KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA PADA NOVEL EDELWEIS TAK SELAMANYA ABADI KARYA LIAIKO DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS - Repository Universitas Islam Majapahit

  

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA PADA NOVEL EDELWEIS TAK

SELAMANYA ABADI KARYA LIAIKO DAN RELEVANSINYA DALAM

PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

  

Puput Fuzi Wulandari

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Majapahit

Email: puputfuziwulandari96@gmail.com

  

ABSTRACT

This study aims to describe: (1) Describe the social setting of the author of the Edelweis Tak

Selamanya Abadi novel by Liaiko. (2) Describe the social setting of the community contained

in Liaiko's Edelweis Tak Selamanya Abadi novel. (3) Describe the response of readers of

Liaiko's Edelweis Tak Selamanya Abadi novel. (4) Describe the relevance of research results

in literary learning in high schools (SMA). The method used in this study is a descriptive

qualitative method with the Sociology of Literature approach. The research data source is

the Edelweis novel, which is not forever eternal, the work of Liaiko. The main data in the

research are novel texts. Data collection techniques using reading techniques, note taking

techniques and interviews. Researchers play a direct role as the main instrument of research.

Data validation was obtained through method triangulation and source triangulation and

theory triangulation. Data analysis used by the research is a flow analysis model by

collecting data, reducing data, presenting data, and verifying data. The results obtained from

the study showed that: (1) the author's social setting such as the author's life history and the

social background of the author's family had an influence on the creation of Edelweis novel

Not Forever Abadi Karya Liaiko (2) the social background contained in Edelweis's novel is

Never Forever Abadi Karya Liaiko relates to the reality that exists in the real world, such as

sacrifice, romance and the background and point of view of the author (3) the response of

expert and general readers who say that the Edelweis novel is Not Forever Lasting Liaiko's

work states that the excellence of this novel lies in the author's point or point of view (4) the

relevance to literary learning in high school is found in the K13 curriculum learning the

novel reading material on KI 3 and KD 3.4 reviews the contents and linguistic elements of a

novel and KD 4.4 presents a review of the content and linguistic elements of a novel in

surgical activities book.

  Novel, Sociology of Literature, Literature Learning.

  Keywords:

1. PENDAHULUAN beberapa cuplikan cerita yang ia tulis di

  Wattpad membuat peneliti semakin ingin

  Kemunculan suatu karya sastra meneliti lebih dalam tentang novel ini. erat hubungannya dengan persoalan-

  Selain itu, dari segi bahasa yang mengalir persoalan yang muncul pada saat itu. Oleh indah dengan perumpamaan- sebab itu, sastra merupakan ekspresi perumpamaan yang digunakan merupakan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa salah satu keestetikan karya sastra persoalan sosial memang berpengaruh tersebut. Adanya variasi bahasa yang kuat terhadap wujud sastra. Novel ini terdapat di dalamnya dapat memberikan dipilih peneliti karena berawal dari media gambaran kepada pembacanya tentang sosial facebook yang muncul beberapa istilah- istilah ungkapan kosa kata dari komentar tentang novel Edelweis Tak berbagai bahasa. Di dalamnya terdapat

  Selamanya Abadi yang isinya semua penggunaan campur kode dan alih kode menangis. Selain itu di media sosial yang memanfaatkan bahasa Indonesia, Facebook pengarang juga menuliskan

  Jawa, dan Inggris. Ungkapan-ungkapan para penyair dunia yang sangat indah berhasil pengarang padukan dalam karyanya sehingga bertambahlah nilai keindahan novelnya yaitu Edelweis Tak Selamanya Abadi .

  Sebuah karya sastra tercipta karena peristiwa atau persoalan dunia yang terekam oleh jiwa pengarang. Peristiwa atau persoalan itu sangat mempengaruhi kejiwaan. Adanya hal demikian, seorang pengarang dalam karyanya menggambarkan fenomena kehidupan yang ada sehingga muncul konflik atau ketegangan batin. Sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari pengarang dan kehidupan manusia sebagai produk kelahiran karya sastra, sastra bukan sekedar dari kekosongan sosial melainkan hasil racikan perenungan dan pengalaman sastrawan dalam menghadapi problema dan nilai-nilai tentang hidup dan kehidupan (manusia dan kehidupan) pengalaman ini merupakan jawaban yang utuh dari jiwa manusia ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan.

  Novel selain berfungsi sebagai hiburan dari kepenatan rutinitas kehidupan manusia yang habis dibaca sekali duduk, syarat akan gambaran permasalahan sosial kemasyarakatan, pesan kemanusian, dan pembelaan terhadap kaum tertindas. Lewat novel pilihan yang berjudul Edelweis Tak

  Selamanya Abadi karya Liaiko mengajak

  kepada pembaca untuk masuk ke dalam ruang imajinasi yang bisa tak terbatas. Pada novel, Liaiko menggambarkan dan mencoba memperbincangkan mengenai dilema kehidupan manusia yang sedang mencari jalan keluar yang bijak atas permasalahan hidup yang dialami. Novel dipilih karena novel merupakan genre yang banyak digemari. Novel juga menunjukkan cara seseorang pengarang dalam menghayati masyarakat dengan perasaannya. Novel yang berjudul

  Edelwies Tak Selamanya Abadi karya

  Liaiko ini ditulis oleh seorang pengarang yang berasal dari kota Mojokerto sendiri. Dalam novel ini terdapat cermin realitas yang awalnya merupakan imajinasi pengarang saja, tapi ternyata di dalam kehidupan nyata pun ada. Seperti donor mata yang rela memberikan apapun untuk orang yang dia cintai maupun dia kagumi. Selain itu hubungan yang tidak lazim dilakukan oleh kebanyakan orang yaitu seorang gadis yang mau menjalin hubungan dengan seorang duda, bukan karena harta melainkan cinta tulus.

