EFEKTIVITAS METODE CIRC DIBANDINGKAN METODE SQ3R DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca Pemahaman 1. Arti Membaca Pemahamanan Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan

  keterampilan berbahasa lain. Membaca merupakan proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi. Hoggson dalam Tarigan (2008: 7) mengartikan membaca sebagai suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.

  Finonchiaro dan Bonono dalam Tarigan (2008: 8), membaca juga dapat diartikan sebagai suatu proses memetik serta memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Batasan itu tepat dikenakan pada pembaca literal. Di pihak lain, Thorndike dalam Nurhadi (2008: 13) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir atau bernalar.

  Sukirno (2009: 5) mengartikan membaca sebagai kegiatan berpikir untuk memahami makna kata, kalimat, paragraf yang dibaca dan menyimpulkannya makna kata yang satu dengan kata yang lain dalam kalimat, paragraf, antarparagraf, atau dalam bab. Menurut Slamet (2009: 68) pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur, bukan perilaku fisik duduk berjam- jam di ruang belajar sambil memegang buku.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa membaca adalah suatu proses aktif pengucapan bahasa tulis untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang tertulis. Pengucapan tidak selalu didengar, misalnya membaca dalam hati. Selanjutnya, membaca merupakan aktivitas yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu tidak dapat dilepaskan dari menyimak, berbicara, dan menulis. Sewaktu membaca, pembaca yang baik akan memahami bahan yang dibacanya. Selain itu, ia dapat mengkomunikasikan hasil membacanya secara lisan atau tertulis.

  Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai membaca intensif, membaca dalam hati, atau membaca telaah isi. Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dalam hati dengan hati-hati dan teliti sekali serta bersungguh-sungguh, sehingga mengerti benar maksud atau isi yang ada dalam bacaan. Kompetensi membaca pemahaman adalah untuk memahami isi bacaan sampai kepada bagian yang sekecil-kecilnya (Sukirno, 2009: 42).

  Sunendar (2008: 13) berpendapat bahwa membaca pemahaman ialah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasaan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai. Slamet (2009: 86) menyebut dengan istilah membaca intensif dan menganggap membaca ini merupakan kunci memperoleh ilmu pengetahuan karena penekanannya pada pemahaman yang mendalam, pemahaman ide-ide pokok sampai ke ide penjelas, dari hal rinci sampai ke relung- relungnya. Membaca pemahaman dapat dilakukan secara lambat dan dapat diulang-ulang agar pesan tertulisnya dapat merasuk ke otak dan hati.

  Membaca pemahaman bukanlah keterampilan tunggal, yang berdiri sendiri tetapi merupakan hasil kolaborasi dari berbagai keterampilan. Apapun bacaannya tetapi maksudnya sama yaitu untuk memahami, dan pemahaman bukanlah sekedar abstrak, bukan sekedar pecahan arti kata-kata. Pemahaman adalah proses sintetik berderajat tinggi yang menyangkut pengaitan secara tepat makna-makna terhadap lambang-lambang kata, evaluasi makna terhadap konteks, serta pengorganisasian, penyimpanan dan penerapan gagasan (Ahuja, 2004: 155).

  Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibacanya. Yang dimaksud membaca pemahaman atau komprehensip adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya. Berdasarkan pengertian tersebut, ada tiga hal atau tiga elemen dalam membaca pemahaman, yaitu: a.

  Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki tentang topik b.

  Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang dibaca.

  c.

  Proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang dilakukan intensif, membaca dalam hati, atau membaca telaah isi dengan hati-hati dan teliti sekali serta bersungguh- sungguh, dengan menangkap pokok-pokok pikiran sehingga mengerti benar maksud atau isi yang ada dalam bacaan.

2. Aspek-aspek Membaca Pemahaman

  Dalam kegiatan membaca terdapat dua aspek penting. Tarigan (2008: 12-13) memerinci kedua asepk tersebut menjadi : a.

  Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills), yang mencakup (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur linguistik, dan (3) pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi.

  b.

  Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills), yang mencakup (1) memahami pengertian sederhana, (2) memahami signifikasi atau makna, (3) evaluasi atau penilaian, dan (4) kecepatan membaca yang fleksibel.

  Untuk keterampilan pemahaman, yang paling erat adalah membaca dalam hati (silent reading), yang terdiri dari: 1)

  Membaca ekstensif, yang mencakup (1) membaca survey (survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading ).

  2) Membaca intensif, yang mencakup: a).

  Membaca telaah isi, yang terdiri dari (1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca kritis, dan (4) membaca ide.

  b).

  Membaca telaah bahasa, yang terdiri dari membaca bahasa asing dan membaca sastra.

  Dengan demikain, membaca pemahaman merupakan bagian dari membaca intensif, khususnya membaca telaah isi. Ini dapat dimengerti karena produk dari membaca pemahaman adalah seberapa besar pembaca dapat menangkap isi/ maksud bacaan yang disampaikan oleh penulis dalam bahasa tulis.

  Menurut Munawir (2003: 72) membaca untuk pemahaman meliputi beberapa komponen, yaitu: a.

