VARIASI BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR DI KOTA MOJOKERTO SERTA RELEVANSI HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) - Repository Universitas Islam Majapahit
VARIASI BAHASASTIKER SEPEDA MOTOR DI KOTA MOJOKERTO SERTA
RELEVANSIDALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP
Peny Puji Astuti
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Majapahit
Abstract
This research to describe variation of language, factors that influence the use of language
variations on motorcycle stickers in the city of Mojokerto and the relevance of the results in
Indonesian language learning in junior high schools. This type of research uses descriptive
qualitative. The research subjects used were stickers on motorbikes in the area of Mojokerto city.
The area of this research is Mojokerto Square, Majapahit Street and Benteng Pancasila Street
area. Triangulation of method and theory techniques is used by researchers to test the credibility of
the data. The amount of data in this study there were 27 motorcycle stickers. Based on the results
of data analysis obtained the results of the study that variations in language used on motorcycle
stickers in the city of Mojokerto found variations in language based on speakers, variations in
language based on usage and variations in language based on formality. Language variations in
terms of speakers found are dialects and sociology. Language variations in terms of usage found
are based on usage in religious fields. Language variations in terms of formality are found, namely
consultative,casual, and intimate. Factors that influence the use of language variations include
linguistic factors and nonlinguistic factors. The results of the study, which are adapted to the basic
competencies and interview results, show the relevance of the results of the study with Indonesian
language learning in junior high schools, especially slogan material. Basic competencies relevant
to competency 3.4. Examine the presentation and linguistic patterns of ad text, slogans, or posters
(which make proud and motivating) from various sources that are read and heard.Keyword : variation of language, stickers, Indonesian language learning 1.
dinding, almari, pintu, jendela, meja, cermin,
PENDAHULUAN
Bahasa yang digunakan dalam peralatan elektronik, sampul buku, serta berkomunikasi berupa bahasa lisan dan tulis. ditempelkan pada bagian kendaraan. Stiker Bahsa lisan digunakan secara langsung melalui sebagai media tulis mempunyai beberapa percakapan misalnya percakapan dengan orang fungsi diantaranya sebagai media promosi, lain dalam kegiatan sehar-hari. Bahasa tulis sebagai media bentuk himbauan, seruan, digunakan secara tidak langsung melalui nasehat, peringatan, atau sebagai penunjuk tulisan misalnya tulisan yang terdapat pada identitas. buku, koran, majalah, poster, stiker, dan media Stiker biasanya ditempelkan pada bagian tulis lain. tertentu dari kendaraan sepeda motor. Stiker
Stiker termasuk media yang digunakan yang ditempelkan pada sepeda motor dapat untuk berkomunikasi, berupa lembaran kecil ditemui di berbagai tempat salah satunya di kertas atau plastik yang ditempelkan. Stiker kota Mojokerto. Jalanan dan tempat-tempat berisi kata-kata dengan disertai gambar tertentu dikota Mojokerto didominasi dijumpai stiker yang ditempelkan pada kendaraan tersebut.Sebagai sarana untuk berkomunikasi, stiker yang ditempelkan pada sepeda motor menggunakan bahasa yang berbeda-beda sehingga menjadi unik dan
Penggunaan bahasa yang berbeda-beda pada stiker disebabkan karena fungsi yang berbeda-beda. Fungsi yang dimaksud adalah maksud atau tujuan dari penggunaan bahasa pada stiker. Selain itu, perbedaan penggunaan bahasa pada stiker juga dipengaruhi oleh latar belakang sosial dari pemakai stiker. Perbedaan fungsi penggunaan serta perbedaan latar belakang sosial pemakai stiker tersebut menyebabkan bahasa pada stiker bervariasi. Seperti yang dinyatakan Chaer dan Agustina (2004:61) menyatakan bahwa sehubungan dengan heterogennya anggota suatu masyarakat, adanya berbagai fungsi sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi yang disebut bahasa itu menjadi bervariasi.
Banyaknya berbagai macam bentuk dan bahasa pada stiker sepeda motor yang menarik perhatian di jalanan dan tempat-tempat di kota Mojokerto, memunculkan ide peneliti untuk meneliti variasi bahasa pada stiker sepeda motor dan faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa pada stiker sepeda motor di kota Mojokerto dengan kajian sosiolinguistik. Kajian sosiolinguistik mencakup penggunaan bahasa oleh masyarakat dalam situasi, kondisi dan kebutuhan tertentu. Sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana menentukan variasi bahasa yang digunakan sesuai konteks penggunaannya.
