PANDANGAN WISATAWAN TERHADAP KESIAPAN MASYARAKAT BUKIT GUNDALING TERHADAP BUKIT GUNDALING SEBAGAI TUAN RUMAH DAERAH OBJEK WISATA BUKIT GUNDALING DI KOTA BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO.

PANDANGAN WISATAWAN TERHADAP KESIAPAN
MASYARAKAT BUKIT GUNDALING SEBAGAI TUAN
RUMAH DAERAH OBJEK WISATA BUKIT GUNDALING DI
KOTA BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN
KARO

Diajukan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana

OLEH :
DONY CHRISTOFEL. E
061211310035

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIMED
2012

PANDANGAN WISATAWAN TERHADAP KESIAPAN
MASYARAKAT BUKIT GUNDALING SEBAGAI TUAN
RUMAH DAERAH OBJEK WISATA BUKIT GUNDALING DI
KOTA BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN

KARO

Diajukan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana

OLEH :
DONY CHRISTOFEL. E
061211310035

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIMED
2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat dan Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kesiapan Masyarakat Bukit Gundaling Terhadap
Gundaling Sebagai Objek Wisata”. Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) di Fakultas Ilmu

Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan
dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Orangtua
penulis yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan serta doa dan
membiayai penulis disetiap kebutuhan hidup, saudara-saudara saya yang tercinta
Josh Handta, Paulus Kaka dan Timotius Agi yang selama ini hidup berdampingan
dan saling membantu dengan penulis selama penulis menyelesaikan study di
Universitas Negeri Medan.
Berkat bantuan dari beberapa pihak serta bimbingan yang diberikan, maka
penulis pada kesempatan ini dengan rasa hormat, ketulusan dan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Ibnu Hajar, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan.

ii

2. Dr. Ibrahim Gultom, M.Pd selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan.
3. Alm. Dra. Hj. Rosdiana, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Luar

Sekolah Universitas Negeri Medan.
4. Drs. Sudirman, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Universitas Negeri Medan.
5. Alm. Dra. Ratna Juwita, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan
memberi saran yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
6. Drs. E. Nainggolan, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah mau meluangkan waktunya
untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Medan
8. Kepada Evalina br. Tarigan yang telah setia menemani, memacu
semangat, membantu dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
9. Kepada Ferry Elwinta Sinuraya yang telah memberi semangat, membantu
dan menemani dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Kepada seluruh keluarga penulis yang telah membantu, membimbing,
mengarahkan dan mendoakan penulis serta memberi motivasi untuk
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


iv

11. Kepada seluruh sahabat penulis yang telah membantu penulis dalam
menyesaikan penulisan skripsi ini.
12. Kepada seluruh rekan-rekan penulis di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah,
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan yang telah bersamasama saling membantu untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan
motivasinya.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya masih
banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, oleh karena itu penulis
mengharapkankritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
menyempurnakan skripsi ini. Harapan penulis kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi para pembaca dalam memperkaya ilmu pendidikan kita.

Medan. Nopember 2012
Penulis,

Dony Christofel E
061211310035


iv

ABSTRAK
Dony Christofel
E Nim 061211310035. Kesiapan Masyarakat Bukit
Gundaling Terhadap Bukit Gundaling Sebagai Objek Wisata. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2006.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah kesiapan masyarakat Bukit Gundaling
terhadap Bukit Gundaling sebagai objek wisata. Kesiapan masyarakat tersebut
akan dilihat dari beberapa segi, yaitu kesiapan dari segi fisik daerah, kesiapan dari
segi budaya, kesiapan dari segi sosial dan kesiapan dari segi mental. Adapun
tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana kesiapan masyarakat
Bukit Gundaling terhadap Bukit Gundaling sebagai objek wisata.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karo dengan jumlah , penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data
menggunakan angket tertutup. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara
frekuensi variabel dengan rumus:
P=


x 100 %

Hasil penelitian: Kesiapan masyarakat
Bukit Gundaling terhadap Bukit
Gundaling sebagai objek wisata yang ditinjau dari segi kesiapan fisik daerah, segi
kesiapan budaya, segi kesiapan sosial dan segi kesiapan mental. Setelah diteliti
didapat temuan bahwa kesiapan masyarakat Bukit Gundaling terhadap Bukit
Gundaling sebagai objek wisata secara keseluruhan dari aspek yang diteliti adalah
71.06 % menunjukkan nilai positif, 9.56% menunjukkan nilai netral dan 19.37 %
menunjukkan nilai negatif.

i

DAFTAR ISI
ABSTAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................


