Evaluasi dan Penerapan PSAK no. 30 Revisi 2011 Mengenai Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback serta Pengaruhnya terhadap Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada PT. Heksatex Indah, Bandung).

(1)

vi

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study aimed to determine whether the accounting treatment for sale and leaseback transactions on fixed assets has been carried out by the company in accordance with accounting standards and how they affect the financial statements of the company especially in the Balance Sheet and income statement of the company. Object of this study is Heksatex PT Indah such machines using descriptive qualitative research method approach. The survey results revealed that the accounting treatment of sale and leaseback on the machine is included in finance lease criteria. Treatment as a finance lease by the company has not been revised in accordance with PSAK 30, 2011 in terms of initial recognition, measurement, presentation and sale and leaseback transactions. This will affect the fairness of the presentation of the financial statements as there are items that overstated and understated, therefore necessary adjustments to correct those mistakes.


(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi untuk transaksi sale and leaseback aset tetap yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan bagaimana pengaruhnya pada laporan keuangan perusahaan khususnya pada Neraca dan Laporan laba rugi perusahaan. Objek penelitian ini adalah PT Heksatex Indah berupa mesin dengan menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif deskriptif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan akuntansi sale and leaseback atas mesin tersebut termasuk dalam kriteria finance lease. Perlakuan sebagai finance lease oleh perusahaan belum sesuai dengan PSAK No.30 Revisi 2011 dalam hal pengakuan awal, pengukuran, serta penyajian transaksi sale and leaseback. Hal ini akan berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan karena terdapat pos-pos yang overstated dan understated, oleh karena itu diperlukan penyesuaian untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan tersebut.


(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Bagi Penulis ... 4

1.5.1 Bagi PT Heksatex Indah ... 5

1.5.1 Bagi Pihak Lain ... 5


(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

2.1 Aset Tetap ... 7

2.1.1 Pengertian Aset Tetap ... 7

2.1.2 Pengukuran Aset Tetap ... 7

2.1.3 Pengelompokan Aset Tetap ... 8

2.1.4 Depresiasi Aset Tetap ... 9

2.1.5 Metode Depresiasi ... 9

2.2 Sewa Guna Usaha ... 13

2.2.1 Keunggulan dan Kelemahan Sewa Guna Usaha ... 13

2.2.1.1 Keunggulan Sewa Guna Usaha ... 13

2.2.1.2 Kelemahan Sewa Guna Usaha ... 14

2.2.2 Sejarah Sewa Guna Usaha ... 15

2.2.3 Definisi Sewa Guna Usaha ... 17

2.2.4 Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha ... 18

2.2.5 Ketentuan Sewa Guna Usaha ... 20

2.2.6 Kriteria Pengelompokan Transaksi Sewa Guna Usaha ... 21

2.2.7 Jual dan Sewa-balik (Sale and Leaseback) ... 24

2.2.8 Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback bagi Lessee ... 24

2.2.8.1 Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback Financial Lease ... 25

2.2.8.2 Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback Operating Lease .. 26

2.2.9 Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sale and Leaseback ... 26

2.2.9.1 Pelaporan dan Pengungkapan Sale and Leaseback Financial Lease ... 26


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha 2.2.9.1 Pelaporan dan Pengungkapan Sale and Leaseback Operating

Lease ... 27

2.2.10 Ilustrasi Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback Finance Lease .. 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Obyek Penelitian ... 32

3.2 Jenis Penelitian ... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data... 34

3.3.1 Jenis Data ... 34

3.3.2 Sumber Data ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data... 35

3.4.1 Penelitian Lapangan ... 35

3.4.2 Studi Pustaka ... 36

3.5 Analisis Data ... 36

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Deskripsi Perusahaan Mengenai Sale and Leaseback PT Heksatex Indah Selama Tahun 2011... 39

4.1.1 Daftar Aset Tetap Sale and Leaseback Berupa Mesin PT Heksatex Indah Selama Tahun 2011 ... 39


(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha 4.2.1 Pengakuan Awal Akuntansi Sale and Leaseback oleh PT Heksatex