  Pengembangan kosakata.

  Penguasaan kosakata sangat penting dalam memahami kata-kata yang dipakai oleh penulis. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pengembangan kosakata, misalnya memberikan pengalaman yang bermakna atau pengembangan kosakata melalui konteks.

  b.

  Pemahaman literal.

  Yaitu memahami dan mengingat informasi secara tersurat pada wacana. Kemampuan yang diperlukan pada pemahaman literal meliputi mencari pokok pikiran bacaan, dan beberapa informasi rinci yang penting.

  c.

  Pemahaman inferensial.

  Adalah kegiatan menarik kesimpulan dari informasi yang tersurat berdasarkan intuisi dan pengalamannya. Istilah ini juga dikenal pemahaman tersirat. Beberapa aktivitas membaca misalnya mencari hubungan sebab akibat dan mengantisipasi lanjutan cerita.

  d.

  Membaca kritis atau evaluatif.

  Memberikan penilaian materi wacana berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan kriterianya sendiri. Penilaian yang dimaksud meliputi kecermatan, akseptabilitas (dapat diterima), harga dan kemungkinan terjadi, apakah fantasi atau kenyataan, apakah fakta atau opini, dan apakah kemauan penulis. e.

  Apresiasi.

  Menyangkut kepekaan emosi dan estetik siswa atas materi wacana. Untuk dapat mengapresiasi isi wacana, siswa harus dilatih menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam kejadian yang ditulis pada wacana dan secara verbal mengekspresikan emosi dan perasaannya.

  Pada tingkatan membaca lanjut masih terdapat berbagai masalah yang menyebabkan pembaca tidak dapat mencapai kemampuan membaca maksimal dikarenakan adanya kebiasaan-kebiasaan tertentu, gerakan-gerakan mata, motivasi dan minat membaca yang merugikan pembaca (Tampubolon, 1990: 8).

  Secara lebih operasional membaca pemahaman menuntut kemampuan sebagai berikut : a.

  Mengingat pokok pikiran wacana tertulis b.

  Mengingat urutan kejadian atau pendapat c. Mencari jawaban atas pertanyaan rinci isi wacana tertulis.

  d.

  Mengikuti petunjuk tertulis e. Mencari hubungan sebab akibat f. Membuat kesimpulan berdasarkan wacana tertulis g.

  Mengetahui kejanggalan isi wacana h. Mengenal materi faktual dan fiktif i. Memanfaatkan daftar isi dan indek buku j. Membaca tabel, diagram, dan peta k.

  Memanfaatkan berbagai makna dari suku kata.

  Untuk keterampilan pemahaman, hal yang paling tepat digunakan adalah membaca dalam hati, yang termasuk didalamnya adalah membaca ekstensif.

  Membaca ekstensif adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan pemahaman umum. Dengan membaca ekstensif seseorang dituntut dapat mengakses sebanyak mungkin judul buku/artikel/berita dengan topik yang sudah populer. Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat bacanya.

  Menurut Tarigan (2009 : 37) dilihat dari kemampuan membacanya, ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman, yaitu: 1)

  Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit).

  2) Kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan baik makna tersurat maupun makna tersirat.

  3) Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat (reading the lines), makna antarbaris (reading between the

  lines ), dan makna di balik baris (reading beyond the lines), tetapi juga

  mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.

  Selain ketiga kemampuan membaca pemahaman tersebut, yang termasuk membaca pemahaman antara lain juga membaca cepat. Jenis membaca ini bertujuan agar pembaca dalam waktu yang singkat dapat memahami isi bacaan secara tepat dan cermat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara (membaca dalam hati). Bahan bacaan yang diberikan untuk kegiatan ini harus baru (belum pernah diberikan kepada siswa) dan tidak boleh terdapat banyak kata-kata sukar, ungkapan-ungkapan yang baru, atau kalimat yang kompleks. Jika perlu guru memberikan penjelasan terlebih dahulu agar siswa terbebas dari kesulitan memahami isi bacaan karena terganggu oleh masalah kebahasaan (Tarigan, 2009: 37-38).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca.

  Tingkat minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan tingkat minat baca bangsa lain. Pernyataan negatif atau pesimistis ini sering muncul dan diulang-ulang dalam berbagai laporan hasil penelitian dan pendapat para pakar yang dituangkan dalam berbagai tulisan ataupun disampaikan dalam kegiatan pertemuan ilmiah.

  Studi yang dilakukan IEA rnengungkapkan beberapa aspek yang mempengaruhi literasi membaca (Hayat, 2010: 143-l93), yaitu: a.

  Literasi dan investasi dalam pendidikan b.

  Literasi dan latar belakang siswa, yang meliputi 1) karakteristik siswa dan keluarga siswa, 2) tempat lahir dan bahasa yang digunakan; 3) pendidikan orang tua, 4) status pekerjaan orang tua, 5) status kepemilikan dalam keluarga, 6) kekayaan keluarga, 7) latar belakang sosial-ekonomi keluarga,

  8) latar belakang sosial-budaya, 9) kegiatan seni dan budaya; 10) perbandingan gender, 11) pekerjaan masa depan yang diinginkan siswa, 12) pekerjaan rumah, 13) penggunaan komputer, 14) pelajaran tambahan.

  c.