Penggunaan bahasa di dalam masyarakat tidak terlepas dari pembelajaran bahasa di sekolah khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia mengarah kepada penguasaan bahasa oleh peserta didik dengan mengetahui cara-cara menggunakan bahasa untuk tujuan-tujuan tertentu. Seperti halnya, penggunaan variasi bahasa pada stiker sepeda motor yang digunakan denganmaksud atau tujuan tertentu. Penelitian variasi bahasa pada stiker sepeda motor dapat direlevansikan ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia Sekolah
Menengah Pertama sesuai kurikulum 2013 yang berbasis teks.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menjelaskan variasi bahasa dan faktor yang memengaruhi motor di kota Mojokerto serta relevansi hasil penelitian variasi bahasa pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP.
Chaer dan Agustina, (2004:4) menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antar bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Sumarsosno (2012:1) menyatakan bahwa sosiologi adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Sumarsono menyimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan. Berdasarkan beberapa pendapat, penulis menyimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi yang mempelajari hubungan pemakaian bahasa dengan faktor-faktor sosial dalam kehidupan masyarakat.
Bram & Dickey dalam Rokhman (2013:2) menyatakan bahwa sosiolinguistik mengkhususkan kajiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat. Mereka juga menambahkan bahwa sosiolinguistik berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan- aturan berbahasa secara tepat dalam situasi yang bervariasi. Kemudian Rokhman (2013:5) menyatakan bahwa sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu. Jadi, sosiolinguistik adalah ilmu yang mengkaji fungsi bahasa dalam masyarakat dan ilmu yang memberikan pengetahuan dan pedoman dalam bagaimana menggunakan bahasa atau berbahasa secara tepat dalam situasi sosial tertentu.
Fishman (dalam Chaer 2003: 5) mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif. Jadi sosiolinguistik berhubungan dengan perincian- perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, latar pembicaraan. Sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta bagian dari
Chaer& Agustina (2004:61) menyatakan bahwa variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Kemudian Kridalaksana dalam Chaer & Agustina (2004:61) menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Sosiolinguistik mengaji keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup perilaku bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakaian bahasa.
Bahasa menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan sebagai bagian dari masyarakat tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian yang berdasarkan ancangan sosiolinguistik akan memperhitungkan bagaimana pemakaiannya di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya.
Setiap penutur bahasa, hidup dalam latar belakang dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda. Munculnya variasi bahasa disebabkan adanya kebutuhan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi dan fungsi dalam konteks penggunaannya. Adanya variasi bahasa bukan hanya karena para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Keragaman bahasa akan semakin bertambah jika pemakaian bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang luas. Kridalaksana dalam Rokhman (2013:16) menyatakan ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan dan menurut media pembicaraannya. Maksud ragam dalam konteks ini adalah variasi pemakaian bahasa yang berbeda-beda yang timbul karena adanya fungsi penggunaan dan situasi yang memungkinkan adanya variasi menunjukkan adanya maksud dan tujuan penggunanya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah perbedaan suatu bentuk bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi berdasarkan fungsi dan situasi sosial penggunaannya. Terjadinya variasi bahasa disebabkan oleh masyarakat pengguna bahasa yang tidak sama serta penggunaan bahasa yang didasarkan pada fungsi dan situasi sosial, seperti halnya bahasa pada stiker sepeda motor yang bervariasi dan menunjukkan maksud pengguna stiker tersebut.
Chaer dan Agustina (2004:62-73) membedakan variasi bahasa berdasarkan penggunaannya menjadi empat, yaitu dari segi penutur, segi pemakaian, segi sarana, dan segi keformalan. Berikut masing-masing penjabarannya.
a.
Variasi Bahasa dari Segi Penutur Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individual dan dan kelompok. Variasi bahasa dari segi penutur yaitu idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Idiolek yakni ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam idiolek ini berke naan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Dialek yakni ragam bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Para penutur dalam satu dialek, meskipun memiliki idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai dialeknya juga. Kronolek atau dialek temporal, yakni ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya, variasi bahasa Indonesia yang digunakan pada masa tahun tiga puluhan, variasi yang digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Variasi dari ketiga zaman tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi, maupun, sintaksis. Perbedaan tersebut dan teknologi. Sosiolek atau dialek sosial, adalah ragam bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial penuturnya. Variasi sosiolek menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi dan sebagainya.
Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikelompokkan menjadi akrolek, basilek, slang, vulgar, kolokial, argot dan ken. Akrolek adalah ragam sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada ragam bahasa lainnya, contoh: bahasa bagongan yaitu ragam bahasa Jawa yang khusus digunakan oleh para bangsawan keraton Jawa. Basilekadalah ragam bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dianggap rendah, contoh: bahasa Jawa “Krama Ndesa”. Vulgar adalah ragam sosial yang sering digunakan oleh masyarakat yang kurang terpelajar, atau dari kalangan yang kurang berpendidikan.
Slang adalah ragam bahasa sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, ragam ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh luar kalangan itu Kolokialadalah ragam sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya dalam bahasa Indonesia percakapan banyak digunakan bentuk-bentuk kolokial, seperti: dok (dokter), prof (profesor), dan let (letnan). Jargon adalah ragam sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu dan tidak bersifat rahasia. Ungkapan yang digunakan seringkali tidak dapat dipahami oleh masyarakat umum di luar kelompoknya. Contoh: dalam kelompok montir atau perbengkelan ada ungkapan-ungkapan seperti roda gila, didongkrak, dibalans, sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia, contoh: dalam dunia kejahatan (pencuri atau tukang copet) sering menggunakan ungkapan barang dalam arti “mangsa”, kacamata dalam arti “polisi”. Ken adalah ragam bahasa sosial tertentu yang bernada “memelas”, dibuat merengek-rengek, penuh berpura-pura yang biasa digunakan pengemis.
b.
Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian Variasibahasadarisegipenggunaa n, pemakaianataufungsinyadisebut dengan variasi bahasa berkenaan dengan fungsinya atau fungsiolek, ragam atau register. Variasi bahasa ini menyangkut bahasa digunakan untuk keperluan apa dan dalam bidang apa. Variasi ini biasa digunakan dalam bidang-bidang tertentu, bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Variasi bahasa dari segi pemakaian misalnya ragam bahasa sastra, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa militer, ragam bahasa ilmiah, dan sebagainya.
Ragam bahasa sastra adalah ragam yang menekankan penggunaan bahasa dari segi estetis, sehingga dipilihlah bahasa daya ungkap yang paling tepat. Ragambahasajurnalistikadalah ragam yang bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas.Ragambahasamiliteradalah ragam bahasa yang memiliki ciri ringkas dan bersifat tegas sesuai dengan tugas dengan kehidupan militer yang penuh dengan disiplin dan intruksi.Ragambahasailmiahadalah ragam bahasa yang memiliki ciri lugas, jelas, bebas dari keambiguan, dan bebas dari segala macam metafora, dan idiom. Bebas dari keambiguan karena bahasa ilmiah harus memberikan informasi keilmuan secara jelas tanpa keraguan akan makna, dan terbebas dari kemungkinan tafsiran makna yang c. Variasi Bahasa dari Segi Keformalan
Variasi bahasaberdasarkan tingkat keformalannya dibagi menjadi ragam beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab.Ragam beku adalah suatu variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara- upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris dan surat- surat keputusan.Ragam resmi atau
formal adalah variasi bahasa yang
digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya.
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah dan rapat- rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat, berolah raga, berekreasi dan sebagainya. Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga atau antar teman yang sudah karib.
d.
Variasi Bahasa dari Segi Sarana Variasi bahasa dari segi sarana dapat disebut adanya ragam tulis dan ragam lisan atau ragam bahasa yang menggunakan sarana tertentu. Ragam bahasa lisan, adalah ragam bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara lisan. Pada ragam bahasa lisan dibantu dengan unsur- unsur nonsegmental atau unsur nonlingusitik berupa nada, suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala fisik lainnya.
Ragam bahasa tulis, adalah ragam bahasa yang digunakan untuk tertulis. Suwito dalam Nugrahani (2012:22) menyatakan pemakaian bahasa dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal penggunaan bahasa berupa faktor linguistik (kebahasaan). Faktor kebahasaan merujuk pada penggunaan bahasa berkenaan dengan isi bahasa yang digunakan sesuai dengan maksud pengguna bahasa. Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh faktor nonlinguistik (di luar kebahasaan). Faktor luar kebahasaan merujuk pada latar belakang sosial pengguna bahasa. Faktor linguistik yang mempengaruhi penggunaan bahasa pada stiker dapat dilihat dari maksud bahasa atau ujaran dan faktor nonlinguistik dapat dilihat dari maksud penggunaan bahasa tersebut berdasarkan situasi sosial yang melatarbelakanginya.
