ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NERACA AIR THORNTHWAITE-MATTER.

(1)

ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NERACA AIR

THORNTHWAITE-MATTER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sains dari

DepartemenPendidikanFisika Program StudiFisika

Oleh

ANNISA TSAMROTUL FU'ADAH NIM 1009217

PROGRAM STUDI FISIKA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

ANNISA TSAMROTUL FU'ADAH

ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE THRONTHWAITE-MATTER

Disetujuidandisahkanoleh:

Pembimbing I,

Mimin Iryanti, S.Si., M.Si. NIP. 197712082001122001

Pembimbing II,

Muhamad Iid Mujtahiddin, S.Si. NIP. 198306272008011014

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Fisika,

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(3)

Analisis Spasial Ketersediaan Air Tanah Di Wilayah

Bandung dengan Menggunakan Metode Neraca Air

Thronthwaite-Matter

Oleh

Annisa Tsamrotul Fu’adah

Sebuahskripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Annisa Tsamrotul Fu’adah2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya ataus ebagian, dengandicetakulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NERACA AIR THORNTHWAITE-MATTER

Nama : Annisa Tsamrotul Fu’adah Pembimbing : 1. Mimin Iryanti, M. Si.

2. Muhamad Iid Mujtahiddin, S. Si. Program Studi: S-1 Fisika FPMIPA UPI

ABSTRAK

Air merupakan sumber daya vital dalam menunjang pembangunan ekonomi seperti sektor industri, pertanian, pariwisata dan lain-lain. Laju perkembangan di wilayah Bandung yang pesat pada setiap sektor kehidupan menyebabkan permintaan air bersih terus meningkat dan kebutuhan air bersih tersebut sebagian besar masih menggantungkan kepada sumberdaya air tanah yang diperkirakan sekitar 60%. Salah satu sumber air yang sering digunakan yaitu air tanah. Saat ini Bandung termasuk ke dalam wilayah zona merah air tanah. Dengan fakta tersebut perlu dilakukan tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti kekurangan air. Untuk itu, perlu diketahui kondisi ketersediaan air tanah berdasarkan dinamika neraca air dalam tanah salah satunya dengan metode Thronthwaite-Matter berdasarkan data curah hujan dan temperatur selama 10 tahun (tahun 2000-2009) dari 12 titik stasiun pengamatan yang dapat mewakili wilayah Bandung dan digambarkan dengan analisis spasial menggunakan ArcView 3.2 berupa peta spasial. Analisis spasial curah hujan memperlihatkan bahwa wilayah Bandung mengalami musim kemarau di bulan Juni-September dengan nilai curah hujan <150 mm/bulan. Dan analisis spasial ketersediaan air tanah memperlihatkan bahwa wilayah Bandung mengalami defisit air tanah pada bulan Juni-September. Pada bulan Juni-September ini dapat dikatakan bahwa bandung mengalami musim kemarau sesuai dengan analisis spasial curah hujan yang di dapat dengan bulan September sebagai puncak musim kemarau. Namun di stasiun Cibuni tidak mengalami penurunan ketersediaan air tanah atau tidak mengalami defisit karena nilai curah hujan di Cibuni yang tinggi dan nilai evapotranspirasi potensial (PE) yang hampir sama dengan nilai evapotranspirasi aktual (EA).


(5)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SPATIAL ANALYSIS OF THE SOIL WATER AVAILABILITY AT TERRITORIAL BANDUNG USING THORNTHWAITE-MATTER WATER BALANCE METHOD

Nama : Annisa Tsamrotul Fu’adah Promotor : 1. Mimin Iryanti, M. Si.

2. Muhamad Iid Mujtahiddin, S. Si. Major : S-1 Fisika FPMIPA UPI

ABSTRACT

Water is a vital resource to supporting economic development such as industry, agriculture, tourism and others. The pace of development in Bandung rapid in all sectors of life it cause to increasing demand for clean of water and the need for clean of water is still largely dependent on groundwater resources are estimated to be around 60%. One source of water that is often used is groundwater. Currently Bandung included in the red zone area groundwater. With these facts should be taken to anticipate the possibility that there will be such a shortage of water. For that, need to condition of the soil water availability is based on the dynamics of the water balance with used Thronthwaite -Matter method based on temperature and rainfall data for 10 years (2000-2009) of the 12 points observation stations that can represent the area of Bandung and illustrated with spatial analysis using ArcView 3.2 in Spatial map form. Spatial analysis of rainfall shows that the area of Bandung have dry season in months from June-September with rainfall <150 mm / month. And spatial analysis showed that soil water availability the area of Bandung groundwater deficit in June-September. At June-September it can be said that the area of Bandung have dry season according to the spatial analysis of precipitation in September as the peak of dry season. But in Cibuni station does not degrade groundwater availability or not facing a deficit because value of rainfall in Cibuni is high and the value of potential evapotranspiration (PE) which is almost equal to the value of actual evapotranspiration (EA).