  Kebiasaan membaca d.

  Motivasi belajar siswa e. Minat dan konsep diri siswa f. Strategi belajar g.

  Tingkat kehadiran di kelas dan rasa memiliki h. Lingkungan sekolah dan pencapaian prestasi i. Infrastruktur fisik sekolah j. Sumber daya manusia sekolah; k.

  Organisasi dan manajemen sekolah.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca menurut Farida (2008: 16-30) meliputi : 1.

  Faktor Fisiologis, mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin.

  2. Faktor Intelektual, istilah intelgensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat.

3. Faktor lingkungan a.

  Latar belakang dan pengalaman siswa di rumah b.

  Sosial ekonomi keluarga siswa

4. Faktor Psikologis a.

  Motivasi, agar siswa termotivasi dalam belajar, guru harus mendemontrasikan kepada siswa sehingga siswa memahami belajar sebagai suatu kebutuhan.

  b.

  Minat, yaitu keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaan untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacannya atas kesadaran sendiri. Frymeir (dalam Crawley dan Mountain, 1995) mengidentifikasi tujuh faktor yang mempengaruhi perkembangan minat anak, yaitu :

  1) Pengalaman sebelumnya, siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.

  2) Konsepsinya tentang diri, siswa akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika informasi itu dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.

  3) Nilai-nilai, minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang yang berwibawa.

  4) Mata pelajaran yang bermakna, informasi yang mudah dipahami oleh anak akan menarik minat mereka.

  5) Tingkat keterlibatan tekanan, jika siswa merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin lebih tinggi.

  6) Kompleksitas materi pelajaran, siswa yang lebih merasa mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.

  c.

  Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyusuaian Diri.

  Terkait dengan pendapat Glazer & Searfoss (1988), Harris dan Sipay (1980) mengemukakan bahwa siswa yang kurang mampu membaca merasakan bahwa dia tidak mempunyai kemampuan yang memadai, tidak hanya dalam pelajaran membaca, tetapi juga pada pelajaran lainnya. Dari sudut pandang ini, salah satu tugas membaca adalah membantu siswa mengubah perasaannya tentang kemampuan belajar membaca dan meningkatkan rasa harga dirinya (self esteem) (Farida Rahim, 2008: 30).

  Edwards dalam Ahuja (2004: 50) menyatakan bahwa keberhasilan dalam membaca pemahaman tergantung pada besar kecilnya motivasi, latar belakang subtansial yang terkait dengan konsep, kemampuan mempersepsi kata, kemampuan menalar cara berpikir melalui unsur-unsur gagasan yang lebih kecil, dan kemampuan memahami makna dari gagasan yang lebih luas.

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat peneliti katakan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca dapat datang dari luar (ekstern) maupun dari dalam dirinya (intern). Namun dari kedua faktor tersebut, faktor intern lebih dominan dalam mempengaruhi tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa. Dari faktor intern, minat memegang peranan yang sangat penting.

4. Mengukur Kemampuan Membaca Pemahaman.

  Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Pemahaman sebagai produk melibatkan ukuran dan pengukuran, dalam cara yang kurang lebih obyektif. Ini melibatkan proses menilai jawaban terhadap pertanyaan spesifik yang diajukan kepada pembaca. Pemahaman sebagai produk adalah apa yang kita nilai dengan bantuan sekumpulan soal yang kita berikan kepada peserta didik (Ahuja, 2004: 54). Dalam mengukur kemampuan membaca yang diperhatikan adalah aspek kecepatan dan pemahaman isi (Tampubolon, 1987: 243-245).

  Mengingat pada penelitian ini yang diukur kemampuan membaca pemahaman, maka pengukurannya dengan menghitung persentase dari jawaban yang benar tentang isi bacaan. Rumus mengukur kemampuan membaca pemahaman = . 100 PI = pemahaman isi 100 = persentase jawaban Yang dimaksud dengan persentase pemahaman isi ialah persentase jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, misalnya jika ada 20 pertanyaan, dan jawaban yang benar ada 15, maka persentase pemahaman isi 15 adalah x 100% = 75%. Hal ini berarti, bahwa siswa yang dapat menjawab 20 15 soal dari 20 soal yang dikerjakan memiliki persentase kemampuan membaca pemahaman sebesar 75%.

B. Pembelajaran dengan Metode CIRC

1 Konsep Metode CIRC

  Pada awal abad pertama seorang filsuf Yunani, berpendapat bahwa untuk belajar seseorang harus memiliki pasangan/ teman. Disitulah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan (Muslimin, dkk, 2000: 12). Menurut John Dewey seperti yang dikutip Ibrahim, dkk bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Dari pengertian tersebut, pembelajaran di kelas hendaknya menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang bercirikan dengan prosedur demokratis dan proses ilmiah. Tanggung jawab utama guru ialah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif.

  Menurut Slavin (2005 : 15) pembelajaran kooperatif adalah "Co-operative

  

study a where in system learn and work in little groups that number 4-5 person

collaboratively so that can stimulate student enthusiasticer in learn”

  (Pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar).

