F A K U L T A S HUKUM UN1VERSITAS AIRLANGOA SURABAYA

  | H V

SKRI PSI

  

CHOIRUL MUHDl

S T A T U S " B O A T P E O P L E " V IE T N A M D IT IN J A U

  

D A R ! S E G I H U K U M IN T E R N A S IO N A L

F A K U L T A S H U K U M U N 1 V E R S IT A S A IR L A N G O A

S U R A B A Y A

  1990 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  STATUS "BOAT PEOPLE" VIETNAM DITINJAU DARI SEGI HUKUM INTERNASIONAL SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK M3LENGKAPI TUGAS DAN MEMEHUHI SYARAT-SYARAT UNTUK HENCAPAT GELAR SARJANA HUKUM OLEH CHOIRUL MUHDI 038311815 d o s e n : . e e m b i m b i - n g FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA- 1990

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  DIUJI PADA TANGGAL :

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

15 JANUARI 1990

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRAK STATUS "BOAT PEOPLE" VIETNAM DITINJAU DARi SEGI HUKUM

  INTERNASIONAL MUHDl, CHOIRUL PEMBIMBING : HENDY TEDJONAGORO ,SH

  INTERNATIONAL LAW KKB KK-2 INT 141/91 Muh s Copyrights @ 1991 by Airlangga University Library. Surabaya Pengungsi adalah momok masa kini,tidak ada benua yang terbebas dari pengungsi", kata Jean Pierre Hoekey Ketua Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Pengungsi. Di benua Afrika (Ethiopia, Somalia dan Sudan) dan di benua Amerika Latin (Nicaragua dan Elsavador) arus pengungsi

menimbulkan masalah besar, demikian juga banyak negara Asia yang

menghadapi masalah pengungsi. Jutaan pengungsi Afghanistan lari

meninggalkan negaranya masuk ke Pakistan dan Iran,demikian halnya

dengan pengungsi Vietnam yang melarikan diri masuk ke negara- negara Asia Tenggara. Keyword : Hukum Internasional

skripsi STATUS "BOAT PEOPLE" VIETNAM .... MUHDl, CHOIRUL

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat karunia yang dilimpahkan-Nya,

sehingga penyusunan skripsi ini dapat mencapai perampung-

ennya dan berakhir jualah semua aktifitas akademik saya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Penulisan skripsi ini. merupakan kewajiban sebagai persyaratan untuk mencapai gelar sarjana hukum. Dalam kcsempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Hendy Tedjonagoro, S.H. yang telah mencurahkan

  

perhatian dan menghabislcan sebagian waktunya serta

dengan tekun membimbing saya ke arah penyelesaian penyusunan skripsi ini;

  ? . Bapak Dekan dan seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Airlangge yang telah banyak memberi­ kan bekal pengetahuan dan bantuan kepada saya. Teristimev/a, ucapan terima kasih yang tak terhing- ga, saya ucopkan kepada yang tercinta dan terhormat Ibu

dan Bapak yang telah membesarkant mengasuh, mendidik saya

serta mendorong, mombiayai saya dengan segala jorih payah

ketabahan, keuletan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Juga, terima kasih saya tujukan kepada kakak dan adik- adik saya yang saya sayangi dan semua rekan-rekan yang

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu

dalora bentulc moral dan material maupun dalam bentuk lain-

nya. Segala usaha dan kemampuan telah saya kerahkan, namun raanusia tetaplah raanusia yang tidak memiliki ilmu

nengetahuan kecuali sedikit. Secara jujur, saya raenyadari

bahwa penyusunan skripsi ini masih berada jauh dari kesem-

purnaan, oleh karena itu segala kritik, saran dan masukan

lainnya yang konstruktif dari semua pihak dengan senang hati saya menerimanya untuk perbaikan skripsi ini.

  

Semoga isi skripsi ini dengan ridla Allah SWT

dapat menemui sasarannya.

  Amin Surabaya, Januari 1990

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ISI

  BAB I . PENDAHULUAN

  1. Permasalahan Latar Belakang dan Rumusannya

   1

  2. Penjelasan Judul ..................... ./f 3. Alasan Pemilihan Judul .............. .

  6 4. Tujuan Penulisan ..................... .

  6

  5. Metodologi ........................ ... 7 6 . Pertanggungjawaban Sistematika ..... .

  8 BAB

  II. STATUS . "BOAT PEOPLE" VIETNAM SEBAGAI PENGUNGSI '................................ .10

  1. Latar Belakang Sejarah Eksodus ..... .10

  2. Akibat-akibatnya di Kawasan Asia Tenggara

   15

  3. Penetapan Status Pengungsi .......... .19 BAB

  

III.. ANALISIS ATAS STATUS "BOAT PEOPLE"

  V I E T N A M .................................. .26

  1. Tinjauan Yuridis ..................... .26

  2. Kedudukan "Boat people" Vietnam Menurut Hukum Internasional

   28 BAB

  IV. PERANAN PBB DALAM MASALAH PENGUNGSI ___ _34 1.. Perlindungan Internasional Terhadap Pengungsi ..............................34

