleh konsep-konsep mengenai berbagai peristiwa dalam masyarakat yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial harus selalu berubah, hal ini seiring dengan perubahan yang terjadi di
masyarakat.
Dari uraian yang di atas maka sumber bahan untuk pembelajaran Ilmu
Pengetahuan di sekolah dasar dapat diambil dari ilmu-ilmu sosial, fenomenafenomena yang terjadi di sekitar peserta didik, baik fenomena fisik maupun
fenomena sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI/SDLB yang berasal dari ilmu-ilmu sosial
akan berupa seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berasal
dari geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sedangkan dari lingkungan fisik
maupun sosial di sekitar peserta didik adalah lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
Adapun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dimaksudkan untuk
mengembangkan (1) Keterampilan mental (terkait dengan sikap, simpati, empati
kepada sesama, pengembangan nilai, moral dan sikap yang sesuai dengan nilainilai yang ada di dalam masyarakat di Indonesia yang berdasarkan nilai), (2)

3


Keterampilan personal (memiliki keteguhan dalam bersikap dan berkepribadian),
(3) Keterampilan sosial (kemampuan berkomunikasi atau berhubungan dengan
orang lain).
Untuk mencapai tujuan dan standar kompetensi lulusan dapat tercapai
secara optimal, maka proses belajar mengajarnya mulai saat ini haruslah
diperbaiki, semua pengajar harus merancang proses pembelajaran dengan sebaikbaiknya. Misalnya dalam pemilihan strategi model, metode, teknik, media dan
penilaiannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kemp (Sanjaya, 2008) yang
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara secara efektif dan efisien. Guru yang berkompetensi profesional memiliki
pengetahuan luas tentang subject matter yang diajarkan serta menguasai
metodologi pembelajaran, baik secara teoritis maupun aplikatif (Fathul Mujib,
2012: hlm 95)
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mengharuskan adanya kesiapan
intelektual bagi yang mempelajarinya, serta menuntut adanya penalaran dan
kemampuan berpikir dan tidak hanya sekedar menghafal. Hal ini menjadikan Ilmu
Pengetahuan Sosial sering ditakuti atau bahkan dibenci anak-anak. Selain itu
dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, guru hanya menggunakan model
pembelajaran konvensional yaitu ceramah untuk menyampaikan materi yang

diajarkan. Pembelajaran hanya berpusat pada guru dan siswa cenderung pasif
hanya duduk diam mendengarkan materi yang diajarkan guru. Meskipun
demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan
alat dan bahan praktik, guru cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada
buku ajar atau referensi lain. Di mana pada hakikatnya IPS lebih menekankan
pada nalar–nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif–alternatif pemecahan
masalah sosial. Dengan hal tersebut, IPS menjadi mata pelajaran yang sulit di
pahami, selain itu penggunaan model pembelajaran yang monoton dan kurang
efektif mengakibatkan kurangnya ketertarikkan siswa dalam mata pelajaran IPS.
Sehingga tujuan dalam pembelajaran tidak tercapai secara optimal dan hasil
belajar siswa menjadi rendah, hal ini ditandai dengan persentase siswa yang
berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 30%. Sedangkan

4

siswa yang belum mencapai kompetensi KKM persentasenya sebesar 70%.
Padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pada kompetensi yang diajukan di
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006
adalah sebesar 65. Akibatnya, siswa kurang mendapat pengalaman dalam proses
pembelajaran dan tidak dapat memaksimalkan dalam mengeksplorasikan potensi

yang ada dalam diri siswa. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang
tepat dan baik serta menarik agar dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial serta meningkatkan hasil belajar siswa.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru
dalam pelaksanaan kurikulum. Diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif
tipe make a match, dengan model pembelajaran ini siswa dapat melatih
kreatifitasnya, aktif dalam proses pembelajarannya. Menurut Rusman (2011: hal
223) mengatakan salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, penulis ingin mengangkat sebuah pembelajaran
yang efektif, efisien dan menyenangkan yaitu Pembelajaran Kooperatif tipe Make
a Match. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di paparkan di atas maka
penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul
”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SD”.
B. Identifikasi Masalah
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di SD menunjukkan bahwa:
a. Pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

b. Komunikasi yang terjalin hanya satu arah sehingga siswa pasif.
c. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga
pembelajaran terkesan sangat monoton.
d. Siswa kurang berani mengutarakan pendapat.
e. Sebagian siswa kurang berani bertanya jika mengalami kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran.

5

Dari identifikasi masalah-masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas dan hasil belajar masih rendah. Hal ini disebabkan metode pembelajaran
kurang menarik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah mengetahui “Apakah dengan penggunaan pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a Match dapat mingkatkan hasil belajar siswa SD dalam
mata pelajaran IPS?”.
Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus
dibuat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah bentuk perencanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk meningkatkan Hasil
Belajar siswa SD kelas tinggi?
b. Bagaimanakah proses pembelajaran dengan menerapkan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a Match pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan
hasil belajar siswa SD kelas tinggi?
c. Bagaimanakah perkembangan belajar siswa SD kelas tinggi (hasil) pada mata
pelajaran IPS yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
pada proses pembelajarannya?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian
ini adalah mengetahui bentuk penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas tinggi pada mata
pelajaran IPS. Kemudian, tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan bentuk perencanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan
pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk meningkatkan hasil
belajar siswa SD kelas tinggi.
b. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a Match pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan
hasil belajar siswa SD kelas tinggi.


6

c. Mendeskripsikan perkembangan belajar siswa SD kelas tinggi (hasil) pada
mata pelajaran IPS yang menerapkan pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match pada proses pembelajarannya.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan tentang kualitas pendidikan atau
pembelajaran diharapkan akan memberikan kontribusi bagi guru di sekolah, siswa
dan juga peneliti. Kontribusi komponen dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagi Guru
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match adalah hal yang
jarang dilakukan oleh seorang guru. Oleh sebab itu hasil penelitian dapat
memberikan tambahan suatu pengalaman pada guru Ilmu Pengetahuan Sosial
yang terlibat dalam penelitian. Dengan penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make a Match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas dalam
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah menjadi lebih baik.
b. Bagi Siswa
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam
memahami konsep pembelajaran memberikan suatu tambahan pengalaman pada

siswa dalam kegiatan belajar, kalau dulu siswa belajar hanya menggunakan
metode ceramah saja, maka dengan adanya metode ini diharapkan hasil belajar
dan kreativitas siswa dapat berkembang sesuai yang diharapkan.
c. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian langsung peneliti dapat memperoleh
pengalaman dan wawasan tentang penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make a Match di sekolah. Dari hasil pengalaman dan pengamatan langsung
tersebut peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu
rancangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang lebih baik.
d. Bagi Sekolah
Dengan hasil penelitian ini sekolah diharapkan dapat mengembangkan
kurikulum dan memotovasi guru dalam mengimplementasikan kurikulum agar
kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.