  Berkaitan dengan bahan pembelajaran sastra di sekolah, penelitian ini tertuju pada siswa sebagai pembaca sastra yang nantinya akan diminta pendapat setelah selesai membaca novel

  Edelweis Tak Selamanya Abadi karya

  Liaiko. Jadi, siswa tidak hanya membaca novel setelah selesai langsung berganti novel lainnya, tetapi siswa dituntut untuk memahami isi dari novel tersebut dan kemudian mengutarakan pendapatnya tentang novel Edelweis Tak Selamanya

  Abadi karya Liaiko. Dalam kurikulum

  K13 pembelajaran materi sastra telah dipangkas lebih sedikit, sehingga siswa dalam mengetahui karya sastra itu terbatas dan hanya mempelajari unsur instrinsiknya saja. Oleh sebab itu, diharapkan novel ini bisa menjadi salah satu bahan pengajaran sastra dalam sekolah terutama untuk apresiasi prosa. Bertolak dari latar belakang tersebut maka peneliti menggunakan kajian sosiologi sastra sebagai pembedahnya. Teori sosiologi sastra dipilih karena penemuan masalah sosial yang terdapat dalam novel

  Edelwies Tak Selamanya Abadi

  (selanjutnya disingkat dengan ETSA) karya Liaiko kemudian akan direlevansikan terhadap pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas.

  Subjek penelitian ini adalah penelitian pustaka, karena yang menjadi subjek utama adalah novel Edelweis Tak Selamanya Abadi Karya Liaiko. Sedangkan data penelitian ini adalah kalimat dalam novel yang mengandung masalah sosial. Tempat penelitian yang dilakukan tidak terbatas, karena pengarang yang terkadang berada di rumah. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan terhitung dari bulan Desember 2017 hingga bulan Agustus 2018.

  Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini, peneliti bertindak sebagai key instrument atau alat penelitian yang utama. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data. Instrumen lain seperti teks novel dan hasil wawancara terhadap pembaca ahli dan pembaca umum juga digunakan untuk mendukung dan melengkapi data penelitian.

  b. Teknik pengumpulan data

  Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik baca dan catat. Teknik baca dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci membaca secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yakni sasaran peneliti yang berupa teks novel

  Edelweis Tak Selamanya Abadi Karya

  Liaiko dalam memperoleh data yang diinginkan. Hasilnya kemudian dicatat sebagai sumber data. Dalam data yang dicatat itu disertakan kode sumber datanya untuk mengecek ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis.

2. METODE PENELITIAN

  c. Teknik Validitas Data

  Validasi atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses penelitian. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Trianggulasi adalah penemuan melalui informasi dari berbagai sumber dan menggunakan multi metode dalam pengumpulan data. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi metode dan trianggulasi sumber dan trianggulasi teori yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan model alih interatif Milles and Huberman.

a. Instrumen Penelitian

  Analisis data merupakan proses lanjutan yang dilakukan setelah data terkumpul. Berdasarkan permasalahan yang telah didapat maka langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data menggunakan model analisis interaktif. a.

  c.

  Pengumpulan Data, data yang Displai Data yaitu memaparkan dikumpulkan yang pertama berupa atau menyajikan data yang telah penandaan pada novel ETSA, direduksi. Data- data yang yang kemudian dicatat dan direduksi akan dikelompokkan dipilah- pilah. Data dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan dengan beberapa cara yaitu penelitian. Sesuai dengan ciri khas membaca teks novel ETSA dan penelitian kualitatif, dalam menandainya, kemudian penelitian ini displai data tentang melakukan wawancara. Yang sosiologi pengarang, pembaca dan pertama melakukan wawancara karya sastra berupa uraian- uraian terhadap pengarang. Wawancara deskriptif yang didukung atau dengan pengarang ini dilakukan ditunjang oleh kutipan- kutipan beberapa kali sampai memenuhi dari data. data yang dibutuhkan peneliti.

  d. Data yaitu Verifikasi

  Selanjutnya peneliti melakukan membuktikan atau mengecek data wawancara terhadap pembaca ahli sebelum disajikan. dan pembaca biasa. Peneliti

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  mengumpulkan data sesuai

  1. Sosial Pengarang Latar

  dengan tujuan penelitian. Data

  Novel Edelweis Tak Selamanya

  penelitian yang dikumpulkan

  Abadi Karya Liaiko

  harus dicatat atau disusun sistematis agar mempermudah Seorang pengarang memiliki pembahasan hasil penelitian. kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan b. Reduksi Data yaitu pengurangan daya imajinasi tinggi. Dengan melihat, data dengan tujuan memilih data merasakan, dan merenungi kehidupan, yang sesuai dengan objek kajian. pengarang dapat menangkap apa yang ada

  Proses pemilihan dan disekitarnya dan menuangkannya ke penyederhanaan data yang dalam sebuah novel. Bisa dikatakan diperoleh dari sumber data bahwa novel juga merupakan cerminan penelitian. Oleh peneliti, data dan jati diri kehidupan di sekitar yang di dapat dari pengumpulan pengarang. data, dipilih, difokuskan,

  Tidak hanya kehidupan, disederhanakan dan dituangkan lingkungan serta pendidikan pengarang, dalam uraian atau laporan yang juga ikut andil dalam penciptaan sebuah lengkap. Laporan lapangan novel. Latar belakang pendidikan yang tersebut direduksi, dalam arti dicapai pengarang dari tingkat dasar dirangkum dan dipilih sesuai sampai pendidikan terakhir. Pandangan, dengan sosiologi. ide, dan pesan yang disampaikan dalam teks sastra secara tidak langsung adalah bagian dari ilmu yang dia dapatkan dari bangku pendidikan maupun aktivitas di luar pendidikan.

  a.