(6)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter


(7)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan ... Error! Bookmark not defined. BAB IIDASAR TEORI ... Error! Bookmark not defined. A. Air Tanah ... Error! Bookmark not defined. B. Kondisi Geografis Bandung ... Error! Bookmark not defined. C. Neraca Air ... Error! Bookmark not defined. D. Analisis Spasial ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Metode Pengambilan Data ... Error! Bookmark not defined. B. Metode Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Curah Hujan ... Error! Bookmark not defined. B. Neraca Air ... Error! Bookmark not defined. BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA


(8)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola curah hujan (a)monsunal, (b) ekuatorial, dan (c) lokal.Error! Bookmark not defin Gambar 2.2 Contoh grafik neraca air bulanan stasiun X.Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.1 Peta stasiun curah hujan wilayah Bandung (berdasarkan koordinat setiap titik stasiun). ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.2 Profil Suhu Bulanan Stasiun Geofisika Cemara berdasarkan data

historis selama 10 tahun. (sumber : BMKG Bandung)Error! Bookmark not defined. Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Grafik curah hujan rata-rata bulanan tiap stasiun pengamatan berdasarkan data historis tahun 2000-2009.Error! Bookmark not defined. Gambar 4.2 Grafik curah hujan rata-rata bulanan dari 12 titik stasiun pengamatan

selama periode tahun 2000-2009. ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.3 Peta spasial curah hujan Bandung berdasarkan data historis curah hujan selam 10 tahun. ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4 Grafik neraca air bulanan tiap stasiun pengamatan.Error! Bookmark not defined. Gambar 4.5 Peta spasial ketersediaan air tanah Bandung (a)bulan Juli, (b) bulan


(9)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel WHC (Water Holding Capacity). ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.1 Daftar Stasiun Curah Hujan beserta koordinat dan elevasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Waktu terjadinya defisit di setiap stasiun pengamatan. . Error! Bookmark not defined.


(10)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel faktor koreksi (F) untuk kedudukan matahari atau faktor lintang

Lampiran 2. Hasil pengolahan data neraca air 12 titik stasiun pengamatan menggunakan Ms. Excel


(11)

(12)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam penting dalam menunjang kehidupan manusia dan semua makhluk yang ada di bumi. Tanpa air, makhluk hidup tidak mungkin dapat bertahan hidup. Air juga merupakan sumber daya vital dalam menunjang pembangunan ekonomi seperti sektor industri, perdagangan, pertanian, pariwisata, dan lain-lain.

Air di alam tidak terdistribusi secara merata karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya iklim dan kondisi wilayah itu sendiri setiap waktunya berbeda-beda. Banyak daerah yang mempunyai potensi air yang cukup, tetapi tidak jarang dijumpai daerah-daerah yang mempunyai potensi air yang sangat kecil, bahkan pada waktu-waktu tertentu mengalami kekurangan air.

Air tanah sebagai salah satu sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat termasuk di wilayah Bandung yangdikenal sebagai kota yang subur dengan kondisi alam yangbaik. Dengan keadaan demikian seharusnya Bandung tidak kekurangan air tanah, namun karena adanya pertumbuhan penduduk dan semakin majunya masyarakat menyebabkan kebutuhan air semakin banyak sehingga berdampak pada semakin menurunnya kondisi air tanah di wilayah Bandung bahkan sekarang wilayah Bandung termasuk ke dalam zona merah air tanah (Subekti, 2013). Banjir dan kekurangan suplai air bersih merupakan masalah rutin yang dihadapi banyak kota besar di Indonesia, termasuk Bandung. Pada musim hujan terjadi banjir, sementara pada musim kemarau masyarakat kesulitan memperoleh air untuk pemenuhan kebutuhan airnya (Sumawijaya, 2012).