  Ada lima pembelajaran cooperative yang diadaptasikan pada semua mata pelajaran dan semua kelas. Student Team Achievement Division (STAD) (Pembagian Pencapaian Tim Siswa), Team Games Turnament (TGT) (Turnamen Geme Tim), Jigsaw, Team Accelerated Instrucsional (TAI) (Percepatan Pengajaran Tim) dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif). Dari lima metode tersebut, CIRC yang paling cocok digunakan untuk pembelajaran membaca pada kelas II sampai VIII (Slavin, 2005: 11).

  Pendapat lain disampaikan oleh Madden (dalam Slavin, 2005 : 17) CIRC merupakan program komprehensip untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita.

  Hal senada juga dikemukakan oleh Endang Mulyatinigsih (2010: 22) bahwa CIRC merupakan metode yang komprehensip untuk pembelajaran membaca dan menulis paper. Metode ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja dengan cara berpasangan. Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok dan diberi tugas membaca secara terpisah, kemudian masing-masing anggota kelompok mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dibaca. Ketika satu kelompok sedang menyajikan paper hasil membacanya, maka kelompok lain bertugas sebagai pendengar. Kelompok pendengar bertugas untuk menyimak, membuat prediksi akhir cerita, menanggapi cerita, dan melengkapi bagian yang masih kurang.

  Pada awalnya metode CIRC diterapkan dalam pembelajaran bahasa. Dalam kelompok kecil siswa diberi bacaan, kemudian siswa latihan membaca atau saling membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan menulis ikhtisar cerita atau memberikan tanggapan terhadap isi bacaan, atau mempersiapkan tugas tertentu dari guru. CIRC merupakan sebuah metode pembelajaran kooperatif dan program yang komprehensip untuk mempelajari membaca, menulis dan seni bahasa.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Metode CIRC

  Agus Suprijono (2011: 130) memberikan langkah-langkah pembelajaran dengan metode CIRC sebagai berikut. a.

  Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 siswa secara heterogen.

  b.

  Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.

  c.

  Siswa bekerjasama saling membacakan untuk menemukan ide pokok, saling memberi tanggapan terhadap wacana dan metulis pada lembar kertas.

  d.

  Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, e. Guru memberikan penguatan (reinforcement), dan f. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

  Melengkapi pendapat diatas, menurut Slavin (2005: 205) terdapat unsur utama dari metode CIRC sebagai berikut.

  a.

  Kelompok membaca, dalam hal ini siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri antara dua sampai tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca.

  Pembagian kelompok dapat ditentukan oleh guru. Atau jika tidak, diberikan pengajaran kepada seluruh kelas.

  b.

  Tim, disini siswa dibagi kedalam pasangan (atau trio) dalam kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasangan tersebut dibagi kedalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca.

  c.

  Kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Pada bagian ini siswa menggunakan baik bahan bacaan dasar maupun novel. Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan guru. Kegiatan ini memakan waktu sekitar dua puluh menit. Dalam kelompok ini guru menentukan tujuan membaca, memperkenalkan kosakata baru, mengulang kembali kosakata lama, mendiskusikan ceritanya setelah siswa membaca.

  Setelah diperkenalkan dan diberi paket cerita, tahap-tahap kegiatan yang dapat dilakukan siswa dalam kelompok menurut Slavin (2005: 2007-2009) meliputi: a.

  Membaca berpasangan Para siswa membaca ceritanya dalam hati dan kemudian secara bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama pasangannya, bergiliran untuk tiap paragraf. Si pendengar mengoreksi.

  b.

  Menulis cerita bersangkutan dan tata bahasa cerita.

  Para siswa diberi pertanyaan setelah ia membaca setengah dari cerita, mereka diminta menghentikan bacaan dan diminta untuk mengidentifikasi karakter, latar belakan kejadian, dan masalah dalam cerita tersebut untuk memprediksi penyelesaiannya.

  c.

  Mengucapkan kata-kata dengan keras.

  Para siswa diberikan daftar kata baru/ kata sulit yang terdapat dalam cerita, mereka harus belajar membaca atau mengucapkan kata-kata itu dengan benar bersama pasangan mereka.

  d.

  Makna kata Para siswa diberikan daftar kata-kata baru/ sulit dan mereka diminta untuk melihat kata-kata tersebut di dalam kamus, menuliskan definisinya, dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan makna kata tersebut.

  e.

  Menceritakan kembali cerita Setelah membaca dan mendiskusikan dalam kelompok pembaca, para siswa merangkum poin-poin utama dalam cerita. f.

  Ejaan Para siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata satu sama lain tiap minggunya, selanjutnya satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut.

  g.

  Pemeriksaan oleh pasangan Jika para siswa telah menyelesaikan semua kegiatan, pasangan mereka memberikan formulir tugas yang mengindikasikan bahwa mereka telah selesai.

  h.

  Tes Pada akhir kegiatan siswa diberikan tes pemahaman. Siswa diminta untuk menuliskan kalimat bermakna untuk tiap kosakata, dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras di depan guru. i.