  Riwayat Pengarang Dalam penelitian sosiologi sastra ini, peneliti menemukan beberapa data yang dibutuhkan mengenai pengarang novel Edelweis Tak Selamanya Abadi (yang selanjutnya disingkat ETSA) karya Liaiko. Data tersebut diperoleh peneliti dari kegiatan wawancara dengan pengarang. Pengarangpun antusias dalam menceritakan mulai dari pengalaman pendidikannya, asmara dan kegiatan yang memberikan inspirasi dalam mengarang yang dia jalani.

  Bersumber dari catatan hasil wawancara Liaiko (CHW 1) pengarang menuturkan bahwa bahwa nama asli pengarang adalah Yulia Pratitis Yusuf, sedangkan nama Liaiko yang digunakan dalam novel adalah gabungan Lia yang diambil dari nama Yulia sedangkan Aiko diambil dari bahasa Jepang yang artinya anak yang dicintai. Pengarang tidak berlatar belakang sastrawan, namun menulis adalah kesukaannya sejak dulu. Salah satu hal yang ingin ditunjukkan oleh Liaiko sebagai pengarang melaui novelnya yaitu pantang menyerah dengan keadaan, tidak berpangku tangan pada orang tua.

  Saya dulu SMAnya jurusan Bahasa. Saya tidak pinter, tapi saya mau berusaha. Akhirnya saya masuk bahasa karena enjoy, tidak terpaksa dan merasa bahwa itu dunia saya. Ternyata benar bahwa itu dunia saya dan tidak salah sampai saya lomba pidato kemudian baca puisi dan apapun yang berbau sastra, saya merasa tergali. (CHW 1, 2018) “Kursus computer, kursus guiding dan pembelajaran management untuk menambah skill saja. Makanya Bian itu kan seorang guide, nah itu yang saya dapatkan waktu kursus itu.” (CHW 1, 2018)

  Peneliti mendapat data dari catatan hasil wawancara (CHW 1) pengarang juga pernah mengikuti berbagai macam kursus, seperti kursus guiding, akuntansi dan komputer. Liaiko pada awalnya hanya mengikuti kursus-kursus itu sebagai penambah skill saja namun itu juga menambah pengalaman dan pengetahuan pengarang, dan itu muncul di dalam novel ETSA karyanya. Di dalam novel pengarang seolah- olah bermata pencaharian seorang guiding dan seorang

  acounting

  , nyatanya pengarang mendapat pengalaman dan pengetahuan demikian melalui pendidikan non formalnya.

  a.

  Latar Sosial Keluarga

  Pengarang Dalam novel pengarang juga melibatkan permasalahan yang pernah dia alami, seperti perebutan hak waris. Pengarang menuturkan bahwa itu terjadi di keluarganya karena latar belakang keluarga pengarang berbeda ayah dengan kakak- kakaknya yang lain. Pengarang dan kakak-kakanya mengalami perebutan hak waris karena harta gono gini dari ayah yang pertama. Sampai pengarang meninggalkan rumah karena dia tidak kuat seperti halnya yang tersirat dalam novel karyanya. Pengarang mengambil pengalaman dari teman juga sahabatnya. Pengarang juga memaparkan bahwa motivasi menciptakan novel itu karena adanya apresiasi dari penerbit dan pembaca di medsos yaitu Wattpad. Liaiko berasal dari keluarga yang berbeda dengan kakak-kakaknya. Mereka berbeda ayah namun satu ibu. Ayah kandung pengarang ada keturunan Batak, sehingga sifatnya agak sedikit keras.

  Kalau perebutan warisan itu dari latar belakang keluarga saya sendiri, itu 6 orang bersaudara. Saya pernah keluar dari rumah karena kakak saya yang mempermasalahkan itu, Kalau donor mata cuma imajinasi saya saja. Karena pandangan si Tya kan masih belum mempunyai seorang anak, jadi pengorbanan dia berikan ke orang yang dia cintai. (CHW 1, 2018) “Dia memasukan kisah saudaranya yang perebutan warisan itu, saya sama dia lain bapak,tapi di keluarga saya sendiri itu ada perebutan warisan la dia mungkin ngambil sedikit dari situ.” (CHW 4, 2018) a.

  Proses Kreatifitas Pengarang Proses kreatif pengarang dalam menciptakan novel ETSA yang berawal dari pengalaman sahabat yang ingin disampaikan oleh pengarang. Dalam menciptakan novel ETSA pengarang banyak mengalami kegagalan karena

  mood pengarang yang tidak menentu.

  Dalam tiga bulan pengarang menyusun cerita yang dia tulis dalam sebuah sosial media yang bisa dikatakan itu adalah surga bagi para penulis dan pembaca yang hobi membaca. Pengarang jatuh bangun membangun mood-nya karena menurutnya dalam menulis itu butuh banyak waktu dan inspirasi. Sampai pada akhirnya mood kembali terbangun dengan melihat banyaknya pembaca dan menjadikan cerita yang telah dia tulis mendapat peringkat tertinggi, serta adanya seorang penerbit yang melirik ceritanya dan menyuruh untuk menuntaskan ending dari cerita ETSA.