Iskandarwassid dan Sunendar, (2016:45) menyatakan pendekatan pengajaran bahasa yang memanfaatkan hasil studi linguistik sosiolinguistik adalah pendekatan sosiolingustik. Sosiolinguistik merumuskan konsep bahasa merupakan sebuah sistem mempunyai variasi dan ragam. Artinya, setiap ragam mempunyai gejala bahasa tertentu, peranan dan fungsi tertentu, serta kawasan pemakaian tertentu pula. Pembelajaran bahasa Indonesia mengarah kepada penguasaan bahasa oleh peserta didik dengan mengetahui cara-cara menggunakan bahasa untuk fungsi-fungsi tertentu.
Penelitian variasi bahasa pernahdilakukan oleh Fitri Puji Rahmawati dan Sumarlam(2011) dengan judul “Variasi Bahasa Pada Tayangan Kick Andy DalamEpisode
“Ngelmu Sampai Mati ”. Penelitian tersebut menjelaskan dan
mendeskripsikan literasi wujud variasi bahasa yang terdapat dalam tayangan Kick Andy episode “Ngelmu sampai Mati”. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Puji Rahmawati dan Sumarlam(2011) dengan penelitian ini adalah penelitian Fitri Puji Rahmawati dan Sumarlam(2011) meneliti ragam bahasa percakapan pembawa acara dengan narasumber dalam sebuah acara
talkshow (lisan), sementara penelitian ini meneliti variasi bahasa pada stiker (tulis).
Ariesty Fujiastuti (2014). Penelitiannya berjudul “Ragam Bahasa Transaksi Jual Belidi
Pasar Niten Bantul ”. Penelitian tersebut
menjelaskan karakteristik ragam bahasa transaksi jual beli di pasar Niten Bantul, faktor- faktor penentu yang menyebabkan terjadinya ragam bahasa pada transaksi jual beli di pasar Niten Bantul, dan fungsi ragam bahasa transaksi jual beli di pasar Niten Bantul.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu fakta dari hal-hal yang dipertanyakan berdasarkan fenomena subjek penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2013:13) salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif sehingga data yang dikumpulkan itu berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka. Ancangan deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk tujuan yang berkenaan dengan sasaran penelitian. Penelitian ini mengarah pada pendeskripsian dan penjelasan mengenai hal-hal yang ditemukan berkenaan dengan variasi bahasa pada stiker sepeda motor di kota Mojokerto dan relevansi hasil penelitian dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama.
Salah satu tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan variasi bahasa pada stiker sepeda motor yang ada di kota Mojokerto, maka subjek dalam penelitian ini adalah pemilik sepeda motor yang berada di kota Mojokerto yang memasang stiker pada kendaraannya. Wilayah kota Mojokerto sebagai keseluruhan unit penelitian, wilayahnya terlalu luas. Peneliti menentukan sampel untuk mewakili keseluruhan unit penelitian tersebut dengan teknik accidental
sampling. Alwasilah dalam Sukartini
(2011:42) menjelaskan accidental sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan cara memilih beberapa elemen yang dijumpai. Pada teknik sampling ini, hanya individu yang dijumpai atau dapat dijumpai pada ranah yang telah ditentukan saja yang pengambilan data dalam penelitian ini adalah konsentrasi paling ramai dan didominasi kendaraan sepeda motor yang diparkir di wilayah kota Mojokerto.
Pengumpulan data dan informasi berupa stiker pada sepeda motor di kota Mojokerto dilakukan kurang lebih selama 8 bulan pada bulan November 2017-Agustus 2018. Wilayah yang dicakup untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah konsentrasi paling ramai dan didominasi kendaraan sepeda motor yang diparkir di wilayah kota Mojokerto. Wilayah pengambilan data dalam penelitian ini adalah Alun-Alun Mojokerto, Jalan Majapahit dan kawasan Jalan Benteng Pancasila.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kamera, alat perekam, dan alat tulis. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk menggali informasi dari narasumber. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa gambar dan catatan. Gambar yang diambil peneliti adalah gambar atau foto stiker yang ditempel pada sepeda motor di kota Mojokerto.
