SKRIPSI PEMANFAATAN BAKTERI HETEROTROF PADA BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) DENGAN SISTEM TANPA GANTI AIR TERHADAP FCR (Food Convertion Rate) DAN RETENSI PROTEIN

  SKRIPSI PEMANFAATAN BAKTERI HETEROTROF PADA BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) DENGAN SISTEM TANPA GANTI AIR TERHADAP FCR (Food Convertion Rate) DAN RETENSI PROTEIN Oleh : NINA AGUSTININGTYAS SURABAYA – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

  Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Nina Agustiningtyas N I M : 141011005 Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 10 Agustus 1992 Alamat : Kaliasin III/16 Surabaya. Telp./HP : 08813264230 Judul Skripsi : Pemanfaatan Bakteri Heterotrof pada Budidaya Ikan Lele

  Dumbo (Clarias sp.) dengan Sistem Tanpa Pergantian Air terhadap FCR (Food Convertion Rate) dan Retensi Protein

  Pembimbing : 1. Prayogo, S.Pi., MP

  2. Boedi Setya Rahardja, Ir., MP Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari dana pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :

  1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

  2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

  3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.

  XI pasal 38

  • – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri

  Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Surabaya, 10 Agustus 2014 Yang membuat pernyataan, Nina Agustiningtyas NIM. 141011005

  SKRIPSI PEMANFAATAN BAKTERI HETEROTROF PADA BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) DENGAN SISTEM TANPA GANTI AIR TERHADAP FCR (Food Convertion Rate) DAN RETENSI PROTEIN Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Oleh : NINA AGUSTININGTYAS NIM. 141011005

  Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Prayogo., S.Pi., M.P Boedi Setya R., Ir., MP.

  NIP. 19750522 200312 1 002 NIP.19580117 198601 1 001

  SKRIPSI PEMANFAATAN BAKTERI HETEROTROF PADA BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) DENGAN SISTEM TANPA GANTI AIR TERHADAP FCR (Food Convertion Rate) DAN RETENSI PROTEIN Oleh : NINA AGUSTININGTYAS NIM. 141011005

  Telah diujikan pada Tanggal : 22 September 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.

  Anggota : Agustono, Ir., M.Kes Sudarno, Ir., M.Kes Prayogo, S.Pi., M.P Boedi Setya Rahardja, Ir., M.P

  Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA

  NIP. 19520517 197803 2 001

  RINGKASAN NINA AGUSTININGTYAS. Pemanfaatan Bakteri Heterotrof pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Sistem Tanpa Ganti Air terhadap FCR (Food Convertion Rate) dan Retensi Protein. Dosen Pembimbing Prayogo, S.Pi., MP dan Boedi Setya Rahardja, Ir., MP.

  Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele dumbo memiliki jumlah permintaan pasar yang cukup tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan pasar perlu dilakukan pengembangan teknologi dalam budidaya ikan lele. Salah satunya adalah dengan mengembangkan budidaya dengan sistem tanpa ganti air dan memanfaatkan bakteri heterotrof sebagai alternatif untuk memperbaiki kualitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemanfaatan bakteri heterotrof terhadap FCR (Food Convertion Rate) dan retensi protein pada budidaya ikan lele dumbo (Clarias sp.) dengan sistem tanpa ganti air.

  Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Ikan lele dumbo dipelihara selama 30 hari dengan empat perlakuan dan empat ulangan yaitu P1 (kontrol/tanpa pemberian bakteri heterotrof komersil), P2 (0,03ml/15l bakteri heterotrof komersil A), P3 (0,03ml/15l bakteri heterotrof komersil B), dan P4 (0,03ml/15l bakteri heterotrof komersil C). Data yang diperoleh diolah menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan Uji Berjarak Duncan bila didapatkan hasil yang berbeda nyata.

  Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberian bakteri heterotrof pada air media budidaya menghasilkan Food Convertion Rate (FCR) dan retensi protein yang berbeda nyata. FCR ikan lele dumbo (Clarias sp.) yang terendah terdapat pada perlakuan P4 sebesar 0,9324±0,0147 dan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 0,9954±0,0142. Retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan P4 sebesar 78,4181±7,8460 dan terendah pada perlakuan P1 sebesar 58,0180±5,6047.

  SUMMARY NINA AGUSTININGTYAS. Using Heterotropich Bacteria on Catfish Aquaculture (Clarias sp.) with Closed Water System for FCR (Food Convertion Rate) and Protein Retention. Academic Advisors Prayogo, S.Pi., MP and Boedi Setya Rahardja, Ir., MP.

  Commodity of freshwater culture such as Catfish has high sufficient demand. To fullfil market requirement, need a technology in catfish aquculture One way to unfold aquculture with close water system and using heterotropich bacteria as alternative to improve water quality. The purpose of this research is to determine the effect using heterotropich bacteria on catfish aquaculture with close water system.