  2. Peranan UNHCR Dalam Menangani Pengu­ ngsi.................................. ..39 BAB

  V. PENUTUP ................................. ..44 1, Kesimpulan .......................... .. 4^

  2. Saran ................................ .. 45

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga M I L t K - ---------------- '

  " p r r . r v r T A i i A A N ^ a ■ U N TTE R S n A S

  I KLAN OOA- A B A A ' su R Y

BAB I PENDAHULUAN

1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusannya

  

"Pengungsi adalah momok masa kini, tidak ada benua

yang terbebas dari pengungsi", kata Jean Pfeerre Ho eke,1' Ketua Koraisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Pengungsi. Di benua Afrika (Ethiopia, Somalia dan Sudan) dan di benua Amerika Latin (Nicaragua dan Elsavador) arus pengungsi menini- bulkan masalah besar, demikian juga banyak negara Asia yang menghadapi masalah pengungsi. Jutaan pengungsi Afghanistan lari meninggalkan negaranya ma- suk ke Pakistan dan Iran, demikian halnya dengan pengungsi Vietnam yang melarikan diri masuk ke negara-negara Asia Tenggara,

  

Nasib para pengungsi Indochina tetap merupakan masa­

lah yang beear bagi banyak negara Asia. Masalah yang melibat- kan jutaan pengungsi Afghanistan sedang menuju penyelesaian dengan dilaksanakannya persetujuan Jenewa yang ditandatanga- ni bulan April 1938# Perkembangan baru aseperti Itu tidak tampak bagi para pengungsi Indochina, terutama unJtuk mereka yang desebut sebagai orang perahu ritau "boat people".

  

Pengertian pengungsi dapat dipahami dari dua slsi,

yaitu pengertian sosiologis dan y.uridis. Dalam pengertian sosiologis, yang dimaksud dengan pengungsi adalah : A refugee is any person v/ho is obliged to flee his

habitual place of residence and seek refuge elsewhere.

  1 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  2 His reasons for flight may be caused by nature, e.g.

floods, earthquakes, famine or environment, or they

may be caused by politic, e.g. war, foreign domination or occupation, civil distrubance, or political changes in .thes home country.

  • *• Sedangkan pengertian pengungsi dari segi yuridis :

  A n y person tfho (2) As result of events occuring before

  1 January 1951 • and owinng well-founded fear being persecuted for reason of race, religion, nationality, membership of a particular group or political opiniaon, is outside the country of

his nationality and is unable or, owing to such fear,

is unvdlling to avail himself of the protection-of that

country ; or who, not having a natinality and being

outside the country of his former habitual residence

as a results of such events, is unable or, owing to such fear, is unwilling to return to i t .2 Setelah Vietnam bersatu dibawah Hanoi, orang-orang ke-

turunan Cina yang ada di Vietnam dianggsp sebagai pembangkang

terhadap pemerintah yang ada. Oleh karena itu mereka kemudian

dlpaksa keluar meninggalkan Vietnam. Negara-negara ASEAN yang secara geografis letaknya bertetangga dengan Vietnam dan negara-negara Indochina yang

lain menjadi tempat membanji'rnya arus pengungsi., Hanya karena

alasan-alasan kemanusiaanlah negara-negara ASEAN' terpaksa me­ nerima mereka,.dengan oatatan bahwa'mereka hanya menetap

untuk sementara waktu saja sarapai ada negara ketiga yang ber-

sedia menerimanya.

  Di lain pihak, PBB juga telah berusaha untuk menyele- saikan masalah pengungsi Indochina melalui salah satu badan khususnya. yang disebut United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Tugas khusus UNHCR adalah memberikan perlin­ dungan internasional secara maksimum kepada pengungsi,

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

3 sedangkan tujuannya adalah untuk menjamin para pengungsi ter­

sebut sampai mereka kembali ke negara asal mereka atau menda-

patkan tempat tinggal yang tetap dan memperoleh kewarganega- raan yang baru dari negara lain dimana mereka raenetap dan bertempat tinggal, s Dalam suatu penerbitan yang dipublikasikan oleh Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi (UNHCR) mengumpamakan masalah pengungsi ini seperti riak yang terus mengejar sampai jauh dari tempat jatuhnya batu. Gelombang pe­

ngungsi yang mengalir sejak pertengahan tahun 19?0-an di Asia

Tenggara terus mempengaruhi prospek wilayah ini maupun kehidup­

an jutaan manusia di seluruh dunia, Tragisnya puluhan-. ribu orang Indochina terpakea menca-

ri damai, keluarga dan hari depan yang lebih baik di luar nega­

ra mereka sendiri, Alasannya banyak dan rumit, Kelompok ini

umuranya disebut "boat people", suatu istilah yang mungkin di--

sengaja dibuat untuk menghindari pengakuan langsung atas sta­ tus pengungsi terhadap mereka. Pada mulanya "boat people" telah diakui sebagai pengu­

ngsi tanpa suatu pemeriksaan yang teliti apakah mereka benar-

benar pengungsi seperti yang diatur oleh hukum internasional.