Teknik validasi data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik metode, dan teknik validasi teori. Triangulasi metode yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi data yang diperoleh dari metode pengumpulan yang berbeda yaitu dokumentasi dan wawancara. Dokumentasi dilakukan untuk mendokumentasikan stiker pada sepeda motor di kota Mojokerto dalam bentuk gambar atau foto. Triangulasi teori yaitu mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi data yang diperoleh dengan teori-teori dari buku referensi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data stiker yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 27. Stiker-stiker variasi bahasa yang berbeda-beda karena pemilihan dari pemakainya. Variasi bahasa pada stiker sepeda motor di kota Mojokerto ditemukan berdasarkan variasi dari segi penutur, pemakaian dan keformalannya. motor di Kota Mojokerto dipengaruhi aspek linguistik dan aspek nonlinguistik. Aspek linguistik dilihat dari sudut pandang kebahasaan yaitu makna yang terkandung dalam bahasa sesuai dengan maksud pemakai stiker. Tulisan dalam stiker mewakilkan penggunanya dalam bertutur dengan mitra tutur yang adalah pembacanya. Faktor yang memengaruhi penggunaan variasi bahasa pada stiker sepeda motor di Kota Mojokerto berdasarkan aspek maksud dan tujuan kebahasaan meliputi maksud melarang, mengungkapkan kebanggaan diri, memerintah, menyindir, memohon, memberi petunjuk, menyindir, menasehati dan menjelaskan.
Berikut hasil analisis dari empat data yang diperoleh :
Gambar 3.1
Data 2 termasuk variasi dari segi penutur bentuk sosiolek dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin. Data 2
1) Variasi bahasa
Data 2 BIAR JELEK SERING BONCENGIN CEWEK CANTIK
Gambar 3.2
Pemakai stiker yang berada pada tingkat kurang mampu yang tidak memiliki banyak uang dan pendapatan yang tidak tetap. Maksud yang disampaikan penutur pada stikernya didasarkan pada keadaan ekonomi yang tidak menjadi kriteria pilihan perempuan. Pria yang menjadi pilihan perempuan untuk dicintai termasuk pria kaya yang mampu memenuhi kebutuhan keuangannya.
Penggunaan bahasa data 1 pada stiker sepeda motor tersebut terdapat aspek linguistik dan aspek nonlinguistik yang memengaruhi pemakaiannya. Aspek linguistik dari tuturan yang tertera dalam stiker tersebut mengandung maksud menginformasikan kepada pembaca tentang larangan mencintai karena tidak memiliki uang. Aspek nonlinguistik dapat ditinjau dari sudut pandang latar belakang sosial berkaitan dengan keadaan ekonomi pemakai stiker.
2) Faktor yang Memengaruhi
Penggunaan dialek Mataraman yang digunakan pada stiker sepeda motor oleh masyarakat Mojokerto karena pengaruh daerah perbatasan dua dialek bahasa Jawa, antara dialek Surabaya dan dialek Mataraman sehingga sebagian kawasan Mojokerto memiliki pengaruh dialek Mataraman.
a. Variasi Bahasa dan Faktor yang Memengaruhi Penggunaannya
(uang) termasuk beberapa kata dari bahasa Jawa. Data 1 menggunakan dialek bahasa Jawa. Data 1 dikatakan menggunakan penggunaan kata ra (ora) yang berarti tidak.
dicinta (dicinta), due (punya), dan duet
Data 1 termasuk variasi dari segi penutur bentuk dialek. Bentuk dialek data 1 dapat dilihat dari penggunaan bahasa Jawa. Kata ra [ora] (tidak), usah (usah),
(tidak usah dicinta tidak memiliki uang)
Data 1
RA USAH DICINTA RA DUE DUET
1) Variasi Bahasa
dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan jenis kelamin karena berisiungkapan yang biasa digunakan laki- laki. Ungkapan tersebut berisi pernyataan dari sudut pandang pemakai stiker yang laki-laki yang jelek tapi sering membonceng cewek cantik.