Laju perkembangan kota Bandung yang pesat pada setiap sektor kehidupan menyebabkan permintaan air bersih terus meningkat dan kebutuhan air bersih tersebut sebagian besar masih menggantungkan kepada sumberdaya air tanah yang diperkirakan sekitar 60%. Pengambilan atau pemanfaatan air tanah baik yang terdaftar ataupun tidak terus berlangsung sehingga menimbulkan dampak terhadap penurunan muka air tanah dari


(13)

2

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tahun ke tahun yang cenderung terus menurun di beberapa daerah di Bandung, dengan penurunan muka air tanah berkisar antara 0,12 m hingga 14,4 m/tahun (Arief dkk., 2006).

Dengan fakta tersebut perlu dilakukan tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti kekurangan air. Kuantitas dan ketersediaan air dalam tanah diketahui berdasarkan dinamika neraca air dalam tanah salah satunya dengan metode Thornthwaite-Matter yang ditampilkan dalam bentuk peta spasial dengan menggunakan analisis spasial pada software Arc View 3.2. Hasil dari analisis neraca air tersebut dapat digunakan sebagai informasi tentang awal penggunaan air tanah untuk proses evapotranspirasi, kapan terjadi surplus (kelebihan) air tanah dan waktu terjadi defisit (kekurangan) air tanah.

Dengan adanya penulisan ini diharapkan agar masyarakat mengetahui kondisi ketersediaan air di kawasan Bandung dan mengetahui waktu surplus atau defisit sehingga masyarakat lebih efektif dalam penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penulisan ini yaitu: 1. Bagaimana pengaruh kondisi curah hujan dan temperatur terhadap ketersediaan air

tanah di kawasan Bandung dan sekitarnya berdasarkan analisis neraca air dengan menggunakan metode Thornthwaite-Matter?

2. Bagaimana analisis peta spasial sebaran kondisi ketersediaan air tanah di wilayah Bandung?

C. Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah pada penulisan kali ini adalah:

1. Data yang digunakan yaitu data historis 12 titik stasiun pengamatan tahun 2000-2009 di wilayah Bandung.


(14)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Pengukuran suhu dilakukan dengan melakukan pendugaan suhu melalui meode Mock.

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penulisan ini yaitu:

1. Menganalisis pengaruh kondisi curah hujan dan temperatur terhadap ketersediaan air tanah di wilayah Bandung yang bermanfaat sebagai pertimbangan waktu terjadinya surplus dan defisit di kawasan Bandung dan sekitarnya.

2. Menganalisis peta spasial sebaran kondisi ketersediaan air tanah di wilayah Bandung.


(15)

16

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan mengambil data suhu dan curah hujan bulanan dari 12 titik stasiun pengamatan cuaca (Gambar 3.1) yang mewakili seluruh wilayah Bandung yaitu di antaranya:

1. Cemara (stasiun acuan), 2. Cileunyi,

3. Telaga Bodas, 4. Soreang, 5. Padalarang, 6. Dago, 7. Lembang, 8. Husein, 9. Rajamandala, 10.Cibeureum, 11.Kertamanah, dan 12.Cibuni

Data yang digunakan yaitu data historis suhu dan curah hujan selama 10 tahun yaitu tahun 2000-2009. Data lain yang dibutuhkan yaitu data koordinat tiap stasiun pengamatan besera nilai ketinggian (elevasi) yang ditunjukkan oleh Tabel 3.1 yang akan digunakan dalam menghitung temperatur dugaan dan pembuatan peta spasial.

Tabel 3.1. Daftar Stasiun Curah Hujan beserta koordinat dan elevasi (sumber: BMKG Cemara Bandung)

Stasiun Lintang Bujur Elevasi (m)

Cemara -6.88 107.58 791

Cileunyi -6.93 107.71 686

Telaga bodas -6.92 107.62 696

Soreang -7.02 107.52 730

Padalarang -6.85 107.48 685

Dago -6.87 107.65 818

Lembang -6.81 107.62 1241

Husein -6.90 107.57 740

Rajamandala -6.82 107.32 350


(16)

17

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kertamanah -7.20 107.60 1371

Cibuni -7.17 107.40 1260

Gambar 3.1 Peta stasiun curah hujan wilayah Bandung (berdasarkan koordinat setiap titik stasiun).

B. Metode Analisis Data

Setelah diperoleh data-data yang diperlukan, data-data tersebut diolah sehingga didapat grafik neraca air yang dapat menjelaskan ketersediaan air tanah di wilayah Bandung yang kemudian digambarkan melalui sebuah peta sebaran dengan menggunakan software Arc View 3.2.

Untuk memperoleh hasil tersebut dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Thornthwaite-Matter. Langkah-langkah perhitungan neraca air dengan menggunakan metode Thornthwaite-Matter antara lain:

 Data Curah Hujan rata-rata bulanan (P)

Data curah hujan yang digunakan adalah data historis bulanan selama 10 tahun dari 12 titik stasiun pengamatan yang mewakili wilayah Bandung.

 Data Suhu udara rata-rata bulanan (T)

Dari semua titik stasiun yang ada tidak semua stasiun memiliki data suhu udara. Oleh karena itu, untuk mengetahui stasiun yang tidak memiliki data suhu udara


(17)

18

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan pendugaan suhu udara dengan menggunakan metode Mock. Metode ini digunakan untuk melakukan pendugaan data suhu udara berdasarkan data suhu udara stasiun terdekat (stasiun acuan) yang didasarkan pada faktor ketinggian sebagai koreksinya antara stasiun yang dicari suhu udaranya dengan stasiun acuan. Dalam hal ini yang digunakan sebagai stasiun acuan yaitu Stasiun Geofisika Cemara Bandung, data suhu udara yang diambil adalah data suhu udara bulanan historis selama 10 tahun (Gambar 3.2). Di bawah ini merupakan rumus pendugaan suhu udara dengan metode Mock yaitu:

(1) Dari rumus Mock di atas didapat:

dimana:

∆T = selisih temperatur udara antara stasiun pengukuran dan stasiun acuan (oC)

Z1 = elevasi stasiun acuan (m) Z2 = elevasi stasiun pengukuran (m) T1 = suhu stasiun acuan (oC)

T2 = suhu stasiun yang dicari (oC)

22.0 22.2 22.4 22.6 22.8 23.0 23.2 23.4 23.6 23.8

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOP DES

t(ºC)

Bulan


(18)

19

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.2 Profil Suhu Bulanan Stasiun Geofisika Cemara berdasarkan data historis selama 10 tahun. (sumber : BMKG Bandung)

 Evapotranspirasi potensial (PE)

Nilai PE (evapotranspirasi potensial bulanan) ini didapat dengan menggunakan metode Thornthwaite-Matter melalui persamaan:

( )

dengan,

[ ] (2) dimana:

o Pex = evapotranspirasi potensial belum terkoreksi (mm/bulan)

o f = faktor koreksi yang didapat dari tabel koreksi lintang dan waktu (Lampiran 1) o T = suhu udara (oC)

o I = jumlah indeks panas dalam setahun o a = indeks panas

dengan,

Accumulated Potential Water Loss (APWL) atau jumlah kumulatif defisit curah

hujan

 Pada bulan-bulan kering atau nilai P < PE dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai selisih P-PE setiap bulannya dengan nilai P-PE bulan sebelumnya dengan kontinu atau berkelanjutan dari hasil sebelumnya.


(19)

20

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Kadar Air Tanah (KAT)

Nilai KAT dimana terjadi APWL didapat dengan rumus:

[[ ]| | ] (3)

Dimana, TLP = titik layu permanen; KL = kapasitas lapang; AT = air tersedia. Dengan asumsi tekstur tanah di wilayah Bandung yaitu lempung berpasir halus sehingga nilai KL = 250 mm, air tersedia=150mm (dilihat dari tabel WHC) dan TLP = 100 mm. Nilai TLP didapat dari persamaan:

 Perubahan Kadar Air Tanah (dKAT)

Nilai dKAT bulan tersebut adalah KAT bulan tersebut dikurangi KAT bulan sebelumnya. Nilai positif menyatakan perubahan kandungan air tanah yang berlangsung pada P>PE (musim hujan), penambahan berhenti bila dKAT = 0 setelah KL tercapai. Sebaliknya bila P<PE atau dKAT negatif, maka seluruh CH dan sebagian KAT akan dievapotranspirasikan.

 Evapotranspirasi Aktual (EA)

 Bila P>PE maka EA=PE karena EA mencapai maksimum

 Bila P<PE maka EA= | | karena seluruh P dan dKAT seluruhnya akan dievapotranspirasikan.

 Defisit Lengas Tanah (D)

Defisit berarti berkurangnya air untuk dievapotranspirasikan sehingga:

(4)

yang berlangsung pada musim kemarau.

 Surplus Lengas Tanah (S)

Surplus berarti kelebihan air ketika P>PE sehingga:


(20)

21

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu yang berlangsung pada musim hujan.

Setelah diperoleh pengolahan data di atas dapat dilihat secara jelas surplus dan defisit dari neraca air sehingga dapat dibuat grafik neraca air yang terdiri dari data curah hujan (P), evapotranspirasi potensial (PE), dan evapotranspirasi aktual (EA). Dari grafik neraca air tersebut dapat diketahui kapan terjadi defisit, surplus dan seberapa banyak pemakaian air tanah untuk wilayah Bandung. Selain itu, dibuatkan juga grafik curah hujan untuk mengetahui bagaimana pola hujan yang terjadi di wilayah Bandung karena dalam hal ini air hujan merupakan masukan dalam neraca air.

Dari informasi curah hujan dan neraca air yang didapat dibuat peta spasial dengan analisis spasial menggunakan ArcView 3.2 untuk mengetahui kondisi sebaran curah hujan dan ketersediaan air di wilayah Bandung. Metode yang digunakan dalam Arc View 3.2 untuk mengetahui kondisi ketersediaan air tanah yaitu dengan metode IDW (Inverse Distance Weighted) yang mengasumsikan bahwa tiap titik input mempunyai pengaruh yang bersifat local yang berkurang terhadap jarak. Data yang digunakan dalam pembuatan peta spasial ini diantaranya adalah peta wilayah Bandung, data informasi koordinat, elevasi (ketinggian), curah hujan (untuk peta spasial curah hujan), dan nilai persentase ketersediaan air tanah (untuk peta spasial ketersediaan air tanah) di setiap bulan pada setiap titik pengamatan. Peta wilayah Bandung yang digunakan yaitu peta Jawa Barat dalam bentuk shapefile.

Untuk membuat peta curah hujan diklasifikasikan dengan 8 indikator warna yaitu:

0-70 (mm) 280-350 (mm)

70-140 (mm) 350-420 (mm)

140-210 (mm) 420-490 (mm)

210-280 (mm) 490-600 (mm)

Sedangkan untuk membuat peta spasial ketersediaan air tanah menggunakan persentase ketersediaan air tanah didapat dengan menggunakan rumus:


(21)

22

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan rumus di atas, hasilnya dikategorikan ke dalam 3 bagian yaitu ketersediaan air tanah dikatakan :

 Kurang, jika nilai persentase <40%

 Sedang, jika nilai pesentase antara 40%-60%

 Cukup, jika nilai persentase >60%

Nilai curah hujan dan ketersediaan air tanah pada peta spasial diperlihatkan melalui indikator warna yang berbeda-beda sehingga sebarannya dapat diketahui dan terlihat lebih jelas. Indikator warna yang digunakan yaitu:

Kurang Sedang Cukup

Semua hasil pembuatan peta curah hujan dan ketersediaan air setiap bulan diexport ke dalam format JPEG.Urutan metode penelitian di atas dapat di gambarkan melalui diagram alir pada gambar 3.3 yang menjelaskan langkah-langkah dari penelitian yang telah dilakukan melalui simbol-simbol flowchart.

Urutan metode penelitian di atas dapat di gambarkan melalui diagram alir pada gambar 3.3 yang menjelaskan langkah-langkah dari penelitian yang telah dilakukan melalui simbol-simbol flowchart.


(22)

23

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian. Mulai

Pendugaan Suhu

Selesai - Data Elevasi

- Data Suhu Acuan

Perhitungan EA Perhitungan KAT dan dKAT Perhitungan Defisit dan Surplus Persentase Keter-sediaan Air Tanah

Grafik Neraca Air Peta Ketersediaan Peta Sebaran CH Analisis Kesimpulan Perhitungan PE, APWL - Data Curah Hujan

- Faktor Koreksi

Data KL, TLP dan AT

- Data Koordinat - Peta Bandung


(23)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh terlihat bahwa secara umum wilayah Bandung memiliki pola hujan monsunal. Setelah dilakukan analisis spasial curah hujan dengan menggunakan Arc View 3.2 terlihat bahwa wilayah Bandung mengalami musim kemarau di bulan Juni-September dengan nilai curah hujan <150 mm/bulan dan bulan Januari-April memiliki curah hujan yang sangat tinggi dengan nilai curah hujan ekstrim >400 mm/bulan di wilayah Cibuni dan sekitarnya.

Berdasarkan grafik neraca air dan analisis spasial ketersediaan air tanah diketahui bahwa wilayah Bandung mengalami defisit air tanah pada bulan Juni-September. Pada bulan Juni-September ini dapat dikatakan bahwa Bandung mengalami musim kemarau sesuai dengan analisis spasial curah hujan yang diperoleh dengan bulan September sebagai puncak musim kemarau. Namun di stasiun Cibuni terlihat bahwa tiap bulannya tidak mengalami penurunan ketersediaan air tanah atau tidak mengalami defisit. Hal ini didukung dengan hasil grafik neraca air yang memperlihatkan nilai curah hujan di Cibuni yang tinggi dan nilai evapotranspirasi potensial (PE) yang hampir sama dengan nilai evapotranspirasi aktual (EA). Wilayah yang memiliki nilai elevasi yang tinggi memiliki temperatur yang rendah, namun nilai ketersediaan air tanahnya akan tinggi jika nilai curah hujannya tinggi. B. Saran

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat lebih memperhatikan tentang bagaimana kodisi ketersediaan air tanah di wilayah Bandung mengingat air tanah sebagai salah satu sumber air bersih yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut guna memperoleh data yang lebih akurat dengan menambahkan variabel lain yang terkait.


(24)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter


(25)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, V. H. 2008. Proyeksi Neraca Air sebagai Implikasi Perubahan Iklim Global.(Tugas Akhir). Program Studi Meteorologi, FITB, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Herdian, A. 2012. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Thronthwaite-Matter di Wilayah Garut Jawa Barat. (Tugas Akhir). Program Studi Meteorologi, FITB, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Hermawan, E. 2010. Pengelompokan Pola Curah Hujan yang Terjadi di Beberapa Kawasan P. Sumatra Berbasis Hasil Analisis Teknik Spektral. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Volume 11 Nomor 2 Tahun 2010: 75-84,Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN, Jakarta.

Manik, T. K dkk. (2012).Evaluasi Metode Penman-Monteith dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran Rendah Provinsi Lampung, Indonesia.

Jurnal Keteknikan Pertanian : Vol. 26, No. 2.

Nasution, Ch., dan Syaifullah, D. 2005. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. JAI Vol 1 No. 2 2005, UPTHB-BPPT.

Purwantoro, A. 1990. Studi Water Balance (Neraca Air) Sub DAS ikapundung Bagian Hulu Periode 1980-1983. (Tugas Akhir). Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Riyazi, D. A. 2004. Analisis Neraca Air uuntuk Antisipasi Kekurangan Air pada Lahan Perkebunan Teh. (Tugas Akhir). Program Studi Meteorologi, Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Subekti, E. 2013. Bandung Masuk Zona Merah Air Tanah [Online]. Diakses dari www.fitb.itb.ac,id/berita/institusi/09110431/29/11/2013/955/-Bandung-Masuk-Zona-Merah-Air –Tanah [20 Juni 2014]


(26)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumawijaya, N. 2012. Imbuhan Buatan : Solusi untuk Mengatasi Masalah Kekurangan Air Tanah di Cekungan Bandung. Riset Geologi dan Pertambangan Vol. 21 No. 2 (2012), 63-74.


(1)

22

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan rumus di atas, hasilnya dikategorikan ke dalam 3 bagian yaitu ketersediaan air tanah dikatakan :

 Kurang, jika nilai persentase <40%

 Sedang, jika nilai pesentase antara 40%-60%

 Cukup, jika nilai persentase >60%

Nilai curah hujan dan ketersediaan air tanah pada peta spasial diperlihatkan melalui indikator warna yang berbeda-beda sehingga sebarannya dapat diketahui dan terlihat lebih jelas. Indikator warna yang digunakan yaitu:

Kurang Sedang Cukup

Semua hasil pembuatan peta curah hujan dan ketersediaan air setiap bulan diexport ke dalam format JPEG.Urutan metode penelitian di atas dapat di gambarkan melalui diagram alir pada gambar 3.3 yang menjelaskan langkah-langkah dari penelitian yang telah dilakukan melalui simbol-simbol flowchart.

Urutan metode penelitian di atas dapat di gambarkan melalui diagram alir pada gambar 3.3 yang menjelaskan langkah-langkah dari penelitian yang telah dilakukan melalui simbol-simbol flowchart.


(2)

23

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian.

Mulai

Pendugaan Suhu

Selesai - Data Elevasi

- Data Suhu Acuan

Perhitungan EA Perhitungan KAT dan dKAT Perhitungan Defisit dan Surplus Persentase Keter-sediaan Air Tanah

Grafik Neraca Air Peta Ketersediaan Peta Sebaran CH Analisis Kesimpulan Perhitungan PE, APWL - Data Curah Hujan

- Faktor Koreksi

Data KL, TLP dan AT

- Data Koordinat - Peta Bandung


(3)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh terlihat bahwa secara umum wilayah Bandung memiliki pola hujan monsunal. Setelah dilakukan analisis spasial curah hujan dengan menggunakan Arc View 3.2 terlihat bahwa wilayah Bandung mengalami musim kemarau di bulan Juni-September dengan nilai curah hujan <150 mm/bulan dan bulan Januari-April memiliki curah hujan yang sangat tinggi dengan nilai curah hujan ekstrim >400 mm/bulan di wilayah Cibuni dan sekitarnya.

Berdasarkan grafik neraca air dan analisis spasial ketersediaan air tanah diketahui bahwa wilayah Bandung mengalami defisit air tanah pada bulan Juni-September. Pada bulan Juni-September ini dapat dikatakan bahwa Bandung mengalami musim kemarau sesuai dengan analisis spasial curah hujan yang diperoleh dengan bulan September sebagai puncak musim kemarau. Namun di stasiun Cibuni terlihat bahwa tiap bulannya tidak mengalami penurunan ketersediaan air tanah atau tidak mengalami defisit. Hal ini didukung dengan hasil grafik neraca air yang memperlihatkan nilai curah hujan di Cibuni yang tinggi dan nilai evapotranspirasi potensial (PE) yang hampir sama dengan nilai evapotranspirasi aktual (EA). Wilayah yang memiliki nilai elevasi yang tinggi memiliki temperatur yang rendah, namun nilai ketersediaan air tanahnya akan tinggi jika nilai curah hujannya tinggi.

B. Saran

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat lebih memperhatikan tentang bagaimana kodisi ketersediaan air tanah di wilayah Bandung mengingat air tanah sebagai salah satu sumber air bersih yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut guna memperoleh data yang lebih akurat dengan menambahkan variabel lain yang terkait.


(4)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter


(5)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, V. H. 2008. Proyeksi Neraca Air sebagai Implikasi Perubahan Iklim Global.(Tugas Akhir). Program Studi Meteorologi, FITB, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Herdian, A. 2012. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Thronthwaite-Matter di Wilayah Garut Jawa Barat. (Tugas Akhir). Program Studi Meteorologi, FITB, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Hermawan, E. 2010. Pengelompokan Pola Curah Hujan yang Terjadi di Beberapa Kawasan P. Sumatra Berbasis Hasil Analisis Teknik Spektral. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Volume 11 Nomor 2 Tahun 2010: 75-84,Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN, Jakarta.

Manik, T. K dkk. (2012).Evaluasi Metode Penman-Monteith dalam Menduga Laju

Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran Rendah Provinsi Lampung, Indonesia.

Jurnal Keteknikan Pertanian : Vol. 26, No. 2.

Nasution, Ch., dan Syaifullah, D. 2005. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. JAI Vol 1 No. 2 2005, UPTHB-BPPT.

Purwantoro, A. 1990. Studi Water Balance (Neraca Air) Sub DAS ikapundung Bagian Hulu Periode 1980-1983. (Tugas Akhir). Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Riyazi, D. A. 2004. Analisis Neraca Air uuntuk Antisipasi Kekurangan Air pada Lahan Perkebunan Teh. (Tugas Akhir). Program Studi Meteorologi, Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Subekti, E. 2013. Bandung Masuk Zona Merah Air Tanah [Online]. Diakses dari www.fitb.itb.ac,id/berita/institusi/09110431/29/11/2013/955/-Bandung-Masuk-Zona-Merah-Air –Tanah [20 Juni 2014]


(6)

Annisa Tsamrotul Fu’adah,2014

Analisis spasial ketersediaan air tanah di wilayah Bandung dengan menggunakan metode heraca air thornthwaite-matter

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumawijaya, N. 2012. Imbuhan Buatan : Solusi untuk Mengatasi Masalah Kekurangan Air Tanah di Cekungan Bandung. Riset Geologi dan Pertambangan Vol. 21 No. 2 (2012), 63-74.