  This research using experimental method with Completely Randomized Design (CRD). Catfish kept in 30 days with four treatments and four replications, that is P1 (control), P2 (0,03ml/15l heterotropich bacteria A), P3 (0,03ml/15l heterotropich bacteria B), and P4(0,03ml/15l heterotropich bacteria C). The obtained data were processed by Analysis of Variance (ANOVA) and followed by Duncan Multiple Range Test if there was significant data.

  The result from this research showed that using heterotropich bacteria on aquaculture catfish giving significant effect to Food Convertion Rate (FCR) and protein retention. The lowest FCR is P4 treatment 0,9324±0,0147 and the highest is P1 treatment 0,9954±0,0142. The highest protein retention is P4 treatment 78,4181±7,8460 and the lowest is P1 treatment 58,0180±5,6047.

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allat S.W.T atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi tentang Pemanfaatan Bakteri Heterotrof pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Sistem Tanpa Ganti Air terhadap FCR (Food Convertion Rate) dan Retensi Protein ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan pada bulan Juni-Juli 2014. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khusus bagi Mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perikanan.

  Surabaya, 10 Agustus 2014 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis haturkan terima kasih yang sebesar

  • – besarnya kepada :

  1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, DEA., Drh., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga serta Dosen Wali.

  2. Bapak Prayogo S.Pi., MP dan Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran yang membangun mulai dari penyusunan proposal, penelitian, sampai terselesaikannya laporan penelitian ini.

  3. Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., Bapak Agustono, Ir., M.Kes., dan Bapak Sudarno, Ir., M.Kes., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan proposal dan laporan skripsi ini.

  4. Keluarga tercinta bapak Darmintono, ibu Atun dan Adik Niar serta semua keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril, materi, dan doa.

  5. Teman tim penelitian Savitri Aprilyana Putri dan Dwi Ernawati yang telah bekerja sama dalam penelitian ini.

  6. Sahabat seperjuangan Ayu Puspitarani, Ayu Yulia Lestari, Id’ham Muhtar Afifi, Ahmad Nizar Fanani, Gantri Gerta atas semangat dan bantuannya.

  7. Ahmad Yanuar Hadi Putra atas segala dukungan, doa, dan bantuannya.

  8. Keluarga Besar Piranha BP 2010, seluruh kakak dan adik angkatan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

  DAFTAR ISI Halaman

  8 2.3 Bakteri Heterotrof .........................................................................

  15 3.2 Hipotesis .......................................................................................

  14 III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual....................................................................

  13 2.6 Hubungan Kualitas Air dengan FCR dan Retensi Protein ............

  12 2.5 Retensi ..........................................................................................

  11 2.4 FCR ...............................................................................................

  10 B. Bacillus licheniformis ........................................................

  10 A. Bacillus subtilis ..................................................................

  8 2.3.2 Contoh Bakteri Heterotrof..................................................

  8 2.3.1Pengertian dan Mekanisme Kerja bakteri Heterotrof..........

  7 2.2 Budidaya Sistem Tanpa Pergantian Air ........................................

  RINGKASAN ............................................................................................ v SUMMARY ............................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................... vii UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

  6 2.1.4 Kualitas Air pada Budidaya Ikan Lele Dumbo ..................

  5 2.1.3 Penyebaran dan Habitat Ikan Lele Dumbo .........................

  5 2.1.2 Morfologi Ikan Lele Dumbo ..............................................

  5 2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) ........................

  4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo ..........................................................................

  4 1.4 Manfaat .........................................................................................

  3 1.3 Tujuan ...........................................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................

  I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..............................................................................

  18

  IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu ........................................................................

  19 4.2 Alat dan Bahan .............................................................................

  19 4.3 Metode Penelitian .........................................................................

  19 4.3.1 Rancangan Penelitian .........................................................

  20 4.4 Prosedur Kerja ..............................................................................

  21

  4.4.1 Persiapan Media Pemeliharaan dan Persiapan ikan Lele dumbo ........................................................................

  21

  4.4.2 Pemberian Pakan dan Pemberian Bakteri Heterotrof selama pemeliharaan ..........................................................

  21 4.5 Parameter Penelitian .....................................................................

  22 4.5.1 Parameter Uji Utama .........................................................

  22 A. FCR (Food Convertion Rate) atau Konversi Pakan ..........

  22 B. Retensi Protein ..................................................................

  23 4.5.2 Parameter Penunjang ..........................................................

  23 A. Kualitas Air ........................................................................

  23 4.6 Analisis Data .................................................................................

  23 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ..............................................................................................

  25 5.1.1 Food Convertion Rate (FCR) .............................................

  25 5.1.2 Retensi Protein ...................................................................

  26 5.1.3 Kualitas Air ........................................................................

  27 5.2 Pembahasan ..................................................................................

  27 5.2.1 Food Convertion Rate (FCR) .............................................

  27 5.2.2 Retensi Protein....................................................................

  29 5.2.3 Kualitas Air ........................................................................

  31 IV KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

  34 6.1 Kesimpulan ...................................................................................

  34 6.2 Saran .............................................................................................

  34 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

  35 LAMPIRAN ...............................................................................................

  40

  DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) ............................................................