Data 2 terdapat aspek linguistik dan aspek nonlinguistik yang memengaruhi pemakaiannya. Aspek linguistik dilihat dari isinya yang mengandung maksud dan tujuan untuk memberitahu tentang kondisi seseorang yang tidak peduli dengan wajah jeleknya karena meskipun wajah jelek tetapi sering membawa perempuan cantik ikut naik kendaraannya. Aspek nonlinguistik ditinjau dari sudut pandang latar belakang sosial berkaitan dengan fenomena sosial apabila seorang laki-laki memiliki kendaraan sepeda motor yang gagah dan mahal cenderung lebih disenangi perempuan. Perbedaan sikap perempuan terhadap laki-laki berdasarkan bentuk kendaraannya tersebut memengaruhi penggunaan bahasa pada kutipan tersebut oleh pemakai stiker. bentuk maskulin serta tampilan gagah dari sepeda motor termasuk jenis motor pria yang disukai wanita.
Gambar 3.3
Data 3 AYO SHOLAT SEBELUM TERLAMBAT
Data 3 termasuk variasi bahasa bidang keagamaan.Variasi bahasa berdasarkan bidang keagamaan pada data 3 dapat dilihat berdasarkan penggunakan kata “sholat” (shalat). Kata “shalat” termasuk pada ibadah kepada Tuhan yaitu Allah
SWT.
2) Faktor yang Memengaruhi
Data 3 terdapat aspek linguistik dan aspek nonlinguistik yang memengaruhi dari sudut pandang kebahasaan meliputi maksud dan tujuan. Kutipan tersebut mengandung maksud ajakan untuk menunaikan ibadah shalat sebelum terlambat. Shalat termasuk ibadah yang dijalankan umat Islam. Aspek nonlinguistik bisa ditinjau dari sudut pandang latar belakang sosial agama. Agama Islam sebagai agama pemakai stiker memengaruhi bahasa yang disampaikan. Tujuan pemakai stiker menggunakan bahasa Kutipan stiker tersebut untuk menasehati dengan mengajak pembaca khususnya umat Islam agar melaksanakan shalat sebelum terlambat. Terlambat disini bisa karena habis waktu shalat dan terlambat karena seseorang sudah meninggal sehingga tidak bisa melaksanakan shalat.
2) Faktor yang Memengaruhi
Gambar 3.4
Data 4 MONGGO SILAHKAN NYALIP HATI- HATI
1) Variasi Bahasa
Data 4 termasuk variasi bahasa berdasarkan keformalannya. Berdasarkan keformalannya, data tersebut termasuk ragam santai. Ragam santai pada data 4 dapat dilihat berdasarkan adanya penggunaan unsur bahasa daerah. Bahasa daerah pada data 4 dapat dilihat pada penggunaan kata monggo yang termasuk bahasa Jawa. Selain itu ragam santai dapat dilihat berdasarkan penggunaan bahasa yang kurang lengkap. Kutipan tersebut dibentuk oleh predikat dan keterangan.
1) Variasi Bahasa
Supaya kutipan tersebut menjadi kalimat lengkap maka dilengkapi dengan kata anda yang berfungsi sebagai subyek sehingga menjadi monggo silahkan anda nyalip hati-
hati . Menambahkan kata anda sebagai yang membaca stiker.
2) Faktor yang memengaruhi
Data 4 terdapat aspek linguistik dan aspek nonlinguistik yang memengaruhi pemakaiannya. Aspek linguistik dilihat dari sudut pandang kebahasaan meliputi maksud dan tujuan. Kutipan tersebut mengandung maksud mempersilahkan untuk mendahului serta memberikan pesan untuk berhati-hati. Aspek nonlinguistik bisa ditinjau dari sudut pandang latar belakang situasi. Situasi merujuk pada penggunaan bahasa itu dalam situasi seperti apa. Pemilik memasang stiker pada sepeda motornya dengan kutipan bahasa tersebut karena bahasa tersebut sesuai digunakan dalam situasi berkendara. Tujuan pemakai bahasa, untuk mempersilahkan kepada pengendara yang ada di belakngnya untuk mendahului serta memberikan pesan untuk berhati-hati. Berkendara apabila tidak berhati-hati akan mengalami kecelakaan
Pembelajaran bahasa Indonesia mengarah kepada penguasaan bahasa oleh peserta didik dengan mengetahui cara-cara menggunakan bahasa untuk fungsi-fungsi tertentu. Hasil analisis variasi bahasa dan faktor yang memengaruhi penggunaan bahasa pada stiker disesuaikan dengan kompetensi dasar 3.4. Menelaah pola penyajian dan kebahasaan teks iklan, slogan, atau poster (yang membuat bangga dan memotivasi) dari berbagai sumber yang dibaca dan didengar. Aspek yang akan dicapai, peserta didik mampu memahami dan menjelaskan ciri-ciri atau komponen dan kebahasaan teks iklan, slogan, atau poster berdasarkan teks iklan, slogan, atau poster yang dibaca/didengar/disaksikan.dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
Pertama menunjukkan adanya relevansi hasil penelitian dengan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama khususnya materi slogan. pendek yang dipakai sebagai prinsip utama dari suatu usaha. Slogan termasuk teks persuasif yang isinya memengaruhi pembaca untuk melakukan apa yang disampaikan.Pembelajaran materi slogan di Sekolah Menengah Pertama didasarkan pada isi slogan yang memuat motivasi dan membanggakan. Bahasa pada stiker yang di dalamnya mengandung maksud memberikan motivasi dan nasehat relevan digunakan dalam pembelajaran.stiker yang berisi maksud memotivasi dan menasehati dapat dijadikan bahan ajar sebagai objek contoh slogan dalam pembelajaran.