  Pengajaran langsung dalam memahami bacaan.

  Satu hari dalam satu minggu siswa mendapat pengajaran langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaan. j.

  Seni berbahasa dan menulis terintegrasi Selama periode seni berbahasa, guru menggunakan kurikulum seni berbahasa dan menulis yang dikembangkan khusus untuk CIRC. Penekanan pada kemampuan menulis dan mekanika berbahasa.

  Setelah pembelajarn selesai, melalui metode CIRC siswa dapat dilatih untuk meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Slavin (1995: 98) langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut. a) guru menerangkan suatu pokok bahasan tertentu kepada siswa, b) guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal cerita, c) guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita termasuk melalui penerapan cooperative learning metode CIRC, d) guru membentuk kelompok-kelompok siswa secara heterogen,

  e) guru mempersiapakan 1 atau 2 soal dan membagikannya kepada setiap siswa.

  Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan spesifik sebagai berikut. 1) salah satu anggota membaca atau beberapa anggota saling membaca soal cerita tersebut, 2) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan pertanyaan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu, 3) saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita, 4) menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut (menuliskan komposisi penyelesaian), 5) saling merevisi dan mengedit pekerjaan/ penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi), 6) menyerahkan tugas kelompok kepada guru, 7) setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC, guru mengawasi kerja kelompok, 8) ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya, 9) ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru, 10) guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas, 11) guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan, 12) guru memberikan tugas/ PR soal secara individual kepada siswa tentang pokok bahasan yang dipelajari, 13) guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan siswa kembali ke tempat duduknya, 14) menjelang akhir pembelajaran, guru dapat mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita, 15) guru dapat memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

3. Kelebihan Metode CIRC

  Beberapa kelebihan metode CIRC (Miftahul, 2013: 221) meliputi : a. Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkat perkembangan anak.

  b.

  Kegiatan yang dipilih bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

  c.

  Kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga siswa lebih dapat bertahan lama.

  d.

  Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis.

  e.

  Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah yang dinamis, optimis dan tepat guna.

  f.

  Menumbuhkembangkan interaksi sosial siswa.

  Menurut Farida (2008: 35) metode CIRC merupakan metode pembelajaran kooperatif yang cocok dengan pembelajaran membaca. Salvin (dalam Farida, 2008: 35) menyatakan tujuan utama metode CIRC khususnya dalam menggunakan tim ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang lebih luas.

  Hasil penelitian tentang pembelajaran struktur cerita mengidentifikasi bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah. Disamping berdasarkan pada beberapa hasil penelitian, siswa juga bisa membuat dan menjelaskan prediksi tentang bagaimana masalah bisa diselesaikan dan meringkas unsur-unsur utama suatu cerita. Kedua kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa (Farida, 2008: 35).

  Agar pembelajaran metode CIRC lebih menjadikan siswa belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (joyful learning) maka dalam pelaksanaan metode tersebut dikolaborasikan dengan pendekatan PAIKEM. Ciri- ciri metode pembelajaran ini ialah multi metode dan multi media, praktik dan bekerja dalam satu tim, memanfaatkan lingkungan sekitar, dilakukan di dalam dan luar kelas, serta multi aspek (logika, praktik, dan etika).

C. Pembelajaran dengan Metode SQ3R 1. Ruang Lingkup Metode SQ3R

  Metode SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik yang dikembangkan oleh F.P Robinson pada tahun 1970. SQ3R sendiri kependekan dari

  

Survey, Question, Read, Recite, dan Review . Tampubolon dalam Suyatmi (1997:

  210) membuat akronimnya dalam bahasa Indonesia menjadi SURTABAKU yang merupakan akronim dari survei, tanya, baca, katakan, dan ulang.

  Menurut Mu’minin (2010), SQ3R adalah metode pembelajaran membaca yang menuntun siswa aktif, kritis, dan kreatif dalam memahami dan mengapresiasi bacaan, dan mengingatnya lebih lama. Pembelajaran semacam ini selain meningkatkan daya imajinasi siswa, juga meningkatkan kreativitas dan daya kritis siswa dalam memahami bacaan. Tarigan (2008: 55-56) menyatakan bahwa dengan metode ini siswa dapat menyelesaikan tugas dengan waktu yang singkat sekaligus akan memperoleh hasil yang lebih baik. SQ3R merupakan metode pembelajaran yang membantu siswa berpikir tentang bagaimana memahami teks yang sedang dibaca. SQ3R membantu siswa ‘mendapatkan sesuatu’ ketika pertama kali membaca teks. Bagi guru membantu mereka dalam membimbing siswa bagaimana membaca dan berpikir layaknya pembaca efektif (Miftahul, 2013: 224). Menurut Weisendanger (2001) metode ini meliputi kegiatan untuk memprediksi dan mengelaborasikan yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman literal dan membantu dalam pembentukan keterampilan belajar. SQ3R adalah metode yang memperkenalkan penggorganisasian, prediksi, dan pemahaman. Secara berkelompok siswa mensurvei, bertanya, membaca, merenungkan dan meninjau kembali teks yang dibaca.