  

Sementara itu pada saat yang sama, ada pandangan yang memban-

tah bahwa "boat people” adalah bukan pengungsi. Sering terde-

ngar juga kritikan bahwa motif’mereka meninggalkan negaranya karena faktor ekonomi a t a u l a z i m disebut pengungsi ekonomi.

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga UNHCR sendiri mengakui bahwa penyebab dari meningkat- nya pelarian para pengungsi belakngan ini jelas berraotif "politis maupun ekonorais". Untuk mencari penyelesainnya maka masalah yang mendasar ini harus segera diselesaikan se- cara trmtas.

s Negara-negara ASEAN yang menmpung para pencari suaka

ataupun pengungsi tersebut, berkali-kali menyatakan kekhawa- tirannya bahwa pelarian besar-besaran belakangan ini lebih merupakan pengungsi ekonomi dari pada pengungsi politik.

  

Berdasarkan latar belakang permaealahan tersebut di

atas, saya mencoba merumuskan maealah yang akan dibahas da- lam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

  

1. Apakah "boat People” yang melarikan diri dari Vietnam bi-

sa. merapunyai status pengungsi menurut hukum i n t e m a s i o n a l ?

2. Apa sebab-sebab terus mengalirnya arua "boat people" Vie­ tnam dan bagaimanakah akibatnya di kawasan Asia Tenggara .? 3« Bagaimanakah peranan PBB khususnya UNHCR dalam memproses dan menetapkan status pengungsi ? 2, Penlelasan Judul Skripsi l;;i berjudul : "STATUS "BOAT PEOPLE" VIETNAM DITINJAU DARI SEGI HUKUM INTEMASIONAL". Yang dimaksud dengan status adalah "person’s legal" dalam bahasa Inggris.^ Sedangkan dalam bahasa Indonesia raempunyai arti keadaan kedudukan (orang, lembaga, negara dan sebagainya)•. Jadi arti selengkapnya dari kata status adalah kedudukan atau keadaan seseorang atau badan dihadapan hukum, dalam

  5 hal ini hukum internasional. "Boat people" berasal dari bahasa Inggris yang berar- ti manusia perahu, Sebutan ini populer ditujukan kepada ora- ng atau sekelompok orang Vietnam yang melarikan diri dari negara Vietnam dengan menggunakan perahu atau kapal kecil (biasanya tidak momakai mesin/motor penggerak dan tidak ber- geladak).^ Yang dimakstid "ditinjau dari segihukum internasional" adalah tinjauan dari hukum internasional, yaitu hukum atau ketentuan yang berdasarkan pada Konvensi 1951 tentang Status yang berkaitan dengan pengungsi serta Protokolnya 196?. Pemilihan dan penerapan ketentuan tersebut didasarkan pada alasan bahwa:

  

a. Konvensi 1951 dan Protokolnya adalah ketentuan yang paling

akhir dan uneversal dimana pengungsi didefenisikan dan di- atur.

  

b. Konvensi 1951 dan Protokolnya secara luas mengatur kembali

ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengungsi yang a­ da sebelumnya.

  '

  

terbuktl dengan makin banyaknya negara-negara yang menya-

takan turut serta (accesion) menandatangani Konvensi 1951 atau Protokolnya,^ seperti misalnya kesepakatan Organisasi

Persatuan Afrika (OAU) yang meminta negara anggotanya un­

tuk ikut serta menandatangani Konvensi

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

c. Meskipun belum menjadi kenyataan, Konvensi 1951 dan Pro­ tokolnya akan menjadi ketentuan yang bersifat umum dan ter- buka peluang untuk menjadi Hukum Pengungsi (Refugees Law)

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

tersebut dan menerapkannya terhadap pengungsi-pengungsi

di Afrika. ^

d. UNHCR yang merupakan badan khusus PBB memberikan definisi

pengungsi dnlain otatutanyr. hnmpir sama dengan Konvensi

  

1951* Hal ini cebagai petunjuk adanya pengakuan secara

luas ternadap Konvensx 19l?l dan Protokolnya 19b?.

  Alasan Judul

3. Pemilihnn Alasan pertama, masalah "boat people" Vietnam sarapai sekarang aru-snya masih terus raengalir dan menimbulkan t>er- bagai permasalahan tidak hanya di kawasan Asia Tenggara?