1

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 9
C. Batasan Masalah ....................................................................... 10
D. Perumusan Masalah .................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 12
BAB II : KAJIAN TEORI .......................................................................... 14
A. Kerangka Teori .......................................................................... 14
1. Pengertian Kesiapan Masyarakat.......................................... 14
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan masyarakat .... 16
a. Kesiapan masyarakat dari segi fisik daerah .................. 18
b. Kesiapan masyarakat dari segi sosial ............................. 19
c. Kesiapan masyarakat dari segi budaya .......................... 20
d. Kesiapan masyarakat dari segi mental ........................... 21


v

3. Pengertian Wisata dan Pariwisata ....................................... 21
a. Pengertian Pariwisata dan Wisatawan ........................... 21
b. Pengertian Daerah Pariwisata ........................................ 25
c. Tujuan Pariwisata ........................................................... 30
d. Keuntungan Pariwisata ................................................. 32
e. Faktor-faktor pendukung pariwisata ............................. 33
f. Faktor penghambat pariwisata ...................................... 35
4. Pengembangan Daerah Wisata ........................................... 39
5. Pembangunan Kepariwisataan ............................................ 40
B. Kerangka Konseptual ................................................................ 44
BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................... 46
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 46
B. Populasi dan Sampel ................................................................. 46
C. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 47
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................ 48
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 50
F. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 52
A. Profil Lokasi Penelitian ............................................................. 52
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 58
C. Pembahasan .............................................................................. 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 78

vii

A. Kesimpulan ............................................................................... 78
B. Saran ......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1

: Kisi-Kisi Kuesioner .......................................................... 49


Tabel 2

: Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .. 53

Tabel 3

: Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kegiatan ................. 54

Tabel 4

: Komposisi Penduduk Menurut Agama ............................. 55

Tabel 5

: Jumlah Sarana Pendidikan ................................................ 56

Tabel 6

: Jumlah Sarana Kesehatan ................................................. 56


Tabel 7

: Jumlah Tenaga Kesehatan ................................................ 57

Tabel 8

: Jumlah Pemukiman .......................................................... 58

Tabel 9

: Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur ...... 59

Tabel 10

: Pembagian Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 60

Tabel 11

: Jawaban Responden Dari Segi Fisik Daerah .................... 61

Tabel 12

: Jawaban Responden Dari Segi Budaya ............................ 64

Tabel 13

: Jawaban Responden Dari Segi Sosial .............................. 66

Tabel 14

: Jawaban Responden Dari Segi Mental ............................. 68

Tabel 15

: Kesiapan Masyarakat Secara Keseluruhan ....................... 76

viii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1

Diagram 2

: Nilai Positif Kesiapan Masyarakat Bukit Gundaling
Terhadap Bukit Gundaling Sebagai Objek Wisata ........

75

: Nilai Negatif Kesiapan Masyarakat Bukit Gundaling
Terhadap Bukit Gundaling Sebagai Objek Wisata ........

76

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kesiapan sangat penting dalam memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki
kesiapan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasil yang baik.
Begitu pula didalam kegiatan pariwisata. Kesiapan terhadap segala aspek sangatlah penting
untuk menunjang tingkat keberhasilan bidang industri pariwisata tersebut. Dengan memiliki
kesiapan, seseorang atau masyarakat telah siap dalam menghadapi segala yang sedang terjadi
dan yang akan terjadi. Didalam pariwisata segala hal bisa terjadi, banyak wisatawan banyak
penduduk lokal, semuanya memiliki persepsi yang berbeda-beda, dengan banyaknya
perbedaan tersebut maka setiap aspek harus disiapkan dalam menghadapinya. Dalam
pengelolaan daerah wisata, tidak hanya pemerintah yang harus ikut ambil bagian, peran
masyarakat juga sangat dibutuhkan didalam pengelolaan dan pengembangan daerah wisata
tersebut. Oleh karena itu selain daripada peran pemerintah, masyarakat memiliki peran
penting dalam kegiatannya. Maka, kesiapan masyarakat terhadap daerah objek wisata
tersebut sangat diperlukan. Kesiapan masyarakat dari berbagai aspek memiliki peran penting
dalam kepariwisataan, karena didalam kegiatan pariwisata yang menjadi tolak ukur
wisatawan yang datang berkunjung adalah masyarakat dari daerah objek wisata tersebut
karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.
Daerah pegunungan pasti tekenal dengan keindahan nuansa alam yang dimilikinya,
salah satu yang menjadi contoh adalah Bukit Gundaling yang letaknya berada ditengah
kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Keindahan alam yang dimiliki oleh suatu daerah
merupakan