  Menurut Syamsi (2010: 3) metode ini dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman terhadap informasi tertulis dan membantu mereka menyimpan informasi untuk bahan diskusi, kuis, dan tes. Pembelajaran dengan menggunakan metode ini sangat baik dalam membantu mengingat materi baik teks narasi maupun ekspositori dan cocok digunakan untuk kelas V – XII.

2. Langkah Pembelajaran Metode SQ3R

  Langkah pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R atau jika di Indonesiakan menjadi SURTABAKU meliputi: a.

  Pembentukan kelompok yang didasarkan pada berbedaan tingkat kemampuan membacanya.

  b.

  Guru membagikan wacana kepada tiap-tiap kelompok. c.

  Guru memberi penjelasan pelaksanaan pembelajaran SQ3R, yang meliputi: 1)

  Survey (Survey, Penelitian pendahuluan) Pada langkah survey pembaca memeriksa judul-judul paragraf atau bagian- bagian pada setiap buku yang dibaca. Jika pada awal atau akhir bab terdapat ringkasan bab, maka bacalah ringkasan itu (Sukirno, 2009: 33). Pelacakan ide pokok menurut Agus Suprijono (2011: 103) dilakukan dengan membaca selintas bahan bacaan yang umumnya dilakukan pada bagian judul, pengantar, daftar isi, sub ide pokok atau subtopik. Penelusuran ide pokok dapat juga dilakukan dengan membaca satu atau dua kalimat setiap halaman dengan cepat. Survei menurut Syamsi (2010: 3) dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

  a).

  Membaca judul dan memikirkan maknanya.

  b).

  Membaca bagian pendahuluan yang biasa ditemukan pada paragraf pertama atau kedua.

  c).

  Membaca bagian teks untuk mempelajari apa isi teks tersebut.

  d).

  Memeriksa semua gambar dan membaca keterangannya. 2)

  Question (Tanya) Langkah kedua adalah “Q” yang berarti Question atau bertanya. Peserta didik merumuskan pertanyaan untuk dirinya sendiri. Pertanyaan dapat dikembangkan dari yang sederhana menuju ke pertanyaan yang kompleks. Hal yang ditanyakan misalnya judul bacaan, subjudul, kata-kata kunci yang ada dalam paragraf. Pertanyaan dapat dimulai dari apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana (what, who, where, why, and how). Pertanyaan- pertanyaan tersebut dikembangkan kearah pembentukan pengetahuan (Agus Suprijono, 2011: 104). Syamsi (2010: 4) memerinci langkah question menjadi: a).

  Mengubah judul menjadi satu atau dua buah pertanyaan.

  b).

  Mengubah subbab dalam satu atau dua pertanyaan.

  c).

  Tulislah pertanyaan-pertanyaan tersebut. 3)

  Read (Baca) Sebagai langkah ketiga adalah “R” yang berarti read atau membaca secara detail bahan bacaan. Pada tahap ini peserta didik diarahkan untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang sudah dirumuskan (Agus Suprijono, 2011: 104). Untuk mempertegas dan memperjelas langkah read, Syamsi (2010: 4) memerinci sebagai berikut.

  a).

  Membaca untuk menjawab pertanyaan.

  b).

  Mengubah pertanyaan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penulis.

  c).

  Menulis jawaban dari pertanyaan. 4)

  Recite (Ceritakan kembali dengan kata-kata sendiri) R yang berarti recite sebagai langkah keempat. Pada tahap ini peserta didik diminta merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Diharapkan peserta didik mampu merumuskan konsep-konsep dan mengartikulasikan pokok-pokok penting dari hasil membaca baik secara lisan maupun tertulis.

  Lebih rinci hal yang dilakukan peserta didik adalah : a).

  Membaca pertanyaan dan menjawab dengan suara keras. b).

  Membaca pertanyaan dengan keras dan palingkan muka dan katakan jawaban dengan suara keras.

  c).

  Membaca pertanyaan dengan keras lalu dengan mata tertutup kemukakan jawaban dengan keras.

  d).

  Ulangi beberapa kali (Syamsi, 2010: 4) 5)

  Review (Tinjau kembali) Langkah terakhir adalah peserta didik diminta membuat rangkuman atau merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibaca. Hal terpenting pada langkah ini adalah peserta didik dapat merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan. Langkah ini kemudian dikenal dengan “R” yang berarti review (Agus Suprijono, 2011: 105).

2. Kelebihan Metode SQ3R

  Beberapa keunggulan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman menurut Trianto (2010: 68) meliputi : a.

  Cocok untuk kelas besar dan kelas kecil b. Dapat digunakan untuk materi yang mengandung fakta, prinsip dan definisi.

  c.

  Mudah digunakan ketika siswa harus mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif.

  d.

  Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangkan diri Namun demikian tidak berarti bahwa metode tersebut tidak memiliki kelemahan. Karena tidak ada satupun metode yang dapat dipakai untuk semua mata pelajaran dengan tingkat karakteristik siswa yang heterogen.

D. Metode CIRC dan SQ3R dalam Pembelajaran Membaca.

  Dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan guru dituntunt untuk dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran yang variatif. Guru berperan sebagai pengajar sekaligus fasilitator. Dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator, guru bertindak sebagai pengelola pembelajaran (instruktur) dan pengelola kelas (maneger).

  Menurut Sudjana (2010: 76), metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Pendapat tersebut diperkuat oleh M. Sobry (2009: 88) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa supaya terbentuk interaksi dan proses pembelajaran yang efektif. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Dengan demikian metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting.

  Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaaan metode pembelajaran (Wina, 2007:145). Lebih spesifik, metode pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu cara untuk merealisasikan strategi (Maman, 2012: 85).

  Sudjana (2010: 30) menyebutkan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dan penilaian untuk mengetahui sejauh mana materi dapat diserap siswa. Pemilihan metode yang digunakan guru dalam setiap kegiatan pembelajaran melalui seleksi yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan semakin efektif kegiatan pembelajaran.

  Pemilihan metode pembelajaran menurut Anissatul (2009: 80 -84) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

  1. Nilai strategi metode, hal ini dapat mempengaruhi jalannya kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran membaca pemahaman.

  2. Efektifitas penggunaan metode, ini dapat terjadi apabila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam rencana pembelajaran membaca pemahaman bahasa Indonesia.

  3. Pentingnya pemilihan metode, yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

  4. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode, seperti siswa, tujuan, situasi, fasilitas, guru, dan materi pelajaran.

  Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan membaca (reading skill) diperlukan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk memaksimalkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan membaca pemahaman. Pemahaman adalah jantung dari tindakan membaca. Membaca tanpa pemahaman sama artinya dengan tidak membaca (Ahuja, 2004: 55).

  Sukirno (2009: 5-6) menegaskan bahwa membaca adalah proses dan pemahaman adalah produk dari membaca. Agar produk dari membaca dapat maksimal maka perbuatan membaca harus dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami dan memikirkan. Supaya keterampilan tersebut dapat padu diperlukan adanya metode yang tepat. Tampubolon (1990: 7) mengatakan kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan metode dan teknik-teknik membaca efisien dan efektif.

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran membaca pemahaman akan berjalan efektif, jika : a.

  Didasarkan pada strategi-strategi untuk mencapai proses belajar yang efektif.

  b.

  Membantu menemukan dan memahami bagian-bagian penting dari materi yang dipelajari.

  c.

  Membantu mengingat bagian-bagian penting.

  d.

  Lebih efisien daripada sekedar membaca materinya berkali-kali.

  e.

  Mudah dilaksanakan.

  Madden, Steven, dan Slavin (1986) telah mengembangkan metode pengajaran membaca yang efektif untuk kelas yang memiliki kemampuan membaca yang berbeda-beda. Metode ini kemudian dikenal dengan nama kooperatif terpadu membaca dan menulis (CIRC). CIRC kemudian dikembangkan dengan kerjasama antara Universitas Johns Hopkins dan sekolah-sekolah di Amerika Serika pada tahun 1986-1988.

  Metode Cooperativ Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengembangkan pola pikir dan argumentasi dalam mengaktualisasi diri khususnya terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

  Menurut Slavin (dalam Rahim, 2008 : 35) metode CIRC dapat membantu siswa belajar membaca pemahaman yang lebih luas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah.

  Selain memberikan manfaat pada siswa, metode CIRC juga bagi guru, antara lain : a.

  Sebagai fasilitator beban mengajar guru di kelas menjadi lebih ringan, sebab aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik.

  b.

  Merupakan metode murah, sederhana, dan tidak memerlukan media elektronik.

  c.

  Guru bisa melakukan pengamatan akan kepribadian masing-masing siswa sambil memantau pekerjaannya.

  Selain metode tersebut, metode Survey, Question, Read, Recite, and Review (SQ3R) merupakan salah satu metode pembelajaran aktif dalam pembelajaran membaca yang memperkenalkan pengorganisasian, prediksi, dan pemahaman siswa. Metode ini diyakini dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dan dapat menyimpan informasi untuk bahan diskusi, kuis dan tes, bahkan motode ini cocok untuk pembelajaran kelas V sampai kelas XII (Syamsi, 2010 : 3).

  Secara umum metode ini dapat membantu siswa untuk mengambil sikap bahwa buku yang dibaca tersebut sesuai keperluan atau kebutuhan atau tidak.

  Metode ini bertujuan untuk membekali siswa dengan suatu pendekatan sistematis terhadap jenis-jenis membaca. Tujuan tersebut mencerminkan bekal untuk keperluan peningkatan cara belajar sistematis, efektif dan efisien. Metode membaca SQ3R diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/sub judul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan (Bastra, 2012: 3).

  Dengan mengguanakan metode SQ3R pembaca dapat memperoleh beberapa manfaat seperti : a.

  Memperoleh gambaran umum isi bacaaan.

  b.

  Membangkitkan keinginan pembaca untuk menonjolkan butir-butir yang penting.

  c.

  Memudahkan siswa untuk mengingat-ingat isi atau maksud dari bacaan.

  d.