  

akan tetapi sudan merupakan masalaii masyarakat internasional,

Alasan kedua, makin banyaknya pelarian atau pengungsi dari Vietnam itu, kini menyebabkan negara-negara lain yang sering menjadi sasaran pengungsian bersikap keras dengan mengusir keluar. moreka dari negaranya. Alasan ketiga, nasib mereka yang tidak ada kepastian nukum di negara penarapungan sementara sehingga membuat mere­

ka bertambah menderita dan sengsara. Mereka tidak dapat hi-

dup selayaknya sebagai manusia yang merdeka-yang mempunyai kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Tuiuan Penulisan Penulisan sKi'ipsi ini selain untuk memenuhi persya- ratan akademis guna memperpleh gelar kesarjanaan, juga untuk memberi sumbangan pemikiran terhadap usaha penyele- saian'permasalahan yang terjadi, khususnya yang mcnyangkut

  7 hukum internasionel dan untuk mengetahui sampai sejauh mana- kah peranan hukum internasional dal am usahanya untuk menye- lesaikan masalah "boat people” Vietnam.

  a. Pendekatan masalah Dal am pembahasan ini, saya menggunakan raetode deskrif- tif analisis dengan titik berat di bidang yuridis.

  b. Sumber data Data untuk penulisan skripsi ini diperoleh dari buku, majalah dan bahan bacaan lalnnya yang dapat dipertanggungja- wabkan keilmuannya, serta peraturan-peraturan hukum yang mc- ngatur masalah pengungei.

  c. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data. Data yang diperoleh dari perpustakaan dan bahan baca­ an yang lain, disusun untuk selanjutnya dianalisa untuk di- tuangkan dalam penuliaan skripsi ini. Data tersebut dikait- kan dengan masalah yang menjadi objek penulisan ini, d t Analisa data Permasalahan dibahas dengan pedoman data yang telah dipilih, dengan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dikemukakan dal am skripsi ini. Dari hasil analisa ditarik suatu kesimpulan dan jawaban atas masalah yang dikemukakan.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

5. Metodologj

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  8

6. Pertanggunft.jawaban Sistematika

  

Saya menyusun skripsi ini dalam lima bab. Sebagai

pendahuluan saya tempatkan di dalam bab I karena di dalam- nya terdapat uraian singkat dan umum mengenai keseluruhan tulisan ini guna mengantarkan pembaca agar mudah menggabar- kan dan menemukan permasalahan. Kemudian dalam bab II, pembahasan akan diarahkan pada permasalahan "boat people" Vietnam yaitu tentang statusnya itu sendiri dengan mcnguraikan latar belakang, sebab-sebab

terns m e n g a l i m y a dan akibat-akibatnya di kawasan Asia Tengga-

ra serta bagaimanaKah status pengungsi menurut hukum inter­ na si on'al. Pada bab berikutnya yaitu bab III, saya akan mengana- lisa permasalahan status "boat people" Vietnam menurat Kon- vensi 1951 serta Protokolnya 196?. Setelah itu, pada bab:IV, Saya perlu juga menjelaskan mengenai peranan PBB dalam menangani dan memberikan perlindu-

ngan terhadap pengungsi pada umumnya serta UNHCR pada kususnya*

Sebagaimana dalam penulisan ilmiah, kesimpulan dan

saran juga diperlukan. Hal ini saya letakan pada bab tera- khir, yaitu bab ke V. Kesimpulan dapat diambil setelah meng- kaji dan membahas semua permasalahan, dan dari sini dapat di-

kemukakan saran-saran yang mungkin dapat dianggap. sebagai jalan

keluar untuk turut mengatasi masalah yang ada.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  9 Jovica Patrnogic dan Miriam Defensor Santiago, Promotion, Dissemination and Teaching of International Refugee Lav/, Makalah. dalam Round Table of Asian Expert on Current in the International Protection of Refugees and Displaced Persons, UNHCR, Kanila, Philipine, 14 -18 April, 1980, p. 51. '

  2Lihat 1951 Convention to the Status of Refugees pasal l.A C 2 ) ^A.S. Hornby, Oxford Advanced Leaner*s Dictionary of Current English. I:Regularly updated, Oxford University Press, p. 844* ^VV.J.S. Poerv/adarminta, Kamus Umum Bahasa i_ndone_sljt,

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan

Dan Kebudayaan, P.N. Balai Pustaka, Jakarta, p. 9b4.

  ^Ibid. p. 734. ^Sampai Bulan Oktober 1988 ada 104 negara yang menandatangani Konvensi 1951 atau Protokolnya, lihat Refugees Magazine,. Oktober 1988. 7 , B«M. Tsamenyi, The Boat People: Are They Refugees ?, Australia Outlook. Vol. 37, No. 1, April 1983, p. 41.

BAB II STATUS "BOAT PEOPLE" VIETNAM SEBAGAI PENGUNGSI

1. Latar Belakang Se.jarah Eksodus Sejarah eksodus orang-orang Vietnam dimulai pada tahun 1975 ketika Amerika Serikat yang raelindungi rejim di Vietnam Selatan dikalahkan oleh pasukan Vietnam Utara atau yang di- kenal dengan nama sebutan Vietkong, Sejak saat itu ribuan orang Vietnam Selatan, khususnya tentara, pegawai negeri dan mereka yang p e m a h berhubungan dengan Amerika serta rejim Saigon dijadikan sasaran pengejaran dan penangkapan. Amerika

  