  2. Latar Sosial Masyarakat Yang Terdapat Dalam Novel

  Edelweis Tak Selamanya Abadi

  a.

  Pengorbanan Sosial masyarakat dalam novel

  Edelweis Tak Selamanya Abadi karya Liaiko tentang pengorbanan. Pengorbanan atau perjuangan tak asing bagi semua orang, pengorbanan tidak memandang siapa dia. Semua orang pati pernah berkorban demi seseorang yang menurutnya penting. Bahkan ada yang sampai rela memberikan apapun demi orang yang dia cinta, sekalipun itu tidak masuk akal tanpa imbalan yang berharga sekalipun. Termasuk yang dilakukan oleh Tya dalam novel Edelweis Tak Selamanya

  Abadi karya Liaiko, Tya mendonorkan matanya untuk kekasih yang dia cintai yaitu Bian supaya bisa melihat lagi dan demi kebahagiaan Bian. Seperti yang ditemukan oleh peneliti dalam kutipan berikut :

  “ Saya donorkan mata saya untuk Bian” suara Tya bergetar. (ETSA, 2016: 151) „“Bila aku masih punya ayah dan aku ada diposisi Bian sekarang. Maka ayah juga akan melakukan hal yang sama dengan yang aku lakukan saat ini. Memberikan segalanya untuk kesembuhan orang yang kita sayangi.”‟ “Tapi Mr. Hendrata sama sekali tidak mengingatmu. Untuk apa kamu berkorban sedalam ini? Kamu bukan santa yang suci, kamu juga bukan bunda maria.” (ETSA,2016: 196) Dari kutipan di atas dapat diketahui kalau Tya mendonorkan matanya untuk orang yang dia sayangi. Tya tidak menghiraukan kebahagiaannya sendiri dan kehidupan yang akan dia jalani setelahnya. Dilingkungan nyata ada orang yang rela mendonorkan matanya untuk orang yang dia sayang sekalipun orang itu bukan keluarganya. Seperti yang diberitahukan di media online sebagai berikut:

  Detik news- warganet di Sukabumi Jawa Barat digegerkan dengan postingan pemilik akun medsos bernama Muttaqin Ilham. Dalam postingannya, Muttaqin menceritakan curhat seorang ibu seorang juru parkir yang ingin mendonorkan matanya untuk pegawai komisi pemberantasan korupsi (KPK) Novel Baswedan.

  Pengamatan Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak hanya orang yang mempunyai hubungan darah saja yang mau mengorbankan segalanya secara tulus dan ikhlas, tidak mendapat upah atau imbalan sekalipun.

  Pendonor hanya ingin itu menjadi ladang amal sholehnya kelak. Dan itu tidak terjadi di dunia khayal saja melainkan dalam dunia nyata pun itu terjadi.

  b.

  Asmara Sosial masyarakat dalam novel

  Edelweis Tak Selamanya Abadi karya Liaiko tentang asmara. Asmara tak asing bagi semua orang, asmara bermula dari perasaan seseorang yang secara tidak sadar muncul secara tiba- tiba karena kagum dengan lawan jenis. Semua orang mempunyai perasaan sayang terhadap orang lain yang bisa membuat dia menjadi baik dan buruk tergantung seseorang yang menjalani hubungan asmara tersebut. Bahkan ada yang sampai melanggar norma dan menimbulkan keanehan dimata orang banyak. Termasuk yang dilakukan oleh Tya dalam novel Edelweis Tak

  Selamanya Abadi karya Liaiko, Tya

  adalah seorang gadis yang mencintai Bian yang berstatus duda beranak satu. Bian yang berlatar belakang seorang pengusaha kaya raya dan notabennya seorang yang tampan dan mapan, tak membuat cinta Tya berdasarkan kekayaan dan ketampanan semata, tapi cinta Tya tulus kepada Bian. Seperti yang ditemukan oleh peneliti dalam kutipan di dalam novel ETSA berikut :

  “Eeh, berani-beraninya kamu gadis kampung! Kamu pikir siapa kamu? Hanya sekedar pacar Bian saja sudah sombong dan mengatur-ngatur kehidupan

  Dio” matanya berkilat marah. (ETSA, 2016: 105) “Jaga mulutmu gadis kampung! Kamu perempuan matre yang ingin menguasai harta bocah kecil yang ditinggal bapaknya mati kan,” (ETSA, 2016: 106) Kutipan di atas menunjukkan bahwa kebanyakan orang lain memandang bahwa menjalin hubungan dengan status yang berbeda, orang akan menganggap hanya mengambil hartanya saja dan efeknya pasti aneh dan negatif. Padahal tidak semua hubungan memandang harta. Tidak hanya di dunia khayal yang memandang negatif di dunia nyatapun orang memandangnya seperti itu. Terkadang berawal dari harta, tetapi seiring berjalannya waktu pasti tumbuh rasa tulus dan ingin memiliki. Seperti yang didapat dari sebuah berita online sebagai berikut:

  Tribun- Medan.com- mulanya demi uang, gadis muda pacaran dengan duda 24 Tahun lebih tua darinya, akhirnya bikin kaget. Seorang wanita Kanada menjalin hubungan dengan seorang duda yang jauh lebih tua darinya. Awalnya gadis 23 tahun bernama Anna Fuller tersebut mengincar harta pria umur

  47 tahun bernama Rob Hunter. Anna menceritakan pertemuannya dengan Rob. Mereka bertemu di luar bar saat Anna masih berusia 18 tahun. “Awalnya hubungan ini untuk uang karena saya adalah seorang remaja muda yang tumbuh dalam keluarga kelas rendah dan saya terbiasa dimanjakan dan mendapatkan apa pun yang saya inginkan,” kata Anna. Jadi yang ada di pikiran Anna, pria yang lebih tua bisa menjamin keuangannya dan membayar tagihannya. Tapi setelah mengenalnya, Anna justru jatuh cinta dan memiliki perasaan serius pada Rob. Dia merasa terkesan Berdasarkan kutipan yang diambil peneliti dalam novel dan dikaitkan dengan kenyataan. Terkadang orang hanya bisa mengomentari orang lain tanpa berpikir saat dalam posisi mereka. Jodoh, maut dan rezeki sudah ada yang mengatur sendiri.

