Penerapan Akuntansi Imbalan Kerja Berdasarkan PSAK no. 24 (Studi Kasus Pada PT. Heksatex Indah).

(1)

ABSTRACT

High-growth population and uneven distribution of the population, are the factors that influence labor issues in Indonesia. Fostering employment relationship between workers, employers, and governmentis necessary so this problem can be overcome. One of the government's efforts infostering labor relations is issued Ordinance No. 13 of 2003on Manpower. Financial Accounting Standards Board (DSAK) response to the Ordinance by setting specific financial reporting related to employee benefits. PSAK No. 24 was issued to improve the quality of financial reporting relatedtoemployee benefits.

According to the problem above, the objective of this research was to know how to recognise and measure employee benefit accounting based on PSAK No. 24. The object used in this research was PT. Heksatex Indah. The result shows that firm’s short -term employee benefits are recognised, measured, and presented according to PSAK

No.24. On the contrary, they didn’t recognise the post-employment benefit.

Keyword: employee benefits, short-term employee benefit, post-employment benefits, PSAK No. 24


(2)

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang merata, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Pembinaan hubungan ketenagakerjaan antara tenaga kerja, pengusaha, dan pemerintah sangat diperlukan sehingga masalah ketenagakerjaan dapat diatasi. Salah satu usaha pemerintah dalam pembinaan hubungan ketenagakerjaan adalah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) merespon pemberlakuan UU Ketenagakerjaan dengan menetapkan pelaporan keuangan khusus terkait imbalan kerja. PSAK No. 24 diterbitkan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan imbalan kerja.

Berdasarkan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaporan atas akuntansi Imbalan Kerja berdasarkan PSAK No. 24. Objek penelitian yang digunakan adalah PT. Heksatex Indah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbalan kerja jangka pendek yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan ketentuan dalam pengakuan, pengukuran dan penyajian PSAK No. 24. Dalam imbalan pasca kerja, perusahaan tidak mengakui imbalan pasca kerja.

Kata kunci: imbalan kerja, imbalan kerja jangka pendek, imbalan pasca kerja, PSAK No. 24


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... ... iv

ABSTRACT... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 4

1.4. Batasan Masalah... 4

1.5. Kegunaan Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan ... 6

2.2. Asas, Tujuan, dan Sifat Hukum Ketenagakerjaan ... 7


(4)

2.2.2. Tujuan Hukum Ketenagakerjaan... 8

2.2.3. Sifat Hukum Ketenagakerjaan... 9

2.3.Tujuan Pelaporan Keuangan... 9

2.4.Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi... 9

2.5. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan... 17

2.5.1. Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan... 18

2.5.2. Keandalan Pengukuran... 18

2.5.3. Pengakuan Aset... 19

2.5.4. Pengakuan Liabilitas... 19

2.5.4.1. Pengorbanan Manfaat Ekonomi... 20

2.5.4.2. Keharusan Sekarang... 21

2.5.4.3. Akibat Transaksi Masa Lalu... 21

2.5.4.4. Pengukuran, dan Penilaian Kewajiban... 22

2.5.4.5. Pengukuran... 22

2.5.4.6. Penilaian... 24

2.5.4.7. Pelunasan... 24

2.5.4.8. Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo... 25

2.5.4.9. Penyajian... 25

2.5.5. Pengakuan Beban... 26

2.6.Dasar Hukum dan Perkembangan Standar Pelaporan Keuangan ImbalanKerja... 27

2.6.1. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan Imbalan Kerja... 28

2.6.2. Perkembangan Standar Pelaporan Keuangan Imbalan Kerja... 29


(5)

2.7. Perlakuan Akuntansi Imbalan Kerja Jangka Pendek Dan

Jangka Panjang... 31

2.7.1. Penyajian dan Pengungkapan... 32

2.8. Imbalan Kerja Jangka Pendek dan Panjang... 34

2.8.1. Imbalan Kerja Jangka Pendek... 34

2.8.2. Imbalan Kerja Jangka Panjang... 38

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Objek Penelitian... 39

3.2.Metodologi Penelitian... 40

3.2.1. Penentuan Topik Penelitian... 42

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data... 42

3.2.3. Jenis Data Penelitian... 44

3.2.4. Prosedur Analisis Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian... 47

4.1.1. Profil Perusahaan... 47

4.1.2. Tenaga Kerja Perusahaan... 48

4.2. Imbalan Kerja Jangka Pendek PT. Heksatex Indah... 49

4.2.1. Pengakuan THR, Upah Lembur, Cuti Berimbalan Jangka Pendek, dan Program Bagi Laba dan Bonus Menurut PT. Heksatex Indah... 50