Serikat merasa bertanggung jawab atas keselamatan mereka, mem-

beri kesempatan bagi mereka yang ingin pergi dari Vietnam untuk bermukim di Amerika. Ada bekas serdadu, petani-petani

pomilik tanah yang tanahnya disita oleh penguasa komunis, ada

bekas pegawai negeri yang sejahtera yang kini terancam hidup dibawah standard berimigrasi ke negara Paman Sam, Australia, Kanada, Inggris dan Perancis. Sementara itu kecurigaan pemerintah baru sosialis ter­

hadap etnis cina dan kelompok minoritas agama (Katholik), di-

samping faktor-faktor kemiskinan, kehancuran ekonomi akibat perang yang berkepanjangan dan kelangkaan sumber daya alam telah menciptakan juga dasar eksodus besar-besaran. Vietnam adalah negara miskin yang masih belum sembuh

dari luka-luka perang dengan Perancis dan Amerika. Sejauh ini

negara itu sangat tergantung pada bantuan dari Soviet dan ne-

gara-negara Eropa Timur, tetapi ekonominya sedikit eaja

  1 0

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

11 mengalami kemajuan disebabkan karena boikot perdagangan yang tel ah lama dilancarkan oleh Amerika Serikat • dan Eropa barat, sebagian lagi karena bencana alam seperti angin topan dan ban- jir. Pemerintah Republik Sosialis Vietnam dalam upaya menor- malkan situasi dalam negeri, menerapkan tiga modal kebijaksa- naan. Kebijaksanaan pertama adalah re-edukasi (re-education policy); program ini bertujuan untuk mengubah cara berpikir rakyat Vietnam, khususnyadi wilayah Selatan terutama bagi me-? reka yang dicapsebagai kelompok borjuis. Mereka yang termasuk

klasifikasi ini antara lain : kaun intelektual, politisi, peg.?.-

w a i . s w a s t a asing khususnya perusahaan-perusahaan Amerika, anggota angkatan bersenjata dan lain-lain. Kelompok ini di- pandang oleh pemerintah sebagai musuh negarậdan masyarakat sosialis Vietnam. Akibat kebijaksanaan re-edukasi ini kurang lebih 200.000 orang meninggalkan Vietnam menuju Thailand me- lalui laut dengan menggunakan perahu-porahu kecil, yang kemuFr*

  8 dian populer disebut "boat people".

  

Kebijaksanaan kedua adalah "The New Economic Zone".

Pada kongres ke empat Partai Komunis Vietnam'.pada tahun 1976 ditetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang me- nekankan pada.pertanian dan industri ringan. Program ini di- maksudkan untuk mengurangi jumlah penduduk dan pengangguran di perkotaan dengan mengirjm mereka bekerja di"New Economic Zone". Rencana ini ditegaskan kembali oleh Perdana Menteri Pan Van Dong :

  M I L I Jt PERPL’5TAX>AN

  ^ s,iASA1„ ; A W O < M .12 Begining in 1977» we must conduct a campaign to reorganize the labour on the scale of slightly less than million

persons in the space of if years in order to transfer

labour from the large cities In the south and densely

populated lowland areas and surplus in the northern

provinces to places which have the instrumen of labour, especially land, but no persons to perform that must be done.^ Seperti. program' portama,; program inipun menimbulkan ke- takutan .bagi bagi orang-orang yang dikirim kedaerah tersebut. Mereka menganggapnya sebagai suatu hukuman mati, karena mere- ka yang biasa hidup dikota dan tidak menguasai b i d a n g . portanian dipaksa bekerja sebgai petani. Akibatnya kebijaksa- naan ini juga sebagai dasar eksodus besar orang Vietnam lev/at laut.Seperti dituturkan salah seorang dari mereka :

  

We would have to go to mountains i£ we didn’t have

the money to go abroad. Everybody in my neigbour-

hood was afraid of working in the mountains. We aro

used to working with machines. We don’t know about

farming. So most of the people wanted to leave.-*-0 Kebijaksanaan ketiga adalah program nasionallsasi pe- rusahaan swasta* Setelah pemerintah Hanoi pada tahun 1976 berhasil me- nginteg^asikan secara politik kedua Vietnam, pado bulan Maret 1978 pemerintah Hanoi mulai melaksanakan usaha pengintegrasi- an sistimsosial dan ekonomi* Secafa bertahap pemerintah menga- j dakan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru. Pada tanggal 3 Maret

  

1978 pemerintah mulai menasionalisasikan, perusahaan-perusahaan

swasta dan kemudian mengeluarkan suatu kebijaksanaan yang isl-

nya membatasi kekayaan orang-orang Vietnam oukup untuk meme- nuhi kebutuhan minimal saja dan selebihnya disita untuk nega- ra. Pada tanggal 3 Me.i 1978 pemerintah mulai menyatukan mata

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

13 1 1 uang di seluruh Vietnam* Para pemilik perusahaan yang mayoritas adalah orang-

orang keturunan Cina dalam menanggapi program tersebut dihadap-

kan pada suatu pilihan yaitu : tetap tinggal di Vietnam dengan

dibatasi hak-haknya, dikirim ke "New Economic Zone".atau per- gi keluar dari Vietnam. Disamping itu intervensi tentara Vietnam ke Laos dan

