PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

(1)

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

(Single Subject Research pada Anak Tunagrahita Ringankelas V SDN II Sanding Garut)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

INDRI KHAROLINA 0901601

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

(Single Subject Research pada Anak Tunagrahita Ringankelas V SDN II Sanding Garut)

Oleh Indri Kharolina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Indri Kharolina 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

INDRI KHAROLINA 0901601

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd. NIP: 19520215 198301 1 001

Pembimbing II

Dr. Iding Tarsidi, M.Pd. NIP: 19660104 199301 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd.


(4)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Indri Kharolina, 0901601, Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI 2014) Kemampuan membaca permulaan merupakan kemampuan anak yang harus dikuasai pada saat usia SD tingkat kelas 1 atau II. Subjek dalam penelitian ini dilakukan pada satu subjek anak tunagrahita ringan berinisial AG dengan MA 7 tahun dan CA 11 tahun, subjek duduk di kelas V SDN II Sanding- Garut. Subjek memiliki kemampuan membaca permulaan yang rendah sehingga masih terdapat suku kata, kata, kalimat sederhana yang masih salah. Oleh karena itu diperlukan sebuah metode yang dapat membantu guru untuk meningkatkan kemampuan anak dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Metode suku kata dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran dalam mengajarkan kemampuan membaca permulaan anak, karena metode suku kata merupakan metode pembelajaran yang dimulai dari gabungan suku kata, diurai menjadi huruf kemudian digabungkan kembali menjadi suku kata, begitu pula dengan kata dan kalimat sederhana. Sehingga anak dapat lebih mengingat setiap suku kata, kata, dan kalimat sederhana yang dibaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode suku kata terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan pendekatan Single Subject

Research dengan menggunakan desain A-B-A. Penyajian data diolah dan

dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan metode suku kata dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan (AG). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan mean level target behaviour subjek (AG) yaitu sebesar 51,75%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan subjek mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari hasil mean level. Peneliti merekomendasikan penggunaan metode suku kata agar dapat digunakan sebagai metode pembelajaran oleh guru di kelas. Peneliti juga mengharapkan diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode suku kata pada subjek yang lebih banyak, tentunya dengan materi yang lebih luas, serta penyajian metode yang lebih menarik sehingga anak tidak mudah merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.

Kata kunci: Anak tunagrahita ringan, Metode suku kata, Kemampuan membaca permulaan.


(5)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan


(6)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Anak Tunagrahita ... 5

a. Pengertian ... 5

b. Klasifikasi ... 9

2. Metode Suku Kata ... 11

a. Pengertian ... 11

b. Langkah-langkah Metode Suku Kata ... 12

c. Keunggulan Metode Suku Kata ... 13

3. Membaca ... 13

a. Pengertian ... 13

b. Klasifikasi Membaca ... 14

c. Membaca Permulaan ... 15

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 17


(7)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas ... 20

2. Variabel Terikat ... 22

B. Metode Penelitian ... 22

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian ... 27

2. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3. Uji Coba Instrumen ... 29

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

DAFTAR LAMPIRAN ... x

Lampiran I Kisi-kisi dan Instrumen Lampiran II Data Hasil Expert Judgement Lampiran III Rencana Pelaksanaan Pembeelajaran (RPP) Lampiran IV Hasil Penelitian Lampiran V Jadwal Penelitian Lampiran VI Dokumentasi Lampiran VII Kartu Bimbingan Lampiran VIII Surat-surat RIWAYAT HIDUP ... xi


(8)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Klasifikasi Anak Tunagrahita berdasar Derajat Keterbelakangannya ... 11

3.1 Langkah-langkah Interensi sesuai RPP ... 25

3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Membaca Permulan ... 27

4.1 Hasil Pencatatan Skor AG pada Baseline 1(A1)...34

4.2 Data Hasil Presentase A1 Kemampuan Membaca Permulaan AG ... 35

4.3. Hasil Pencatatan Skor AG pada Fase Intervensi (B)... 37

4.4. Data Hasil Persentase Intervensi Kemampuan Membaca Permulaan .... 37

4.5. Pencatatan Skor Perolehan AG pada Fase Baseline 2 (A-2) ... 39

4.6. Data Hasil Persentase Baseline 2 (A-2) Membaca Permulaan pada AG 39 4.7. Panjang Kondisi Kemampuan Membaca Permulaan ... 41

4.8. Data Estimasi Kecenderungan Arah ... 43

4.9. Data Kecenderungan Stabilitas ... 45

4.10. Jejak Data ... 45

4.11. Hasil Level dan Stabilitas ... 45

4.12. Data Perubahan Level ... 46

4.13. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 46

4.14. Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 47

4.15. Data Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 47

4.16. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 47

4.17. Data Perubahan Level ... 48


(9)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

3.1. Prosedur Dasar Desain A-B-A ... 23

4.1. Kemampuan Membaca Permulaan Fase Baseline 1 (A-1) ... 36

4.2. Kemampuan Membaca Permulaan Fase Intervensi (B) ... 38

4.3. kemampuan Membaca Permulaan pada Fase Baseline 2 (A-2) ...40

4.4. Hasil Perkembangan Kemampuan Membaca Permulaan Subjek Penelitian pada Kondisi Baseline 1 (A-1), Intervensi (B), dan - Baseline 2 (A-2)...41