Indah ... 40

4.2.2 Pencatatan Awal Perolehan oleh PT Heksatex Indah ... 42

4.2.3 Pencatatan Angsuran dan Beban Bunga oleh PT Heksatex Indah ... 43

4.2.4 Pencatatan Depresiasi oleh PT Heksatex Indah ... 44

4.2.5 Penyajian Transaksi Sale and Leaseback oleh PT Heksatex Indah ... 45

4.3 Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback Menurut PSAK No.30 Revisi 2011... 47

4.3.1 Identifikasi Kriteria Sale and Leaseback Menurut PSAK No.30 ... 47

4.3.2 Pencatatan Penjualan Aset Tetap Menurut PSAK No.30 ... 48

4.3.3 Pencatatan Awal Perolehan Aset Sewa Guna Usaha Menurut PSAK No.30 ... 51

4.3.3.1 Simpanan Jaminan Menurut PSAK No.30 ... 51

4.3.3.2 Awal Perolehan Sewa Guna Usaha Menurut PSAK No.30 ... 52

4.3.4 Pencatatan Akumulasi Depresiasi Aset Sewa Guna Usaha Menurut PSAK No.30 ... 54

4.3.5 Pencatatan Angsuran dan Beban Bunga Menurut PSAK No.30... 56

4.3.6 Amortisasi Rugi yang Ditangguhkan Menurut PSAK No.30 ... 57

4.3.7 Penyajian Transaksi Sale and Leaseback Menurut PSAK No.30 ... 59

4.3 Analisis Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback Menurut PT Heksatex Indah dengan Perlakuan Akuntansi Sale and Leaseback Berdasarkan PSAK No.30 Revisi 2011 ... 61


(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Keterbatasan ... 69

5.3 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 74


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perusahaan manufaktur, aset tetap merupakan bagian penting dari kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaan manufaktur mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu kurang lebih sebesar 25% dari total seluruh aset perusahaan (Wahyuni 2009:2). Menurut PSAK 16 paragraf 6, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi; dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Ada dua cara untuk memperoleh aset tetap bagi perusahaan yang tidak memiliki kecukupan dana, yaitu melalui pinjaman dana tunai atau mengajukan kredit kepada bank, dan melalui pembiayaan sewa guna usaha atau leasing. Apabila kita mengajukan kredit kepada bank, maka akan memerlukan persyaratan dan jaminan yang besar. Namun melalui pembiayaan sewa guna usaha, perusahaan dapat memperoleh aset tetap dengan lebih mudah, cepat dan memerlukan persyaratan yang lebih fleksibel serta akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran tunai dibandingkan dengan pengajuan kredit kepada bank.

Sewa guna usaha atau leasing adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lesse melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada


(9)

BAB I PENDAHULUAN 2

Universitas Kristen Maranatha lessor (PSAK 30 Par.04). Salah satu jenis dari sewa guna usaha adalah sale and leaseback yaitu lesse menjual aset tetapnya kepada lessor lalu menyewa kembali aset tetap yang sama dari lessor. Berdasarkan penelitian David (2005) sebagian besar perusahaan melakukan sale and leaseback untuk mengatasi kendala likuiditas, seperti untuk pembayaran hutang, untuk investasi, atau mengembangkan bisnisnya. Kegiatan sale and leaseback sendiri secara mendasar diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu sewa pembiayaan (finance lease) dan sewa operasi (operating lease). Bagi lesse, kedua jenis sewa tersebut mempunyai dampak yang berbeda terhadap penyajian laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi. Oleh sebab itu, apabila lessee melakukan kesalahan dalam mengklasifikasikan sewa guna usahanya, maka akan berdampak pada penyajian informasi laporan keuangan yang kurang andal.