  Tanpa kita meminta semua itu sudah tertulis dalam takdir manusia.

  c.

  Latar Latar yang terindentifikasi memiliki hubungan dengan latar belakang sosial budaya adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial budaya. Latar pengarang yang hidup diperkotaan seperti gresik, Surabaya, Banyuwangi dan pernah mengunjungi Pulau Lombok menjadi latar yang peneliti dapat. Hubungan antara latar belakang sosial budaya pengarang dengan latar tempat terdapat dalam kutipan di bawah ini:

  “Setelah lebih dari 8 jam perjalanan, Tya sampai di rumah Bian. Dia memasukkan Mobilio putihnya ke dalam halaman rumah bertingkat dua itu. Halaman yang luas dan taman yang tertata rapi....” “Keluarga Bian adalah petani sukses di Banyuwangi. Bian adalah anak tunggal dari tuan tanah ...”

  Tyas’S Aku menunduk dalam.

  Tya tahu bahwa dalam beberapa jam kedepan, semuakeindahan yang bisa dilihat matanya akan lenyap sudah. Semua gemerlap cahaya hanya tinggal bayangan dalam rekaman memori di otaknya. Dan semua wujud benda menjadi tidak terlihat kecuali bila disentunya . Seakan menyadari hal itu, dia melihat sekelilingnya dengan lapar. Semua bentuk, semua warna, semua cahaya seolah ingin direkamnya baik-baik dikepalanya. (ETSA, 2016: hal 193)

  Apa kira-kira yang dilakukan oleh manusia, saat dirinya tahu bahwa hari ini adalah hari terakhirnya melihat dunia?

  Author’S

  Bila ada yang memegang telapak tanganku sekarang, mungkin orang itu akan merasakan bagaimana cemasnya aku saat ini. Dokter Rizal telah ada di dekatku. Sesaat lagi dia akan melepasperban yang sudah sekitar 2 bulan ini menempel di mata dan melilit kepalaku. (ETSA, 2016: 203)

  Bian’S

  Memainkan jemariku yang saling bertautan. Kuamati bentuk dan tekstur kulitku. Seakan berpuluh tahun tak pernah aku lakukan. Bukannya aku ingin jadi malaikat, yang hatinya bersih tak bernoda, berderma atas nama cinta. Aku hanya manusia biasa penuh dosa dan amanah. Aku hanya ingin memberikan sebuah harapan pada orang yang lebih membutuhkan. Aku juga bukannya sombong karena tidak membutuhkan mataku. Seperti halnya manusia norrmal pada umumnya, aku juga sangat membutuhkannya. Tapi bila pemberianku lebih bermanfaat untuk Bian dan Dio, kenapa aku ragu untuk melakukannya. Dua laki-laki yang amat aku sayangi. Yang telah mengajariku tentang makna cinta dan keikhlasan. (ETSA, 2016: 195)

  Point of View

  “Aku berjalan cepat menyusuri koridor bandara Juanda terminal dua. Mataku liar mencari sosok jangkung yang sangat ku kenal. Kulirik Aigner putih di pergelangan tangan kananku. 20.45. mataku dengan cepat melihat papan informasi flight

  d.

  Peneliti juga mendapat data bahwa dari kutipan tersebut juga terdapat latar sosial masyarakat saat ini yang memanfaatkan orang kaya hanya demi kepentingan pribadi agar tidak perlu susah-susah dalam menyukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

  Sakit di tempat Bian dirawat. Lexy membutuhkan tambang uang agar cita- citanya sebagai dokter segera tercapai. Ada ibu yang renta di pelosok Madiun yang menunggunya kembali dalam kondisi sukses dan mengangkat nama keluarganya di desa.” (ETSA, 2016: 202) Peneliti mendapat beberapa data mengenai latar dari kutipan di atas menunjukkan bahwa pengarang menggunakan tempat berdasarkan tempat yang pernah dia kunjungi dan sebagai ide untuk membuat cerita yang berlatar tempat di perkotaan Surabaya, daerah pesisir Senggigi, Lombok dan Banyuwangi.

  wakt u dekat.” (ETSA, 2016: 215) “Belinda mengenal Lexy sekitar satu bulan yang lalu di Rumah

  coutage di Pulau Lombok dalam

  KL. 21.55” (ETSA, 2016: 31) “Rendra baru tiba semalam di Mataram. Dia datang bersama Hana untuk melakukan meeting penting dengan rekanan bisnis dan survei lokasi. Perusahaannya akan membangun beberapa resort dan

  schedule hari ini. MH-305 Sby-

  Keunggulan dari novel ini terletak dalam point of view. Cara pandang pengarang yang menggunakan tiga sudut pandang menjadikan novel ini menarik dan tidak ada pengarang yang menggunakan tiga sudut pandang pengarang sekaligus. Saat pengarang sebagai author pengarang menggunakan sudut pengarang orang ketiga dengan menyebut nama-nama dan menggunakan kata ganti “dia”. Selain itu saat pengarang bercerita tentang Tya ataupun Bian, pengarang akan menggunakan sudut pandang orang pertama “aku”. Saat pengarang bercerita tentang Tya, pengarang menempatkan dirinya sebagai orang pertama tokoh utama. Pengarang juga menggunakan sudut pandang orang pertama tokoh sampingan pada tokoh Bian. Sedangkan saat menjadi author pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan menyebutkan nama- nama para tokohnya.