4.5. Estimasi Kecenderungan Arah Membaca Permulaan pada Kondisi Baseline 1 (A-1), Intervensi (B), Baseline 2(A-2) ... 42

4.6. Overlap Tahap Baseline 1 (A-1) ke Tahap Intervensi (B) ... 49

4.7. Overlap tahap Intervensi (B) ke Tahap Baseline 2 (A-2) ... 50

4.8. Perkembangan Mean Level Kemampuan Membaca Permulaan pada Setiap Fase... .... 52


(10)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kisi-kisi dan Instrumen

Lampiran II Data Hasil Expert Judgement

Lampiran III Rencana Pelaksanaan Pembeelajaran (RPP) Lampiran IV Hasil Penelitian

Lampiran V Jadwal Penelitian Lampiran VI Dokumentasi Lampiran VII Kartu Bimbingan Lampiran VIII Surat-surat


(11)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang, tanpa terkecuali anak-anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Mereka merupakan peserta didik yang memerlukan layanan pendidikan khusus. Paradigma pengelolaan pendidikan luar biasa telah mengalami perubahan sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 wilayah penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa mencakup aspek yang lebih luas, yakni pelayanan pendidikan kepada mereka yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial, warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Sebutan untuk pendidikan Luar Biasa dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 telah diperluas menjadi Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK). Landasan paedagogis, pengelolaan pendidikan anak tunagrahita menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003: 12).

Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambata atau keterlambatan dalam perkembangan mental disertai ketidak mampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikandiri sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus.(Hidayat dkk.,2006:10).

Salah satu masalah pada anak tunagrahita berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia diharapkan anak tunagrahita dapat mengikuti dengan anak seusianya. Dalam proses kegiatan belajar membaca selain melibatkan pendidik dan siswa secara langsung, juga dalam suatu proses pembelajaran diperlukan adanya sarana dan prasarana yang


(12)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memadai, penggunaan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa, serta situasi dan kondisi lingkungan yang mendukung ketercapaian tujuan pendidikan.

Sebagaimana telah diketahui bahwa anak tunagrahita dalam kegiatan membaca permulaan perlu ditingkatkan karena merupakan kamampuan pokok yang diperlukan siswa sejak belajar pada pendidikan dasar. Meningkatkan keaktifan siswa di dalam membaca permulaan pada pelajaran bahasa Indonesia yaitu menambah variasi motode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sebagai alternatif pilihan pembelajaran yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar. Metode yang akan diuji coba untuk diterapkan pada anak tunagrahita ringan dikelas V SDN II Sanding Garut adalah metode suku kata.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan dengan cara asesmen terkait kemampuan membaca permulaan subjek, serta wawancara terhadap guru kelas di sekolah yang bersangkutan. Pengalaman peneliti dilapangan, menemukan seorang anak tunagrahita ringan yang berada di lingkungan Sekolah Dasar Reguler dengan metode pembelajaran yang masih klasikal, yakni metode pembelajaran yang disamakan dengan kebutuhan anak-anak seusianya yang mamiliki IQ diatas rata-rata, khususnya pada metode pembelajaran membaca permulaan. Metode suku kata merupakan metode yang tepat untuk diujicobakan pada anak tunagrahita ringan dikelas V SDN II Sanding, Garut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti bertujuan untuk meneliti lebih jauh penggunaan metode suku kata dalam meningkatkan membaca permulaan. Oleh karena itu judul peneliti adalah “Penerapan Metode Suku Kata dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunagrahita Ringan Dikelas V SDN II Sanding Garut.”

B. Identifikasi Masalah

Anak Tunagrahita Ringan memiliki berbagai hambatan yang sangat berpengaruh pada saat proses pembelajaran. Secara khusus, masalah-masalah yang dihadapi oleh subjek yang berkaitan dengan kemampuan membacanya adalah sebagai berikut:


(13)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Metode pembelajaran membaca yang kurang tepat dilaksanakan bagi anak tunagrahita yang berada diantara anak-anak yang memiliki IQ rata-rata dan diatas rata-rata.

2. Belum dilaksanakannya program pembelajaran yang diindividualisasikan pada siswa tunagrahita ringan yang memiliki hambatan secara akademik dibandingkan siswa sekelasnya.

3. Kurangnya fasilitas media yang ada disekolah SDN II Sanding Garut, untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang dikhususkan untuk satu-satunya anak tunagrahita ringan yang ada disekolah itu.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu penerapan metode suku kata dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan di SDN II Sanding Garut. Hal tersebut berdasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan dengan cara asesmen terkait kemampuan membaca permulaan subjek, serta wawancara terhadap guru kelas di sekolah yang bersangkutan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan metode suku kata dalam meningkakan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan dikelas V SDN II Sanding Garut?”

E. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

Memperoleh data tentang pengaruh metode suku kata dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan kelas V SDN II Sanding Garut


(14)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Bagi guru

Memberikan informasi bagi guru Bahasa Indonesia tentang penggunaan metode pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran membaca permulaan. Manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2) Bagi sekolah

Memberikan informasi bagi sekolah yang bersangkutan tentang metode pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran membaca permulaan di sekolah tersebut, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, dapat dijadikan umpan balik dan pihak sekolah dapat menentukan kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran.


(15)

20

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 60) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah metode suku kata.

a. Definisi konseptual

Metode suku kata dimulai dengan pengenalan beberapa suku kata, setelah siswa mampu membacanya suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata-kata. Metode ini anak mampu belajar mengenali huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata yang diperkenalkan ke dalam unsur-unsur huruf. (Akhdiyah dkk., 1992)

Proses operasionalnya Penerapan metode suku kata menggunakan langkah-langkah sebagai berikut; guru memperlihatkan suku kata, menguraikan suku kata menjadi huruf, menggabungkan huruf menjadi suku kata . Misalnya: bu – ku, lalu diurai menjadi huruf b – u – k – u, kemudian digabungkan kembali menjadi suku kata bu – ku, begitu pula dengan tahap membaca kata dan kalimat sederhana.

b. Definisi operasional

Metode suku kata akan diterapkan pada seorang anak tuagrahita ringan di SDN II Sanding Garut. Dimana penggunaan metode suku kata dalam pelaksanaannya dilakukan dilapangan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menunjukan suku kata berpola KV pada anak

2) Mengajarkan cara membaca suku kata sesuai intonasi


(16)

21

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Kemudian menguraikan suku kata tersebut menjadi huruf dan mengajarkan cara membaca huruf dengan benar

4) Merangkaikan kembali huruf menjadi suku kata kemudian membaca jkembali suku kata sesuai intonasi

5) Menunjukan kata berpola KV-KV pada anak dan mengajarkan anak membaca kata dengan cara yang benar.

6) Meminta anak untuk mengulang kembali membaca kata tersebut.

7) Mengupas kata berpola KV-KV manjadi suku kata dan mengajarkan anak membaca suku kata yang benar.

8) Meminta anak untuk mengulang kembali dalam membaca suku kata.

9) Menguraikan suku kata menjadi huruf dan mengajarkan anak membaca huruf dengan intonasi yang tepat.

10)Meminta anak untuk mengulang membaca bunyi dari setiap huruf.

11)Menggabungkan kembali huruf-huruf menjadi suku kata dan mengajarkan kembali cara membaca suku kata.

12)Meminta anak untuk mebaca ulang suku kata tersebut.

13)Menggabungkan kembali suku kata menjadi kata dan mengajarkan kembali cara membaca kata tersebut.

14)Meminta anak membaca kata dengan benar.

15)Langkah yang sama mengajarakan anak membaca kalimat sederhana dari susunan kata yang berpola KV-KV, mengurai menjadi kata, lalu mengurai

ba

b

a

b

a


(17)

22

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suku kata, huruf, kemudian menggabungkan kembali menjadi suku kata, kata, lalu menjadi kalimat sederhana berpola KV-KV.

2. Variabel terikat adalah kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

a. Definisi konseptual.

Membaca permulaan anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut:

Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan.

Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan ketrampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis.

Membaca permulaan dianggap sebagai membaca tingkat dasar. Hal ini lebih mengutamakan kegiatan jasamani atau fisik. Kesanggupan menyuarakan lambang-lambang bahasa tulis serta menangkap makna yang berada dibalik lambang-lambang tersebut adalah sebagian kegiatan yang dilakukannya. Membaca permulaan dibagi menjadi membaca permulaan abjad-suku kata, dan membaca kata-kalimat. Variabel terikat yang dikhususkan oleh peneliti yaitu membaca kata-kalimat.


(18)

23

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Definisi operasional yaitu kemampuan membaca permulaan mencakup membaca suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Dengan demikian diharapkan siswa mampu menguraikan suku kata menjadi huruf kemudian menggabungkan kembali menjadi suku kata, begitu pula dengan membaca kata dan kalimat sederhana.

B. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau pemecahan penelitian yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. “Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2011: 107). Dari pengertian metode eksperimen diatas dapat disimpulakan bahwa penelitian eksperimen menurut saya adalah suatu proses pengumpulan informasi dimana data yang akan diproses belum ada sebelumnya, sehingga dalam penelitian ini menuntut adanya suatu perlakuan atau intervensi untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan metode ekperimen dengan subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR) desain A-B-A. Desain ini digunakan untuk mengecek dan mengetahui, memverifikasi hipotesis tentang ada tidaknya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan di kelas V SDN II Sanding Garut.

Desain penelitian yang digunakan dengan menggunakan desain A-B-A, yang artinya desain A-B-A memberikan suatu hubungan sebab akibat diantaranya variabel bebas dengan variabel terikat. Desain ini juga bertujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan terhadap variabel tertentu yang diberikan. “Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B, desain A-B-A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat antara variabel terikat dan variabel bebas” (Sunanto, 2005: 61). Desain A-B-A terdapat tiga tahapan antara lain Baseline-1 (A1),


(19)

24

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Intervensi (B), Baseline-2 (A2). Secara visual desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:

Grafik 3.1 Prosedur Desain A-B-A

(Sunanto, dkk. 2006:45)

Keterangan: 1. A = Baseline 1

Baseline 1 (A1) adalah kondisi awal kemampuan subjek dalam membaca

permulaan menggunakan tes lisan sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Pada fase ini, peneliti memberikan tes mencakup membaca suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Pengukuran fase baseline 1 dilakukan dengan empat sesi, , dimana masing-masing dilakukan pada hari berbeda dengan periode 30 menit. setiap sesi dilakukan dalam tiga topik materi. Dengan penjabaran kegiatan sebagai berikut: a. Pertama, untuk mengukur kemampuan anak dalam membaca suku kata berpola

KV.

b. Kedua, untuk mengukur kemampuan anak dalam membaca permulaan yaitu membaca kata dengan melihat kemampuan anak membaca kata dengan pola KV-KV.

c. Ketiga, untuk mengukur kemampuan anak dalam membaca permulaan mengenai kalimat sederhana.

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 SESI

A1


(20)

25

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengukuran pada fase ini anak tidak diberikan materi terlebih dahulu dengan menggunakan metode suku kata akan tetapi langsung diberikan tes. Hal ini diberikan agar anak menjawab sesuai dengan kemampuannya yang merupakan kemampuan awal subjek penelitian. Tes yang diberikan merupakan tes lisan yang diamati oleh peneliti. Pertama peneliti menunjukan suku kata pada kertas, lalu meminta anak untuk membacanya, seperti itu seterusnya hingga dapat diketahui skor perolehan anak mencakup membaca suku kata, kata, dan kalimat.

2. B = Treatment / Intervensi

Intervensi merupakan kondisi kemampuan subjek dalam membaca permulaan mencakup membaca suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Perlakuan atau intervensi diberikan sejak data pada baseline 1 (A1) cenderung stabil dan sampai data stabil yaitu dengan menggunakan metode suku kata sebanyak delapan sesi.

Intervensi dilakukan selama 60 menit setiap sesi, dimana subjek mendapatkan pembelajaran berulang-ulang dengan menggunakan metode suku kata

dan di hari berikutnya dilakukan evaluasi dengan cara memberikan tes kepada subjek penelitian. Setelah semua soal dibacakan, skor jawaban yang diperoleh subjek dibagi jumlah seluruh butir soal lalu dikalikan 100%. Langkah-langkah intervensi dilakukan berdasarkan RPP yang telah dibuat. Yakni nsebagai berikut:

Tabel 3.1

Langkah-langkah Intervensi sesuai RPP

Waktu Kegiatan

Peneliti Siswa

5 menit Kegiatan awal:

1) Mengkondisikan siswa di dalam ruang kelas khusus

2) Berdo’a dan mengucapkan salam

3) Melakukan apersepsi dengan menunjukan gambar

1) Bersiap untuk belajar

2) Berdo’a dan menjawab salam

3) Menjawab nama gambar yang ditunjukan


(21)

26

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Menunjukan suku kata berpola KV pada anak

2) Mengajarkan cara membaca suku kata sesuai intonasi

3) Kemudian menguraikan suku kata tersebut menjadi huruf dan mengajarkan cara membaca huruf dengan benar

4) Merangkaikan kembali huruf menjadi suku kata kemudian membaca jkembali suku kata sesuai intonasi

5) Menunjukan kata berpola KV-KV pada anak dan mengajarkan anak membaca kata dengan cara yang benar.

6) Meminta anak untuk mengulang kembali membaca kata tersebut. 7) Mengupas kata berpola KV-KV manjadi suku kata dan

mengajarkan anak membaca suku kata yang benar.

8) Meminta anak untuk mengulang kembali dalam membaca suku kata.

9) Menguraikan suku kata menjadi huruf dan mengajarkan anak membaca huruf dengan intonasi yang tepat.

10)Meminta anak untuk mengulang membaca bunyi dari setiap huruf.

11)Menggabungkan kembali huruf-huruf menjadi suku kata dan mengajarkan kembali cara membaca suku kata.

ba

ba

b

a

b

a


(22)

27

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12)Meminta anak untuk mebaca ulang suku kata tersebut.

13)Menggabungkan kembali suku kata menjadi kata dan mengajarkan kembali cara membaca kata tersebut.

14)Meminta anak membaca kata dengan benar.

15)Langkah yang sama mengajarakan anak membaca kalimat sederhana dari susunan kata yang berpola KV-KV, mengurai menjadi kata, lalu mengurai suku kata, huruf, kemudian menggabungkan kembali menjadi suku kata, kata, lalu menjadi kalimat sederhana berpola KV-KV.

15 menit Kegiatan akhir:

1) menyimpulkan materi yang telah diberikan

2) mengadakan evaluasi

3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

4) Berdo’a bersama

1) Memperhatikan kesimpulan materi dari peneliti

2) Melakukan evaluasi

3) Menerima umpan balik dari peneliti

4) Berdo’a bersama

3. A2 = Baseline 2

Pada fase ini, peneliti melakukan kembali tes seperti pada baseline (A2) sebanyak empat sesi. Dengan prosedur dan pelaksanaan tes yang sama., diharapkan dapat ditarik kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian yang teloah dilakukan. Sehingga penelitian tersebut dapat menjawab berhasil atau tidaknya variabel bebas dalam hal ini metode suku kata dalam meningkatkan variabel terikat, yakni kemampuan membaca permulaan (suku kata, kata, kalimat sederhana) pada subjek penelitian., melalui pengolahan data dati data yang telah didapat selama pelaksanaan penelitian tersebut.


(23)

28

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang siswa berinisial AG kelas V SDN II Sanding Garut dengan hambatan sebagai anak yang mengalami retardasi mental ringan. Hal ini mengakibatkan subjek mengalami gangguan dalam aspek akademisnya terutama dalam kemampuan membaca permulaan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN II Sanding Garut, alamatnnya Kp. Sukabatu, Ds. Sanding, Kecamatan Malangbong, kab. Garut.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Instrumen pada penelitian ini adalah tes lisan mengenai kemampuan siswa dalam membaca permulaan kata-kalimat. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian sebagai berikut: a. Membuat kisi-kisi istrumen keterampilan membaca permulaan.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Membaca Permulaan

Aspek Komponen Indikator Jumlah

Butir Soal Jumlah Skor Maksimal Membaca Permulaan 1. Membaca suku kata

Suku kata berpola KV (Konsonan-Vokal)

10 20

2. Membaca kata

Kata berpola Konsonan-Vokal-konsonan-Vokal (KV-KV)

10 40

3. Membaca kalimat

Kalimat sederhana yang terdiri dari 3 kata

10 40

JUMLAH 30 100

b. Membuat butir soal

Butir soal berupa tes lisan sebanyak 30 soal. c. Membuat kriteria penilaian


(24)

29

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria penilaian merupakan panduan dalam menentukan besar kecilnya skor yang diperoleh anak dalam membaca permulaan sehingga dapat diproses lebih lanjut. Dengan kriteria penilaian sebagai beriku:

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Penyusunan RPP disusun dengan kisi-kisi yaitu mengacu pada pembelajaran yang diindividualisasikan sesuai dengan kebutuhan siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Kriteriria Penilaian membaca suku kata:

 Diberi nilai 2 jika siswa mampu tanpa bantuan

 Diberi nilai 1 jika anak mampu dengan bantuan

 Diberi nilai 0 jika anak tidak mampu

Kriteriria Penilaian membaca kata:

 Diberi nilai 4 jika siswa mampu membaca kata dengan lancar

 Diberi nilai 3 jika siswa mampu membaca kata dengan mengeja per suku kata

 Diberi nilai 2 jika siswa mampu membaca kata huruf demi huruf

 Diberi nilai 1 jika huruf yang disebutkan tidak lengkap

 Diberi nilai 0 jika anak tidak mampu Kriteriria Penilaian membaca kata:

 Diberi nilai 4 jika siswa mampu membaca kata dengan lancar

 Diberi nilai 3 jika siswa mampu membaca kata dengan mengeja per suku kata

 Diberi nilai 2 jika siswa mampu membaca kata huruf demi huruf

 Diberi nilai 1 jika huruf yang disebutkan tidak lengkap


(25)

30

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa data yang diperlukan dalam penelitian dapat diperoleh. Kaitannya dalam hal tersebut, serta dengan melihat konsep analitis dalam penelitian ini, maka sumber data yang diperoleh didapatkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes, yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes juga merupakan cara pengumpulan data melalui sejumlah soal mengenai materi yang telah dipelajari oleh siswa dan disampaikan kepada siswa selaku responden secara lisan. Pengolahan data untuk mengukur kemampuan membaca permulaan siswa diolah secara kuantitatif. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data subjek sebelum mendapat intervensi (A1), saat mendapatkan intervensi (B) dan data setelah mendapatkan intervensi (A2).

Soal tes yang diberikan meliputi tes kemampuan membaca kata dengan kriteria 0-2, membaca kata 0-4, dan membaca kalimat sederhana 0-4. Melalui desain A-B-Apeneliti akan mendapatkan data berupa pencatatan persentase. Yakni pencatatan jumlah jawaban benar dari suatu tes dibandingkan dengan keseluruhan jumlah soal tes kemudian dikalikan 100 %.

3. Uji Coba Instrumen a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. (Arikunto, 2010:211). Merujuk pada pendapat tersebut, maka validitas merupakan ukuran ketepatan sebuah instrumen dalam mengukur data agar data yang terkumpul tidak menyimpang.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dimana sebelum diujicobakan instrumen tersebut dikonsultasikan dengan para ahli atau melalui proses expert-judgement yaitu dosen PLB dan guru yang ada dilapangan, juga kepala sekolah SDN II Sanding Garut.

Hasil exper-judgement dikatakan valid jika diperoleh skor diatas 50%. Perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P=


(26)

31

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan: P = Presentase

F = Jumlah instrumen yang cocok N = Jumlah penilai

Kriteria kevalidan butir soal:

 Valid = = 100%

 Cukup valid = = 66,6%

 Kurang valid = = 33,3%

 Tidak valid = = 0%

E. Teknik Pengolahan data dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam bentuk statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Setelah itu dituangkan dalam bentuk grafik agar dapat memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen sebelum diberiken perlakuan disaat diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi. Bentuk grafik yang akan digunakan berupa grafik garis.

Menurut Sunanto (2005: 93-103) ada dua cara dalam menganalisis data yang telah di dapat, yaitu analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.

1. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi yakni analisis perubahan data dalam kondisi

baseline atau intervensi. Komponennya meliputi:

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya data dalam kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai menunjukan stabilitas dan arah yang jelas.


(27)

32

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu metode tangan bebas (freehand) dan metode belah tengah (split

middle). Bila menggunakan metode freehand, cara yang digunakan yaitu menarik

garis lurus yang membagi data point (sesi) pada suatu kondisi menjadi dua bagian sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. Sedangkan bila menggunakan metode split middle yaitu dengan cara membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdaarkan median.

c. Kecenderungan Stabilitas

Kecenderungan stabilitas dapat menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.

d. Kecenderungan jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Kesimpulan mengenal hal ini sama dengan yang ditunjukkan oleh analisis pada kecenderungan arah.

e. Level Stabilitas dan rentang

Rentang merupakan jarak antara pertama dengan data terakhir pada suatu kondisi yang dapat memberikan sebuah informasi. Informasi yang didapat akan sama dengan informasi dari hasil analisis mengenai perubahan level (level

change).


(28)

33

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perubahan level dapat menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun data antarkondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Sementara tingkat perubahan data antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya.

2. Analisis antar Kondisi

Analisis data antar kondisi dilakukan untuk melihat perubahan data antar kondisi, misalnya peneliti akan menganalisis perubahan data antar kondisi baseline dengan kondisi intervensi. Jadi sebelum melakukan analisis, peneliti harus menentukan terlebih dahulu kondisi mana yang akan dibandingkan. Untuk dapat mengetahui perubahan data antar kondisi tersebut, maka harus dilakukan analisis dari komponen-komponen berikut:

a. Variabel yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antarkondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi baseline dengan kondisi intervensi dapat menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran yang disebabkan oleh intervensi. Secara garis besar perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi ini kemungkinannya adalah (a) mendatar ke mendatar, (b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke menurun, (d) menaik ke menaik, (e) menaik ke mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke mendatar, (i) menurun ke menurun.

c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya

Dari perubahan kecenderungan stabilitas antar kondisi dapat dilihat efek atau pengaruh intervensi yang diberikan. Hal itu terlihat dari stabil atau tidaknya data yang terdapat pada kondisi baseline dan data pada kondisi intervensi. Data yang dapat dikatakan stabil bila menunjukkan arah mendatar, menarik, dan menurun yang konsisten.


(29)

34

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perubahan level data menunujkkan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada data kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya

(intervensi). Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan

perilaku akibat pengaruh intervensi. e. Data yang Tumpah Tindih (overlap)

Data overlap menunjukkan data tumpang tindih. Artinya terjadi data yang sama pada dua kondisi. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada dua kondisi tersebut. Semakin banyak data tumpang tindih, maka semakin menguat dugaan tidak adanya perubahan perilaku subjek pada kedua kondisi. Jika data pada kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih dari data pada kondisi intervensi, maka diketahui bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakini.


(30)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa metode suku kata pada penelitian yang dilakukan secara keseluruhan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tugnagrahita ringan yang menjadi subjek penelitian yaitu AG, (MA 7, dan CA 11, jadi IQ AG adalah 63,63). Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak setelah diberikan intervensi melalui metode suku kata, membaca permulaan yang diteliti mencakup membaca suku kata, membaca kata, dan membaca kalimat sederhana.

Peningkatan kemampuan membaca permulaan AG terlihat dari hasil keseluruhan penelitian pada setiap fase dari desain A-B-A:

1. Kemampuan awal membaca permulaan AG mencakup membaca suku kata, kata, kalimat sederhana dapat dikatakan rendah sebelum diberikan intervensi melalui metode suku kata.

2. Kemampuan AG dalam membaca permulaan (suku kata, kata, dan kalimat sederhana) terlihat meningkat setelah diberikan intervensi dengan metode suku kata, hal ini dapat dilihat dari peningkatan mean level yang diperoleh AG. Perbedaan mean level dari sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi yakni pada saat sebelum mean level yang diperoleh AG sebesar 22,75%, sedangkan sesudah mendapatkan intervensi melalui metode suku kata yakni sebesar 51,75%. 3. Terdapat pengaruh metode suku kata terhadap peningkatan kemampuan membaca

permulaan (mencakup membaca suku kata, kata, dan kalimat sederhana) pada anak tunagrahita ringan dengan subjek AG kelas V SDN II Sanding- Garut.


(31)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode pembelajaran merupakan salah faktor eksternal yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Melalui metode pembelajaran dapat ditemukan cara-cara agar materi yang disampaikan dapat dipahami siswa dengan baik. Penelitian ini telah mengujicoba metode suku kata yang merupakan metode alternatif untuk membantu keberhasilan proses pembelajaran membaca permulaan. Hasil penelitian yang di dapat, metode suku kata ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan. Melalui metode suku kata siswa dapat membaca suku kata, kata yang diurai menjadi suku kata kemudian kembali menjadi kata, begitupun dengan kalimat sederhana. Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dari itu peneliti merekomendasikan bagi:

1. Guru

Metode suku kata dapat dijadikan metode alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan mencakup suku kata, kata, dan kalimat sederhana bagi anak tunagrahita ringan yang berada disekolah berbasis inklusi. 2. Sekolah

Metode suku kata yang dilaksanakan di sekolah tentunya harus dikomunikasikan dengan orang tua, supaya pada saat siswa berada di rumah orang tua mampu memberikan pembelajaran membaca permulaan dengan metode yang mendukung.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang saya laksanakan pada satu subjek saja, dengan meteri yang kurang, serta media yang sederhana. Oleh karena itu, harapkan dapat menelaah lebih jauh tentang penerapan metode suku kata, peneliti juga hendaknya melaksanakan penelitian pada subjek yang lebih banyak, tentunya dengan materi yang lebih luas, serta penyajian metode yang lebih menarik sehingga anak tidak mudah merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.


(1)

31

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

P = Presentase

F = Jumlah instrumen yang cocok N = Jumlah penilai

Kriteria kevalidan butir soal:

 Valid = = 100%  Cukup valid = = 66,6%  Kurang valid = = 33,3%  Tidak valid = = 0%

E. Teknik Pengolahan data dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam bentuk statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Setelah itu dituangkan dalam bentuk grafik agar dapat memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen sebelum diberiken perlakuan disaat diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi. Bentuk grafik yang akan digunakan berupa grafik garis.

Menurut Sunanto (2005: 93-103) ada dua cara dalam menganalisis data yang telah di dapat, yaitu analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.

1. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi yakni analisis perubahan data dalam kondisi

baseline atau intervensi. Komponennya meliputi: a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya data dalam kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai menunjukan stabilitas dan arah yang jelas.


(2)

32

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu metode tangan bebas (freehand) dan metode belah tengah (split middle). Bila menggunakan metode freehand, cara yang digunakan yaitu menarik garis lurus yang membagi data point (sesi) pada suatu kondisi menjadi dua bagian sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. Sedangkan bila menggunakan metode split middle yaitu dengan cara membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdaarkan median.

c. Kecenderungan Stabilitas

Kecenderungan stabilitas dapat menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.

d. Kecenderungan jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Kesimpulan mengenal hal ini sama dengan yang ditunjukkan oleh analisis pada kecenderungan arah.

e. Level Stabilitas dan rentang

Rentang merupakan jarak antara pertama dengan data terakhir pada suatu kondisi yang dapat memberikan sebuah informasi. Informasi yang didapat akan sama dengan informasi dari hasil analisis mengenai perubahan level (level change).


(3)

33

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perubahan level dapat menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun data antarkondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Sementara tingkat perubahan data antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya.

2. Analisis antar Kondisi

Analisis data antar kondisi dilakukan untuk melihat perubahan data antar kondisi, misalnya peneliti akan menganalisis perubahan data antar kondisi baseline dengan kondisi intervensi. Jadi sebelum melakukan analisis, peneliti harus menentukan terlebih dahulu kondisi mana yang akan dibandingkan. Untuk dapat mengetahui perubahan data antar kondisi tersebut, maka harus dilakukan analisis dari komponen-komponen berikut:

a. Variabel yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antarkondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi baseline dengan kondisi intervensi dapat menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran yang disebabkan oleh intervensi. Secara garis besar perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi ini kemungkinannya adalah (a) mendatar ke mendatar, (b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke menurun, (d) menaik ke menaik, (e) menaik ke mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke mendatar, (i) menurun ke menurun.

c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya

Dari perubahan kecenderungan stabilitas antar kondisi dapat dilihat efek atau pengaruh intervensi yang diberikan. Hal itu terlihat dari stabil atau tidaknya data yang terdapat pada kondisi baseline dan data pada kondisi intervensi. Data yang dapat dikatakan stabil bila menunjukkan arah mendatar, menarik, dan menurun yang konsisten.


(4)

34

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perubahan level data menunujkkan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada data kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (intervensi). Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi.

e. Data yang Tumpah Tindih (overlap)

Data overlap menunjukkan data tumpang tindih. Artinya terjadi data yang sama pada dua kondisi. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada dua kondisi tersebut. Semakin banyak data tumpang tindih, maka semakin menguat dugaan tidak adanya perubahan perilaku subjek pada kedua kondisi. Jika data pada kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih dari data pada kondisi intervensi, maka diketahui bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakini.


(5)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa metode suku kata pada penelitian yang dilakukan secara keseluruhan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tugnagrahita ringan yang menjadi subjek penelitian yaitu AG, (MA 7, dan CA 11, jadi IQ AG adalah 63,63). Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak setelah diberikan intervensi melalui metode suku kata, membaca permulaan yang diteliti mencakup membaca suku kata, membaca kata, dan membaca kalimat sederhana.

Peningkatan kemampuan membaca permulaan AG terlihat dari hasil keseluruhan penelitian pada setiap fase dari desain A-B-A:

1. Kemampuan awal membaca permulaan AG mencakup membaca suku kata, kata, kalimat sederhana dapat dikatakan rendah sebelum diberikan intervensi melalui metode suku kata.

2. Kemampuan AG dalam membaca permulaan (suku kata, kata, dan kalimat sederhana) terlihat meningkat setelah diberikan intervensi dengan metode suku kata, hal ini dapat dilihat dari peningkatan mean level yang diperoleh AG. Perbedaan mean level dari sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi yakni pada saat sebelum mean level yang diperoleh AG sebesar 22,75%, sedangkan sesudah mendapatkan intervensi melalui metode suku kata yakni sebesar 51,75%. 3. Terdapat pengaruh metode suku kata terhadap peningkatan kemampuan membaca

permulaan (mencakup membaca suku kata, kata, dan kalimat sederhana) pada anak tunagrahita ringan dengan subjek AG kelas V SDN II Sanding- Garut.


(6)

Indri Kharolina, 2014

Penerapan Metode Suku Kata Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode pembelajaran merupakan salah faktor eksternal yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Melalui metode pembelajaran dapat ditemukan cara-cara agar materi yang disampaikan dapat dipahami siswa dengan baik. Penelitian ini telah mengujicoba metode suku kata yang merupakan metode alternatif untuk membantu keberhasilan proses pembelajaran membaca permulaan. Hasil penelitian yang di dapat, metode suku kata ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan. Melalui metode suku kata siswa dapat membaca suku kata, kata yang diurai menjadi suku kata kemudian kembali menjadi kata, begitupun dengan kalimat sederhana. Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dari itu peneliti merekomendasikan bagi:

1. Guru

Metode suku kata dapat dijadikan metode alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan mencakup suku kata, kata, dan kalimat sederhana bagi anak tunagrahita ringan yang berada disekolah berbasis inklusi. 2. Sekolah

Metode suku kata yang dilaksanakan di sekolah tentunya harus dikomunikasikan dengan orang tua, supaya pada saat siswa berada di rumah orang tua mampu memberikan pembelajaran membaca permulaan dengan metode yang mendukung.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang saya laksanakan pada satu subjek saja, dengan meteri yang kurang, serta media yang sederhana. Oleh karena itu, harapkan dapat menelaah lebih jauh tentang penerapan metode suku kata, peneliti juga hendaknya melaksanakan penelitian pada subjek yang lebih banyak, tentunya dengan materi yang lebih luas, serta penyajian metode yang lebih menarik sehingga anak tidak mudah merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS METODE FONETIKDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN Efektivitas Metode Fonetik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini.

0 3 15

EFEKTIVITAS METODE FONETIKDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN Efektivitas Metode Fonetik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini.

0 2 14

PENGGUNAAN PENDEKATAN LEARNING BY DOING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

3 7 37

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLBN TRITUNA SUBANG.

1 43 33

PENGARUH MEDIA KARTU KATA FOKUS WARNA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Single Subject Research (SSR) PadaSiswa SLB BC ARAS.

3 21 117

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI METODE KUPAS RANGKAI DENGAN TEKNIK REPOSISI BUNYI: Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Anak Tunagrahita Ringan.

1 3 35

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGRADASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB “SABILULUNGAN”.

0 1 51

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

5 13 24

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

4 6 51

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN - repository UPI S PLB 0901601 Title

0 0 3