Saat ini perlakuan akuntansi untuk sale and leaseback mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 revisi 2011 yang telah mengadopsi International Accounting Standards 17. Standar ini mengatur perlakuan akuntansi sale and leaseback, mencakup dari klasifikasi sale and leaseback, pengakuan awal, pengukuran, hingga pengungkapan baik bagi lessor maupun lessee. Bagi lessee sale and leaseback dengan metode finance lease dan operating lease mempunyai akibat yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan laba rugi. Metode finance lease akan menghasilkan jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan lebih besar, serta laba yang lebih rendah dibandingkan dengan operating lease. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan cenderung memilih melakukan pencatatan transaksi sale and leaseback menggunakan metode operating lease walaupun sebenarnya sale and leaseback yang


(10)

BAB I PENDAHULUAN 3

Universitas Kristen Maranatha dilakukan merupakan financial lease. sehubungan dengan adanya konvergensi IFRS, perusahaan-perusahaan ini diharapkan dapat menerapkan standar yang berlaku dalam transaksi sale and leaseback agar laporan keuangan yang disajikan lebih berkualitas dan lebih dapat diandalkan.

PT. Heksatex Indah adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur tekstil. Kegiatan operasional utama perusahaan adalah mengolah bahan baku berupa benang menjadi bahan setengah jadi yaitu kain. Untuk menunjang kelancaran kegiatan usahanya, PT. Heksatex Indah melakukan pengadaan aset tetapnya berupa mesin yang digunakan untuk mengolah benang yang diperoleh melalui sumber pembiayaan sale and leaseback. Saat ini perusahaan sudah menerapkan aturan PSAK 30 namun belum sepenuhnya mengadopsi aturan standar revisi terbaru.

Oleh karena itu Berdasarkan uraian di atas, maka judul skripsi ini adlaah “EVALUASI DAN PENERAPAN PSAK No.30 REVISI 2011 MENGENAI PERLAKUAN AKUNTANSI SALE AND LEASEBACK SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus Pada PT. Heksatex Indah, Bandung)”

1.2. Rumusan Masalah

Dengan menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.30 Revisi 2011 tentang sewa guna usaha sebagai pedoman, serta sesuai dengan uraian pada bagian latar belakang, penulis mengidentifikasikan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perlakuan akuntansi sale and leaseback aset tetap berdasarkan


(11)

BAB I PENDAHULUAN 4

Universitas Kristen Maranatha

2. Bagaimana dampak dari penerapan PSAK No.30 Revisi 2011 terhadap laporan

keuangan PT. Heksatex Indah? 1.3. Batasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih spesifik dan terarah, maka penulis membatasi masalah hanya pada perlakuan akuntansi sale and leaseback aset tetap berupa mesin pada laporan keuangan PT. Heksatex Indah tahun 2011. Hal ini dikarenakan mesin tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perusahaan, yaitu sekitar 90% total aset tetap perusahaan berasal dari mesin. Oleh karena itu apabila perusahaan melakukan pencatatan transaksi sewa guna usahanya tidak sesuai dengan standar, maka akan mempengaruhi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi sale and leaseback aset tetap

berdasarkan PSAK No.30 Revisi 2011 pada laporan keuangan PT. Heksatex Indah.

2. untuk mengetahui dampak perlakuan akuntansi sale and leaseback yang sesuai

dengan PSAK No.30 adopsi dari IAS No.17 terhadap laporan keuangan PT. Heksatex Indah selama periode leasing.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dengan memperoleh gambaran nyata mengenai praktik sale and leaseback, dan memberi gambaran apakah selama ini perusahaan telah menerapkan konsep standar dengan tepat atau


(12)

BAB I PENDAHULUAN 5

Universitas Kristen Maranatha tidak. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat mengambil peran serta dalam mengembangkan standar yang ada dengan cara memberi saran dan masukan bagi pembuat standar untuk mengevaluasi apakah standar yang berlaku sudah relevan dengan keadaan perusahaan dilapangan, serta mempertimbangkan hambatan dalam penerapan standar tersebut.

1.5.2. Bagi PT Heksatex Indah

Dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan apakah perlakuan akuntansi pada sale and leaseback aset tetap perusahaan dalam laporan keuangannya sudah tepat dengan konsep dan aturan dalam PSAK No.30 (Revisi 2011). Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi alat bantu atau acuan agar perusahaan dapat memperbaiki perlakuan akuntansi sewa guna usahanya dengan menerapkan standar agar laporan keuangan perusahaan dapat lebih diandalkan dan relevan serta memiliki daya banding yang tinggi.