  Edelweis Tak Selamanya Abadi Karya Liaiko

  Salah satu tujuan diciptakannya novel adalah untuk nikmati oleh pembaca. Antara pengarang, karya sastra dan pembaca akan berjalan seiringa, karya satra diciptakan oleh pengarang. Dan sebuah karya sastra akan dibaca dan akan mendapat tanggapan dari para pembacanya. Tanggapan pembaca akan menjadikan sebuah tolak ukur apakah karya sastra itu baik atau tidak, diterima atau tidak oleh masyarakat.

  Tanggapan dari dosen sebagai informan yang kedua yaitu Bapak DR.M.Arfan Mu‟amar, M.Pd.I yang mengatakan bahwa novel ini bagus, bahasanya mudah dipahami karena menggunkan bahasa sehari-hari, lalu konfliknya kompleks dan terjadi dimasyarakat. Namun dalam alurnya pengarang menggunakan point of view yang berarti bahwa alurnya maju mundur jadi bisa membingungkan pembaca. Selain itu menurut beliau dalam sebuah novel tidak harus happy ending dan novel ini juga sangat menarik dan menghibur. Hal ini terungkap dari petikan wawancara sebagai berikut:

  “Bagus, konfliknya kompleks dan terjadi di masyarakat. Ada nilai sastra di dalamnya. Ending tidak harus happy ending, menarik dan menghibur.” (CHW 2, 2018)

  Penjabaran karakter dari penokohan tidak langsung tersurat begitu pula dengan masalah sosial di dalam novel ETSA, menurut beliau masalah sosial yang terjadi seperti donor organ tubuh dan ada nilai sastra di dalam noveL ETSA.

3. Tanggapan Pembaca Novel

  Selain dengan dosen, peneliti juga mewawancarai guru bahasa Indonesia sebagai informan ke tiga yaitu ibu Durotun Nisa, S.Pd. Menurut beliau novel ETSA ini sangat bagus, pengarang menceritakan setting-nya seperti nyata, seperti kita sebagai pembaca ikut merasakan tempat- tempatnya

  Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun unsur-unsur seperti instrinsik dan ekstrinsik. unsur instrinsik biasanya tersirat di dalam novel, sedangkan ekstrinsik bisa diambil dari biografi pengarang. Hal ini juga termuat dalam KI 3 dan KD 3.3 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu menganalisis teks sejarah, berita, iklan, editorial/ opini, dan cerita fiksi dalam novel lisan maupun tulisan. Seperti cuplikan wawancara berikut:

  Kalau dari segi bahasa memang estetika bahasa memperindah sastra,kalau dilihat dari tokoh penokohannya latarnya kalau unsur intriksiknya itu bisa di masukan pembelajaran sastra. Kalau sastra mutlak tidak ada. Di sini ada tapi untuk pembelajaran kelas jurusan bahasa saja, seperti peminatan dan dalam kompetensi menganalisis, tapi memang untuk bahasanya tidak mutlak, bisa dicari amanat, tokoh dan penokohannya. Jadi novel ini bisa dijadikan media pembelajaran tapi nanti disensor dulu. (CHW 3, 2018) Dari catatan hasil wawancara

  (CHW 3) peneliti mendapat sebuah data bahwa di MAN Mojokerto ada jurusan bahasa yang pembelaran Bahasa Indonesianya memuat tentang sastra namun tidak sepenuhnya, melainkan ada campuran pembelajaran bahasa.

  Novel Edelweis Tak Selamanya

  Abadi Karya Liaiko

  Seorang pengarang menciptakan sebuah novel untuk diambil hikmah atau amanat yang tertuang di dalamnya. Novel juga bisa menjadi media seorang pengarang menyampaikan sesuatu hal yang ingin dia sampaikan melalui bahasa yang memperindah sebuah karya sastra. Di dalam novel ETSA pengarang yang berlatar belakang seorang yang dewasa membuatnya sedikit banyak mencurahkan keromantisan yang menjadi sifar pengarang. Di dalam novel juga terdapat beberapa pekerjaan yang pernah dia lakukan sewaktu menjalani aktivitas perkuliahan. Pengarang memasukkan dunia imajinasi yang sebelumnya dia impikan.

  b.

  Sosiologi Sastra 1)

  Sosiologi pengarang Pengarang yang berlatar pendidikan non formal yang pernah mengikuti sederet skill seperti guiding dan pembelajaran ekonomi menerapkan di dalam novel. Pengarang di dalam novel seperti seorang ahli dalam bidangnya bukan amatir.