modal bpesar untuk dijadikan sebagai suatu daerah objek wisata. Untuk

mengembangkan daerah wisata diperlukan partisipasi dari semua pihak baik dari segi

pembangunan masyarakat dibutuhkan peningkatan kesadaran dan pendayagunaan potensi
daerah secara optimal untuk pengembangan daerah wisata tersebut, dalam hal ini yang
penulis maksud adalah objek wisata Bukit Gundaling yang terletak di kota Berastagi
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki
objek wisata pegunungan. Sebagai seorang mahasiswa, penulis sadar masih banyak daerah
wisata yang ada di Kabupaten Karo yang memiliki potensi sangat besar untuk dijadikan
industri pariwisata. Adapun objek tersebut adalah Gunung Sibayak di Desa Jaranguda,
Gunung Sinabung di desa Lau Kawar, Air Terjun Sipiso-piso di desa Tongging, Danau Lau
Kawar di desa Lau Kawar, Wisata Sejarah di Desa Lingga, Pemandian Air Panas
Pegunungan di Desa Raja Berneh dan masih banyak objek wisata lainnya.
Mengingat dari banyaknya sumber potensi pariwisata yang dimiliki sudah saatnya
pengelolaan dan pengembangan dilakukan dengan optimal. Dengan pengembangan dan
pengelolaan yang tepat pada daerah objek wisata maka didapat keuntungan devisa masuk dan
juga kemajuan dari daerah tersebut. Dan melihat dari besarnya keuntungan yang didapat
maka sudah saatnya dan sudah selayaknya daerah objek wisata mendapat perhatian khusus
dari pemerintah dan masyarakat. Di daerah wisata Bukit Gundaling, dengan tergalinya
potensi daerah wisata tersebut maka akan semakin membuka lapangan pekerjaan di daerah
sekitar objek wisata bagi masyarakat sekitar dan juga akan memunculkan langkah-langkah
baru dan inovasi-inovasi di masyarakat untuk meningkatkan standart hidupnya jika
masyarakat tersebut merasakan manfaatnya pengelolaan dan pengembangan objek wisata
tersebut. Salah satu yang menjadi langkah-langkah baru dan inovasi tersebut adalah
pembuatan dan penjualan souvenir-souvenir asli daerah namun dengan arti dan fungsi yang
baik, pembangunan daerah tempat rekreasi disekitar objek wisata lengkap dengan hiburanhiburannya dan kegiatan yang sering kita jumpai di daerah wisata, yaitu warung-warung kecil
yang dibuka masyarakat sebagai tempat persinggahan wisatawan disekitar objek wisata.

Pemerintah telah banyak melalukan upaya-upaya promosi dan pengembangan
pariwisata ditanah air dan juga menaruh sejumlah harapan untuk kemajuan pariwisata
tersebut. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa dari seluruh upaya-upaya promosi dan
pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah masih dirasa kurang optimal jika
kita bandingkan besar potensi pariwisata yang kita miliki dan keuntungan yang kita dapat.
Namun walaupun demikian peran serta masyarakat juga ikut mempengaruhi hal tersebut
diatas. Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari usaha pemeliharaan dan pengembangan
yang dilakukan pemerintah, partisipasi aktif segenap unsur masyarakat adalah sangat-sangat
diperlukan bagi pengembangan daerah wisata karena masyarakat tersebut adalah sebagai
frontliner bagi daerah wisata tersebut. Infrastrukrtur dan suprastruktur harus terus
dikembangkan, dikaji ulang dan dikembangkan sesuai dengan permintaan pasar pariwisata.
Infrastruktur yang perlu dibenahi antara lain , sarana dan prasarana kepariwisataan seperti
pembangunan akomodasi yang memadai, sarana komunikasi, serta sarana-sarana pendukung
standart umum lainnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan kekayaan alam serta
budaya sebagai daya tarik daerah wisata menurut Muljadi Aj (1990) antara lain :
1. Pembangunan terhadap sarana dan prasarana seperti hotel/losmen/penginapan,
restaurant, tempat-tempat rekreasi untuk menunjang aspek hiburan, souvenir atau
cenderamata, dll.
2. Penyediaan dan pengembangan bahan pemasaran untuk keperluan promosi
pariwisata.
3. Partisipasi dalam pemasaran.
4. Pembinaan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan sapta pesona sebagai upaya
kampanye sadar wisata.
Pengembangan daerah wisata secara ideal akan memberikan kontribusi terhadap
devisa negara secara umum dan peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat setempat secara
khusus. Misalnya dengan adanya pengembangan daerah wisata akan menciptakan dan
memperluas lapangan kerja sekaligus menunjang kehidupan masyarakat setempat, disamping
tergalinya kembali seni budaya daerah. Pengembangan daerah wisata sangat memerlukan