1.5.3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan memberikan gambaran serta wawasan dalam menerapkan perlakuan akuntansi sale and leaseback yang sesuai dengan PSAK No.30 (Revisi 2011) tentang sewa guna usaha. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pembuat standar apakah selama ini standar yang ditetapkan dapat menjawab kebutuhan perusahaan-perusahaan dalam mempraktikannya dengan efektif dan efisien di lapangan, dan apakah standar tersebut telah memberikan


(13)

BAB I PENDAHULUAN 6

Universitas Kristen Maranatha kemudahan bagi pengguna laporan keuangan dalam memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan.


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

68

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan evaluasi yang telah dilakukan mengenai perlakuan akuntansi sale and leaseback aset tetap berupa mesin pada PT Heksatex Indah, maka penulis dapat memberikan hasil kesimpulan sebagai berikut:

1. PT Heksatex Indah belum sepenuhnya mengadopsi PSAK No.30 Revisi 2011

untuk perlakuan akuntansi sale and leaseback. Pengakuan transaksi sale and leaseback oleh PT Heksatex Indah atas mesin adalah dengan metode financial lease dan didepresiasi dengan menggunakan metode saldo menurun ganda (double declining method). Pada saat menjual mesin, perusahaan tidak mengakui adanya keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Selain itu, pada saat awal perolehan sewa, perusahaan tidak melakukan jurnal untuk penjualan mesinnya sehingga nilai wajar mesin tidak tercermin sesuai dengan nilai wajar sewa. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK 30 Revisi 2011 paragraf 19 yang menyatakan bahwa lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Akibatnya nilai wajar mesin perusahaan lebih tinggi Rp 277.600.120 daripada menurut PSAK 30 Revisi 2011.

2. Kesalahan pada pengakuan awal sale and leaseback perusahaan

mempengaruhi perhitungan setelah pengakuan awal sale and leaseback yang terjadi selama tahun 2011. Pengukuran setelah pengakuan awal PT Heksatex Indah melakukan perhitungan pencatatan depresiasi mesinnya dengan


(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69

Universitas Kristen Maranatha menggunakan nilai berdasarkan harga beli mesin dari pemasok bukan berdasarkan nilai wajar mesin sehingga jumlah depresiasi mesin perusahaan lebih tinggi Rp 125.985.180 daripada menurut PSAK 30 Revisi 2011. selain itu PT Heksatex Indah tidak mengakui adanya keuntungan dan kerugian yang diamortisasi selama masa sewa hasil dari transaksi penjualan aset tetap yang dilakukan sebelumnya. Hal ini menyebabkan jumlah ekuitas perusahaan dinilai terlalu tinggi sebesar Rp 174.775.932 daripada jumlah ekuitas menurut PSAK 30 Revisi 2011.

3. Penyajian transaksi sale and leaseback oleh PT Heksatex Indah tidak

melakukan pengklasifikasian atas 4 buah mesin sehingga pencatatannya disatukan yaitu mesin A & B menjadi satu serta mesin C & D menjadi satu. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK No.30 Revisi 2011 paragraf 30 dimana perusahaan harus menyajikan jumlah tercatat setiap kelompok aset pada tanggal pelaporan. Selain itu, perusahaan juga tidak melakukan pengklasifikasian atas biaya-biaya yang muncul akibat transaksi tersebut seperti biaya legalisasi dan biaya manajemen, sehingga jurnal yang disajikan hanya biaya sewa.

Hal-hal di atas menyebabkan informasi pada laporan keuangan PT Heksatex Indah tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

5.2. Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah:

1. Dalam beberapa perhitungan, karena perusahaan menyatukan perhitungan


(16)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70

Universitas Kristen Maranatha untuk mesin A & B serta mesin C & D, maka penulis mengasumsikan bahwa seluruh perhitungan untuk transaksi sale and leaseback yang dilakukan oleh perusahaan untuk masing-masing mesin setelah pencatatannya dipisahkan adalah nilainya dibagi dengan dua.