  Pengarang juga saat menjalani awal-awal perkuliahan juga pernah mencari tambahan biaya kebutuhan sehari- harinya dengan bekerja sebagai seorang tour

  guide . Hobinya yang suka sekali

A. Pembahasan a.

  traveling dan mendaki membuatnya banyak memperoleh pengalaman dan ilmu yang dituangkannya dalam karakter tokoh utama dalam novel yaitu Bian. Selain itu beberapa kejadian dan tempat juga merupakan hasil imajinasi pengarang. Kejadian yang terjadi di dalam novel tidak serta merta mendonorkan organ tubuhnya berupa mata secara cuma- cuma untuk kebahagiaan masalah yang dihadapi tidak orang yang di cintainya. boleh mudah menyerah begitu Kejadian yang terjadi di saja. Hal itu terdapat dalam dalam novel juga ada sebuah karakter tokoh imajinasi perebutan hak waris anak dan pengarang yaitu Tya. Serta warisan. Kejadian tersebut dalam kehidupan nyata juga pengarang alami di dalam ada orang yang rela berkorban keluarganya. Keluarga yang demi orang yang dicintainya, dulunya harmonis berubah dan tidak memandang menjadi hancur akibat orang kekurangan dari pasangannya. ketiga. Berdasarkan penuturan Sudut pandang pengarang pengarang yang menceritakan yang menempatkan dirinya bahwasanya perebutan warisan itu dalam tiga sudut pandang terinspirasi dari keluarganya sekaligus menjadikan sendiri. Dari data yang diperoleh keunggulan dari novel latar sosial pengarang seperti latar

  Edelweis Tak Selamanya pendidikan dan mata pencaharian Abadi karya Liaiko.

  pengarang banyak mempengaruhi Pengarang menempatkan penciptaan novel dan proses dirinya sebagai author dengan penciptaan novel. menggunakan sudut pandang

  2) orang ketiga kata ganti nama-

  Sosiologi karya satra Maksud isi, tujuan nama para tokohnya. Saat pengarang menciptakan novel menceritakan tokoh Tya, karena ingin menyampaikan pengarang menggunakan bahwasanya jika dalam sudut pandang orang pertama menjalin hubungan tidak tokoh utama yaitu “Aku”. memilih apaun. Manusia Sedangkan saat menceritakan hanya bisa berencana, namun tokoh Bian, pengarang Tuhanlah yang menentukan. menggunakan sudut pandang Tidak perlu mencari sebuah orang pertama tokoh status dalam menjalin sampingan. Dalam novel hubungan, jika sudah nyaman lainnya tidak ada pengarang dengan orang tersebut. Hidup yang menggunakan tiga sudut penuh dengan perjuangn yang pandang. pertama berjuang untuk hidup 3)

  Sosiologi pembaca itu sendiri, yang kedua Pendapat para pembaca berjuang untuk kenyamanan atau respons kebanyakan ikut dan kebahagiaan berjuang larut dalam pembawaan demi cinta. Sesulit apapun novel. Emosi pembaca ikut campur dan menjadi ikut gemas dengan karakter yang dilahirkan oleh pengarang yang tidak ada di dalam dunia nyata. Namun pada dunia nyata itu benar- benar ada karakter tokoh seperti di dalam cerita. Pembaca yang dibedakan menjadi dua ahli ini berpendapat bahwa novel ini termasuk novel yang bagus bagi pemula. Pembaca ahli juga berpendapat bahwa keunggulan novel ini ada pada point of view pengarang. Serta salah satu ahli juga berpendapat bahwa novel ini seperti nyata penggambaran latar dalam novel begitu luas.

  Pembaca ahli dan umum pun mengatakan bahwa keunggulan novel terletak pada sudut pandang pengarang. Pengarang menempatkan dirinya dalam tiga sudut pandang. Penggunaan tiga susut pandang ini pun bisa menjadi daya tarik bagi novel.

  c.

  Pembelajaran Sastra Indonesia Pembelajaran bahasa indonesia tidak hanya bahasa saja yang ada dalam dunia pendidikan namun sastra juga bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

  Pembelajaran sastra dari dulu sudah masuk ke dalam materi bahasa Indonesia, sebagai contohnya adalah materi pantun.

  Namun dalam pembelajaran bahasa Indonesia sastra bertujuan untuk menumbuhkan sikap kreatif siswa, tentunya kreatif dalam berbahasa dan mengembangkan pikiran mereka. Hal itu sejalan dengan pendapat Semi (dalam Ardiyanto, 2007: 50), secara khusus menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran sastra di sekolah menengah (SMA/MA/SMK) adalah untuk mencapai kemampuan apresiasi kreatif.

  Daya imajinasi juga bisa membentuk karakter orang dan menunjukkan karakter orang yang berimajinasi, melalui mengarang. Jadi orang yang jiwa imajinasinya tinggi akan terbentuk karakter yang tinggi pula. Bahasa yang digunakan pun juga akan berkualitas pula tetapi tidak berbelit- belit. Sejalan dengan pendapat Windiatmoko (2016: 16) Daya imajinasi dan pembentukan karakter manusia memiliki relevansi yang kuat. Imajinasi adalah sarana berkarakter. relevansi terhadap pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas terdapat dalam kurikulum K13 pembelajaran materi hasil membaca buku novel pada KI 3 dan KD 3.4 mengulas isi dan unsur kebahasaan sebuah novel serta KD 4.4 menyajikan ulasan isi dan unsur kebahasaan sebuah novel dalam kegiatan bedah buku.

4. KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan yang berkaitan dengan pengarang. Latar belakang pengarang yaitu Liaiko nama penanya yang bernama asli Yulia Pratitis Yusuf sebagai orang yang keras kepala, mandiri dan tidak mudah menyerah tercermin dalam karakter tokoh utama dalam novel ETSA. Novel pertama yang mampu menuai banyak komentar dan apresiasi yang bagus dari para pembaca. Pengarang yang suka sekali menulis diary dari kecil sampai dewasa membuatnya ingin terus menulis, tetapi pengarang juga tidak menyangka bahwa tulisannya kini sampai pada sebuah novel yang tebal karena dari dulu penulis hanya mampu membuat sebuah cerpen saja yang dikirim ke majalah- majalah dan koran.