4. SIMPULAN
Variasi bahasa adalah perbedaan suatu bentuk bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi berdasarkan fungsi dan situasi sosial penggunaannya. Terjadinya variasi bahasa disebabkan oleh masyarakat pengguna bahasa yang tidak sama serta penggunaan bahasa yang didasarkan pada fungsi dan situasi sosial, seperti halnya bahasa pada stiker sepeda motor yang bervariasi dan menunjukkan maksud pengguna stiker tersebut. Variasi bahasa yang digunakan pada stiker sepeda motor di Kota Mojokerto ditemukan variasi bahasa berdasarkan penutur, variasi bahasa berdasarkan pemakaian dan variasi bahasa berdasarkan keformalannya. Variasi bahasa dari segi penutur yang ditemukan yaitu dialek dan sosiolek. Variasi bahasa dari segi pemakaian yang ditemukan yaitu berdasarkan pemakaian dalam bidang keagaamaan. Variasi bahasa dari segi keformalan yang ditemukan yaitu ragam usaha dan ragam santai.
b. Relevansi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Penggunaan bahasa pada stiker sepeda motor di Kota Mojokerto dipengaruhi aspek linguistik dan aspek nonlinguistik. Aspek linguistik dilihat dari sudut pandang kebahasaan meliputi maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan tersebut memiliki peranan penting yang bisa memengaruhi pemakai stiker. Aspek nonlinguistik yaitu aspek dari latar belakang sosial penutur. Faktor yang memengaruhi penggunaan variasi bahasa berdasarkan aspek nonlinguistik atau latar belakang sosial penutur meliputi daerah asal ekonomi, faktor pekerjaan, faktor kelompok sosial, dan faktor agama.
Hasil penelitian yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan hasil wawancara menunjukkan adanya relevansi hasil penelitian dengan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama khususnya materi slogan. Kompetensi dasar yang relevan adalah KD 3.4. Menelaah pola penyajian dan (yang membuat bangga dan memotivasi) dari berbagai sumber yang dibaca dan didengar.
5. REFERENSI
Chaer.Abdul dan Agustina.Leoni.2004.Sosiolinguistik.Jakarta:Rineka Cipta Fujiastuti,Ariesty.2014. Ragam Bahasa Transaksi Jual Belidi Pasar Niten Bantul. Jurnal Bahastra, Vol.XXXII,No.1,Pp:15-34.
Iskandarwassid dan H. Dadang Sunendar. (2016). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nugrahani, Dhany. 2012. Variasi Bahasa Guru dalam Interaksi Pembelajaran pada Siswa
Tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Skripsi Online. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Puji Rahmawati, Fitri dan Sumarlam. 2016. Variasi Bahasa pada Tayangan Kick Andy dalam
Episode “Ngelmu Sampai Mati”. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, Vol.1,No.2, Pp:137- 145. Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa Dalam Masyarakat Multikultural . Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Penerbit
Alfabeta Sukartini, Ine.2011. Alih Kode dan Campur Kode dalam Ceramah Para Ustadz: Kajian
Sosiolinguistik terhadap para Ustadz di Kawasan Perbatasan Bandung- Sumedang.skripsi.online.Universitan Pendidikan Indonesia. Sumarsono.2012. Sosiolinguistik. Yohyakarta: SABDA.