  

Kamboja, yang secara resmi didasarkan atas perjanjian Persaha-

batan dan Kerja sama antara masing-masing negara itu dengan

Vietnam (Vietnam-Laos tanggal 18 Juli 1977 dan Vietnam Kamboja

tanggal 18 Pebruari 1979), ikut memdorong meningkatnya arus pengungsi. Meningkatnya operasi-operasi militer yang dilaku- kan oleh pasukan pemerintah Laos yang ditunjang oleh pasukan Vietnam, misalnya, mengakibatkan banyak gerilyawan nasionalis 1 2 mengungsi ke Thailand. Konflik Kamboja-Vietnam yang terus meningkat sejak bu- lan Desember 1977, di mana pasukan Vietnam memulai interven- sinya ke Kamboja dengan ditunjang oleft peralatan militer

berat dan pesawat-pesawat tempur dengan dalih membebaskan wi-

layah-wilayah Vietnam yang sebelumnya direbut Kamboja, men- dorong banyak penduduk Kamboja melarikan diri dari negaranya mencari daerah yang lebih aman.^^ Akibat intervensi Vietnam itu banyak pemuda Vietnam ikut juga melarikan diri untuk me- nghindari dari v/ajlb militsr yang dijalankon oleh pemerintah Vietnam."^

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  14 Ada anggapan lain, bahwa Pemerintah Vietnam juga mene-

rapkan kebijaksana.-m "buang sampah" yaitu mengusir orang-orang

yang tidak dikehendaki keluar dari Vietnam. Kebijaksanaan >

buang sampah itu tidak pernah diuraurakan secara'.resmi dan ter-

buka, namun jelas direstui oleh pihak penguasa Partai Komunis

Vietnam .15 Menurut suatu laporan,’ Pemerin.tah-Vietnam telah-me>

t

ngakui bahwa negara itu mengatur dan telah memperoleh keuhtu-

ngan dari kepergian orang-orang perahu (boat people) Vietnam

dalam tahun 1978 dan 1979 , ketika eksodus tersebut mencapai proporsi kritis bagi negara-negara penerima'pengungsi Para, calon pengungsi tersebut umumnya membayar keper- giannya dengan emas seberat antara 3,5 sampai 4,5 taels per -■] r, orang.kepada para pejabat pemerintah. rfamun kebanyakan peja- bat Vietnam menolak tuduhan negara-negara Barat selama ini bahwa Vietnam mengatur orang-orang perahu turunan Cina dan orang-orang terbuang di .Vietnam yang bersedia membayar mahal k o m u n i s . sekali untuk dapat melarikan diri dari penguasaan

  18 Hal ini diperkuat dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Vie­ tnam, Nguyen Co thach : "In 1975 v/e forbade'them to go out. We were criticised by the West. We thought it over. , We decided to give them the freedom to go. Now they say we are exporting refugees. So now we., say they must ask to go. And we' raJLl allow them to go'.’* Faktor lain yang mempengaruhi mereka untuk pergi dari Vietnam adalah daya tarik untuk hidu>p enak di negara lain. Mendengar berita sukses sanak saudaranya yang tinggal di luar negeri, khususnya Amerika, orang-orang perahu ini berani

  

mengambil resiko yang.berbahaya yaitu mengarungi lautan dengan

hanya menggunakan perahu-perahu kecil tanpa perlengkepan keas -

lamatan yang memadai. Menurut kisah-kisah yang terdengar harj£j- pir

  3 0 % dari peserta eksodus telah ditelan keganasan laut Cin-

na Selatan, dibajak, dibunuh, ditenggelamkan perabajak-pembajak.

Namun bagi mereka tidak mengenai ;takut. Buat mereka eksodus ini adalah one way ticket, point of no return. Mereka berpen- dapat ; di Vietnam akan menderita dan mati, melakukan eksodus kemungkinan mati juga, tetapi harapan untuk bahagia di alam 2 0 kebebasan cukup besar piila.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

2. Akibat-akibatnya di Kawasan Asia Tenggara. Nasib orang-orang perahu Vietnam khususnya atau pengu- * ngsi Indochina pada umumnya tetap merupakan masalah besar ba­ gi banyak negara dikawasan Asia Tenggara. Gelombang pengung­ si yang mengalir sejak pertengahan. tahtin 1970-an di negara- negara Asia Tenggara dan Hongkong terus mempengaruhl prospek perdamaian di wilayah ini maupun kehidupan jutaan manusia di seluruh dunia. Selama sepuluh tahun terakhir ini, ternyata pengungsi** an brang-orang Indochina masih saja terjadi dan berlangsung. Dan negara-negara penerima mulai kewalahan untuk menampung- nya. Bahkan- beberapn negara sudah tidak mau lagi menerima- nya. Para pengungsi tadi sekarang-ini sudah merupakan suatu bebon dan saingan berat bagi psnduduk setiap negara yang di datanginya.