  Meskipun pengarang suka menulis tidak terbesit dibenaknya untuk menjadikan itu sebagai sumber mata pencaharian yang utama, karena menurutnya menulis itu hanya membutuhkan waktu yang panjang dan hanya untuk mengisi waktu luang saja. Lewat tulisannya pengarang ingin menyampaikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin, cinta tulus itu pasti ada dan jangan mudah menyerah terhadap ujian yang diberikan Tuhan. Boleh menyerah jika sudah berusaha dengan keras dan sudah semaksimal mungkin. Pendidikan tertinggi yang dia jalankan menurutnya ada pengaruh terhadap bahasa yang digunakan terkadang tidak. Karena menurutnya yang paling pengaruh adalah sikap dewasa beliau dan hati beliau yang mudah baper terhadap apapun.

  Selain dari sosiologi pengarang, ada juga sosiologi karya sastra yang berupa sosial yang ada di masyarakat. Sosial itu berupa asmara dan pengorbanan cinta serta unsur intrinsik yang terdapat dalam novel berupa latar dan point of view atau yang biasa disebut sudut pandang pengarang. Dari dulu asmara sudah ada namun, di dalam novel ini terdapat asmara yang tidak biasa antara gadis dengan seorang duda. Dan pengorbanan yang tidak hanya dilakukan seorang yang berhubungan darah, tetapi juga orang yang dikagumi atau disayangi.

  Pendapat pembaca juga sangat apresiasi dengan novel. Menurut para pembaca ahli dan umum novel ini memiliki keistimewaan berupa kata- kata, bahasa yang digunakan dan sudut pandang pengarang yang menggunakan tiga sudut pandang sebagai author, Tya, dan Bian. Sudut pandang pengarang yang menempatkan dirinya dalam tiga sudut pandang sekaligus menjadikan keunggulan dari novel Edelweis Tak Selamanya Abadi karya Liaiko. Pengarang menempatkan dirinya sebagai author dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga kata ganti nama-nama para tokohnya. Saat menceritakan tokoh Tya, pengarang menggunakan sudut pandang orang pert ama tokoh utama yaitu “Aku”. Sedangkan saat menceritakan tokoh Bian, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama tokoh sampingan. Dalam novel lainnya tidak ada pengarang yang Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi menggunakan tiga sudut pandang. Sastra: Sebuah Pemahaman Hasil penelitian juga bisa Awal. Malang: Bayu Media. dimasukkan ke dalam pembelajaran di Sugiono, 2017. Metode Penelitian sekolah menengah atas. Karena Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. mengandung nilai pendidikan serta novel Bandung: Alfabeta. ini bisa dijadikan bahan ajar sastra. Serta Suwarsono, 2013.

  “Kritik Sosial Dalam novelnya juga bisa dijadikan bahan ajar Cerpen Yang Dimuat Koran sastra di sekolah. Jawa Pos Tahun 2012. Tesis 5. tidak diterbitkan. Surabaya:

   REFERENSI

  Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

  Sastra Sebuah Pengantar . Jakarta: Pusat Surabaya. Ringkas Pembinaan dan Pengembangan Wellek, Rene dan Austin Warren. 2016.

  Bahasa Departemen Pendidikan

  Teori Kesusastraan (penerjemah dan Kebudayaan.

  Jakarta: PT Melani Budianta). Gramedia. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Winarno, Surakhmad. 1994. Pengantar

  

Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Ilmiah: Dasar, Metode, dan

Teknik. Bandung: Tarsito.

  H.B. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Windiatmoko, Doni Uji. 2016. Analisis

  Kualitatif . Surakarta: Universitas Wacana dalam Gurindam XII

  Sebelas Maret Press

  dan Nilai Pendidikan Karakter serta Implikasinya sebagai

  Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, Materi Ajar Sastra .

  dan Aplikasi Sosiologi Sastra,

  E-Jurnal Keilmuwan Bahasa, Yogyakarta: Graha Ilmu. Sastra, dan Pengajarannya,

  Liaiko. 2016. Edelweis Tak Selamanya Vol.1, No. 3, Hlm 12-22.

  Abadi . Ponorogo: Uwais

  __________________. 2014. Kajian

  Sosiologi Sastra dan Nilai

  Mahaya, Maman S. 2012. Pengarang

  Pendidikan Karakter dalam Tidak Mati dan Kiprah novel The Lost karya Kun Geia . Pengarang Indonesia. Bandung: Tesis tidak diterbitkan.

  Nuansa.

  Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

  Moleong, Lexy, J. 2010. Metodologi Surakarta.

  Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dokumen yang terkait

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

9 150 151

KONFLIK DALAM NOVEL DAUN PUN BERZIKIR KARYA TAUFIQURRAHMAN AL AZIZY DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

14 140 51

MAJAS DALAM PUISI PADA KOLOM SASTRA HARIAN LAMPUNG POST EDISI SEPTEMBER 2011 DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

1 39 66

MAJAS DALAM PUISI PADA KOLOM SASTRA HARIAN LAMPUNG POST EDISI SEPTEMBER 2011 DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

1 25 66

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

29 612 37

DESKRIPSI LATAR DAN FUNGSINYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

2 31 72

KONFLIK DALAM NOVEL PEREMPUAN PENUNGGANG HARIMAU KARYA MUHAMMAD HARYA RAMDHONI DAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

6 27 69

NILAI MORAL DALAM NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

23 124 79

NASKAH DRAMA SENJA DENGAN DUA KELELAWAR KARYA KRIDJOMULYO: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

0 2 18

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI

0 0 134