2. Dalam perlakuan dan perhitungan setelah pengakuan awal, Penulis tidak

tidak menentukan apakah mesin yang disewa mengalami penurunan nilai sehingga nilai mesin yang disajikan dalam laporan keuangan dinilai kurang relevan.

3. penulis melakukan pembahasan hanya terbatas pada ruang lingkup sale and

leaseback perusahaan, sehingga laporan keuangan yang dapat disajikan juga terbatas hanya dalam bentuk parsial atau sebagian saja dan tidak dapat mencerminkan keadaan keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Saran tersebut antara lain:

1. Bagi pihak perusahaan

a. Untuk pengakuan awal sale and leaseback, perusahaan sebaiknya

menerapkan standar yang sesuai dengan PSAK No.30 Revisi 2011, yaitu dengan mengakui keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan yang timbul dari transaksi penjualan mesin lalu diamortisasi selama masa sewa, dan mengakui perubahan nilai wajar mesin setelah dijual dan disewa kembali. Jika pengakuan awal sudah sesuai dengan standar, maka perhitungan depresiasi aset tetap yang disewa juga akan mengalami


(17)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 71

Universitas Kristen Maranatha perubahan sesuai dengan nilai wajar aset tetap setelah disewa. Perusahan harus dapat mengantisipasi hal ini.

b. Perusahaan sebaiknya melakukan pemisahan untuk perhitungan harga

jual, harga sewa, uang muka sewa, angsuran sewa dan bunga sewa untuk masing-masing mesin sehingga perhitungannya dapat menjadi lebih akurat.

c. Dalam melakukan penyajian sale and leaseback, perusahaan sebaiknya

melakukan klasifikasi atas biaya-biaya sewa yang muncul akibat transaksi sale and leaseback seperti biaya legalisasi dan biaya manajemen. Sehingga laporan keuangan perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap bagi pengguna laporan keuangan.

2. Bagi pihak lain

a. Penulis berharap penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan agar

menyertakan perhitungan untuk menentukan apakah suatu aset yang disewa mengalami penurunan nilai atau tidak.

b. Penulis berharap penelitian selanjutnya dapat menambah ruang lingkup

analisis, sehingga informasi keuangan yang dapat disajikan tidak terbatas, lebih relevan, dan dapat lebih bermanfaat.

c. Penulis berharap peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini

dengan menambah kajian penelitian lebih mendalam dan lebih luas mengenai perlakuan akuntansi sale and leaseback.


(18)

72

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Pengungkapan dan Sarana Interpretatif. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Cooper, Donald. R dan C. William Emory, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.

Kieso, Donald. E dan Jery J. Weygandt, 2010, Intermediate Accounting: IFRS Edition, Edisi Dua Belas, Erlangga, Jakarta.

Nasution Manahan, 2003, Akuntansi Sewa Guna Usaha Menurut Pernyataan SAK No.30, USU, Sumatra Utara.

Jogiyanto, 2010, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Thomas, R. Dycman, Roland E. Dukes, dan Charles J. Davis. 2001, Akuntansi

Intermediate, Jilid Dua, IKAPI, Erlangga, Jakarta.

Hadi Darmadji. Stevanus, dan Yuliawati Tan, 2003, Akuntansi Lanjutan, Bayumedia, Jakarta

Warren, Carl S, James M Reeve, dan Philip E. Fess, 2006, Pengantar Akuntansi, Edisi Ke-21, Buku Kesatu, Cetakan Pertama, Terjemahan Oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan, Salemba Empat, Jakarta.

Ria Dwiyanti. 2008, Penerapan PSAK No.30 Mengenai Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap dan Pengaruhnya pada Neraca dan Laporan Laba Rugi Perusahaan. Skripsi Akuntansi, Universitas Brawijaya Malang, Malang. Samudra Widiyana. 2003, Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Dan

Pengaruhnya Terhadap Kewajaran Laporan Keuangan. Skripsi Akuntansi, Universitas Brawijaya Malang, Malang.

Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Raja Grafindo, Jakarta.

Golrida Karyawati, 2012, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi IFRS, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006, Teori Akuntansi, Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta.


(19)

73

Universitas Kristen Maranatha K.R Subramanyam dan John J. Wild, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 10,


(1)

68

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan evaluasi yang telah dilakukan mengenai perlakuan akuntansi sale and leaseback aset tetap berupa mesin pada PT Heksatex Indah, maka penulis dapat memberikan hasil kesimpulan sebagai berikut:

1. PT Heksatex Indah belum sepenuhnya mengadopsi PSAK No.30 Revisi 2011 untuk perlakuan akuntansi sale and leaseback. Pengakuan transaksi sale and

leaseback oleh PT Heksatex Indah atas mesin adalah dengan metode financial lease dan didepresiasi dengan menggunakan metode saldo menurun

ganda (double declining method). Pada saat menjual mesin, perusahaan tidak mengakui adanya keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Selain itu, pada saat awal perolehan sewa, perusahaan tidak melakukan jurnal untuk penjualan mesinnya sehingga nilai wajar mesin tidak tercermin sesuai dengan nilai wajar sewa. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK 30 Revisi 2011 paragraf 19 yang menyatakan bahwa lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Akibatnya nilai wajar mesin perusahaan lebih tinggi Rp 277.600.120 daripada menurut PSAK 30 Revisi 2011.

2. Kesalahan pada pengakuan awal sale and leaseback perusahaan mempengaruhi perhitungan setelah pengakuan awal sale and leaseback yang terjadi selama tahun 2011. Pengukuran setelah pengakuan awal PT Heksatex Indah melakukan perhitungan pencatatan depresiasi mesinnya dengan


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69

Universitas Kristen Maranatha

menggunakan nilai berdasarkan harga beli mesin dari pemasok bukan berdasarkan nilai wajar mesin sehingga jumlah depresiasi mesin perusahaan lebih tinggi Rp 125.985.180 daripada menurut PSAK 30 Revisi 2011. selain itu PT Heksatex Indah tidak mengakui adanya keuntungan dan kerugian yang diamortisasi selama masa sewa hasil dari transaksi penjualan aset tetap yang dilakukan sebelumnya. Hal ini menyebabkan jumlah ekuitas perusahaan dinilai terlalu tinggi sebesar Rp 174.775.932 daripada jumlah ekuitas menurut PSAK 30 Revisi 2011.

3. Penyajian transaksi sale and leaseback oleh PT Heksatex Indah tidak melakukan pengklasifikasian atas 4 buah mesin sehingga pencatatannya disatukan yaitu mesin A & B menjadi satu serta mesin C & D menjadi satu. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK No.30 Revisi 2011 paragraf 30 dimana perusahaan harus menyajikan jumlah tercatat setiap kelompok aset pada tanggal pelaporan. Selain itu, perusahaan juga tidak melakukan pengklasifikasian atas biaya-biaya yang muncul akibat transaksi tersebut seperti biaya legalisasi dan biaya manajemen, sehingga jurnal yang disajikan hanya biaya sewa.

Hal-hal di atas menyebabkan informasi pada laporan keuangan PT Heksatex Indah tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

5.2. Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah:

1. Dalam beberapa perhitungan, karena perusahaan menyatukan perhitungan harga jual, harga sewa, uang muka sewa, angsuran sewa dan bunga sewa


(3)

Universitas Kristen Maranatha

untuk mesin A & B serta mesin C & D, maka penulis mengasumsikan bahwa seluruh perhitungan untuk transaksi sale and leaseback yang dilakukan oleh perusahaan untuk masing-masing mesin setelah pencatatannya dipisahkan adalah nilainya dibagi dengan dua.

2. Dalam perlakuan dan perhitungan setelah pengakuan awal, Penulis tidak tidak menentukan apakah mesin yang disewa mengalami penurunan nilai sehingga nilai mesin yang disajikan dalam laporan keuangan dinilai kurang relevan.