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  16 Mereka pun mulai menghimbnu agar Vietnam khususnya dan nega^a-negara sekutunya dikawasan Indochina membahasnya, raengopa pengungelan itu tidak dibendung. Bahkan negara-negara diluar kawasan Indochina meminta agar Vietnam mau menerima ' mereka kembali. Negara-negara Asia Tenggara sejak lama terus berusaha membahas untuk mencari penyelesaian atas masalah pengungsi Indochina. Majelis Umum PBB telan menyampaikan penghargaannya bagi usaha-usaha mereka dan bagi negara lain yang "061311 mem-, bantu mereka dalam meringankan penderitaan para pengungsi.?! Negara - negara anggota Pernimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang menampung para pencari suaka dari Indo china, berkali-knli menyatakan kekhawatirannys bahwa pelarian besar-besaran belakangan ini lebih merupakan pengungsi ekono- mi dari pada pengungsi politik. Oleh karena itu sejak diada- kan kesepakatan ASEAN pada tanggal 9 Maret 1989 terhadap orang- orang perahu Vietnam, maka kepada setiap pendatang baru dari Vietnam akan dilakukan screening (pemeriksaan) untuk menentu- kan apakah mereka memenuhi syarat aebgai pengungsi seperti ‘ yang diatur dalam Konvensi 1951 dan protokolnya 196?. Mereka yang benar-benar dapat membuktikan, bahwa mere­ ka adalah pengungsi mur n i , yang dapat membuktikan mereka melu- rikan diri karena pengusiran dan tekanan pemerintah Vietnam akoa diserahkan kepada badan pengungsi PBB (UNHCR) untuk dapat disalurkan kepada negara ketiga. Mereka yang hanya lari karena faktor ekonomi dan fak- tor lainnya, yang tidak dapat membuktikan tekanan politik itu

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

17 dengan berbagai cara akan dikembalikan ke Vietnam. Departemen Luar Negeri Republik Indonesia menyatakan bahwa pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan tanggal

17 M a r e t !1989 sebagai "out off date" terhadap pendatang baru "boat people" Vietnam. "Out off date" adalah tanggal mulai di. -

  

berlakukannya ketentuan terhadap setiap "boat people" yang tidak

secara otomatis punya status pengungsi dan berhak dimukimkan di negara ketiga, menyusul Malysia yang telah memberlakukan 2 2 r batas waktu itu tanggal l b Maret * ' 1989 Tindakan yang lebih keras dilakukan oleh Hongkong ter­ hadap "boat people" Vietnam dengan cara repatriasi (pemulang-

an) paksa bagi mereka yang dianggap bukan pengungsi PPlitik, se-

perti pada yang terjadi awal bulan Desember.'..1989 sebanyak 51 orang diterbangkan kembali secara paksa ke Vietnam. Pemulangan paksa orang perahu Vietnam ini menyebabkan

Hongkong menjadi sasaran kritik beberapa pihak di dunia inter-.

nasional. Pemerintah Amerika Serikat misalnya, menyatakan tin-

dakan itu tidak dapat ditolerir, dan mendesak Hongkong agar mcnghenti kannya. UNHCR sendiri menilai repatriasi tersebut prematur dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas tindakan itu. Juga Kanada dan Amnesti Internasional melancarkan pro- tesnya masing-masing. bankan Vietnam sendiri, yang bersedia menerima kembali para warga negaranya, menyebut pemulangan paksa para manusia perahu itu pemerkosaan terhadap kemanusiaan

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  18 Sikap Indonesia yang selama ini dikenal cukup lunak menghadapi arus pengungsi ternyata terdengar suaranya sampai ke Vietnam dan Kamboja. Seorang pejabat United Nations High Commissioner for Refugees (XTNHCR) di Bangkok juga mengung- kapkan, bahwa Indonesia raenjadi salah satu tujuan favorit

para pengungsi karena proses pengiriman kenegara ketiga rela-

tif lebih cepat.

  Pulau Galang yang disediakan oleh pemerintah Indone­ sia sejak 1979 sebagai tempat memproses para pengungsi sebe- lum dikirim ke negara ketiga, kini menampung 12. 688 jiwa. Padahal, akhir 1989 jumlah pengungsi di Pulau Galang terca-

tat hanya sekitar 3000 jiwa. Peningkatan jumlah pengungsi ini

juga terjadi di negara-negara ASEAN, Hongkong dan Jepang

  (lihat tabel 1). Hal ini mungkin berkaitan dengan hasil kon- prensi tentang pengungsi di Jenewa Juni I 989 lalu, yang sa­ lah satu keputusannya adalah: pengungsi yang tlba di pantai- pantai negara penampung sementara, setelah batas waktu

  30 M a-

ret 1990 diharuskan menjalani proses skrining untuk menentukan

pengungsi atau bukan.^/+ s e m e n t a r a . ^ Tabel 1 : Pengungsi Vietnam di penampungan Negara Jumlah 1 . Muangthai 12.137

2. Malaysia 18.747 . Hongkong

  3 54.655 4 . Indonesia 10.752 5 . Jllipina 9.072 6 . Jepang 1.553

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 19 3* Penetanan Status Pengungsi Seseorang dianggap-.sebagai pengungsi bila ia telah memeniihi kriteria tertentu dan prosedur yang telah ditetap- kan agar bisa diberikan status pengungsi. Dasar hukum darx

pemberian status tersebut tertuang dalam Konvensi 1951 tentang

Status Pengungsi dan protokolnya 1967, sehingga apabila se- seorang memenuhi kriteria-kritfiria yang ada dalam Konvensi tersebut maka konskuensi logisnya ia bisa diakui sebagai pe­ ngungsi . Seseorang tidak menjadi pengungsi karena pengakuan,

tetapi ia diakui karena memang ia benar-benar seorang pengu-

ngei. Jadi seseorang yang keluar dari negaranya dan mencari

perlindnngan di negara lain belum tentu dapat disebut sebagai

pengungsi menurut hukum internasional, sebelum terbukti meme­

nuhi kriteria yang ditetapkan dalam Konvensi 1951 dan Protokol

1967.

  Penetapan status pengungsi merupakan suatu proses yang melalui dua tahap, yaitu : Pertama, perlu diketahui dengan pasti hubungan anta- ra fakta dengan kasus yang ada; Kedua, Difinisi yang ada dalam Konvensi 1951 dan Pro­ tokol 1967 diterapkan terhadap fakta-fakta yang ada dapat diperoleh suatu kepastian. Konvensi 1951 menentukan tiga klausula bagi seseo- rang untuk memperoleh status pengungsi, yaitu ;

a. Klausula "inclusion", '

  2D

  , Klausula "cessation" dan "exclusion" merapunyai arti negatif. Yang pertama menunjukan keadaan dimana pengungsi berhenti menjadi pengungsi, sedang yang lain berarti bahwa seseorang dikeluarkan statusnya sebagai pengungsi walaupun klausula "inclusion" telah dipenuhi.- Berikut ini akan dibicnrakan masing-masing klausula yang di-

  26 sebut terdahulu.

  

Klausula "inclusion" juga terdapat dalam pasal IA (

2 ) Konvensi 1951 yaitu setiap orang yang menjadi pengungsi kare­ na peristiv/a-peristiwa yang terjadi sebelum 1 Januarx 1951

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

b. Klausula "cessation", c. Klausula "exclusion". Klausula "inclusion" menetapkan bahwa. seseorang harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar dapat disebut sebagai pengungsi.

a. Klausula "inclusion" terdapat dalara pasal IA (1) Konvensi 1951 yang berisi tentang siapa saja yang disebut sebagai pengungsi, yaitu setiap orang yang menjadi pengungsi menu- rut Pengaturan 12 Mel 1926 dan 30 Juni 1928, menurut Konvensi

28 Oktober 1933 dan 10 Februari 1938 dan Protokol .14 September 1939 serta Konstitusi I R O . ^ Perincian tersebut diberikan dengan tujuan untuk menga- dakan hubungan dengan kejadian-kejadian yang telah lalu dan untuk memastikan kelanjutan perlindungan internasional ter­ hadap pengungsi yang ada dibawah pengaturan-pengaturan ter­ sebut diatas.

  ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga .

  21 serta disebabkan karena rasa takut akan persekusi kerena a- lasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok so- sial tertentu atau opini politik dan karena alasan-alasan tersebut ia tidak. mau kembali ke negaranya dan memanfaatkan perlindungan negara itu. Berdasarkan Protokol 1967, Konvensi 1951 ini diperluas berlakunya dalam hal ruang lingkup dan waktu sehingga menjadi. bersifat universal.

2. Klausula "cessation" didasarkan pada pertimbangan bah- perlindungan internasional tidak diberikan dimana tidak lagi diperlukan atau dibenarkan. Klausula "cessation" terdapat dalam pasal 1C (1) sampai ( 6 ) Konvensi 1951 yang menyebutkan siapa-siapa saja yang akan berhenti mempunyai status pengung- • pD si, yaitu :

  • - Seseorang yang telah secara sukarela memanfaatkan kenvj-

    bali perlindungan negara kewarganegaraannya, atau
  • - setelah kehilangan kewarganegaraannya, ia telah dengan

    sukarela mendapatkanny .3 kembali, atau
  • - ia telah mendapatkan kewarganegaraan baru dan menikma-

    ti perlindungan negara baru tersebut, atau
  • - ia telah dengan sukarela bertempat tinggal Cembali di negara yang ditinggalkannya atau di luar negara di­

  

mana ia dulu tinggal karena takut akan persekusi, atau

  • - ia tidak dapat lagi, karena keadaan yang berhubungan dengan telah diakuinya sebagai pengungsi telah ti- ada, tetap menolak merfianfaatkan perlindungan negara kewarganegaraannya, atau

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga