METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

(1)

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Penelitian Eksperimen dengan Rancangan Subyek Tunggal di Kelas 5 SDLB Bandung Raya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh : Lia Muliasari NIM : 0909547

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh

Lia Muliasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lia Muliasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN LIA MULIASARI (0909547)

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Dra. Pudji Asri, M.Pd NIP. 19510326 197903 2 002

Pembimbing II

dr. Setyo Wahyu Wibowo, M. Kes NIP. 19691205 200112 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Lauar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Indonesia

Drs. Sunaryo, M.pd NIP. 19560722 198501 1 001


(4)

ABSTRAK

METODE MULTISENSORI MELALUI MEDIA PASIR

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Pada anak tunagrahita ringan kemampuan membaca itu sangat dibutuhkan, karena adanya hambatan dalam tingkat kecerdasan sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai kemampuan membaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode multisensori melalui media pasir untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Komponen yang diberikan lebih menekankan pada kata, suku kata, dan huruf dengan intonasi yang berbeda.

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak, karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai hal. Membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk ke kelas satu Sekolah Dasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen prosedur Single Subject Reseach (SSR) desain A-B-A¹. Baseline (A) dilakukan sebanyak empat sesi tanpa perlakuan, pada Intervensi (B) dilakukan sebanyak delapan sesi dengan menggunakan bantuan berupa media, dan pada Baseline (A¹) dilakukan sebanyak empat sesi yakni kemampuan yang dimiliki setelah diberikan intervensi. Dalam penelitian ini menggunakan satu subjek yang berinisial NRA, kelas V di SDLB Bandung Raya.

Dalam analisis diperoleh hasil kemampuan membaca subjek mengalami peningkatan, dapat dilihat hasil skor membaca sebelum intervensi dengan jumlah rata-rata sebanyak 47.1% dan setelah di intervensi jumlah rata-rata meningkat sebanyak 92.6%. Data tersebut mengindikasikan bahwa metode multisensori melalui media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada subjek.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ………..……… v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GRAFIK ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C. Rumusan Masalah ……… 4

D. Batasan Masalah ……….. 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………. 5

BAB II LANDASAN TEORI ……… 7

A. Konsep dasar Tunagrahita ……… 7

B. Definisi Multisensori ……….……….. 9

C. Definisi Membaca Permulaan ………... 11

D. Definisi Media ……….. 14

E. Penelitian yang Relevan ……… 16

F. Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian ………. 16

BAB III METODE PENELITIAN ………. 18

A. Variabel Penelitian ………. 18

B. Metode Penelitian ………... 20

C. Prosedur Eksperimen ……….. 22

D. Tempat Penelitian dan Subjek ………... 34

E. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ………... 36

F. Teknik Pengolahan Data ………. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN ……….….. 53

A. Hasil Penelitian ……….………….. 53


(6)

2. Data Hasil Intervensi (B) dalam Membaca Permulaan ………….. 58

3. Data Hasil Baseline (A¹) dalam Membaca Permulaan …………... 63

B. Analisis dalam Kondisi ………. 66

1. Panjang Kondisi ……….. 67

2. Estimasi Kecenderungan Arah ……… 71

3. Stabilitas Jejak (Data Path) ………... 72

4. Level Stabilitas dan Rentang ……….. 72

5. Level Perubahan ……….……… 72

C. Analisis Antar Kondisi ……….. 74

1. Variabel yang di ubah ………. 75

2. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ……… 75

3. Perubahan Kecenderungan Stabilitas ……….. 76

4. Perubahan Level Data ………. 76

5. Data Tumpang Tindih (Overlap) ……….……… 77

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 82

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 85

A. Kesimpulan ……… 85

B. Rekomendasi ………. 86

DAFTAR PUSTAKA ………. 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang dan UUD 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB II pasal 4, sebagai berikut : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan bukan hanya berlaku pada peserta didik yang normal tetapi juga bagi peserta didik yang mengalami kelainan fisik, mental, dan sosial yang saat ini dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. Mereka harus diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Hal ini tersurat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 32 ayat 1 bahwa : “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.

Salah satu anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita ringan yang tentunya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan secara khusus. Sekolah pendidikan luar biasa bermaksud memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak yang mengalami kelainan baik fisik, mental, emosi dan sosial agar anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin dengan harapan setelah mereka melewati proses pendidikan tersebut dapat memiliki kemampuan dan dapat kembali ke kehidupan masyarakat serta dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya


(8)

2

tunagrahita ringan termasuk salah satu bagian dari anak berkebutuhan khusus tentunya berhak untuk memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga tercapai kemandiriannya. Dengan jenis kelainan yang begitu kompleks maka penangananya harus dilakukan secara lebih khusus oleh tenaga profesional yang memahami karakteristik dan kebutuhan mereka.

Pembelajaran pada anak tunagrahita ringan bertujuan untuk memperkenalkan konsep-konsep dasar yang bermakna bagi kehidupan anak agar mampu berinteraksi dengan lingkungan baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Konsep-konsep tersebut sebaiknya diperkenalkan melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain karena melalui kegiatan yang berorientasi, menemukan, mengekspresikan berbagai hal yang ditemui dalam kehidupan dengan cara menyenangkan.

Dalam hal ini peneliti menemukan salah satu hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita ringan adalah kognitif, salahnya satunya dalam membaca. Hal tersebut diketahui dari hasil penelitian melalui asesmen yang mana anak tersebut mampu menyebutkan huruf vokal dan beberapa huruf konsonan, akan tetapi ketika huruf tersebut digabungkan menjadi kata, maka anak mengalami kesulitan didalam membaca kata tersebut. Akan tetapi apabila diperlihatkan gambar disertai dengan tulisan, maka anak tersebut mampu menyebutkan benda melalui gambar tersebut dengan baik. Anak tersebut belum mampu membaca kata secara abstrak. Salah satu penyebab anak tersebut belum bisa membaca ialah kurangnya konsentrasi yang dimiliki anak pada saat belajar, pada saat belajar anak cenderung mudah bosan atau jenuh. Oleh karena itu dalam pendidikannya dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian seperti modifikasi model bahan ajar, metode mengajar, alat, dan strategi pengajaran, salah satunya ialah belajar bahasa Indonesia yang meliputi pada membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Anak mampu menyebutkan kata dengan menggunakan gambar, akan tetapi ketika tidak menggunakan gambar siswa kesulitan dalam


(9)

menyebutkan gambar, konsentrasi mudah beralih. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu kebiasaan yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peranan penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.

Metode multisensori menekankan pada pengajaran membaca permulaan melalui prinsif VAKT (Visual, Auditory, Kinestetik, dan taktil), dengan melibatkan beberapa modalitas alat indera sehingga di dalam proses belajar diharapkan mampu memberikan hasil yang sama bagi anak-anak dengan tipe pembelajaran yang berbeda-beda. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa. Salah satunya melalui media, sehingga akan dapat menarik minat anak dan diharapkan anak dapat berkonsentrasi untuk belajar dan memamahi pelajaran dengan baik. Penggunaan metode VAKT pada multisensori juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media/alat bantu.

Metode multisensori berdasarkan pada asumsi bahwa anak akan belajar lebih baik jika materi pelajaran disajikan dalam berbagai modalitas. Modalitas yang sering dilibatkan adalah melalui visual (penglihatan), auditori (pendengaran), kinestetik (gerakan), taktil (perabaan). Namun dirasakan bahwa beberapa prinsif dalam metode ini dapat diterapkan, dan diharapkan mampu mengatasi beberapa kendala penerapan metode membaca permulaan dalam pembelajaran.

Pemilihan media harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat hasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Melalui metode multisensori dalam belajar membaca permulaan yang akan diberikan pada anak tunagrahita ringan di SLB bandung Raya yaitu dengan menggunakan media “pasir”.


(10)

4

Melalui media pasir diharapkan merupakan salah satu media yang baik untuk mengajarkan huruf abjad maupun suku kata dan kata. Karena dengan menggunakan media pasir secara langsung anak-anak dapat menggunakan metode multisensorinya berdasarkan pada materi pengajaran yang disajikan dalam berbagai modalitas alat indera, diantanya yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, maupun perasaannya.

Dari pemikiran-pemikiran tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimanakah pengaruh media pasir dapat meningkatkan kemampuannya dalam belajar membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah penulis paparkan pada latar belakang diatas maka identifikasi masalahnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kurangnya strategi pembelajaran terhadap membaca permulaan yang

dikuasai oleh guru .

2. Media pembelajaran yang digunakan dalam mengajar hanya menggunakan

media kartu.

Oleh karena itu melalui permainan dan dengan menggunakan media pasir, diharapkan ada suatu ketertarikan pada diri anak untuk lebih memahami dan dapat meningkat pengetahuan, salah satunya dalam membaca permulaan.

C. Rumusan Masalah

Mengingat pentingnya kemampuan dalam suatu perubahan bagi anak tunagrahita ringan sebagai bekal dimasa depan dan sebagai hak bagi setiap anak untuk mendaparkan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan juga kebutuhannya. Dengan keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan dan pembelajarannya, oleh karena itu salah satu penggunaan media pasir dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dapat menjadi sumber belajar atau media belajar.

Apabila media tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran, maka dari itu penelitian ini lebih menitik beratkan pada


(11)

kemampuan individu dengan menggunakan metode multisensori melalui media pasir diharapkan dapat menumbuhkan kecerdasan terhadap anak tunagrahita ringan, seperti : kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain karena melalui kegiatan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan berbagai hal yang ditemui dalam kehidupan dengan cara yang menyenangkan.

Proses stimulasi dan intevensi pada pembelajaran membaca permulaan menggunakan media pasir, yang dianggap oleh peneliti sebagai media yang dapat merangsang kegiatan bermain sambil belajar. Untuk itu permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada rumusan masalah berikut ini “Apakah penggunaan media pasir dalam metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa tungarahita ringan kelas 5 SDLB?”.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, ditemukan bahwa media pasir yang digunakan pada saat belajar membaca pada anak tunagrahita ringan memiliki prinsif yang memperhatikan kemampuan dan daya belajar anak. Media pasir diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi anak, serta memberi kesempatan bagi anak untuk lebih banyak berlatih membaca sehingga memberi dampak positif pada proses membaca dan pengaruh terhadap kemampuan membaca pada anak tunagrahita ringan dalam kehidupannya. Agar permasalahan tidak terlalu melebar maka dibatasi pada masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakan metode multisensori dalam kemampuan membaca

permulaan pada siswa tungarahita ringan kelas 5 SDLB sebelum menggunakan media pasir ?

2. Bagaimanakah metode multisensori kemampuan membaca permulaan

pada siswa tunagrahita ringan kelas 5 SDLB setelah menggunakan media pasir ?


(12)

6

3. Apakah terjadi peningkatan pada metode multisensori terhadap

kemampuan membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan kelas 5 SDLB setelah menggunakan media pasir ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana metode multisensori dengan menggunakan media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan dalam membaca

permulaan terhadap anak tunagrahita ringan kelas 5 SDLB Bandung Raya sebelum menggunakan media pasir dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan atau perubahan

kemampuan membaca permulaan terhadap anak tunagrahita ringan sebelum dan setelah menggunakan metode multisensori dengan menggunakan media pasir tersebut.

3. Manfaat penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode

multisensori sebagai metode alternatif guna memperbaiki

pembelajaran dalam membaca permulaan.

b. Untuk meningkatkan kemampuan membaca, penting untuk

memperhatikan anak tunagrahita ringan secara spesifik berdasarkan kemampuan dan minat belajar anak.

c. Media pasir ini diharapkan dapat dilakukan sebagai salah satu

alternatif untuk memperbaiki proses membaca pada anak tunagrahita ringan.


(13)

4. Manfaat praktis

Membantu anak tunagrahita ringan yang memiliki masalah pada membaca permulaan sehingga anak mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui metode multisensori dengan menggunakan media pasir.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian subjek tunggal ini dikenal Treatment atau Perlakuan, sedangkan variabel terikat dikenal dengan Target beharvior atau Perilaku sasaran (Sunanto et.al, 2006 : 12).

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media dengan

menggunakan “pasir”. Pasir merupakan salah satu permainan yang

mengasah kemampuan psikomotorik, kognitif, sensoris, sehingga selain bermain anak juga belajar.

Bahan-bahan/alat yang dalam permainan pasir upaya meningkatkan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan diantaranya :

a. Potongan karton berukuran 20 x 25

b. Lem

c. Pasir

Langkah-langkah operasional dalam meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan diantaranya :

a) Guru membuat salah satu contoh kata, suku kata, dan huruf [(baju), (ba-ju), (b-a-j-u)] dengan cara di perlihatkan pada siswa terlebih dahulu karton yang telah diberi lem, kemudian menaburkan pasir diatas karton tersebut hingga berbentuk kata, suku kata, dan huruf yang diinginkan.


(15)

b) Melalui Auditorinya siswa dapat mendengarkan kata, suku kata, dan huruf yang telah dibuat dan dibacakan oleh guru dengan intonasi yang berbeda.

c) Memperkenalkan siswa pada bentuk kata, suku kata, dan huruf yang telah disediakan pada kertas karton yang telah di beri lem sesuai dengan bentuk huruf yang diinginkan kemudian diberi taburan pasir sehingga akan nampak bentuk huruf tersebut. Kemudian siswa diperintahkan untuk membunyikan/menyebutkan bentuk kata, suku kata, dan huruf tersebut.

d) Melalui Visualnya guru memerintahkan siswa untuk mengamati dari setia kata, suku kata, dan huruf tersebut seperti yang telah di contohkan oleh guru.

e) Guru memerintahkan siswa melalui perabaannya untuk menelusuri dari

setiap kata, suku kata, maupun huruf yang telah diberi taburan pasir tersebut.

2. Variabel terikat (target Behavior)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Target behavior dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan terhadap tahap perkembangan kognitifnya.


(16)

22

Kemampuan melalui media pasir ini diharapkan dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan membacanya, sehingga dengan adanya media tersebut dapat menarik minat anak untuk lebih meningkatkan pembelajaran yang berlangsung di sekolah.

B. Metode Penelitian

Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan peneliti

Arikunto (2002:3) mengemukakan definisi metode eksperimen adalah sebagai berikut :

Eksperimen adalah suatu cara mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor – faktor lain yang bisa menggangu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Single Subject Research (SSR) yaitu penelitian yang dapat dipakai apabila subjeknya satu. Sebagai pengumpulan data. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunanto (1995 : 135). Dalam subjek tunggal biasanya digunakan dalam penelitian perubahan tingkah laku dari seseorang yang timbul akibat beberapa intervensi atau treatment, dapat dipakai apabila ukuran sampelnya hanya satu.

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang dipakai dalam penelitian ini ABA dimana (A) adalah baseline, (B) adalah fase treatment atau intervensi, dan (A) adalah pengulangan baseline.


(17)

Grafik 3.1 Pola Desain A-B-A¹ Keterangan :

A (baseline)

Baseline A adalah suatu gambaran murni sebelum diberikan perlakuan (intervensi). Untuk mengukur keterampilan membaca permulaan digunakan tes membaca permulaan dilakukan tanpa menggunakan media, dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk presentase yang dilakukan dalam empat hari berturut-turut yang setiap harinya dilakukan satu sesi.

B (intervensi)

Intervensi yaitu suatu gambaran mengenai kemampuan yang dimiliki subjek selama diberikan intervensi dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata yang telah diberi taburan pasir sehingga membentuk suatu kata yang diinginkan. Intervensi tersebut dilakukan secara berulang-ulang sebanyak delapan kali sesi dengan melihat hasil pada saat intervensi yang setiap harinya dilakukan satu sesi. Pada fase ini dilakukan proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media pasir dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Pengenalan kata, pengenalan dua suku kata dan huruf melalui kertas karton yang telah di beri lem, kemudian diberi taburan pasir.

2) Melalui motorik halusnya anak diperintahkan untuk menaburkan pasir pada kertas karton yang telah diberi lem sehingga terbentuk suatu huruf pasir, maka akan terbentuk suatu koordinasi antara visual dan kinestetik.

Sesi (waktu)

A B A¹

P er il ak u S asara n


(18)

24

3) Melalui sensoriknya anak di perintahkan untuk menelusuri bentuk huruf yang

telah dibuat dan menyebutkan huruf tersebut . Treatment tersebut dilakukan secara berulang – ulang disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.

Pada tahap awal pemberian media pasir dalam bentuk kata adalah : Gambar huruf pasir dengan mengenalkan kata

Aˡ (Baseline A¹)

Adalah suatu gambaran tentang kemampuan yang dimiliki setelah diberikan intervensi. Yaitu kondisi pengulangan dari fase baseline A sebagai evaluasi sampai sejauh mana intervensi atau treatment yang diberikan berpengaruh kepada subjek.

Data yang diperoleh pada baseline ke dua ini dengan melakukan observasi langsung ketika sudah menggunakan media pasir tanpa dilakukan intervensi lagi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan presentase dengan melihat berapa persen pemahaman subyek setelah menggunakan media pasir dalam sepuluh kartu dalam membaca kata, membaca suku kata, dan huruf.

C. Prosedur Eksperimen 1. Baseline A

Pada baseline pengukuran membaca permulaan dilakukan sebanyak empat sesi, yang setiap harinya dilaksanakan satu sesi. Pengukuran dapat dilakukan di dalam kelas maupun dilingkungan sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes membaca permulaan yang langsung pada subyek. Peneliti akan melihat respon anak dalam membaca permulaan dengan komponen penguasaan kata, suku kata, dan huruf dengan menggunakan


(19)

presentase. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca permulaan yang dimiliki anak tanpa menggunakan media.

Gambaran pencatatan persentase pada baseline (A) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk Pengenalan kata

No kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 baju

2 cabe

3 dasi

4 gigi

5 jari

6 kaca

7 mata

8 nasi

9 pipi

10 rina

Jumlah

Nilai = ∑ kata yang dapat dibaca x 100 % ∑ kata keseluruhan


(20)

26

Tabel 3.2 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk Pengenalan suku kata

No suku kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 ba-ju

2 cabe

3 da-si

4 gi-gi

5 ja-ri

6 kaca

7 ma-ta

8 na-si

9 pi-pi

10 ri-na

Jumlah

Nilai = ∑ suku kata yang dapat dibaca x 100 % ∑ suku kata keseluruhan


(21)

Tabel 3.3 : Format Pencatatan Presentase Baseline (A) untuk Pengenalan huruf

Nilai = ∑ huruf yang dapat dibaca x 100 % ∑ huruf keseluruhan

2. INTERVENSI (B)

Diberikan suatu treatment dengan menggunakan media pasir dilakukan sebanyak delapan sesi. Perlakuan yang diberikan terhadap subyek adalah memberikan kartu yang sudah diberi beberapa bentuk huruf dan lem sehingga anak dapat memberikan taburan pasir diatas kartu kata tersebut, sehingga membentuk suatu kata yang diinginkan, kemudian anak diperintahkan untuk melakukan sesuai dengan apa yang guru perintahkan. Subyek diminta untuk membaca kata, menyebutkan suku kata, dan menyebutkan huruf pada huruf pasir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

No Huruf Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 b-a-j-u

2 c-a-b-e

3 d-a-s-i

4 g-i-g-i

5 j-a-r-i

6 k-a-c-a

7 m-a-t-a

8 n-a-s-i

9 p-i-p-i

10 r-i-n-a


(22)

28

membaca permulaan dengan menggunakan media pasir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Mempersiapkan subyek pada suasana yang tenang, tidak ada unsur keterpaksaan sehingga anak mudah untuk mengikuti pembelajaran. b. Diperlihatkan sebuah karton yang sudah diberi lem, kemudian diberi

taburan pasir sehingga akan berbentuk sebuah huruf yang diinginkan, siswa diminta untuk membaca kata “baju”.

Pelaksanaan treatment tes membaca permulaan dengan media pasir ditampilkan pada sebuah sebuah kata , suku kata, maupun huruf yang akan diberikan.

Dalam membaca kata

1. Siswa diminta untuk mendengarkan kata kemudian anak mengucapkan

kembali kata yang telah diucapkan oleh guru.

2. Siswa diminta untuk mengamati kata melalui kartu kata yang telah diberi taburan pasir sambil menunjuk kata dan menelusuri dengan telunjuk.

3. Siswa diminta untuk mengucapkan kembali kata “yang telah dilihat sambil menelusuri kata tersebut dengan telunjuk

4. Siswa diminta untuk menunjukkan kata kemudian mengucapkan dan

menelusuri kata tersebut dengan telunjuk

5. Siswa diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap kata


(23)

c. Diperlihatkan sebuah karton yang sudah diberi lem dan taburan pasir, sehingga akan menjadi dua suku kata, siswa diminta untuk membunyikan/menyebutkan satu persatu huruf dan menggabungkan menjadi suku kata, contohnya “ ba-ju”.

Dalam membaca suku kata

1. Siswa diminta untuk mendengarkan suku kata kemudian anak

mengucapkan kembali suku kata yang telah diucapkan oleh guru.

2. Siswa diminta untuk mengamati suku kata melalui kartu kata yang telah diberi taburan pasir sambil menunjuk suku kata dan menelusuri dengan telunjuk.

3. Siswa diminta untuk mengucapkan kembali suku kata yang telah

dilihat sambil menelusuri suku kata tersebut dengan telunjuk.

4. Siswa diminta untuk menunjukkan suku kata kemudian mengucapkan

dan menelusuri suku kata tersebut dengan telunjuk

5. Siswa diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap suku kata sambil mengucapkan suku kata tersebut.


(24)

30

d. Diperlihatkan sebuah karton yang sudah diberi lem dan taburan pasir, sehingga akan membentuk suatu huruf, siswa diminta untuk menunjukkan satu persatu huruf dan menyebutkan huruf tersebut “b-a-j-u”.

Dalam menyebutkan huruf

1. Siswa diminta untuk mendengarkan huruf pada setiap kata yang telah

dibacakan oleh guru, kemudian anak mengucapkan kembali huruf pada kata tersebut yang lebih menekankan pada intonasi bacaan.

2. Siswa diminta untuk mengamati huruf pada kata melalui kartu kata yang telah diberi taburan pasir sambil menunjuk kata dan menelusuri dengan telunjuk

3. Siswa diminta untuk mengucapkan kembali setiap huruf dalam kata dengan lebih menekankan pada intonasi bacaan yang telah dilihat sambil menelusuri kata tersebut dengan telunjuk

4. Siswa diminta untuk menunjukkan huruf pada setiap kata kemudian mengucapkan kembali dan menelusuri huruf tersebut dengan telunjuk.

5. Siswa diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap kata

sambil mengucapkan kata tersebut dengan lebih menekankan pada intonasi bacaan.


(25)

Treatment ini dilakukan berulang-ulang sesuai dengan intruksi yang disesuaikan dengan pemahaman siswa.

Tabel 3.4 : Format Pencatatan Presentase Intervensi (B) untuk pengenalan kata

No Kata

Skor Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8

1 baju

2 cabe

3 dasi

4 gigi

5 jari

6 kaca

7 mata

8 nasi

9 pipi

10 rina


(26)

32

Tabel 3.5 : Format Pencatatan Presentase Intervensi (B) untuk pengenalan suku kata.

No suku kata

Skor Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8

1 ba-ju

2 ca-be

3 da-si

4 gi-gi

5 ja-ri

6 ka-ca

7 ma-ta

8 na-si

9 pi-pi

10 ri-na


(27)

Tabel 3.6 : Format Pencatatan Presentase Intervensi (B) untuk pengenalan huruf

No Huruf

Skor Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8

1 b-a-j-u

2 c-a-b-e

3 d-a-s-i

4 g-i-g-i

5 j-a-r-i

6 k-a-c-a

7 m-a-t-a

8 n-a-s-i

9 p-i-p-i

10 r-i-n-a

Jumlah

3. Baseline (Aˡ)

Pada fase Baseline (Aˡ) ini dilakukan lagi tes membaca permulaan sama seperti baseline (A) dilakukan sebanyak empat sesi yang setiap harinya dilakukan satu sesi baik dikelas maupun dilingkungan sekolah selama jam pelajaran berlangsung.


(28)

34

Gambar pencatatan presentase pada Baseline (Aˡ) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.7 Format Pencatatan Presentase Baseline (Aˡ) untuk pengenalan kata

No Kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 baju

2 cabe

3 dasi

4 gigi

5 jari

6 kaca

7 mata

8 nasi

9 pipi

10 rina


(29)

Tabel 3.8 Format Pencatatan Presentase Baseline (Aˡ) untuk pengenalan suku kata

No suku kata Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 ba-ju

2 ca-be

3 da-si

4 gi-gi

5 ja-ri

6 ka-ca

7 ma-ta

8 na-si

9 pi-pi

10 ri-na


(30)

36

Tabel 3.9 Format Pencatatan Presentase Baseline (Aˡ) untuk pengenalan huruf

No Huruf Skor

Sesi 1 sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

1 b-a-j-u

2 c-a-b-e

3 d-a-s-i

4 g-i-g-i

5 j-a-r-i

6 k-a-c-a

7 m-a-t-a

8 n-a-s-i

9 p-i-p-i

10 r-i-n-a

Jumlah

Dengan tes dan prosedur membaca permulaan dapat ditarik kesimpulan dari hasil tes dan prosedur membaca permulaan dari hasil

keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat

mengidentifikasikan variabel bebas (media pasir) dapat mempengaruhi variabel terikat (kemampuan membaca permulaan) pada subyek penelitian yang didapat dari pengolahan data yang dikumpulkan selama penelitian.


(31)

D. Tempat Penelitian dan Subjek 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Bandung Raya yang beralamatkan di jl. H. Kurdi II/IV No. 318 Kota Bandung.

2. Subjek

Subyek dari penelitian ini adalah seorang anak tunagrahita ringan yang berinisial NRA, duduk di kelas 5 SDLB dan berusia 12 tahun, dengan karakteristik subyek sebagai berikut : secara fisik anak tersebut tidak memiliki kekurangan suatu apapun, anak tersebut dapat menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya, seperti : meja, kursi, pintu, lemari, pintu, juga dapat menunjukkan dan menyebutkan panca indera dengan benar. Kemampuan berbicaranya cukup memadai, ia dapat mengucapkan dengan jelas kata dan kalimat sederhana. pada usia 5 tahun anak yang bersangkutan pernah bersekolah di TK selama 1 tahun, namun tidak menunjukkan kemajuan/perkembangan yang signifikan dalam keterampilan dasar akademiknya. Setelah keluar dari TK anak tersebut tidak langsung melanjutkannya ke sekolah dasar melainkan berhenti selama 1 tahun, kemudian pada awal Juli 2008, ibunya menyekolahkan anak tersebut ke SD, namun anak tersebut tidak dapat mengikuti pelajaran dikelasnya, sehingga memutuskan untuk memindahkannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Ketika belajar konsentrasi yang dimiliki anak tersebut sangat kurang dan anak tersebut selalu ingin bermain.

Alasan peneliti mengambil anak ini sebagai subyek penelitian adalah karena anak ini belum dapat membaca lancar dan belum dapat merangkai huruf, sehingga peneliti memberikan suatu media pasir untuk lebih menarik minat belajar pada anak tersebut.


(32)

38

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen

Instrumen untuk membaca kata, suku kata, dan huruf.

No Butir instrumen Mampu Tidak

mampu Keterangan

1 Anak diminta untuk

mendengarkan kata kemudian anak mengucapkan kembali kata yang telah diucapkan oleh guru


(33)

2 Anak diminta untuk mengamati kata melalui kartu kata yang telah diberi sambil menunjuk kata dan menelusuri dengan telunjuk.


(34)

40

3 Anak diminta untuk

mengucapkan kembali kata “yang telah dilihat sambil menelusuri kata tersebut dengan telunjuk


(35)

4 Anak diminta untuk

menunjukkan kata kemudian

mengucapkan dan menelusuri kata tersebut dengan telunjuk.


(36)

42

5 Anak diminta untuk menelusuri

dan mengamati huruf pada setiap kata sambil mengucapkan kata tersebut.


(37)

6 Anak diminta untuk

mendengarkan suku kata

kemudian anak mengucapkan kembali suku kata yang telah diucapkan oleh guru.


(38)

44

7 Anak diminta untuk mengamati

suku kata melalui kartu kata sambil menunjuk suku kata dan menelusuri dengan telunjuk.


(39)

8 Anak diminta untuk mengucapkan kembali suku kata

yang telah dilihat sambil

menelusuri suku kata tersebut dengan telunjuk.


(40)

46

9 Anak diminta untuk

menunjukkan suku kata

kemudian mengucapkan dan

menelusuri suku kata tersebut dengan telunjuk


(41)

10 Anak diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap suku kata sambil mengucapkan suku kata tersebut.


(42)

48

11 Anak diminta untuk

mendengarkan huruf pada setiap kata yang telah dibacakan oleh

guru, kemudian anak

mengucapkan kembali huruf pada

kata tersebut yang lebih

menekankan pada intonasi


(43)

12 Anak diminta untuk mengamati huruf pada kata melalui kartu kata sambil menunjuk kata dan menelusuri dengan telunjuk


(44)

50

13 Anak diminta untuk

mengucapkan kembali setiap

huruf dalam kata dengan lebih

menekankan pada intonasi

bacaan yang telah dilihat sambil menelusuri kata tersebut dengan telunjuk


(45)

14 Anak diminta untuk menunjukkan huruf pada setiap

kata kemudian mengucapkan

kembali dan menelusuri huruf tersebut dengan telunjuk.


(46)

52

15 Anak diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap kata sambil mengucapkan kata

tersebut dengan lebih

menekankan pada intonasi


(47)

2. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2002 : 118)

“Hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi; ringankan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan”

Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan diantaranya :

a. observasi, yaitu mencatat perilaku ketika perilaku itu terjadi, yaitu dengan tes membaca dengan menggunakan pola desain ABA, Baseline (A), Intervensi (B) dan Baseline (Aˡ), yaitu berupa persentase subyek dalam membaca permulaan dalam membaca kata, suku kata, dan huruf.

Semua data yang telah dikumpulkan dan dicatat pada tabel yang telah tersedia lalu diolah dengan mencari rata-rata dari setiap sesinya dan digambarkan dalam bentuk grafik.

Tehnik ini dilaksanakan dimana peneliti mengadakan pengamatan terhadap subyek, secara langsung ketika mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada membaca permulaan.

b. Instrumen tes

Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian (Arikunto, 2002:194)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa analisis tugas dengan cara membaca kata, suku kata, dan huruf dengan intonasi bunyi yang berbeda yang terdapat pada media pasir yang berbentuk huruf pasir. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan membaca pada anak tersebut.


(48)

54

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan

mengumpulkan berbagai data yang dianggap mendukung, dapat melengkapi dan memperkaya data utama penelitian ini.

F. Teknik Pengolahan Data

Dari target behavior selanjutnya akan dianalisis, hasil analisis berupa data

kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan

menggunakan analisis grafik polygon dengan tujuan untuk menggambarkan hasil data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Penggunaan analisis grafik diharapkan dapat memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen sebelum diberikan perlakuan (baseline) maupun pada saat setelah diberikan perlakuan (treatment) dan perubahan-perubahan yang terjadi setelah treatment ditempatkan.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan membaca permulaan sebelum dilakukan intervensi dapat

dilihat pada hasil Baseline A, dari empat sesi yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut dengan skor terendah dengan nilai sebesar 44%, skor tertinggi sebesar 52%, dan mean levelnya 47.1%.

2. Kemampuan membaca sesudah di Intervensi B menggunakan metode

multisensori dengan menggunakan media pasir, mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum mendapat intervensi hal ini dapat dilihat pada skor terendah sebesar 75.3%, skor tertinggi 90 %, sehingga memperoleh nilai rata-rata sebesar 92.6%. Dapat dilihat hasil dari presentase dalam membaca permulaan pada subjek sesudah Intervensi B ke Baseline A¹, dari empat sesi yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut, skor terendah dengan nilai sebesar 91.3%, skor tertinggi sebesar 94%, sehingga mean level yang diperoleh pada Baseline A¹ adalah sebesar 92.6%.

3. Hasil yang dapat dilihat dalam kemampuan membaca permulaan pada

subjek setelah menggunakan metode multisensori dengan menggunakan media pasir sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Hal ini dapat dilihat dari hasil skor presentase membaca permulaan sebelum intervensi pada Baseline A adalah 44% , sedangkan skor persentase membaca permulaan terendah setelah intervensi pada Baseline A¹ adalah 91.3%. Demikian juga dengan skor persentase membaca tertinggi sebelum intervensi pada Baseline A sebesar 52%, sedangkan skor persentase membaca permulaan tertinggi setelah melakukan intervensi pada Baseline A¹ sebesar 94%. Hal ini dapat terlihat dari mean level sebelum intervensi


(50)

88

pada Baseline A sebesar 47.1%, sedangkan mean level sesudah intervensi pada Baseline A¹ meningkat dengan skor perolehan sebesar 92.6%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode multisensori melalui media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan sangat baik digunakan di SLB Bandung Raya. Hal ini dapat dibuktikan dari skor perolehan persentase tertinggi yang dicapai subjek mengalami peningkatan sebesar 92.6%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, bahwa metode multisensori dalam menggunakan media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan. Berhubungan dengan hasil penelitian tersebut maka penulis mengemukakan sebagai berikut :

1. Bagi pendidik

Metode multisensori dalam menggunakan media pasir dapat diberikan pada anak tunagrahita ringan dijadikan sebagai salah satu media dalam belajar. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas, Sehingga dengan belajar anak juga akan bermain. Diharapkan bagi para pendidik dengan menggunakan media pasir dapat meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran membaca permulaan maupun pada

pembelajaran-pembelajaran lainnya untuk lebih meningkatkan

kemampuan anak sesuai dengan kemampuannya. 2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang berkenan untuk lebih meningkatkan lagi kreatifitas dalam media pasir dengan instrument yang lebih banyak atau kreatif, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan dapat menemukan penemuan yang baru guna melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penelitian yang telah penulis lakukan, dihapkan dapat membuat media pasir dalam bentuk kreatifitas yang lebih baik lagi.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta, Rineka Cipta.

Alimin, Z (2007), Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Anak

Tunagrahita, tersedia http://Z-alimin.blogspot.com/2007/2007blog-spot.htm.

Amanda Fitri Amalia (2011), “Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Berkesulitan Belajar”.

Amin, M. (1955). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan.

http://wawanjunaidi.blogspot.com/2012/01/pengertian-media.html

Kayvan, U. (2009). 57 Permainan Kreatif untuk mencerdaskan Anak. Media Kita.

Margono. S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta

Sadiman, Arief. S. et al. (2007), Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta, RajaGrafindo Persada.

Somantri, T. S. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama. Sunanto, J. et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI

Press.

Suherman, Y. (2005), Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar,

Bandung, Rizqi Press.

Tini Kartini (2009), “Penggunaan Merode VAKT untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pemulaan pada Anak Tunagrahita Ringan kelas 3 di SLB-C Budi Nurani Kota.

Tarigan, G. H (1979), Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,


(1)

52

15 Anak diminta untuk menelusuri dan mengamati huruf pada setiap kata sambil mengucapkan kata tersebut dengan lebih menekankan pada intonasi bacaan.


(2)

2. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2002 : 118)

“Hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi; ringankan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan”

Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan diantaranya :

a. observasi, yaitu mencatat perilaku ketika perilaku itu terjadi, yaitu dengan tes membaca dengan menggunakan pola desain ABA, Baseline (A), Intervensi (B) dan Baseline (Aˡ), yaitu berupa persentase subyek dalam membaca permulaan dalam membaca kata, suku kata, dan huruf.

Semua data yang telah dikumpulkan dan dicatat pada tabel yang telah tersedia lalu diolah dengan mencari rata-rata dari setiap sesinya dan digambarkan dalam bentuk grafik.

Tehnik ini dilaksanakan dimana peneliti mengadakan pengamatan terhadap subyek, secara langsung ketika mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada membaca permulaan.

b. Instrumen tes

Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian (Arikunto, 2002:194)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa analisis tugas dengan cara membaca kata, suku kata, dan huruf dengan intonasi bunyi yang berbeda yang terdapat pada media pasir yang berbentuk huruf pasir. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan membaca pada anak tersebut.


(3)

54

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data yang dianggap mendukung, dapat melengkapi dan memperkaya data utama penelitian ini.

F. Teknik Pengolahan Data

Dari target behavior selanjutnya akan dianalisis, hasil analisis berupa data kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan menggunakan analisis grafik polygon dengan tujuan untuk menggambarkan hasil data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Penggunaan analisis grafik diharapkan dapat memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen sebelum diberikan perlakuan (baseline) maupun pada saat setelah diberikan perlakuan (treatment) dan perubahan-perubahan yang terjadi setelah treatment ditempatkan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan membaca permulaan sebelum dilakukan intervensi dapat dilihat pada hasil Baseline A, dari empat sesi yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut dengan skor terendah dengan nilai sebesar 44%, skor tertinggi sebesar 52%, dan mean levelnya 47.1%.

2. Kemampuan membaca sesudah di Intervensi B menggunakan metode multisensori dengan menggunakan media pasir, mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum mendapat intervensi hal ini dapat dilihat pada skor terendah sebesar 75.3%, skor tertinggi 90 %, sehingga memperoleh nilai rata-rata sebesar 92.6%. Dapat dilihat hasil dari presentase dalam membaca permulaan pada subjek sesudah Intervensi B ke Baseline A¹, dari empat sesi yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut, skor terendah dengan nilai sebesar 91.3%, skor tertinggi sebesar 94%, sehingga mean level yang diperoleh pada Baseline A¹ adalah sebesar 92.6%.

3. Hasil yang dapat dilihat dalam kemampuan membaca permulaan pada subjek setelah menggunakan metode multisensori dengan menggunakan media pasir sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Hal ini dapat dilihat dari hasil skor presentase membaca permulaan sebelum intervensi pada Baseline A adalah 44% , sedangkan skor persentase membaca permulaan terendah setelah intervensi pada Baseline A¹ adalah 91.3%. Demikian juga dengan skor persentase membaca tertinggi sebelum intervensi pada Baseline A sebesar 52%, sedangkan skor persentase membaca permulaan tertinggi setelah melakukan intervensi pada Baseline A¹ sebesar 94%. Hal ini dapat terlihat dari mean level sebelum intervensi


(5)

88

pada Baseline A sebesar 47.1%, sedangkan mean level sesudah intervensi pada Baseline A¹ meningkat dengan skor perolehan sebesar 92.6%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode multisensori melalui media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan sangat baik digunakan di SLB Bandung Raya. Hal ini dapat dibuktikan dari skor perolehan persentase tertinggi yang dicapai subjek mengalami peningkatan sebesar 92.6%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, bahwa metode multisensori dalam menggunakan media pasir dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan. Berhubungan dengan hasil penelitian tersebut maka penulis mengemukakan sebagai berikut :

1. Bagi pendidik

Metode multisensori dalam menggunakan media pasir dapat diberikan pada anak tunagrahita ringan dijadikan sebagai salah satu media dalam belajar. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas, Sehingga dengan belajar anak juga akan bermain. Diharapkan bagi para pendidik dengan menggunakan media pasir dapat meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran membaca permulaan maupun pada pembelajaran-pembelajaran lainnya untuk lebih meningkatkan kemampuan anak sesuai dengan kemampuannya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang berkenan untuk lebih meningkatkan lagi kreatifitas dalam media pasir dengan instrument yang lebih banyak atau kreatif, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan dapat menemukan penemuan yang baru guna melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penelitian yang telah penulis lakukan, dihapkan dapat membuat media pasir dalam bentuk kreatifitas yang lebih baik lagi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta, Rineka Cipta.

Alimin, Z (2007), Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Anak

Tunagrahita, tersedia

http://Z-alimin.blogspot.com/2007/2007blog-spot.htm.

Amanda Fitri Amalia (2011), “Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Berkesulitan Belajar”. Amin, M. (1955). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan.

http://wawanjunaidi.blogspot.com/2012/01/pengertian-media.html

Kayvan, U. (2009). 57 Permainan Kreatif untuk mencerdaskan Anak. Media Kita.

Margono. S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta

Sadiman, Arief. S. et al. (2007), Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta, RajaGrafindo Persada.

Somantri, T. S. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama. Sunanto, J. et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI

Press.

Suherman, Y. (2005), Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar, Bandung, Rizqi Press.

Tini Kartini (2009), “Penggunaan Merode VAKT untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemulaan pada Anak Tunagrahita Ringan kelas 3 di SLB-C Budi Nurani Kota.

Tarigan, G. H (1979), Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung, Angkasa.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016

2 6 104

PENGGUNAAN PENDEKATAN LEARNING BY DOING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

3 7 37

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

0 1 31

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAANPADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE MULTISENSORI DI Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Multisensori Di Kelompok B TK Aisyiyah 1 Mojayan Kecamatan Klaten Tengah Kab

0 0 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN METODE MULTISENSORI PADA ANAK Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Metode Multisensori Pada Anak Kelompok B2 Di Tk Pg Tasikmadu Karanganyar Tahun Ajaran 2011 – 2012.

0 0 12

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI METODE KUPAS RANGKAI DENGAN TEKNIK REPOSISI BUNYI: Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Anak Tunagrahita Ringan.

1 3 35

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

5 13 24

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA APLIKASI POWERPOINT.

1 19 45

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB-C YPSLB GEMOLONG TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 0 18

PENERAPAN METODE SUKU KATA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN - repository UPI S PLB 0901601 Title

0 0 3