(6)

4.2.1.2. Pengakuan Upah... 50 4.2.1.3. Pengakuan Cuti Berimbalan Jangka

pendek... 51 4.2.1.4. Pengakuan Program Bagi Laba dan

Bonus... 51 4.2.2. Pengakuan THR, Upah Lembur, Cuti Berimbalan

Jangka Pendek, dan Program Bagi Laba dan Bonus Menurut PSAK No. 24... 51 4.2.2.1. Pengakuan THR... 51 4.2.2.2. Pengakuan Upah... 52 4.2.2.3. Pengakuan Cuti Berimbalan Jangka

pendek... 52 4.2.1.4. Pengakuan Program Bagi Laba dan

Bonus... 53 4.2.3. Pengukuran THR, Upah Lembur, Cuti Berimbalan

Jangka Pendek, dan Program Bagi Laba dan Bonus Menurut PT. Heksatex Indah... 54 4.2.3.1. Pengukuran THR... 54 4.2.3.2. Pengukuran Upah... 55 4.2.3.3. Pengukuran Cuti Berimbalan Jangka

pendek... 56 4.2.3.4. Pengukuran Program Bagi Laba dan


(7)

4.2.4. Pengukuran THR, Upah Lembur, Cuti Berimbalan Jangka Pendek, dan Program Bagi Laba dan Bonus Menurut PSAK No. 24... 57 4.2.4.1. Pengukuran THR... 57 4.2.4.2. Pengukuran Upah... 57 4.2.4.3. Pengukuran Cuti Berimbalan Jangka

pendek... 57 4.2.4.4. Pengukuran Program Bagi Laba dan

Bonus... 58 4.2.5. Penyajian THR, Upah Lembur, Cuti Berimbalan

Jangka Pendek, dan Program Bagi Laba dan

Bonus Menurut PT. Heksatex Inda... 58 4.2.5.1. Penyajian THR... 58 4.2.5.2. Penyajian Upah... 59 4.2.5.3. Penyajian Cuti Berimbalan Jangka

pendek... 60 4.2.5.4. Penyajian Program Bagi Laba dan

Bonus... 60 4.2.6. Penyajian THR, Upah Lembur, Cuti Berimbalan

Jangka Pendek, dan Program Bagi Laba dan Bonus

Menurut PSAK No. 24... 60 4.2.6.1. Penyajian THR... 60 4.2.6.2. Penyajian Upah... 61


(8)

4.2.6.3. Penyajian Cuti Berimbalan Jangka

pendek... 61

4.2.6.4. Penyajian Program Bagi Laba dan Bonus... 61

4.3. Analisa Perbandingan Antara Catatan PT. Heksatex Indah dengan PSAK No. 24... 62

4.4. Penjelasan Analisa Perbandingan Antara Catatan PT. Heksatex Indah dengan PSAK No. 24... 63

4.4.1. Pengakuan Imbalan Kerja Jangka Pendek... 63

4.4.2. Pengukuran Imbalan Kerja Jangka Pendek... 63

4.4.3. Penyajian Imbalan Kerja Jangka Pendek... 64

4.5. Imbalan Kerja Jangka Panjang PT. Heksatex Indah... 64

4.5.1. Pengakuan Imbalan Pasca Kerja Menurut PT. Heksatex Indah... 65

4.5.2. Pengakuan Imbalan Pasca Kerja Menurut PSAK No.24... 66

4.5.3. Pengukuran Imbalan Pasca Kerja Menurut PT. Heksatex Indah... 66

4.5.4. Pengukuran Imbalan Pasca Kerja Menurut PSAK No.24... 67

4.5.5. Penyajian Imbalan Pasca Kerja Menurut PT. Heksatex Indah... 67

4.5.6. Penyajian Imbalan Pasca Kerja Menurut PSAK No. 24... 67


(9)

4.6. Analisa Perbandingan Antara Catatan PT. Heksatex

Indah dengan PSAK... ... 68

4.7. Penjelasan Analisa Perbandingan Antara Catatan PT. Heksatex Indah dengan PSAK... 69

4.7.1. Pengakuan Imbalan Pasca Kerja... 69

4.7.2. Pengukuran Imbalan Pasca Kerja... 70

4.7.3. Penyajian Imbalan Pasca Kerja... 70

4.8. Perhitungan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasca Kerja.... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 75

5.2. Keterbatasan... 77

5.3. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 81

LAMPIRAN... 82


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Perincian Gaji Karyawan PT. Heksatex Indah per bulan... 48

Tabel 4.2. Jurnal Pengakuan Beban Imbalan Kerja Jangka Pendek... 54

Tabel 4.3. Perhitungan Tunjangan Hari Raya... 54

Tabel 4.4. Perhitungan Upah Lembur... 56

Tabel 4.5. Perbedaan Perlakuan Akuntansi PT. Heksatex Indah dan PSAK No. 24... 62

Tabel 4.6. Perhitungan Pesangon PT. Heksatex Indah... 66

Tabel 4.7. Perbedaan Perbandingan Antara Catatan PT. Heksatex Indah dengan PSAK No. 24 ... 68


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Perincian gaji karyawan PT. Heksatex Indah per bulan... 82 Lampiran 2: Perhitungan Pesangon PT. Heksatex Indah... 84 Lampiran 3: Perhitungan Pesangon UU No. 13 Tahun 2003... 85 Lampiran 4: Perhitungan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasca Kerja.. 86 Lampiran 5: Perincian Tunjangan Karyawan... 88


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang merata, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Kebutuhan kerja bagi tenaga kerja yang telah mencapai usia kerja demikian besar keadaannya di daerah yang sangat padat penduduknya, sedangkan di daerah yang masih kurang padat penduduknya dapat dikatakan kekurangan tenaga kerja yang berusia muda, cakap, dan trampil. Tenaga kerja yang berusia muda, cakap dan trampil cenderung pindah ke kota untuk mencari pengalaman. Oleh karena itu, banyaknya tenaga kerja yang pindah ke kota mengakibatkan padatnya penduduk di kota. Hal ini dapat dilihat dari tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan di kota besar. Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan masyarakat menjadi miskin dan banyak terjadi kejahatan karena tuntutan kebutuhan yang belum tercukupi.

Pembinaan hubungan ketenagakerjaan antara tenaga kerja, pengusaha, dan pemerintah sangat diperlukan sehingga masalah ketenagakerjaan dapat diatasi. Hubungan antara tenaga kerja, pengusaha, dan pemerintah disebut hubungan tripartit. Hubungan tripartit ini merupakan sarana strategis yang menghadirkan solusi dan alat untuk membangun hubungan industrial sehingga berbagai permasalahan ketenagakerjaan bisa diantisipasi sejak awal. Tindakan yang dapat dilakukan pemerintah misalnya perbaikan layanan pendidikan, khususnya pendidikan formal, dan mengurangi angka siswa putus sekolah. Pengusaha juga harus memperhatikan


(13)

Bab I Pendahuluan 2

kesejahteraan para tenaga kerjanya. Setiap perusahaan wajib memberikan fasilitas, pelatihan, perlindungan keselamatan fisik maupun mental dan pengupahan yang layak kepada setiap karyawannya. Dengan demikian, karyawan dapat bekerja dengan semestinya dan memberikan hasil yang maksimal terhadap perusahaan serta dapat mencapai kesejahteraan hidup. Sehingga hubungan tripartit ini dapat berlangsung harmonis dan roda perekonomian dapat berjalan dengan optimal.

Salah satu usaha pemerintah dalam pembinaan hubungan ketenagakerjaan adalah mengeluarkan Keputusan Tenaga Kerja RI Nomor Kep-150/Men/2000. Namun, pada tahun 2000 hingga 2002 terjadi penolakan terhadap keputusan Mentri Tenaga Kerja RI Nomor Kep-150/Men/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan. Penolakan tersebut mengakibatkan demonstrasi besar-besaran para karyawan di berbagai kota besar. Sehingga pada tahun 2003 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) yang berlaku efektif sejak 25 Maret 2003. UU Ketenagakerjaan disusun dengan harapan dapat menciptakan rasa keadilan bagi semua pihak dan memperluas lapangan kerja dengan menjaga iklim investasi. UU Ketenagakerjaan merupakan dasar dalam menentukan besaran baik imbalan kerja jangka pendek maupun imbalan kerja jangka panjang yang harus dilaporkan pada laporan keuangan setiap perusahaan.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) merespon pemberlakuan UU Ketenagakerjaan dengan menetapkan pelaporan keuangan khusus terkait imbalan kerja. PSAK No. 24 diterbitkan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan imbalan kerja. Keberadaan standar pelaporan keuangan imbalan kerja tidak dapat dipisahkan dari UU Ketenagakerjaan. UU Ketenagakerjaan


(14)

Bab I Pendahuluan 3

harus dipertimbangkan dalam pelaporan keuangan imbalan kerja (Marisi, 2012:2). Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) mempertimbangkan standar pelaporan keuangan yang tidak bertentangan dengan UU Ketenagakerjaan. Salah satunya dapat dilihat dari ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang mengharuskan perusahaan untuk membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya.

Di Bandung terdapat banyak perusahaan yang sedang dalam proses penerapan PSAK No. 24. Salah satunya adalah PT Heksatex Indah yang bergerak di bidang tekstil. PT Heksatex Indah terletak di jalan Nanjung KM 2 Cimahi Selatan, Bandung. PT. Heksatex Indah merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang tekstil yang mengelola bahan baku hingga menjadi kain. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, PT. Heksatex Indah sedang dalam proses penerapan PSAK dalam menyajikan laporan keuangannya agar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum khususnya penerapan PSAK No. 24. Kapasitas karyawan PT Heksatex Indah kira-kira lebih dari 100 orang dan terdiri dari 17 golongan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana pelaporan atas akuntansi Imbalan Kerja berdasarkan PSAK No. 24 pada PT Heksatex Indah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan mengambil topik “Penerapan

Akuntansi Imbalan Kerja Berdasarkan PSAK No.24” (Studi Kasus Pada PT. Heksatex Indah).


(15)

Bab I Pendahuluan 4

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengakuan beban imbalan kerja pada PT Heksatex Indah? 2. Bagaimana pengukuran beban imbalan kerja pada PT Heksatex Indah? 3. Bagaimana penyajian beban imbalan kerja pada PT Heksatex Indah?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengakuan beban imbalan kerja pada PT Heksatex Indah 2. Untuk mengetahui pengukuran beban imbalan kerja pada PT Heksatex Indah 3. Untuk mengetahui penyajian beban imbalan kerja pada PT Heksatex Indah

1.4. Batasan Masalah

Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang Imbalan Kerja Jangka Pendek seperti upah atau gaji pokok, tunjangan hari raya, cuti berimbalan jangka pendek, dan upah lembur serta imbalan kerja jangka panjang seperti imbalan pasca kerja, dan pesangon. Hal ini disebabkan karena luasnya cakupan mengenai imbalan kerja. Selain itu dalam PT. Heksatex Indah ada beberapa imbalan kerja jangka panjang yang tidak ada, seperti jaminan hari tua, cuti berimbalan jangka panjang, dan santunan hari tua, sehingga penulis hanya memfokuskan pada imbalan kerja jangka pendek dan sebagian imbalan kerja jangka panjang.


(16)

Bab I Pendahuluan 5

1.5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan: 1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai akuntansi imbalan kerja di lapangan dengan aturan standar yang berlaku terkait pelaporan dan pengakuan beban imbalan kerja dalam laporan keuangan. Penulis juga berharap dapat memperoleh informasi apakah perusahaan telah menerapkan aturan standar yang tepat atau sebaliknya.

2. Bagi perusahaan

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam mempertimbangkan dan mengevaluasi apakah perusahaan telah menerapkan akuntansi Imbalan Kerja sesuai dengan ketentuan PSAK No. 24 dan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003. Dengan demikian, perusahaan dapat memahami perlakuan akuntansi imbalan kerja yang seharusnya dilaporkan oleh perusahaan dalam laporan keuangannya.

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan standar berbasis IFRS yang seharusnya dalam Imbalan kerja dan juga sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang imbalan kerja yang sesuai dengan standar dan UU yang berlaku. Gambaran ini diperlukan sehubungan dengan adanya upaya untuk konvergensi standar berbasis internasional. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi apakah selama ini standar yang dikeluarkan dapat dipraktikkan atau tidak dalam industri nyata di lapangan.


(17)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilakukan oleh PT. Heksatex Indah telah sesuai dengan standar yang berlaku atau sebaliknya. Penelitian dilakukan pada PT. Heksatex Indah yang terletak di jalan Nanjung KM 2 Cimahi Selatan, Bandung. Dari penelitian ini dapat disimpulkan mengenai pengakuan, pengukuran, dan penyajian laporan keuangan yang dilaporkan oleh PT. Heksatex Indah, yaitu:

1. Pengakuan beban imbalan kerja jangka pendek

Dalam pengakuan beban imbalan kerja jangka pendek, PT. Heksatex Indah telah mengikuti standar yang berlaku. Pengakuan beban imbalan kerja jangka pendek PT. Heksatex Indah diakui sebesar jumlah tidak terdiskonto sesuai dengan PSAK No. 24 paragraf 10, yang mengharuskan entitas mengakui jumlah tidak terdiskonto atas imbalan kerja jangka pendek.

2. Pengukuran beban imbalan kerja jangka pendek

Dalam pengukuran beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek, PT. Heksatex Indah telah mengikuti standar yang berlaku. Pengukuran beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek PT. Heksatex Indah diukur dengan dasar jumlah tidak terdiskonto sesuai dengan PSAK No. 24 paragraf 09, yang menjelaskan bahwa dalam imbalan kerja jangka pendek tidak terdapat asumsi aktuaria dalam mengukur kewajiban atau beban imbalan kerja jangka pendek.


(18)

Bab V Simpulan dan Saran 76

3. Penyajian beban imbalan kerja jangka pendek

Dalam penyajian beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek, PT. Heksatex Indah telah mengikuti standar yang berlaku. Penyajian beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek PT. Heksatex Indah disajikan sebagai beban dalam laporan laba rugi dan sebagai liabilitas dalam neraca.

4. Pengakuan imbalan pasca kerja

Penyelesaian imbalan pasca kerja yang dilakukan oleh PT. Heksatex Indah adalah melalui pembayaran kas. Pembayaran dilakukan terhadap uang pesangon, penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak. PT. Heksatex Indah tidak didanai melalui dana pensiun ataupun asuransi, maka perusahaan membebankan beban imbalan kerja dan mengakui kewajiban imbalan kerja. Ketentuan dalam PSAK No. 24 paragraf 52, untuk akuntansi program imbalan pasti yang tidak didanai, pada saat jatuh tempo pembayaran atas imbalan yang tidak didanai tidak hanya bergantung pada posisi keuangan dan kinerja investasi dana namun juga pada kemampuan entitas untuk menutupi kekurangan pada aset dana tersebut. Pembayaran dengan kas tidak dilarang oleh PSAK namun pembayaran dengan uang tunai dapat mengganggu likuiditas perusahaan, terlebih pemutusan hubungan kerja tersebut tidak terencana.

5. Pengukuran imbalan pasca kerja

PT. Heksatex Indah mengukur kewajiban imbalan pasca kerja dengan menggunakan dasar diskonto karena kemungkinan kewajiban baru terselesaikan beberapa tahun setelah pekerja memberikan jasanya. PT. Heksatex Indah membayar imbalan pasca kerja dengan menggunakan kas. Pembayaran dengan


(19)

Bab V Simpulan dan Saran 77

uang kas pada saat dilakukan pemutusan hubungan kerja dapat mengganggu likuiditas perusahaan.

6. Penyajian imbalan pasca kerja

Imbalan Pasca Kerja yang disajikan oleh PT. Heksatex Indah berpengaruh terhadap laporan laba rugi yang dimasukkan dalam beban pabrikasi dan hutang lain-lain dalam neraca. PT. Heksatex Indah menyajikan kewajiban imbalan pasca kerja sebagai kewajiban lancar bukan sebagai kewajiban tidak lancar. PSAK No. 24 memberikan ketentuan yang spesifik terkait dengan penyajian kewajiban imbalan pasca kerja harus disajikan sebagai bagian dari kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Bagi kewajiban yang akan direalisasi dalam waktu satu tahun wajib diklasifikasikan sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek.

5.2. Keterbatasan

Hasil penelitian ini mampu memberikan masukkan kepada perusahaan yang bersangkutan mengenai imbalan kerja perusahaan yang sesuai dengan standar yang telah berlaku, tetapi penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang terkait. Beberapa keterbatasan yang telah diidentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Peneliti tidak melakukan penelitian pada perusahaan go public yang biasanya

telah menggunakan imbalan pasca kerja dengan penggunaan asumsi-asumsi aktuaria

2. Peneliti tidak melakukan perhitungan imbalan pasca kerja secara keseluruhan. Peneliti hanya meneliti beberapa sampel dari semua golongan karyawan dalam departemen yang ada dalam perusahaan.


(20)

Bab V Simpulan dan Saran 78

3. Peneliti tidak melakukan penelitian pada perusahaan yang menerapkan cuti berimbalan jangka pendek dan program bagi laba dan bonus.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan hasil penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk perusahaan dan untuk peneliti selanjutnya sebagai pengembangan penelitian yang akan datang. Beberapa saran yang terkait adalah sebagai berikut:

1. Untuk perusahaan

 Pengakuan imbalan kerja jangka pendek

Untuk pengakuan imbalan kerja jangka pendek yang dijalankan perusahaan telah sesuai dengan pengakuan imbalan kerja jangka pendek PSAK No.24 paragraf 10, yang mengharuskan entitas mengakui jumlah tidak terdiskonto atas imbalan kerja jangka pendek. Perusahaan dapat tetap menjalankan pengakuan imbalan kerja jangka pendek yang telah dilakukan selama ini kerena telah sesuai dengan standar yang berlaku.

 Pengukuran imbalan kerja jangka pendek

Untuk pengukuran imbalan kerja jangka pendek yang digunakan perusahaan selama ini telah sesuai dengan pengukuran imbalan kerja jangka pendek PSAK No.24 paragraf 09, yang menjelaskan bahwa dalam imbalan kerja jangka pendek tidak terdapat asumsi aktuaria dalam mengukur kewajiban atau beban imbalan kerja jangka pendek. Perusahaan dapat tetap menjalankan pengukuran imbalan kerja jangka pendek yang telah dilakukan selama ini kerena telah sesuai dengan standar yang berlaku.


(21)

Bab V Simpulan dan Saran 79

 Penyajian imbalan kerja jangka pendek

Untuk penyajian imbalan kerja jangka pendek yang digunakan perusahaan telah sesuai dengan penyajian imbalan kerja jangka pendek menurut PSAK No. 24 atas beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek sebagai beban dalam laporan laba rugi dan sebagai liabilitas dalam neraca. Perusahaan dapat tetap menyajikan imbalan kerja jangka pendek yang telah dilakukan selama ini kerena telah sesuai dengan standar yang berlaku.

 Pengakuan imbalan pasca kerja

Sebaiknya imbalan pasca kerja pada laporan keuangan perusahaan diakui dengan menggunakan metode projected unit credit untuk menentukan nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dan biaya jasa kini.

 Pengukuran imbalan pasca kerja

Sebaiknya PT. Heksatex Indah membuat asumsi-asumsi aktuaria yang dapat digunakan untuk mengukur imbalan pasca kerja. Perusahaan dapat menerapkan imbalan pasca kerja yang sudah dibuat oleh peneliti, namun asumsi-asumsi yang ada seperti, asumsi angka peluang, dan asumsi tingkat suku bunga diskonto ditentukan kembali sesuai dengan keadaan dalam perusahaan.

 Penyajian imbalan pasca kerja

Sebaiknya perusahaan membuat imbalan pasca kerja secara keseluruhan, yang mencakup semua golongan karyawan dalam semua departemen yang ada dalam perusahaan. Sehingga laporan keuangan perusahaan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dan perusahaan juga harus menentukan umur pensiun karyawan, karena semakin lanjut usia


(22)

Bab V Simpulan dan Saran 80

karyawan akan mempengaruhi tingkat turnover (pengunduran diri) dalam penentuan asumsi aktuaria dan kinerja karyawan cenderung menurun.

2. Untuk peneliti selanjutnya

 Penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian pada perusahaan go public yang biasanya telah membuat imbalan pasca kerja sehingga dapat diperbandingkan dengan imbalan pasca kerja yang diharuskan oleh standar.  Penelitian yang akan datang diharapkan dapat meneliti secara keseluruhan

golongan karyawan yang terdapat dalam perusahaan yang diteliti. Sehingga dapat diketahui secara keseluruhan besarnya jumlah yang diakui perusahaan pada akhir periode sesuai tidak dengan yang diakui oleh standar yang berlaku.  Penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian pada perusahaan yang


(23)

DAFTAR PUSTAKA

FASB. 1987. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1.

Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT Raya Grafindo. Mataram.

Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 (Revisi 2012) tentang “Imbalan Kerja”, IAI 2012.

Keputusan Mentri Tenaga Kerja Republik Indonesia, Nomor Kep/150/Men/2000 Tentang “Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian Di Perusahaan”.

Khakim, Abdul. 2009. Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti. Kuala Labai.

Lam dan Lau. 2009. Intermediate Financial Reporting. Mc Graw Hill Education. Singapore.

Purba, Marisi P. 2012. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Imbalan Kerja. Graha Ilmu. Bandung.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi-Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.


(1)

3. Penyajian beban imbalan kerja jangka pendek

Dalam penyajian beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek, PT. Heksatex Indah telah mengikuti standar yang berlaku. Penyajian beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek PT. Heksatex Indah disajikan sebagai beban dalam laporan laba rugi dan sebagai liabilitas dalam neraca.

4. Pengakuan imbalan pasca kerja

Penyelesaian imbalan pasca kerja yang dilakukan oleh PT. Heksatex Indah adalah melalui pembayaran kas. Pembayaran dilakukan terhadap uang pesangon, penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak. PT. Heksatex Indah tidak didanai melalui dana pensiun ataupun asuransi, maka perusahaan membebankan beban imbalan kerja dan mengakui kewajiban imbalan kerja. Ketentuan dalam PSAK No. 24 paragraf 52, untuk akuntansi program imbalan pasti yang tidak didanai, pada saat jatuh tempo pembayaran atas imbalan yang tidak didanai tidak hanya bergantung pada posisi keuangan dan kinerja investasi dana namun juga pada kemampuan entitas untuk menutupi kekurangan pada aset dana tersebut. Pembayaran dengan kas tidak dilarang oleh PSAK namun pembayaran dengan uang tunai dapat mengganggu likuiditas perusahaan, terlebih pemutusan hubungan kerja tersebut tidak terencana.

5. Pengukuran imbalan pasca kerja

PT. Heksatex Indah mengukur kewajiban imbalan pasca kerja dengan menggunakan dasar diskonto karena kemungkinan kewajiban baru terselesaikan beberapa tahun setelah pekerja memberikan jasanya. PT. Heksatex Indah membayar imbalan pasca kerja dengan menggunakan kas. Pembayaran dengan


(2)

uang kas pada saat dilakukan pemutusan hubungan kerja dapat mengganggu likuiditas perusahaan.

6. Penyajian imbalan pasca kerja

Imbalan Pasca Kerja yang disajikan oleh PT. Heksatex Indah berpengaruh terhadap laporan laba rugi yang dimasukkan dalam beban pabrikasi dan hutang lain-lain dalam neraca. PT. Heksatex Indah menyajikan kewajiban imbalan pasca kerja sebagai kewajiban lancar bukan sebagai kewajiban tidak lancar. PSAK No. 24 memberikan ketentuan yang spesifik terkait dengan penyajian kewajiban imbalan pasca kerja harus disajikan sebagai bagian dari kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Bagi kewajiban yang akan direalisasi dalam waktu satu tahun wajib diklasifikasikan sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek.

5.2. Keterbatasan

Hasil penelitian ini mampu memberikan masukkan kepada perusahaan yang bersangkutan mengenai imbalan kerja perusahaan yang sesuai dengan standar yang telah berlaku, tetapi penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang terkait. Beberapa keterbatasan yang telah diidentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Peneliti tidak melakukan penelitian pada perusahaan go public yang biasanya

telah menggunakan imbalan pasca kerja dengan penggunaan asumsi-asumsi aktuaria

2. Peneliti tidak melakukan perhitungan imbalan pasca kerja secara keseluruhan. Peneliti hanya meneliti beberapa sampel dari semua golongan karyawan dalam departemen yang ada dalam perusahaan.


(3)

3. Peneliti tidak melakukan penelitian pada perusahaan yang menerapkan cuti berimbalan jangka pendek dan program bagi laba dan bonus.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan hasil penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk perusahaan dan untuk peneliti selanjutnya sebagai pengembangan penelitian yang akan datang. Beberapa saran yang terkait adalah sebagai berikut:

1. Untuk perusahaan

 Pengakuan imbalan kerja jangka pendek

Untuk pengakuan imbalan kerja jangka pendek yang dijalankan perusahaan telah sesuai dengan pengakuan imbalan kerja jangka pendek PSAK No.24 paragraf 10, yang mengharuskan entitas mengakui jumlah tidak terdiskonto atas imbalan kerja jangka pendek. Perusahaan dapat tetap menjalankan pengakuan imbalan kerja jangka pendek yang telah dilakukan selama ini kerena telah sesuai dengan standar yang berlaku.

 Pengukuran imbalan kerja jangka pendek

Untuk pengukuran imbalan kerja jangka pendek yang digunakan perusahaan selama ini telah sesuai dengan pengukuran imbalan kerja jangka pendek PSAK No.24 paragraf 09, yang menjelaskan bahwa dalam imbalan kerja jangka pendek tidak terdapat asumsi aktuaria dalam mengukur kewajiban atau beban imbalan kerja jangka pendek. Perusahaan dapat tetap menjalankan pengukuran imbalan kerja jangka pendek yang telah dilakukan selama ini kerena telah sesuai dengan standar yang berlaku.


(4)

 Penyajian imbalan kerja jangka pendek

Untuk penyajian imbalan kerja jangka pendek yang digunakan perusahaan telah sesuai dengan penyajian imbalan kerja jangka pendek menurut PSAK No. 24 atas beban atau kewajiban imbalan kerja jangka pendek sebagai beban dalam laporan laba rugi dan sebagai liabilitas dalam neraca. Perusahaan dapat tetap menyajikan imbalan kerja jangka pendek yang telah dilakukan selama ini kerena telah sesuai dengan standar yang berlaku.

 Pengakuan imbalan pasca kerja

Sebaiknya imbalan pasca kerja pada laporan keuangan perusahaan diakui dengan menggunakan metode projected unit credit untuk menentukan nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dan biaya jasa kini.

 Pengukuran imbalan pasca kerja

Sebaiknya PT. Heksatex Indah membuat asumsi-asumsi aktuaria yang dapat digunakan untuk mengukur imbalan pasca kerja. Perusahaan dapat menerapkan imbalan pasca kerja yang sudah dibuat oleh peneliti, namun asumsi-asumsi yang ada seperti, asumsi angka peluang, dan asumsi tingkat suku bunga diskonto ditentukan kembali sesuai dengan keadaan dalam perusahaan.

 Penyajian imbalan pasca kerja

Sebaiknya perusahaan membuat imbalan pasca kerja secara keseluruhan, yang mencakup semua golongan karyawan dalam semua departemen yang ada dalam perusahaan. Sehingga laporan keuangan perusahaan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dan perusahaan juga harus menentukan umur pensiun karyawan, karena semakin lanjut usia


(5)

karyawan akan mempengaruhi tingkat turnover (pengunduran diri) dalam penentuan asumsi aktuaria dan kinerja karyawan cenderung menurun.

2. Untuk peneliti selanjutnya

 Penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian pada perusahaan go public yang biasanya telah membuat imbalan pasca kerja sehingga dapat diperbandingkan dengan imbalan pasca kerja yang diharuskan oleh standar.  Penelitian yang akan datang diharapkan dapat meneliti secara keseluruhan

golongan karyawan yang terdapat dalam perusahaan yang diteliti. Sehingga dapat diketahui secara keseluruhan besarnya jumlah yang diakui perusahaan pada akhir periode sesuai tidak dengan yang diakui oleh standar yang berlaku.  Penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian pada perusahaan yang


(6)

FASB. 1987. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1.

Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT Raya Grafindo. Mataram.

Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24

(Revisi 2012) tentang “Imbalan Kerja”, IAI 2012.

Keputusan Mentri Tenaga Kerja Republik Indonesia, Nomor Kep/150/Men/2000

Tentang “Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan

Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian Di

Perusahaan”.

Khakim, Abdul. 2009. Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti. Kuala Labai.

Lam dan Lau. 2009. Intermediate Financial Reporting. Mc Graw Hill

Education. Singapore.

Purba, Marisi P. 2012. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Imbalan Kerja. Graha Ilmu. Bandung.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi-Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.