  5 2.2 Bacillus subtilis ....................................................................................

  10 2.3 Koloni Bacillus subtilis pada nutrient agar. .........................................

  11 2.4 Koloni Bacillus licheniformis pada nutrient agar ................................

  12 2.5 Struktur Protein ....................................................................................

  13 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ..........................................................

  17 4.1 Denah Pengacakan Penelitian ..............................................................

  20 4.2 Diagram Alir Penelitian .......................................................................

  24

  DAFTAR TABEL Halaman

  5.1 Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Nilai FCR (Food

  Convertion Rate) atau Konversi Pakan Ikan Lele Dumbo pada Setiap Perlakuan ..........................................................................

  25

  5.2 Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Nilai retensi Protein Ikan Lele Dumbo pada Setiap Perlakuan .............................................

  26

  5.3 Data Kisaran Kualitas Air Selama 30 Hari Pemeliharaan Pada Setiap Perlakuan ..........................................................................

  27

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  Lampiran 1. Hasil Uji Proksimat Awal Ikan Lele Dumbo ........................ 40 Lampiran 2. Hasil Uji Proksimat Akhir Ikan Lele Dumbo ........................

  41 Lampiran 3. Hasil Uji Proksimat Pakan Komersil .....................................

  43 Lampiran 4. Data Bobot Total dan Bobot Rata-Rata Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) per Minggu Selama 30 Hari ................

  44 Lampiran 5. Bobot Total Ikan Awal, Bobot Total Ikan Akhir, Bobot Total Ikan Mati, Jumlah Pakan yang DIberikan dan Nilai FCR Ikan Lele Dumbo selama 30 Hari Pemeliharaan ..........

  45 Lampiran 6. Analisis Uji Statistika Nilai FCR Ikan Lele Dumbo .............

  47 Lampiran 7. Perhitungan Nilai Retensi Protein Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) ..........................................................................

  49 Lampiran 8. Analisis Uji Statistika Nilai Retensi Protein Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) .....................................................

  51 Lampiran 9. Data Suhu Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Selama 30 Hari ......................................................................

  53 Lampiran 10. Data pH Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Selama 30 Hari ....................................................................

  54 Lampiran 11. Data DO Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Selama 30 Hari ....................................................................

  55 Lampiran 12. Data Amonia Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Selama 30 Hari ....................................................................

  56 Lampiran 13. Alat-alat penelitian ..............................................................

  57 Lampiran 14. Kegiatan Penelitian ..............................................................

  58

  I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan ikan komoditas air tawar yang memiliki rasa enak, harga terjangkau, kandungan gizi tinggi, pertumbuhan cepat, toleran terhadap kualitas air yang tidak optimal, serta dapat dipelihara hampir di semua media budidaya (Nasrudin, 2010). Kandungan gizi ikan lele dumbo antara lain, lemak 4,5%, kalsium 20mg, fosfor 200mg, besi 1,6mg. vitamin A 150mg, vitamin B 0,05mg, Air 7,6mg, dan energi 113kal (Pusluh, 2011).

  Permintaan ikan lele dumbo dipasaran terus mengalami peningkatan, hal ini membuat pemerintah terus melakukan upaya pengembangan terhadap budidaya ikan lele dumbo. Upaya pengembangan budidaya ikan lele dumbo dapat dilihat dari hasil statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014 yang menunjukan bahwa jumlah produksi ikan lele dumbo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pulau Jawa merupakan Pulau penghasil ikan lele terbesar se-Indonesia dengan jumlah hasil produksi mencapai 84.204 ton/tahun pada tahun 2008 dan meningkat pada tahun 2011 mencapai 253.272 ton/tahun.

  Meningkatnya perkembangan budidaya ikan berakibat pada penambahan area lahan budidaya dan penambahan penggunaan air. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknologi dalam budidaya ikan lele dumbo yang dapat diterapkan pada daerah lahan sempit dan daerah minim air dengan pola manajemen yang efektif dan efisien. Teknologi yang telah banyak dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah penggunaan air dalam budidaya ikan lele dumbo adalah melakukan budidaya dengan sistem tanpa ganti air. Keuntungan budidaya dengan sistem tanpa ganti air adalah dapat menghemat pemakaian air dan dapat menerapkan atau melakukan budidaya pada lahan minim air. Budidaya dengan sistem tanpa ganti air dapat dilakukan dengan sistem intensif (Sitompul, dkk., 2012).

  Sistem budidaya tanpa ganti air memiliki kekurangan yaitu akumulasi sisa pakan dan feses yang terjadi dalam media budidaya dapat menyebabkan kualitas air menjadi buruk. Menurut Wyban and Sweeny (1991) pemberian pakan yang berlebihan tidak akan termanfaatkan semua oleh organisme budidaya sehingga menyebabkan sisa pakan menumpuk dan terjadi penurunan kualitas air. Air sebagai media budidaya harus memiliki kualitas yang memenuhi syarat hidup ikan (Monalisa dan Minggawati, 2010). Kualitas air tidak secara langsung berpengaruh terhadap nilai FCR dan retensi protein ikan, namun kualitas air merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai retensi protein dan FCR tidak optimal.

  Kualitas air yang buruk atau tidak optimal sesuai dengan syarat hidup ikan lele dumbo menyebabkan ikan mengalami stress dan dapat menurunkan nafsu makan ikan, sehingga nilai FCR menjadi tinggi dan nilai retensi protein rendah. Nilai FCR yang tinggi diakibatkan karena makanan yang dicerna dan diserap lebih banyak digunakan untuk memelihara tubuhnya dari kualitas air yang buruk.

  Kualitas air yang buruk menyebabkan rendahnya nilai retensi protein karena ikan lele dumbo mengalami stress dan nafsu makannya menurun, sehingga protein yang diberikan melalui pakan tidak dapat diserap secara optimal. Lovel (1989) berpendapat bahwa ikan akan tumbuh apabila nutrisi pakan yang dicerna atau diserap oleh tubuh lebih besar daripada jumlah yang diperlukan untuk memelihara tubuhnya.

  Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas air telah banyak dilakukan baik secara fisik maupun secara kimia, tetapi biaya yang dibutuhkan untuk menggunakan cara ini masih cukup besar dan terkadang tidak ramah lingkungan. Cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah kualitas air dalam budidaya ikan lele dumbo khususnya budidaya dengan sistem tanpa ganti air adalah menggunakan bakteri heterotrof (Susanto, 1987 dalam Malau, 2003).

  Bakteri heterotrof mampu memecah bahan organik secara langsung dari lingkungan abiotik, materi yang dilepaskan sebagai hasil ekskresi atau dari organisme yang mati didalam media budidaya (Sugita, et al., 1985).

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat suatu permasalahan yang diangkat melalui penelitian ini, yaitu :

  1. Apakah pemanfaatan bakteri heterotrof berpengaruh terhadap FCR (Food

  Convertion Rate ) pada budidaya ikan lele dumbo (Clarias sp.) dengan

  sistem tanpa ganti air?

  2. Apakah pemanfaatan bakteri heterotrof berpengaruh terhadap retensi protein pada budidaya ikan lele dumbo (Clarias sp.) dengan sistem tanpa ganti air?

  1.3 Tujuan

  Tujuan dari penelitian ini yaitu :

  1. Mengetahui pengaruh pemanfaatan bakteri heterotrof terhadap FCR (Food

  Convertion Rate ) pada budidaya ikan lele dumbo (Clarias sp.) dengan sistem tanpa ganti air.

  2. Mengetahui pengaruh pemanfaatan bakteri heterotrof terhadap retensi protein pada budidaya ikan lele dumbo (Clarias sp.) dengan sistem tanpa ganti air.

  1.4 Manfaat

  Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pengaruh dari pemanfaatan bakteri heterotrof dan hubungannya terhadap FCR atau konversi pakan serta retensi protein pada ikan lele dumbo (Clarias sp.) sebagai pengembangan ilmu perikanan. Sehingga para pelaku budidaya dapat melakukan budidaya dengan baik meskipun dalam kondisi lahan yang sempit dan wilayah yang minim air serta mampu mendapatkan hasil yang maksimal.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lele Dumbo (Clarias sp.)

  2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)

  Menurut SNI: 01-6484.1-2000 (2000) klasifikasi ikan lele dumbo yaitu : Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp.

Gambar 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)

  )

  2.1.2 Morfologi Ikan Lele Dumbo

  Ikan lele dumbo memiliki tubuh memanjang (simetris radial), licin, tidak bersisik dan kepalanya pipih. Pada bagian kepala hingga punggung berwarna coklat kehitaman serta terdapat bercak warna putih (Murhananto, 2002). Menurut Suyanto (1999) ikan lele dumbo sama dengan lele yang lainnya yakni bersifat

  nocturnal , artinya aktif mencari makanan pada malam hari atau lebih menyukai

  tempat yang lebih gelap. Ikan lele dumbo memiliki mulut yang relatif lebar yaitu kurang lebih ¼ dari panjang total tubuhnya (Khairuman dan Amri, 2002) dan mempunyai alat pernafasan tambahan yang disebut arborescent organ, yaitu membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah, yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga, arborescent organ mempunyai bentuk yang mirip dengan bunga-bunga (Kordi, 2010a)

  Hartono (1997) berpendapat bahwa pemakaian kata dumbo berasal dari istilah jumbo yang berarti besar karena ikan ini mempunyai keunggulan dan kemampuan untuk tumbuh besar dalam waktu singkat. Menurut Kordi (2010a) Lele dumbo merupakan lele unggul, selain pertumbuhannya yang cepat, ukurannya pun sangat besar. Untuk mencapai ukuran 500gram/ekor lele dumbo hanya membutuhkan waktu pemeliharaan 3-4 bulan.

2.1.3 Penyebaran dan Habitat Ikan Lele Dumbo

  Ikan lele dumbo merupakan lele dari hasil persilangan antara lele jantan lokal Afrika spesies Clarias mossambicus dan lele betina lokal Taiwan spesies (Kordi, 2010b). Masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1985

  Clarias fuscus

  (Suyanto,1999). Pada awal kedatangannya lele dumbo adalah sebagai ikan hias, namun kemudian masuk sebagai ikan konsumsi. Selanjutnya ikan ini terus menyebar di seluruh wilayah Indonesia (Khairuman dan Amri, 2002). Di Indonesia penyebaran lele dumbo meliputi Jawa, Sumatera, Bangka, Belitung, Kalimantan, Singkep, dan Sulawesi (Pusluh, 2011).

  Sama dengan lele pada umumnya, lele dumbo hidup pada perairan air tawar seperti di sungai yang airnya tidak deras, atau perairan tenang seperti danau, waduk, rawa, serta kolam (Kordi, 2010a). Ikan lele dumbo mempunyai habitat asli di perairan rawa-rawa di Afrika tengah. Ikan lele dumbo relatif tahan terhadap kondisi air yang dinilai kurang baik. Lele juga dapat hidup dengan padat tebar tinggi meskipun pada kolam yang kadar oksigenya rendah (Pusluh, 2011).

2.1.4 Kualitas Air pada Budidaya Ikan Lele

  Air sebagai media hidup ikan harus memiliki kualitas air yang memenuhi syarat hidup ikan (Monalisa dan Minggawati, 2010). Suhu merupakan salah satu parameter penting dalam pemeliharaan ikan, setiap spesies mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhannya (Stickney, 1979). Suhu untuk pemeliharaan ikan lele dumbo yang baik berkisar antara 20 -30 C (Cahyono, 2009). Parameter kualitas air selanjutnya yakni oksigen terlarut. Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas dalam sistem budidaya. Bila oksigen terlarut tidak dijaga pada nilai yang memenuhi, maka ikan menjadi akan stress (Stickney, 1979). Oksigen terlarut yang ideal untuk pemeliharaan lele dumbo adalah 5 mg/l (Cahyono, 2009) pH perairan dalam media budidaya ikan lele juga merupakan aspek kualitas air yang harus di perhatikan. pH air yang optimum dalam pemeliharaan ikan lele dumbo berkisar 6,5-8 (Suyanto, 2003). Menurut Asmawi (1983) dalam Monalisa dan Minggawati (2010) nilai pH yang masih dapat ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0 namun pada pH 4,0 ikan akan akan mengalami stress dan pertumbuhan terhambat. Parameter kualitas air lainnya yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas air adalah amonia (Forteath et al., 1993). Amonia merupakan bentuk pecahan nitrogen organik yang bersifat toksik bagi organisme. Amonia pada lingkungan budidaya dapat berasal dari proses dekomposisi bahan organik seperti sisa pakan, alga mati dan tumbuhan akuatik (Duborow et al., dalam Yuniasari, 2009). Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang relatif tidak stabil dan mudah teroksidasi dan biasanya merupakan indikator tingkat polusi (Metcalf and Eddy, 1991). Kadar amonia yang mencapai 0,8 mg/l dan nitrit yang mencapai 0,06 mg/l pada media budidaya dapat menyebabkan kematian pada organisme budidaya (Stickney, 2005; Effendi, 2003)

  2.2 Budidaya Sistem Tanpa Ganti Air

  Menurut Sasongko (2001) budidaya dengan sistem tanpa ganti air adalah suatu teknologi pemanfaatan air secara terus-menerus tanpa ada ganti air selama proses budidaya. Budidaya lele dumbo dengan sistem tanpa ganti air dapat menghemat air sehingga lebih ekonomis (Sitompul, dkk., 2012), namun dalam sistem ini juga memiliki kelemahan yaitu menumpuknya bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan feses sehingga pada budidaya ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas air (Sasongko, 2001). Kualitas air yang terus menurun dan tidak terkontrol dapat menghambat pertumbuhan lele dumbo (Sitompul, dkk., 2012).

  2.3 Bakteri Heterotrof

2.3.1 Pengertian dan Mekanisme Bakteri Heterotrof

  Bakteri heterotrof merupakan bakteri yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena bakteri heterotrof tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya, di dalam lingkungan bakteri heterotrof berfungsi sebagai pengurai (Ganiswarna, 1995). Bakteri heterotrof dibedakan menjadi bakteri patogen dan saprofit. Bakteri patogen memperoleh makanan dengan cara mengambil senyawa organik kompleks dari makhluk hidup lain sedangkan bakteri saprofit memperoleh makanan dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati atau dari limbah lingkungan (Rosmaniar, 2011). Bakteri heterotrof mampu menguraikan atau memecah senyawa organik (Prasad and Power, 1997), baik senyawa organik yang mengandung unsur C (karbon), H (Hidrogen) maupun unsur N (Nitrogen) (Susun, 2008).

  Akumulasi sisa pakan dan feses pada sistem budidaya ikan dan udang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme dan peningkatan bahan organik toksik (amonia, H

  2 S, nitrit dan SO 2 ). Kadar bahan organik yang tinggi pada suatu

  perairan budidaya dapat menyebabkan biota budidaya mengalami stress penurunan nafsu makan, mudah terserang penyakit, gangguan pertumbuhan dan peningkatan mortalitas (Sugama, 2002). Penumpukan bahan organik yang terus menerus juga akan mempercepat penurunan kualitas air (Poernomo, 1988).

  Salah satu cara untuk membantu menguraikan bahan organik dalam kolam budidaya adalah dengan memanfaatkan bakteri heterotrof (Wyban and Sweenly, 1991). Bakteri heterotrof berperan penting untuk menjaga keseimbangan kualitas air karena bakteri heterotrof mampu memecah bahan secara langsung dari lingkungan abiotik, materi yang dilepaskan sebagai hasil ekskresi atau dari organisme yang mati didalam ekosistem peraian (Sugita et al., 1985).

  Menurut Parwanayoni (2008) dalam Iqbal (2011) bakteri heterotrof mengawali tahap memecah senyawa oganik dengan serangkaian reaksi enzimatis, bahan-bahan senyawa organik seperti karbohidrat, protein, dan lemak dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri heterotrof (Kordi dan Tancung, 2007). Senyawa sederhana yang dihasilkan oleh bakteri heterotrof dimanfaatkan kembali oleh bakteri heterotrof sebagai sumber energi, pembetukan sel baru dan pertambahan populasi (Parwanayoni, 2008 dalam Iqbal, 2011).

2.3.2 Contoh Bakteri Heterotrof

  A. Bacillus subtilis Klasifikasi Bacillus subtilis menurut Mardigan (2005) dalam Ardilawati

  (2013) : Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales Family : bacillaceace Genus : Bacillus Species : Bacillus subtilis

Gambar 2.2 Bacillus subtilis

  

  Bacillus subtilis merupakan bakteri non pathogen yang sering digunakan

  sebagai bahan probiotik (Iman dkk, 2012). Bacillus subtilis berbentuk batang, tidak berantai, termasuk dalam golongan bakteri gram positif (Iman dkk, 2012), penghasil spora dan motil (Dwipayana dan Herto, 2009). Bacillus subtilis digunakan dalam produksi probiotik karena dapat membantu meningkatkan kelangsungan hidup, menstimulasi sistem imun, dan mengontrol bakteri pathogen (He, 2011).

  Menurut Linggartjati (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa media budidaya yang diberikan bakteri heterotrof Bacillus sp memiliki kandungan nitrat yang lebih tinggi dikarenakan bakteri heterotrof golongan Bacillus mempunyai kemampuan merombak bahan organik diantaranya senyawa nitrogen dan selanjutnya melalui proses nitrifikasi membentuk nitrat. Bakteri ini juga membantu menguraikan selulosa sehingga bahan organik dapat terurai (gandjar, 2005 dalam Ardilawati, 2013)

Gambar 2.3 koloni Bacillus subtilis pada nutrient agar

  

B. Bacillus licheniformis

  Klasifikasi Bacillus licheniformis menurut Mardigan (2005) dalam Ardilawati (2013) :

  Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales Family : Bacillaceace Genus : Bacillus Species : Bacillus licheniformis

Gambar 2.4 koloni Bacillus licheniformis pada nutrient agar

  

  Bacillus licheniformis merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang

  dengan panjang antara 1,5 μm sampai 3 μm dan lebar antara 0,6 μm sampai 0,8 μm (Mao et al.,1992). Bacillus licheniformis merupakan species bakteri yang mampu menghasilkan protease dalam jumlah yang relatif tinggi. Jenis protease yang dihasilkan oleh bakteri ini adalah enzim ekstraselular yang tergolong proteinase serin karena mengandung serin (Haetami dkk., 2008)

2.4 FCR (Food Convertion Rate)

  FCR atau konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan (Mukti, 2012).

  Dari hasil penelitian yang dilakukan Widarnani dkk (2012) menyatakan bahwa konversi pakan merupakan indikator untuk mengetahui efektivitas pakan dan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menambah jumlah pakan yang dapat dimanfaatkan oleh organisme budidaya.

  Besar kecilnya konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan kualitas air (National Research Council, 1993). Kualitas air yang normal dan sesuai dengan kisaran toleransi organisme budidaya selama pemeliharaan tidak membatasi pertumbuhan, konversi pakan, dan kelangsungan hidup organisme (Widarnani dkk, 2012). Semakin rendah nilai konversi pakan, menujukan semakin baik kualitas pakan karena akan semakin ekonomis (Masyamsir, 2001) dan semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan (Effendie, 1979).

2.5 Retensi Protein

  Protein merupakan bagian terbesar dari daging ikan (Halver, 1973) yang mengandung unsur C,H,O dan N (Sudarmo dan Sedioetama, 1974). Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan tubuh baru dan mempertahankan jaringan lama (Arifianto dan Liviawaty, 2005). Menurut Fujaya (1999) Kebutuhan protein tiap ikan berbeda-beda menurut spesiesnya dan pada umumnya berkisar 20%- 60%. Struktur protein ditunjukan pada gambar 2.5

  Karbon Rantai samping R COOH C H N

  2 Gugus asam karboksilat H Gugus asam amino

Gambar 2.5 Struktur protein (Wilbraham dan Matta, 1992)

  Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan yang dapat diserap dan dimanfaatkaan untuk membangun ataupun memperbaiki sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan untuk metabolisme sehari-hari (Arifianto dan Liviawaty, 2005; Samsudin, dkk., 2010).

  Protein pada pakan diretensi oleh ikan dikarenakan terdapat sisa protein yang tidak dimanfaatkan untuk proses metabolisme tubuh (Damayanti, 2013). Cepat tidaknya pertumbuhan pada suatu individu ditentukan dari banyaknya protein yang dapat diserap dan dimanfaatakna oleh tubuh ikan sebagai zat pembangun (Hendrawati, 2011).

2.6 Hubungan Kualitas Air dengan FCR dan Retensi Protein

  Kualitas air secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai FCR dan retensi protein. Ada beberapa hal yang memperngaruhi nilai FCR (Konversi pakan) diantaranya komposisi pakan, tingkat kesukaan ikan terhadap pakan yang diberikan, dan juga kualitas air (Hoar et al., 1979). Lovel (1989) berpendapat ikan akan tumbuh apabila nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk memelihara tubuhnya.

  Oleh karena itu, apabila kualitas air media budidaya berada dibawah batas yang dapat di tolerir oleh ikan maka pakan yang dimakan akan digunakan untuk mempertahankan diri agar tetap hidup bukan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain ikan yang stress karena kondisi kualitas air yang buruk akan menggunakan nutrisi dan protein pakan yang dicerna untuk mempertahankan diri agar tetap hidup (Setiawati, 2013).

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

  Ikan lele dumbo merupakan salah satu ikan konsumsi dari komoditas air tawar yang sangat diminati oleh masyarakat. Permintaan ikan lele dumbo yang semakin meningkat setiap tahunnya menjadikan para pembudidaya meningkatkan hasil produksinya, salah satunya dengan melakukan budidaya secara intensif.

  Menurut Sitompul (2012) Akibat dari meningkatnya perkembangan ikan lele dumbo adalah terjadinya penambahan lahan area budidaya dan penambahan penggunaan air.

  Penghematan penggunaan air dalam budidaya ikan lele dumbo dapat dilakukan dengan menerapkan budidaya sistem tanpa ganti air. Budidaya dengan sistem ini dapat memanfaatkan air secara terus-menerus tanpa ada pergantian air selama proses budidaya. Kekurangan dari sistem budidaya tanpa ganti air ini adalah terjadinya penumpukan bahan organik yang disebabkan oleh sisa pakan dan feses yang terjadi pada media budidaya, penumpukan bahan organik yang terjadi dapat menyebabkan penurunan pada kualitas air media budidaya (Sasongko, 2011).

  Akumulasi bahan organik pada media budidaya akan menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa yang bersifat toksik bagi ikan budidaya (Hopskin et al., 1994). Air merupakan media hidup ikan budidaya, apabila tercemar dapat menyebabkan ikan mengalami stress, nafsu makan menurun, dan terhambatnya pertumbuhan (Kordi dan Tancung, 2007). Oleh karena itu, pengelolaan kualitas air pada budidaya sistem tanpa ganti air sangat perlu dilakukan.

  Pengelolaan kualitas air pada sistem budidaya tanpa ganti air dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri heterotrof. Bakteri heterotrof mampu memecah bahan secara langsung dari lingkungan abiotik, dari materi yang dilepaskan sebagai hasil ekskresi, atau dari organisme yang mati di dalam ekosistem perairan (Sugita et al. 1985). Bahan organik yang telah dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana, dimanfaatkan kembali oleh bakteri heterotrof sebagai sumber energi (Parwanayoni, 2008 dalam Iqbal, 2011) selain itu kualitas air media budidaya kembali optimal dan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan budidaya.

  Kualitas air yang optimal, menjadikan ikan sehat, tidak stress, nafsu makan optimal, nilai FCR rendah, nilai retensi protein tinggi dan ikan lele dumbo (Clarias sp) dalam budidaya sistem tanpa ganti air dapat mencapai pertumbuhan yang optimal. Sehingga hasil produksi budidaya ikan lele dapat terus mengalami peningkatan dan dapat memenuhi permintaan pasar yang terus bertambah setiap tahunnya. Ikan lele dumbo Permintaan meningkat Meningkatkan hasil produksi

  Budidaya ikan Meningkatkan budidaya lele dumbo ikan lele dumbo dengan sistem intensif

  Penambahan area Penambahan lahan budidaya penggunaan air Budidaya dengan media Budidaya sistem terbatas tanpa ganti air

  Bak plastik, terpal, Penumpukan bahan drum, dll organik Kualitas air menurun

  Pemberian bakteri Heterotrof

  Kualitas air optimal Nilai FCR rendah dan

  Pertumbuhan optimal Nilai retensi protein tinggi

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

  Keterangan : : Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti

3.2 Hipotesis

  Hipotesis dari penelitian ini adalah: H

  1.1 : Pemanfaatan bakteri heterotrof berpengaruh terhadap FCR (Food Convertion Rate) selama pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias sp) dengan sistem tanpa pergatian air.