berbagai perubahan-perubahan dan nilai-nilai yang baru dengan kesiapan tersebut. Kesiapan
manusia fisik ini harus lebih memperhatikan wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut
dimana secara fisik masyarakat harus betul-betul mampu menerima wisatawan yang datang
dari berbagai etnis serta memberikan pelayanan yang baik bagi wisatawan. Menurut I Gde
Pitana (2002 : 16) pengertian kegiatan pariwisata yaitu :
Kegiatan kepariwisataan merupan kegiatan yang melibatkan pembangunan sektor
seperti sektor pariwisata, sektor keamanan, sektor industri, jasa dan moneter dan
lain-lain. Disamping itu kepariwisataan merupakan kegiatan yang mengandalkan
pemanfaatan potensi sumber daya alam binaan yang ada pada masing-masing daerah
dan daya tarik wisata dengan tetap berpedoman pada keseimbangan dan pelestarian
(tanpa merusak potensi alam yang dimiliki).

Dengan konsep diatas kegiatan pariwisata harus benar-benar dilakukan karena
semakin menggali objek wisata yang ada maka akan semakin lebih mengembangkan potensi
yang dimiliki daerah wisata tersebut. Misalnya penyediaan sarana dan prasarana, kebersihan
lingkungan, keamanan dan fasilitas yang disediakan tanpa megubah atau merusak daerah
wisata yang ada.
Kota Berastagi merupakan salah satu potensi daerah wisata dari sekian banyak
daerah-daerah wisata di Sumatera Utara yang memiliki alam yang bagus dan memiliki nilai
jual cukup tinggi untuk wisatawan domestik maupun mancanegara. Yang dimaksud dengan
layak jual adalah dimana objek wisata tersebut memiliki nilai keindahan yang dapat
dinikmati setiap pengunjungnya, pengunjung tersebut termasuk wisatawan domestik dan
mancanegara yang hanya sekedar singgah ataupun yang memang tinggal untuk sementara
atau yang biasa disebut dengan istilah home stay. Ketika nilai jual tersebut telah disediakan
oleh alam, maka yang terpenting adalah bagaimana masyarakat dan pemerintahnya
mengelola potensi tersebut. Aspek-aspek yang menjadi nilai jual pada umumnya adalah
keadaan alamnya, kegiatan budaya masyarakat setempat, sumber daya alam yang dihasilkan

daerah wisata tersebut, makanan khas daerah tersebut, fasilitas-fasilitas yang tersedia,
keramahtamahan masyarakatnya serta benda-benda yang bisa mengingatkan wisatawan akan
daerah wisata tersebut (biasanya benda-benda tersebut adalah souvenir-souvenir).
Walaupun kota Berastagi memiliki potensi alam yang luar biasa tapi masih terdapat
banyak kekurangan dalam pengelolaannya, baik itu dari sisi pemerintahnya maupun dari sisi
masyarakatnya. Akan terasa sia-sia jika kita memiliki suatu potensi luar biasa namun kita
tidak bisa memanfaatkannya seoptimal mungkin. Kesiapan masyarakat

baik dari mutu

pelayanan terhadap wisatawan, keterbatasan dana, ketidak disiplinan masyarakatnya, ketidak
ramahan warga setempat serta kurang bagusnya pengelolaan suatu daerah wisata menjadi
faktor yang menentukan perkembangan suatu daerah dibidang pariwisata. Jika dilihat di kota
Berastagi semua aspek diatas terasa masih kurang. Masyarakat kota Berastagi masih kurang
sadar wisata, salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya sadar wisata di masyarakat kota
Berastagi adalah tingkat pendidikannya yang masih tergolong rendah dan kurangnya peran
pemerintah dalam rangkat menyadarkan masyarakatnya tentang potensi wisata dan
bagaimana mengelolanya.
Secara otomatis pendapatan yang diperoleh dari sektor pariwisata di kota Berastagi
masih jauh dari yang diharapkan. Umumnya penduduk setempat belum merasakan manfaat
positif dari keberadaan sektor pariwisata tersebut, sehingga masyarakat yang tidak merasakan
manfaatnya tersebut

kurang merespon positif dan enggan untuk berpartisipasi secara

bersama-sama dibidang pariwisata kalau tidak diberikan gaji atau harga yang harus dibayar
untuk mendapatkan partisipasinya. Jika kota Berastagi dibandingkan dengan objek-objek
wisata lainnya yang terdapat di Sumatera Utara, perkembangan pariwisata kota Berastagi
tergolong lamban, hal-hal yang menyebabkannya termasuk kepada masalah yang telah
penulis bahas diatas td, yaitu kurangnya pengembangan dan promosi yang dilakukan oleh
pemerintah beserta masyarakatnya.

Mempunyai potensi alam yang layak untuk dikembangkan adalah hal yang paling
mendukung bagi masyarakat di samping untuk menambah pendapatan masyarakat itu sendiri
tapi mampu menerima wisatawan dengan penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan
dibawa serta oleh para wisatawan yang datang. Pemerintah daerah juga harus berperan aktif
dalam pengendalian arah pengembangan potensi wisata yang dimiliki oleh kota Berastagi.
Adanya UU No.20 tahun 1999 memberikan penegasan kepada pemerintah daerah, yaitu :
Untuk dapat menggali potensi yang dimiliki agar dapat dijadikan sumber keuangan
daerah tak terkecuali dalam sektor retribusi khususnya retribusi jasa dalam hal ini
mengenai kepariwisataan. Seperti diketahui bahwa pendayagunaan sumber dan
potensi kepariwisataan menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk dapat
menambah penerimaan pendapatan, memperluas dan memeratakan kesempatan
berusaha, mendorong pembangunan daerah dengan tetap menjaga kelestarian dan
mutu lingkungan hidup serta dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan
sektor-sektor pembangunan yang lain.

Kota Berastagi adalah salah satu daerah wisata yang banyak dikunjungi wisatawan
domestik dan mancanegara, selain panorama khas pegunungan setiap wisatawan dapat
menikmati udara sejuk yang dimiliki kota Berastagi, tentu ini menjadi potensi besar bagi kota
Berastagi dalam meningkatkan pendapatan daerah secara umum dan peningkatan taraf hidup
individu secara khusus. Namun apa yang harus dilakukan untuk dapat merealisasikan potensi
tersebut sehingga dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin ? Jawabannya ada pada pemerintah
dan masyarakatnya sendiri. Pemerintah harus mengkoordinasikan masyarakatnya serta
merubah

paradigma

berpikir

masyarakatnya

tentang

pentingnya

pariwisata

bagi

perkembangan daerah dan potensi yang bisa digali dari hal tersebut. Begitu juga dengan
masyarakatnya, harus mampu dan mau untuk dikoordinasikan dan turut serta dalam
pengembangan tersebut dan memulainya dari hal kecil saja, yaitu membuang sampah pada
tempatnya.

Namun faktanya walaupun kota Berastagi merupakan salah satu daerah wisata yang
paling banyak dikunjungi di Kabupaten Karo tapi daerah ini belum berkembang seperti
bagaimana

yang diharapkan. Tingkat

kesadaran yang dimiliki

pemerintah serta

masyarakatnya masih rendah dan belum menunjukkan mental daerah pariwisata. Kebersihan
di kota Berastagi masih memprihatinkan, banyak sampah yang masih berserakan, kotorankotoran kendaraan tradisional kota Berastagi (Sado) masih berceceran di jalanan, masyarakat
yang kurang ramah terhadap pendatang, fasilitas-fasilitas umum milik pemerintah yang tidak
terawat sebagaimana mestinya. Kurang baiknya kesiapan masyarakat dalam menerima
pengunjung yang datang akan menimbulkan rasa kekecewaan dalam diri pengunjung
tersebut, otomatis pengunjung tersebut akan enggan untuk datang berkunjung untuk yang
kedua kalinya. Lebih parahnya lagi pengunjung-pengunjung tersebut akan berbagi
pengalaman kepada kerabat-kerabatnya tentang ketidaksiapan kota Berastagi dalam
menerima pengunjung yang akan berdampak pada menurunnya niat wisatawan untuk
berkunjung.
Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah sehingga keberadaan daerah wisata,
kesiapan masyarakat, pengelolaan dan pengembangan dapat diperbaiki dan diperbaharui
secara berkala. Sebagaimana yang dikemukakan dan dijelaskan diatas, untuk mendukung
pengembangan sektor pariwisata diperlukan kesiapan warga masyarakat dan sumber daya
manusia yang memadai, karena hal ini mempunyai peranan penting untuk meningkatkan
daerah wisata tersebut. Karena itu penulis tertarik untuk melalukan penelitian dengan judul
“Kesiapan Masyarakat Terhadap Perkembangan Bukit Gundaling Sebagai Objek Wisata”.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam latar belakang masalah, maka penelitian
ini dapat diidentifikasi suatu masalah yang terkait dengan judul di atas, yaitu ;
a.

Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata yang dimiliki oleh objek wisata
Bukit Gundaling masih dapat dikatakan belum memadai, memang sebagian fasilitas
sudah memiliki standart yang baik, seperti hotel, rumah makan, dll. Namun untuk sarana
dan prasarana penunjang lainnya masih belum, katakanlah seperti alat penerangan,
rambu petunjuk arah jalan, transportasi, pusat informasi dan layanan publik, fasilitas
umum seperti kamar mandi, telp umum, dll.

b.

Sumber daya alam yang masih belum dikelola dengan baik, baik itu yang dikelola oleh
pemerintah daerah maupun yang dikelola oleh swasta atau masyarakat sekitar objek
wisata Bukit Gundaling.

c.

Tingkat sadar wisata yang masih kurang baik di masyarakat yang tinggal disekitar Bukit
Gundaling baik itu yang memiliki mata pencaharian utama melalui pariwisata, maupun
yang memiliki mata pencaharian utama bukan melalui pariwisata.

d.

Kurangnya kebersihan dan kerapian Bukit Gundaling jika disebut sebagai suatu daerah
objek wisata.

e.

Promosi yang dilakukan baik oleh pemerintah dan masyarakat untuk memperkenalkan
objek wisata Bukit Gundaling masih kurang, justru malah para pengunjunglah yang
mempromosikan Bukit Gundaling itu sendiri dengan cara menuliskan pengalamannya
selama berada di Bukit Gundaling di Internet.

f.

Peran serta dinas pariwisata setempat yang belum terlihat mampu mengembangkan
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Bukit Gundaling.

C. Batasan Masalah

Cakupan masalah yang berkaitan dengan kesiapan masyarakat wisata Bukit
Gundaling sangat luas. Hal ini disebabkan karena kesiapan masyarakat tersebut dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri masyarakat (internal) maupun yang
berasal dari luar diri masyarakat (eksternal). Oleh karena luasnya masalah yang bisa muncul,
maka peneliti membatasi permasalahan yang diteliti hanya pada “Kesiapan Masyarakat
Sekitar Bukit Gundaling Terhadap Bukit Gundaling Sebagai Objek Wisata di Kota Berastagi
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.”
Subjek penelitian akan melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata
Bukit Gundaling dan akan melibatkan wisatawan yang datang berkunjung sebagai tolak
ukurnya, tidak mencakup keseluruhan dari masyarakat Kota Berastagi dan aspek-aspek
lainnya yang dimiliki oleh Bukit Gundaling sebagai sebuah objek wisata. Dan dalam
penelitian ini kesiapan masyarakat tersebut dibatasi pada ranah kognitif pada pokok bahasan
kesiapan masyarakat dari segi fisik daerah, segi sosial, segi budaya dan kesiapan masyarakat
dari segi mental.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang terdapat di atas,
maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini menjadi “Bagaimana Kesiapan
Masyarakat Bukit Gundaling Sebagai Tuan Rumah Daerah Objek Wisata Bukit Gundaling?”

E. Tujuan Penelitian
Tentunya setiap pekerjaan yang dilakukan memiliki tujuan dan manfaat tersendiri,
baik bagi yang melakukan sendiri maupun yang tidak. Begitu juga dengan penelitian ini,
untuk memberikan arah pelaksanaan penulisan ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah ;
untuk mengetahui kesiapan masyarakat Bukit Gundaling sebagai tuan rumah objek wisata
Bukit Gundaling di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yang bisa diperoleh adalah :
1. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah
setempat khususnya Dinas Pariwisata bagaimana kesiapan suatu kelompok masyarakat
disekitar objek wisata dan menjadikannya sebagai bahan acuan dalam mengambil kebijakan
pengembangan pariwisata dalam upaya meningkatkan pemasukan daerah dan kesejahteraan
masyarakat.
2. Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu sumbangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga
menambah wawasan khususnya pada pengembangan daerah pariwisata dan sebagai bahan
masukan bagi UNIMED untuk membuat penulisan karya ilmiah tentang pariwisata disuatu
daerah agar mempermudah seorang pendidik maupun yang didik dalam membuat karya
ilmiah di masa yang akan datang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Kesiapan Masyarakat Bukit
Gundaling Terhadap Bukit Gundaling Sebagai Objek Wisata di Kota Berastagi
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari penelitian yang dilakukan, kesiapan yang memiliki nilai positif paling
tinggi

adalah

kesiapan

budaya

(

81.75

%

)

namun

untuk

menyelenggarakan kegiatan pariwisata, kesiapan budaya masyarakat
bukanlah satu-satunya hal yang perlu disiapkan.
2. Nilai positif yang paling rendah terdapat pada segi kesiapan fisik daerah,
yaitu 62.75 %. Nilai tersebut memang tidak buruk, namun terasa sangat
pas – pasan untuk mengadakan kegiatan pariwisata.
3. Kesiapan yang paling tinggi memberikan nilai negatif adalah kesiapan
mental masyarakat yang mencapai 28.83 %. Mental masyarakat adalah
salah satu masalah yang paling mendasar dalam pengadaan kegiatan
pariwisata.
4. Secara keseluruhan kesiapan masyarakat Bukit Gundaling dinilai baik
(71.06% nilai positif) namun yang menjadi masalah utama adalah belum
keseluruhan masyarakat Bukit Gundaling sadar wisata, hanya sebagian
masyarakat yang menjadikan pariwisata sebagai penghasilan utama saja.

1

2

B. Saran
Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan pada penelitian ini, maka
peneliti mencoba membuat beberapa saran yang dikemukakan sebagai berikut :
1. Hendaknya fisik daerah seperti sarana dan prasarana dipugar dan seluruh
lapisan masyarakat Bukit Gundaling sadar, merawat dan menjaganya, serta
penataan letak bangunan dan sarana pendukung lainnya agar ditempatkan
pada tempat yang tepat dan dijaga.
2. Masyarakat Bukit Gundaling baik itu yang menjadikan pariwisata sebagai
penghasilan utama maupun yang tidak menjadikan pariwisata menjadi
penghasilan utama agar sadar bahwa banyak orang datang ke Bukit
Gundaling karena Bukit Gundaling adalah sebuah objek wisata yang
memiliki nilai keindahan dan kepuasan yang juga bisa mendongkrak
ekonomi masyarakat. Oleh karena itu Masyarakat Bukit Gundaling
hendaknya sadar wisata dengan mencerminkan sikap, perilaku dan
kebiasaan yang baik kepada setiap orang.
3. Pemerintah setempat agar lebih offensive dalam menggalakkan kegiatan
pariwisata di Bukit Gundaling. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memugar segala sarana dan prasarana pariwisata yang ada di Bukit
Gundaling, menata ulang ruang lingkup dan tata letak sarana pendukung
lainnya agar terlihat rapi dan indah, serta membantu menyadarkan dan
mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam meningkatkan kegiatan
pariwisata dengan cara mengajarkan sadar wisata bagi masyarakat sekitar
Bukit Gundaling.