  Menambah pengetahuan pembaca terhadap isi bacaan (Sukirno, 2009: 33- 34)

  Dari pendapat diatas, dapat peneliti kemukakan bahwa kedua metode tersebut merupakan metode yang cocok untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2010: 32) bahwa kemampuan membaca pemahaman dapat ditingkatkan apabila pembaca mengetahui dan menerapkan metode dan teknik membaca secara tepat.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

  Dalam bagian ini dapat penulis kemukakan beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan judul penelitian ini :

  1. Penelitian Bangun Pracoyo di SMP Kabupaten Purbalingga tahun 2011 menyimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan dalam menjawab soal-soal Bahasa Indonesia yang setipe dengan Ujian Nasional antara kelompok yang menggunakan metode CIRC dengan kelompok yang tidak menggunakan metode CIRC, (2) Penggunaan metode CIRC efektif dalam meningkatkan kemampuan menjawab soal-soal Bahasa Indonesia setipe dengan Ujian Nasional. Kenaikan mencapai 16.53.

  2. Penelitian Ngadino Fredy Franmoko di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto tahun 2012 menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan siswa yang menggunakan metode CIRC sebesar 7 angka (rata-rata 64 menjadi 71) dan pembelajaran yang tidak menggunakan metode CIRC hanya 3 angka (rata-rata 63 menjadi 66).

3. Hasil penelitian Sulasmiati pada siswa kelas XI SMA Muhammadiayah I

  Malang tahun 2012, menyimpulkan metode SQ3R memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dengan menggunakan tahapan membaca yang benar. Di samping itu, siswa menyukai pembelajaran membaca, siswa lebih kreatif, aktif, senang, dan berani untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca, ini terlihat dari persentase ketuntasan siswa.

F. Kerangka Berpikir Kerangka pikir penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

  1. Pra eksperimen Peneliti menyelenggarakan pre-test terhadap siswa baik terhadap kelompok eksperimen maupun terhadap siswa kelompok kontrol. Dalam pre-test, siswa diminta untuk membaca pemahaman dengan tema tertentu yang diberikan oleh peneliti. Pada saat membaca pemahaman baik siswa eksperimen dan siswa kontrol tidak dibantu peneliti.

  2. Proses eksperimen Peneliti menyelenggarakan pembelajaran membaca pemahaman dengan tema tertentu pada kelas eksperimen (kelas VII.E) menggunakan metode CIRC dan kelas kontrol (kelas VII.D) dengan metode penugasan. Pada minggu yang sama di kelas eksperimen (kelas VII.B) peneliti melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan metode SQ3R dan kontrolnya (kelas VII.A) dengan metode penugasan seperti pada kelas kontrol metode CIRC.

  3. Pasca Eksperimen Setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan, selanjutnya diadaakan posttest pada tahap ini. Asumsi peneliti pada kegiatan ini, yaitu: a.

  Diduga pembelajaran dengan metode CIRC pada kelas eksperimen dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa kelas VII.

  b.

  Diduga pembelajaran dengan metode SQ3R pada kelas eksperimen dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa kelas VII.

  c.

  Diduga siswa kelas VII yang mengalami pembelajaran dengan metode SQ3R mengalami peningkatan kemampuan membaca pemahaman lebih tinggi dibanding dengan kelas eksperimen yang mengunakan metode CIRC. Penelitian ini mengkaji efektivitas metode CIRC dan SQ3R dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

  Pada tahap ini hasil dari kedua kelompok tersebut dibandingkan. Rangkaian dari kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat divisualisasikan melalui bagan berikut.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

  Pra eksperimen

  Pasca eksperimen Kemampuan membaca pemahaman siswa < KKM

  Metode SQ3R Metode CIRC Rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa

  ≥ KKM Rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa

  ≥ KKM Metode SQ3R lebih efektif dari metode CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

G. Hipoteis Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

  1. Ho Metode CIRC tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan.

  Ha Metode CIRC efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan.

  2. Ho Metode SQ3R tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan.

  Ha Metode SQ3R efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan.

  3 Ho Metode SQ3R kurang efektif dibandingkan metode CIRC dalam meningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kesugihan. Ha Metode SQ3R lebih efektif dibandingkan metode CIRC dalam meningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII

  SMP Negeri 3 Kesugihan.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI I BANYUPUTIH - SITUBONDO

0 3 20

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BUKU BIOGRAFI MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VII SMP AMAL BAKTI JATIMULYO LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 50

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI DAN AKTIVITAS SISWA DENGAN METODE LANGSUNG SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 31 PADANG

0 0 15

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI KECAMATAN PONTIANAK UTARA

0 1 8

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE TWO STAY TWO STRAY DALAM KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PALIYAN

0 0 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE CIRC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 3 KUNINGAN

0 1 20

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREVIEW READ REVIEW (P2R) PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

0 1 15

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA ALQUR’AN MELALUI METODE YANBUA PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 132

EFEKTIVITAS METODE SEKUENSI MATERI TUGAS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs NEGERI MODEL MAKASSAR

0 0 83

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN AKTIF TOPICAL REVIEW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MARE KABUPATEN BONE

0 3 111