  H : Pemanfataan bakteri heterotrof berpengaruh terhadap retensi protein

  1.2

  selama pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias sp) dengan sistem tanpa pergatian air.

IV METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Tempat dan Waktu

  Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya pada bulan Juni-Juli 2014.

  4.2 Alat dan Bahan

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak plastik dengan volume 15L, pH meter, DO meter, jaring, termometer, selang air, timbangan digital, aerator, selang aerasi dan batu aerasi.

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele dengan ukuran 7-8 cm dan berat rata-rata 5 gram yang didapat dari pasar ikan Gunung Sari Surabaya, bakteri heterotrof komersil dan pakan komersil dengan protein 35%.

  Bakteri heterotrof komersil yang digunakan adalah bakteri heterotrof A merk dagang Petro Fish (Bacillus subtilis, Bacillus apiarius, Lactobacillus plantarum

  6

  dan Nitrosomonas europea) dengan total count 4x10 CFU, bakteri heterotrof B merk dagang Probiobac (Bacillus subtilis dan Bacillus licheniformis) dengan total

  7

  count 2x10 CFU dan bakteri heterotrof C merk dagang Probiozyme Aquatic

  12 (Bacillus subtilis dan Bacillus licheniformis) dengan total count 2x10 CFU.

  4.3 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental, yaitu melakukan penelitian percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul dari perlakuan yang diberikan (Notoatmodjo, 2010).

4.3.1 Rancangan Penelitian

  Rancangan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebanyak empat dan ulangan sebanyak empat kali (Kusriningrum, 2012). Perlakuan yang akan diberikan pada penelitian ini adalah dengan menambahkan bakteri heterotrof komersil yang berbeda pada masing-masing bak pemeliharaan dengan dosis 0,002ml/l (Andriyanto,dkk., 2010) atau sebanyak 0,03ml/15l. Ada 3 macam bakteri heterotrof komersil yaitu Petrofish, Probiobac dan Probiozyme Aquatic. Berikut ini adalah perlakuan dari penelitian yang akan dilakukan : Perlakuan 1 : Tanpa bakteri heterotrof komersil Perlakuan 2 : Pemberian bakteri heterotrof A dengan dosis 0,03ml/15l Perlakuan 3 : Pemberian bakteri heterotrof B dengan dosis 0,03ml/15l Perlakuan 4 : Pemberian bakteri heterotrof C dengan dosis 0,03ml/15l

  Penempatan bak perlakuan dilakukan secara acak dengan tujuan menghindari kebiasan ragam sehingga keragaman bias dalam satu perlakuan dapat dianggap bersifat alami dan menghindari sifat memihak pada salah satu perlakuan (Kusriningrum, 2012). Pola penempatan bak dapat dilihat pada gambar 4.1.

  P2.4 P1.1 P1.3 P2.2 P3.1 P2.1 P4.1 P3.4 P1.2 P2.3 P3.2 P4.3 P3.3 P4.4 P4.2 P1.4

Gambar 4.1 Denah pengacakan penelitian

4.4 Prosedur Kerja

  

4.4.1. Persiapan Media Pemeliharaan dan Persiapan Ikan Lele dumbo

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN TEPUNG KEONG MAS (Pomacea canaliculata) PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, RETENSI ENERGI DAN RASIO EFISIENSI ENERGI IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

0 4 2

PEMANFAATAN TEPUNG AZOLLA SEBAGAI BAHAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, RETENSI PROTEIN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

1 7 16

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG KEONG MAS (Pomaceae canaliculata) PADA PAKAN TERHADAP RASIO KONVERSI PAKAN, RETENSI PROTEIN DAN RASIO EFISIENSI PROTEIN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

0 7 2

PEMANFAATAN Azolla sp. PADA SISTEM RESIRKULASI YANG BERBEDA DALAM PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

1 12 31

PENGARUH PEMAPARAN ENDOSULFAN DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP GONAD IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

1 7 9

PENGARUH KEPADATAN PENEBARAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LELE DUMBO ( Clarias gariepinus ) DALAM SKALA INTENSIF DENGAN SISTEM TANPA GANTI AIR

1 7 57

PENGARUH KEPADATAN PENEBARAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LELE DUMBO ( Clarias gariepinus ) DALAM SKALA INTENSIF DENGAN SISTEM TANPA GANTI AIR

0 3 5

PENGARUH PEMBERIAN MOL DARI SEMANGKA TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

0 0 16

PEMANFAATAN BAKTERI HETEROTROF TERHADAP SR (Survival Rate) DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) DENGAN SISTEM TANPA PERGANTIAN AIR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 68

PEMANFAATAN BIOFLOK PADA BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE (SR) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 65