3. penulis melakukan pembahasan hanya terbatas pada ruang lingkup sale and

leaseback perusahaan, sehingga laporan keuangan yang dapat disajikan juga

terbatas hanya dalam bentuk parsial atau sebagian saja dan tidak dapat mencerminkan keadaan keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Saran tersebut antara lain:

1. Bagi pihak perusahaan

a. Untuk pengakuan awal sale and leaseback, perusahaan sebaiknya menerapkan standar yang sesuai dengan PSAK No.30 Revisi 2011, yaitu dengan mengakui keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan yang timbul dari transaksi penjualan mesin lalu diamortisasi selama masa sewa, dan mengakui perubahan nilai wajar mesin setelah dijual dan disewa kembali. Jika pengakuan awal sudah sesuai dengan standar, maka perhitungan depresiasi aset tetap yang disewa juga akan mengalami


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 71

Universitas Kristen Maranatha

perubahan sesuai dengan nilai wajar aset tetap setelah disewa. Perusahan harus dapat mengantisipasi hal ini.

b. Perusahaan sebaiknya melakukan pemisahan untuk perhitungan harga jual, harga sewa, uang muka sewa, angsuran sewa dan bunga sewa untuk masing-masing mesin sehingga perhitungannya dapat menjadi lebih akurat.

c. Dalam melakukan penyajian sale and leaseback, perusahaan sebaiknya melakukan klasifikasi atas biaya-biaya sewa yang muncul akibat transaksi

sale and leaseback seperti biaya legalisasi dan biaya manajemen.

Sehingga laporan keuangan perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap bagi pengguna laporan keuangan.

2. Bagi pihak lain

a. Penulis berharap penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan agar menyertakan perhitungan untuk menentukan apakah suatu aset yang disewa mengalami penurunan nilai atau tidak.

b. Penulis berharap penelitian selanjutnya dapat menambah ruang lingkup analisis, sehingga informasi keuangan yang dapat disajikan tidak terbatas, lebih relevan, dan dapat lebih bermanfaat.

c. Penulis berharap peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menambah kajian penelitian lebih mendalam dan lebih luas mengenai perlakuan akuntansi sale and leaseback.


(5)

72

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Pengungkapan dan Sarana Interpretatif. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Cooper, Donald. R dan C. William Emory, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.

Kieso, Donald. E dan Jery J. Weygandt, 2010, Intermediate Accounting: IFRS

Edition, Edisi Dua Belas, Erlangga, Jakarta.

Nasution Manahan, 2003, Akuntansi Sewa Guna Usaha Menurut Pernyataan SAK

No.30, USU, Sumatra Utara.

Jogiyanto, 2010, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Thomas, R. Dycman, Roland E. Dukes, dan Charles J. Davis. 2001, Akuntansi

Intermediate, Jilid Dua, IKAPI, Erlangga, Jakarta.

Hadi Darmadji. Stevanus, dan Yuliawati Tan, 2003, Akuntansi Lanjutan, Bayumedia, Jakarta

Warren, Carl S, James M Reeve, dan Philip E. Fess, 2006, Pengantar Akuntansi, Edisi Ke-21, Buku Kesatu, Cetakan Pertama, Terjemahan Oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan, Salemba Empat, Jakarta.

Ria Dwiyanti. 2008, Penerapan PSAK No.30 Mengenai Perlakuan Akuntansi Sewa

Guna Usaha Aktiva Tetap dan Pengaruhnya pada Neraca dan Laporan Laba Rugi Perusahaan. Skripsi Akuntansi, Universitas Brawijaya Malang, Malang.

Samudra Widiyana. 2003, Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Dan

Pengaruhnya Terhadap Kewajaran Laporan Keuangan. Skripsi Akuntansi,

Universitas Brawijaya Malang, Malang.

Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Raja Grafindo, Jakarta.

Golrida Karyawati, 2012, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi IFRS, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006, Teori Akuntansi, Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

73

Universitas Kristen Maranatha

K.R Subramanyam dan John J. Wild, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta.