Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36 Mengenai Pengukuran Dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO.36 MENGENAI PENGUKURAN DAN PENGAKUAN

PENDAPATAN PREMI ASURANSI PADA PT. ALLIANZ LIFE INDONESIA CABANG MEDAN

Oleh :

080522083 RINA TARIGAN

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36 Mengenai Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2012

080522083 Rina Tarigan


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36 dengan lokasi penelitian pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan. Beralamat di B&G Tower, Lt. 6 Unit 9 &10 Jl. Putri Hijau No.10 JW Marriot Medan.

Populasi dalam penelitian ini khusus pada pendapatan premi asuransi selama periode 2009. Pendapatan premi asuransi yang berasal dari kontrak jangka panjang dan kontrak jangka pendek dengan sampel penelitian ini adalah pendapatan premi asuransi mulai bulan April 2007 sampai bulan Juli 2007. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu bahwa dalam pengukuran dan pendapatan premi yang dilakukan PT. Allainz Life Indonesia Cabang Medan tentuanya harus sesuai dengan PSAK No. 36 yang didalamnya telah diatur permasalahan yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan serta penyajiannya dalam sebuah laporan keuangan.

Hasil perhitungan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran pendapatan premi dihitung dengan mengalikan jasa yang diberikan dengan tarif premi yang berlaku. Tarif yang berlaku tersebut dianggap suatu nilai wajar yang akan diterima perusahaan dari suatu transaksi yang wajar. Pengukuran pendapatan premi telah sesuai dengan PSAK No.23. Selain itu pengakuan pendapatan premi asuransi mengacu kepada pengakuan pendapatan dengan dasar kas. Pengakuan pendapatan premi tersebut tidak sesuai dengan PSAK No.36 dengan dasar akrual

Kata kunci : PSAK No. 36, Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas Rahmat Allah SWT yang telah memberikan Hidayat-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : " Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36 Mengenai Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan " guna melengkapi tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara – Medan.

Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum sempurna, hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda M. Arifin Tarigan dan Ibunda tercinta Masri Nasution yang telah mengasuh dan membesarkan penulis dengan rasa cinta dan kasih sayang, yang telah memberikan dorongan selama penulis menjalani pendidikan dan hanya doa yang dapat penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, semoga kelak penulis menjadi manusia yang berguna bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa, juga buat kakakku Rika Tarigan serta adik-adikku tersayang Rupina


(5)

Tarigan dan Robbana Tarigan serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dorongan selama penulis menjalani pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara – Medan.

3. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S, M.A.F.I.S, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara – Medan.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara – Medan dan sekaligus Pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Hotmal Ja`far, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding dalam penulisan skripsi ini.

Dengan bantuan dan dukungan yang telah penulis dapatkan akhirnya dengan menyerahkan diri dan senantiasa memohon petunjuk serta perlindungan dari Allah SWT semoga amalan baik dan perbuatan baik tersebut mendapat imbalan yang baik pula. Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Juni 2012 Peneliti,

080522083 Rina Tarigan


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ………...… 1

1.2. Perumusan Masalah ………...…….. 5

1.3. Tujuan Penelitian…...…. 5

1.4. Manfaat Penelitian ………...…....…....…….. 5

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Teoritis...…... 7

2.1.1. Pengertian Asuransi …………...……...…… 7

2.1.2. Pendapatan... 11

2.1.3. Premi Asuransi Jiwa... 17

2.1.4. Perhitungan Premi... 20

2.1.5. Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Jiwa Menurut PSAK No. 36... 23

2.1.6. Review Penelitian Terdahulu... 27

2.2. Kerangka Berfikir... 28

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Lokasi Penelitian ………...………….…....….. 30

3.2.Data Penelitian....……...…………...…... 30

3.3.Populasi dan Sampel... 30

3.4.Teknik Pengumpulan Data....…...………... 31

3.5.Teknik Analisis Data... 32

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan …. ... 34

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan ... 34

4.1.2. Struktur Organisasi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan ……….…...……… 36

4.1.3. Jenis dan Sumber Pendapatan Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan... 41

4.1.4. Pendapatan Premi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan... .46

4.1.5. Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan ... 47


(7)

4.2. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian ... 51 4.2.1. Pengukuran Pendapatan Premi Asuransi Pada

PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan ... 52 4.2.2. Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada

PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan ... 52 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan …. ... 54 5.2. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36 dengan lokasi penelitian pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan. Beralamat di B&G Tower, Lt. 6 Unit 9 &10 Jl. Putri Hijau No.10 JW Marriot Medan.

Populasi dalam penelitian ini khusus pada pendapatan premi asuransi selama periode 2009. Pendapatan premi asuransi yang berasal dari kontrak jangka panjang dan kontrak jangka pendek dengan sampel penelitian ini adalah pendapatan premi asuransi mulai bulan April 2007 sampai bulan Juli 2007. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu bahwa dalam pengukuran dan pendapatan premi yang dilakukan PT. Allainz Life Indonesia Cabang Medan tentuanya harus sesuai dengan PSAK No. 36 yang didalamnya telah diatur permasalahan yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan serta penyajiannya dalam sebuah laporan keuangan.

Hasil perhitungan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran pendapatan premi dihitung dengan mengalikan jasa yang diberikan dengan tarif premi yang berlaku. Tarif yang berlaku tersebut dianggap suatu nilai wajar yang akan diterima perusahaan dari suatu transaksi yang wajar. Pengukuran pendapatan premi telah sesuai dengan PSAK No.23. Selain itu pengakuan pendapatan premi asuransi mengacu kepada pengakuan pendapatan dengan dasar kas. Pengakuan pendapatan premi tersebut tidak sesuai dengan PSAK No.36 dengan dasar akrual

Kata kunci : PSAK No. 36, Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting peranannya karena dari kegiatan perlindungan risiko, perusahaan asuransi menghimpun dana masyarakat dari penerimaan premi, yang kemudian menginvestasikan dana itu ke dalam berbagai kegiatan ekonomi perusahaan. Dengan peranan asuransi tersebut dalam perkembangan pembangunan ekonomi yang semakin meningkat, maka semakin terasa kebutuhan akan hadirnya industri perusahaan asuransi yang kuat dan dapat diandalkan.

Asuransi jiwa merupakan salah satu bidang usaha perasuransian yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Sifat dasar asuransi jiwa adalah proteksi terhadap kerugian finansial akibat hilangnya kemampuan menghasilkan pendapatan yang disebabkan oleh kematian maupun usia lanjut. Perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi jiwa juga menghimpun dana masyarakat dari penerimaan premi. Premi asuransi sebagai pendapatan operasional utama bagi perusahaan sangat penting bagi kelangsungan usaha perusahaan. Bagi sebuah perusahaan, penentuan kebijaksanan yang berkaitan dengan pendapatan preminya


(10)

menyangkut pengukuran dan pengakuan pendapatan premi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, begitu penting untuk dilaksanakan.

Pengukuran dan pengakuan pendapatan menjadi hal yang sangat penting dalam perolehan pendapatan premi asuransi. Pengukuran menyangkut penentuan jumlah premi yang harus dibayarkan nasabah. Sedangkan pengakuan merupakan saat premi asuransi harus diakui sebagai pendapatan. Pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi saling terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Pengukuran dan pengakuan pendapatan premi ini sangat penting dikarenakan pendapatan perusahaan asuransi dari premi haruslah cukup untuk membayar klaim dan beban-beban operasional perusahaan sehingga perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Selain itu perusahaan yang memberikan dasar ukuran yang tepat atas premi, dapat menjadikan premi sebagai dana untuk berinvestasi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 36 dalam Standar Akuntansi Keuangan merupakan standar acuan akuntansi asuransi jiwa yang menyebutkan bahwa pendapatan premi terdiri atas premi kontrak jangka panjang dan premi kontrak jangka pendek. Dasar pengakuan pendapatan premi menurut standar akuntansi lebih mengacu kepada dasar akrual yaitu pendapatan diakui secara proporsional sesuai dengan periode dan jumlah proteksi yang diberikan. Estimasi premi masa datang yang akan diterima dari pemegang polis didasarkan pada asumsi seperti hasil investasi yang diharapkan, mortalitas, morbiditas, terminasi dan beban-beban, yang ditetapkan pada saat kontrak asuransi dibuat.


(11)

PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan merupakan perusahaan asuransi yang bergerak dalam bidang penjualan jasa asuransi jiwa. Kehadiran PT. Allianz Life Indonesia merupakan hal yang rasional dan tidak terelakkan pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat memiliki kecendrungan umum untuk menghindari risiko keuangan. PT. Allianz Life Indonesia mengambil alih atau mennggung sebagian risiko itu. Untuk itu, pengusaha atau pemegang polis/ pihak tertanggung harus membayar premi asuransi. Beberapa tipe risiko yang dipertanggungkan oleh PT. Asuransi Allianz Life Indonesia meliputi kematian, kecelakaan atau cacat tetap total, kemampuan untuk memperoleh penghasilan. PT. Allianz Life Indonesia akan menanggung seluruh atau sebagian dari risiko keuangan yang diderita tertanggung karena kejadian atau situasi yang diasuransikan selama masa kontrak asuransi.

Perusahaan mengakui pendapatan premi kontrak jangka panjang dan pendek apabila kas sudah diterima. Sedangkan perusahaan sering dihadapkan pada masalah keterlambatan pembayaran premi dari nasabah. Keterlambatan pembayaran premi oleh nasabah akan mengakibatkan lambatnya perhimpunan dana dan komisi perusahaaan, selain itu keterlambatan pembayaran premi jika telah melewati jangka waktu yang telah ditetapkan mengakibatkan polis nasabah tidak akan aktif. Dimana jika status polis nasabah sedang tidak aktif, klaim dan manfaat asuransi tidak bisa dilakukan. Premi yang harus dibayarkan oleh pemegang polis sangat dipengaruhi oleh jenis polis asuransi, usia peserta, uang pertanggungan, serta jangka waktu dari kontrak asuransi yang telah disepakati. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tarif premi dapat ditentukan. Dalam hal tarif


(12)

premi, PT. Allianz Life Indonesia cabang Medan mengikuti ketentuan departemen aktuaria dari kantor pusat PT. Allianz Life Indonesia. Mortalitas, hasil investasi yang diharapkan dan pembebanan biaya operasional menjadi dasar ukur utama bagi perusahaan ini dalam menetapkan tarif premi asuransi. Selain itu pembuatan Laporan Rugi Laba tidak dilaksanakan oleh perusahaan ini karena pembuatan laporan tersebut merupakan wewenang kantor pusat. Perusahaan ini membuat laporan yang disebut Rincian Rugi Laba yang menunjukkan rincian anggaran dan realisasi penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama satu bulan.

Hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan antara lain adalah Dian Harryanti yang menyatakan bahwa PT. Asuransi BumiPutera 1912 telah menerapkan secara keseluruhan metode pengukuran dan pengakuan pendapatan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 36. Sedangkan Ria Hafni Batubara yang melakukan penelitian di PT. Asuransi Jiwasraya Cabang Pematang Siantar menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan metode pengakuan dan pengukuran pendapatan sesuai dengan PSAK No. 23 dan juga PSAK No. 36. Dari hasil kedua penelitian sebelumnya tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PSAK No. 36 mengenai pengukuran dan pengakuan pendapatan memiliki kesimpulan yang berbeda, sehingga berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut kebenaran yang ada dan dapat mempertegas persepsi dan memperkuat teori yang sudah ada.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis mengambil judul skrispi “Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36


(13)

Mengenai Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life Indonesia Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 36?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pihak lain sebagai berikut:

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan serta sebagai bahan perbandingan antara teori dari berbagai sumber bacaan ilmiah dengan praktik di lapangan.

2. Bagi perusahaan, apabila memungkinkan diharapkan akan menjadi bahan masukan dalam mengukur dan mengakui pendapatan premi.


(14)

3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dan informasi tambahan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi.


(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Asuransi

Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya.

Walaupun banyak metode untuk menangani risiko,namun asuransi merupakan metode yang paling banyak dipakai. Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi perusahaan. Ada beberapa defenisi asuransi yang perlu dipahami, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menurut undang-undang tentang usaha perasuransian UU Republik Indonesia No.2/ 1992 (2006 : 177), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. b. Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Republik

Indonesia (2006 : 177) : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau


(16)

kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.

c. Menurut Djojosoedarso (2003: 74), asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan itu.

Berdasarkan defenisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung empat unsur yaitu:

a. Pihak tertanggung (insured), yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

b. Pihak penanggung (insurer), yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tertentu.

c. Suatu peristiwa (accident) yang tidak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena

peristiwa yang tidak tertentu.

Dari defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko atau kerugian finansial yang terjadi secara tidak disengaja dan tidak terduga melalui penghimpunan premi yang akan digunakan untuk pihak yang mengalami kerugian tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas tentunya semakin dipahami bahwa asuransi menjadi salah satu bidang usaha yang sedang berkembang saat ini mengingat manfaat yang ditawarkan oleh jasa perasuransian. Manfaat asuransi ini antara lain: a.) Asuransi melindungi resiko investasi, b.) Asuransi sebagai sumber dana investasi, c.)


(17)

Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit, d.) Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran, e.) Asuransi mengurangi biaya modal.

Perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia di masa sekarang ini tentu tidak terlepas dari manfaat asuransi tersebut diatas. Berbagai macam perusahaan asuransi semakin bermunculan seiring perkembangan kebutuhan masyarakat akan jasa perasuransian. Menurut Djojosoedarso (2003: 75-76), beberapa macam perusahaan asuransi yang sekarang ini sudah ada di Indonesia antara lain:

a. Perusahaan Asuransi Jiwa

Perusahaan asuransi yang bidang usahanya risiko keuangan sebagai akibat dari kematian orang-orang yang mempertanggungkan jiwanya. Pembayaran santunan dilakukan pada masa akhir kontrak (meskipun tidak terjadi peril) atau kepada ahli warisnya bila kematian terjadi sebelum akhir kontrak. Contoh: PT. Allianz Life Indonesia.

b. Perusahaan Asuransi Kerugian/Umum

Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggulangi risiko keuangan sebagai akibat kerugian karena peril yang menimpa barang-barang atau kepentingan yang dipertanggungkan. Contoh : PT.Asuransi Jasa Indonesia, PT. Asuransi Ramayana.

c. Perusahaan Reasuransi Umum

Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggung risiko yang benar-benar terjadi dan pertanggungan yang telah ditutup oleh perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi kerugian. Contoh: PT. Askrindo, PT. Reasuransi Umum.

d. Perusahaan Asuransi Sosial

Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggung risiko financial masyarakat kecil yang kurang mampu. Perusahaan ini diselenggarakan oleh pemerintah atau badan-badan yang ditunjuk; dibentuk oleh pemerintah. Contoh: PT.Taspen, PT.Askes.

Seperti telah dikemukakan di atas, asuransi jiwa merupakan salah satu bidang usaha asuransi yang sangat berkembang di masa sekarang ini. Budisantoso dan Triandaru (2006: 184) mendefenisikan asuransi jiwa adalah “suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan


(18)

dengan jiwa atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan”. Asuransi jiwa memberikan:

a. Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan. b. Santunan bagi tertanggung yang meninggal.

c. Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang kunci

d. Penghimpunan dana untuk persiapan pensiun

Salim (2000:25) mendefenisikan “asuransi jiwa sebagai asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial yang tak terduga disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama“. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa sifat dasar asuransi jiwa adalah proteksi terhadap kerugian finansial akibat hilangnya kemampuan menghasilkan pendapatan yang disebabkan oleh kematian, maupun usia lanjut. Proteksi tersebut dapat diperoleh dari perusahaan asuransi jiwa. Perbedaan yang esensial antara asuransi jiwa dan asuransi lainnya yang dirancang terutama untuk melindungi terhadap suatu peril tertentu adalah, bahwa asuransi jiwa mempunyai fungsi tambahan yaitu fungsi akumulasi (tabungan), kecuali asuransi jiwa berjangka. Sebagian premi yang telah dibayarkan untuk asuransi jiwa oleh tertanggung merupakan suatu akumulasi pembayaran yang pada akhirnya akan merupakan dana investasi yang akan diserahkan oleh pihak penanggung kepada pihak tertanggung. Jadi, peranan ganda dari asuransi jiwa adalah perlindungan dan investasi atau tabungan. Pada umumnya asuransi jiwa terbagi atas tiga golongan yaitu asuransi jiwa biasa, asuransi jiwa kelompok dan asuransi jiwa


(19)

industrial. Namun bentuk yang standar dari asuransi jiwa terbagi atas asuransi berjangka, asuransi dwiguna, asuransi seumur hidup dan anuitas. Adapun yang membedakan asuransi jiwa biasa dengan asuransi jiwa kelompok adalah:

a. Pada asuransi jiwa biasa, polis asuransi dipegang oleh masing-masing pembeli asuransi, sedangkan pada asuransi jiwa kolektif polis asuransi dipegang oleh pimpinan perusahaan (misalnya: perusahaan industri).

b. Perjanjian/ kontrak yang dibuat pada asuransi biasa secara individu, sedangkan pada asuransi kolektif kontrak dibuat atas nama kumpulan atau group.

2.1.2. Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan.

Pendapatan selalu diartikan sesuai dengan jenis usaha dari suatu perusahaan. Pada perusahaan jasa pendapatannya diperoleh dari pemberian jasa atau service, sedangkan pada perusahaan dagang pendapatannya adalah hasil dari penjualan barang dagangan. Dengan demikian pendapatan adalah pertambahan harta akibat kegiatan operasional perusahaan. Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 23, “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Suatu transaksi diakui sebagai pendapatan jika transaksi tersebut dapat memenuhi kriteria yang sudah lazim diterima. Dengan demikian sebuah kejadian ekonomi akan mudah digolongkan sebagai pendapatan dengan menganalisis


(20)

ciri-ciri transaksi tersebut sesuai dengan kriteria yang berlaku. Kejadian akuntansi merupakan tindakan yang berpengaruh pada unit moneter. Suatu transaksi biasanya ditandai dengan tiga tahapan yaitu :

a. Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengadakan transaksi. b. Pihak penjual menyerahkan barang atau jasa kepada pihak pembeli.

c. Pihak penjual menerima imbalan atas penyerahan barang atau jasa tersebut. Dengan demikian suatu transaksi dapat dikategorikan apakah merupakan suatu peristiwa akuntansi atau tidak sesuai dengan penggolongan diatas. Kriteria ini juga berguna untuk mengetahui apakah suatu transaksi berhubungan dengan pendapatan atau tidak. Pendapatan dari sebuah perusahaan memerlukan analisis tentang berapa jumlah yang seharusnya menjadi pendapatan dalam suatu periode. Transaksi yang berhubungan dengan pendapatan jumlahnya dibatasi oleh periode akuntansi biasanya satu tahun. Dalam hal ini pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima. Pendapatan diukur dengan pengertian nilai pertukaran produk atau jasa dalam sebuah transaksi yang lugas. Pandangan ini menunjukkan ekuitas kas bersih atas uang yang diterima atau seharusnya diterima dalam pertukaran barang atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggan.

Pengukuran pendapatan begitu penting untuk setiap transaksi yang menimbulkan pendapatan. Pengukuran pendapatan juga dapat dinyatakan dalan perolehan kas atau setara kas. Tanpa pengukuran yang tepat kinerja perusahaan akan sulit diketahui, oleh karena itu pendapatan sebagai suatu item yang sangat penting dalam laporan keuangan khususnya laporan laba rugi perlu diukur dengan akurat. Pendapatan diukur dengan tujuan yang beraneka ragam yang berkembang


(21)

terus menerus pada masa mendatang. Maka dapat dijelaskan tentang pentingnya pengukuran pendapatan. Menurut Harahap (2001 : 263) laba adalah informasi penting dalam laporan keuangan. Angka ini penting untuk :

a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara.

b. Untuk menghitung deviden yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan.

c. Untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan.

d. Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang.

e. Untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi. f. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/ segmen

perusahaan/ divisi.

Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa laba adalah informasi penting dalam laporan keuangan yang diantaranya sebagai dasar pengenaan pajak, menghitung deviden, dasar dalam peramalan laba di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi serta menilai prestasi atau kinerja perusahaan secara keseluruhan.

b. Pengakuan Pendapatan

Pengakuan pendapatan atas suatu transaksi tidak dilakukan apabila transaksi masih dalam tahap persetujuan. Transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan memiliki kriteria yangberbeda-beda sesuai dengan sifat transaksi tersebut. Kriteria dari pengakuan pendapatan didasarkan atas kebutuhan akan informasi akuntansi yang relevan dan reliabel. Persamaan persepsi hanya dapat didukung atas pernyataan objektif akan kriteria pengakuan pendapatan.


(22)

Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Pendapatan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan pendapatan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban. Menurut Vernon (1990: 243) kriteria pengakuan pendapatan adalah sebagai berikut : “Measurability of assets value (keterukuran nilai aktiva),

existence of transaction (terjadinya transaksi) dan substansial completion of the earning process (proses perhimpunan secara substansial)”.

Proses yang terjadi selama perolehan pendapatan meliputi semua aktivitas yang menghasilkan pendapatan termasuk di dalamnya pemebelian bahan baku, produksi, dan pemberian jasa. Kebanyakan perusahaan mengakui pendapatannya saat penjualan yaitu saat perusahaan menyerahkan barang atau jasa kepada pembeli atau pemakai jasa. Kieso dan Weygrandt (2002: 4) menyatakan empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip :

a. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan berarti pada tanggal pengiriman kepada pelanggan.

b. Pendapatan dari jasa yang diberikan diakui ketika jasa-jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih.

c. Pendapatan dari memberi kemungkinan kepada pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan seperti bunga, sewa dan royalti diakui pada saat berlakunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan.

d. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.


(23)

Pendapatan seharusnya diakui bila ada kepastian bahwa perusahaan akan memperoleh penghasilan. Pendapatan harus diakui segera jika perusahaan telah melakukan apa yang telah disepakati dalam transaksi dan jumlahnya dapat diukur dengan reliabel. Perusahaan yang telah melakukan kewajibannya dalam rangka memperoleh pendapatan berhak menerima hasilnya. Ada dua pendekatan dalam pengakuan pendapatan dari operasi perusahaan yaitu dasar akual dan dasar kas. a. Dasar Akrual

Menurut Skousen dan Stice (2001 : 164) yang dimaksud dengan dasar akrual adalah : “ sistem akuntansi dimana pendapatan dan biaya dicatat pada saat diperoleh dan terjadi, tidak peduli kapan kas diterima atau dibayar.” Pendekatan ini mengakui pendapatan pada saat barang atau jasa dilaksanakan. Biaya yang terjadi dilaporkan sebagai beban dalam periode pendapatan yang diakui. Dengan demikian pendekatan ini membandingkan antara beban-beban dengan pendapatan. Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan arus masuk pendapatan yang sulit diidentifikasikan diakui sebagai beban selama periode dimana harta tersebut digunakan, sedangkan biaya-biaya yang mudah diidentifikasikan berhubungan dengan arus masuk pendapatan seperti biaya pembelian dimasukkan ke Harga Pokok Penjualan. Dengan demikian, dasar akrual memfokuskan pada arus masuk harta bersih dari operasi atau pendapatan dan penggunaan dari harta bersih atau beban-beban tanpa memperhatikan arus masuk dan arus keluar. Menurut Harahap (2001: 81): pengakuan revenue secara accrual basis terdiri dari:

1) Selama kegiatan produksi. Dalam hal sewa, bunga, dan komisi dianggap diakui sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya.


(24)

2) Kontrak jasa panjang diakui berdasarkan kemajuan kerja atau persentase siap.

3) Perubahan aset karena pertumbuhan yang menimbulkan kenaikan revenue seperti pabrik anggur, peternakan, dan lain-lain.

b. Dasar Kas

Menurut Skousen dan Stice (2001: 166) yang dimaksud dengan dasar kas : “ sistem akuntansi dimana transaksi dicatat dan pendapatan dan biaya diakui pada saat kas diterima atau dibayar.” Dari pernyataan diatas dapat dikemukakan penggunaan dasar tunai yang murni pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan dari langganan diterima. Terhadap penerimaan tunai yang prestasinya dilaksanakan, dianggap sebagai pendapatan pada periode mana pendapatan tersebut diterima.

Perhatian utama menurut dasar ini untuk menentukan saat pengakuan pendapatan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan. Menurut Harahap (2001: 82):

1) Cara pengakuan revenue pada saat penjualan dapat digunakan apabila (1) harga produk dapat diketahui secara pasti, (2) pertukaran telah selesai dengan pengiriman barang sehingga sudah dapat diketahui biaya yang sudah dikeluarkan, (3) dari segi realisasi, penjualan tersebut dianggap sebagai kejadian penting. 2) Cara pengakuan revenue pada saat selesainya produksi .dapat

digunakan dalam situasi pasar stabil dan harga komoditi juga stabil.

3) Cara pengakuan revenue pada saat pembayaran dapat dilakukan apabila penjualan yang akan dilakukan dan penilaian yang akurat tidak dapat dilakukan pada barang yang akan diserahkan tersebut.


(25)

Untuk perusahaan jasa terdapat metode khusus dalam pengakuan pendapatan. Menurut Dyckman (2000: 269-271) “ada empat metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa” yaitu :

1) Kinerja Khusus

Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan aksi tunggal. Contoh : pendapatan binatu dihasilkan dari penyelesaian cucian.

2) Kinerja Proporsional

Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih dari aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periode akuntansi.

3) Kinerja Selesai

Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan serangkaian tindakan. Pendapatan jasa dianggap telah dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Misalnya, pendapatan perusahaan ekspedisi diperoleh setelah pengiriman barang. Meskipun pengepakan, muat barang dan transportasi mendahului pengiriman.

4) Penagihan

Untuk pendapatan jasa, ketika ketidakpastian penagihan sangat tinggi, pendapatan hanya diakui ketika kas diperoleh.

Dalam kebanyakan kasus penjualan barang dan jasa merupakan kejadian penting yang menimbulkan pendapatan. Dalam hal ini pengakuan pendapatan pada saat penagihan kas dianggap sebagai pendapatan pada saat kas diterima meskipun sebenarnya barang atau jasa belum dilaksanakan pada periode tersebut.

2.1.3. Premi Asuransi Jiwa

Menurut Djojosoedarso (2003: 127), premi adalah “pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung”. Menurut Budisantoso & Triandaru (2006: 183), “premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi


(26)

sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai pertanggungan”. Berdasarkan beberapa pengertian premi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa premi asuransi adalah premi yang dibayarkan oleh pihak pemegang polis dalam jumlah tertentu secara periodik sebagai imbalan jasa atas pengalihan resiko kepada penanggung. Premi dalam asuransi jiwa merupakan premi yang diperoleh dari pemegang polis sebagai imbalan jasa atas pertanggungan jiwa. Penentuan premi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan asuransi jiwa.

Pendapatan perusahaan asuransi dari premi haruslah cukup untuk menutupi kerugian-kerugian dan biaya-biaya. Untuk memperoleh pendapatan dari premi ini perusahaan asuransi harus meramalkan tuntutan pembayaran kerugian (klaim) dan mendistribusikan biaya-biaya yang telah diantisipasi tersebut kepada berbagai kelas pemegang polis. Premi akhir yang dibayar oleh tertanggung disebut premi kotor dan didasarkan atas nilai kotor. Dalam asuransi jiwa yang harus diperhatikan ialah penentuan tarif (rate making), karena hal tersebut akan menentukan besarnya premi yang akan diterima. Tarif atau premi yang ditetapkan harus bisa menutupi klaim (resiko) serta biaya-biaya asuransi, dan sebagian dari jumlah penerimaan perusahaan (keuntungan). Dalam penentuan tarif asuransi, ada tiga elemen penting yang harus diperhatikan di dalam mengkalkulasi premi menurut Salim (2000:43-45) yakni:

a. Tabel Kematian (Mortality Tables)

Daftar tabel kematian berguna untuk mengetahui besarnya klaim kemungkinan timbulnya kerugian yang dikarenakan kematian, serta meramalkan berapa lama batas waktu (umur) rata-rata seorang bisa hidup.


(27)

b. Penerimaan bunga (Interest)

Untuk penetapan tarif, perhitungan bunga pun harus dikalkulasi di dalamnya. Bunga merupakan sebagian dari keuntungan perusahaan, sebab di dalam pembayaran premi pun unsur bunga ikut dihitung.

c. Biaya-Biaya Asuransi (Cost of Insurance)

Biaya-biaya asuransi harus ikut dikalkulasi pada penentuan premi / tarif asuransi. Adapun jenis biaya-biaya tersebut terdiri dari beberapa macam, yakni:

- Biaya penutupan asuransi, yaitu : i) biaya komisi, inspeksi

ii) biaya dinas luar

iii) biaya advertensi, reklame dan sales promotion

- biaya pembuatan polis (biaya administrasi, tik, kertas, dan lain-lain.)

- Biaya pemeliharaan. Umumnya perhitungan biaya ditetapkan berdasarkan jumlah tertentu dari yang diasuransikan.

- Biaya-biaya lainnya, seperti biaya inkaso dan exkaso ikut pula diperhitungkan. Umpama biaya inkaso : biaya – biaya penagihan.

Menurut Djojosoedarso (2003:129-130), komponen premi asuransi terdiri atas:

a. Premi Dasar

Premi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat/ dikeluarkan yang perhitungannya didasarkan:

1) Data dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung kepada penanggung pada waktu penutupan asuransi yang pertama. 2) Luasnya risiko yang dijamin oleh penanggung sebagaimana

dikehendaki oleh tertanggung. b. Premi Tambahan

Adakalanya data dan keterangan yang disampaikan oleh tertanggung kepada penanggung ketika menutup asuransi tidak selalu sama dengan keadaan yang sebenarnya atau pada saat polis ditandatangani, karena pada saat itu data / informasinya belum lengkap atau tertanggung menghendaki perubahan kondisi pertanggungan.


(28)

2.1.4. Perhitungan Premi a. Perhitungan Dasar Premi

Untuk memahami perhitungan dasar premi maka berikut ini disajikan sebuah contoh berdasarkan Darmawi (2006: 92-93) sebagai berikut: Pada kolom umur 35 ditemukan jumlah yang hidup adalah 9.373.807 sedangkan yang mati adalah 23.528 dalam masa satu tahun. Untuk mengasuransikan semua anggota grup umur 35 sebesar $ 1.000 selama satu tahun akan memerlukan sejumlah dana yang cukup untuk membayar $ 1.000 untuk masing-masing anggota yang mati selama tahun itu. Jumlah dana yang diperlukan itu dihitung sebagai berikut: 23.528 x $ 1.000 = $ 23.528.000. Untuk mencukupi dana ini maka premi yang harus dibayar oleh masing-masing anggota yang mati selama tahun itu adalah: $23.528.000 : 9.373.807 = $ 2,51.

b. Premi Neto Tunggal

Premi neto yang alamiah merupakan jumlah uang yang harus dibayar tertanggung sesuai dengan tingkat umurnya. Berdasarkan contoh perhitungan dasar premi sebelumnya maka premi alamiah pada tingkat umur 35 tahun menurut perhitungan diatas adalah $ 2,51 dengan diskonto 2,5% maka premi neto alamiah menjadi $ 2,45. Pembayaran premi neto dapat secara lunas sekaligus untuk seluruh masa kontrak pertanggungan pada permulaan tahun pertama kontrak. c. Premi Tunggal Asuransi Dwiguna

Untuk menghitung premi tunggal bagi asuransi dwiguna maka data yang dipergunakan dalam perhitungan premi polis berjangka 5 tahun, dimulai pada umur 21 tahun dengan pertanggungan $ 1.000. Pada kontrak dwiguna, pihak


(29)

asuransi akan membayar baik yang mati maupun yang masih hidup dalam masa kontrak itu. Jumlah yang hidup pada usia 21 tahun 9.647.694. Jumlah klaim $ 9.647.694.000. Nilai sekarang dari klaim pada 5 tahun yang akan datang dengan asumsi bunga 3% adalah $ 8.326.960.375. Maka premi tunggal adalah $ 8.326.960.375 : 9.647.694 = $ 863,10.

d. Premi Rata-Rata

Premi neto tunggal merupakan basis untuk menghitung premi rata-rata atas polis jangka panjang . Walaupun ada polis yang dijual atas dasar premi tunggal, namun premi tunggal sekarang tidak disukai tertanggung karena dianggap asuransi tersebut terlalu mahal. Menurut Darmawi (2006: 96), “ untuk memperoleh premi rata-rata harus dihitung premi tunggal lalu diubah menjadi seri pembayaran tahunan, dengan mempertimbangkan jumlah premi yang dapat diharapkan dan tahun dimana premi harapan akan dibayarkan “ .

e. Cara Pembayaran Premi

Premi yang dibayar oleh pembeli asuransi tergantung kepada sifat kontrak yang telah dibuat antara perusahaan asuransi dengan tertanggung. Menurut Salim (2000: 30), ada 2 jenis cara pembayaran premi yaitu:

1) Premi meningkat (natural premium-increasing premium)

Pembayaran premi disini makin lama makin bertambah besar. Pada waktu tahun-tahun permulaan premi asuransi yang dibayar rendah, tetapi setelah itu makin lama makin bertambah tinggi dari tahun ke tahunnya.

2) Premi merata (level premium)

Pada level premium besarnya premi yang dilunasi oleh pemegang polis untuk setiap tahunnya sama (merata) besarnya. Sesungguhnya pada tahun-tahun permulaan pembayaran premi lebih besar daripada natural premium, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya pembayaran premi lebih rendah bila dibandingkan dengan increasing premium.


(30)

Premi asuransi pada asuransi jiwa kelompok biasanya berbeda dengan premi asuransi pada asuransi jiwa individual. Pada umumnya premi asuransi pada

group life insurance lebih rendah daripada individuall/ ordinary life insurance. Menurut Salim (2000: 53), adapun faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut ialah:

1) Pada asuransi kolektif tidak diadakan “medical examination” (pemeriksaan kesehatan) seperti dalam ordinary insurance. Sehingga mengurangi biaya-biaya asuransi, terutama yang menyangkut dengan biaya pemeriksaan. Keadaan ini dapat memberi pengaruh pada penetapan tarif asuransi, oleh karena cost of insurance (biaya pemeriksaan) kecil akibatnya tarif yang ditetapkan rendah pula.

2) Dilihat dari sudut “marketing”, biaya-biaya advertensi, reklame dan promosi penjualan tidak diperlukan. Karena para calon pembeli asuransi telah tergabung dalam suatu organisasi, jadi tidak usah kita mengeluarkan biaya promosi penjualan yang tinggi, jika dibandingkan bila penjualan polis tersebut dilakukan secara perorangan.

3) Biaya-biaya penagihan relatif kecil, karena para tertanggung telah terorganisir dalam satu kelompok. Keadaan ini bisa menghemat biaya-biaya untuk menagih.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan premi asuransi group life insurance lebih rendah dari pada

individuall/ ordinary life insurance yaitu diantaranya karena tidak diadakan “medical examination” (pemeriksaan kesehatan), adanya biaya-biaya advertensi, reklame dan promosi penjualan tidak diperlukan dan adanya biaya penagihan yang relatif kecil.


(31)

2.1.5. Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Jiwa Menurut PSAK No. 36

a. Pengukuran Pendapatan Premi Asuransi Jiwa

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai jasa. Menurut IAI (PSAK No.23: Par. 06) “nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar”. Dari defenisi ini dapat diketahui bahwa bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau akan diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang akan diterima. Namun bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang seharusnya diterima.

Pendapatan tersebut dapat timbul atau terjadi dari transaksi atau peristiwa ekonomi yang meliputi:

a. Penjualan barang, b. Penjualan jasa, dan

c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkanbunga, royalti dan deviden.


(32)

Pendapatan premi asuransi jiwa merupakan pendapatan yang timbul karena adanya transaksi penjualan jasa pertanggungan jiwa melalui penjualan berbagai produk asuransi. Penjualan jasa tersebut dibuktikan dengan adanya penutupan polis asuransi sehingga pemegang polis atau pihak tertanggung membayarkan premi asuransi kepada perusahaan/ penanggung. Dengan demikian penerimaan premi merupakan hasil suatu transaksi penjualan produk/jasa asuransi. Hasil suatu transaksi penjualan jasa harus dapat diestimasi dengan andal. Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut (PSAK No.23: Par.22):

a) Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak – pihak tersebut ;

b) Imbalan yang harus dipertukarkan ; dan c) Cara dan persyaratan penyelesaian.

Hasil suatu transaksi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut dipenuhi (PSAK No.23: Par. 19) yaitu :

a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal ;

b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan ;

c) Tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.

Pengukuran pendapatan premi tidak diatur dalam PSAK No.36, maka berdasarkan PSAK No.36 par.01, dinyatakan bahwa hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan ini, diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi berlaku umum, misalnya mengacu kepada PSAK No.23 par.08 sampai dengan par. 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan premi diukur


(33)

dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima dimana imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas.

b. Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Jiwa

Standar Akuntansi Keuangan mengatur berbagai kriteria atau standar-standar yang mengatur prosedur penyajian keuangan. Laporan keuangan yang disajikan dapat berupa neraca, daftar laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada konsep objektivitas yaitu jumlah rupiah tersebut dapat diukur secara pasti dan ada keterlibatan pihak independen yang cukup objektif untuk dapat mengakui pendapatan. Menurut Dyckmann (2000: 238) “ pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika pendapatan dihasilkan, dan pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi”. Menurut IAI (PSAK No.36: Par 30 – Par 31) sebagai standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang pengakuan pendapatan premi asuransi, menyatakan bahwa pengakuan pendapatan premi asuransi tersebut meliputi:

1) Premi Kontrak Jangka Pendek

Premi kontrak jangka pendek diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Jika periode risiko berbeda secara signifikan dengan periode kontrak, premi diakui sebagai pendapatan selama risiko sesuai dengan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Hal ini menyebabkan premi diakui sebagai pendapatan secara merata sepanjang periode kontrak (atau periode risiko, jika berbeda), kecuali jika proteksi asuransi menurun sesuai dengan skedul yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Premi Kontrak Jangka Panjang

Premi kontrak jangka panjang diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis. Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak tersebut diakui selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak.


(34)

Nilai sekarang estimasi manfaat polis masa datang yang dibayar kepada pemegang polis atau wakilnya dikurangi dengan nilai sekarang estimasi premi masa datang yang akan diterima dari pemegang polis diakui pada saat pendapatan premi diakui. Estimasi tersebut didasarkan pada asumsi, seperti hasil investasi yang diharapkan, mortalitas, morbiditas, terminasi, dan beban-beban, yang ditetapkan pada saat kontrak asuransi dibuat.

Di dalam Laporan Laba Rugi pendapatan premi disajikan sedemikian rupa sehingga menunjukkan jumlah premi bruto, premi reasuransi, dan kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto. Premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode. Menurut IAI (PSAK No.36: Par. 43) Premi yang belum merupakan pendapatan atas kontrak jangka pendek untuk asuransi kesehatan dan kecelakaan ditentukan dengan cara sebagai berikut:

a. Secara agregat tanpa memperhatikan tanggal penutupannya dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari jumlah premi retensi sendiri untuk tiap jenis pertanggungan / asuransi. b. Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang

belum merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan, selama periode pertanggungan atau periode resiko.

Menurut IAI (PSAK No.36: Par. 45), pengungkapan khusus yang diperlukan sehubungan dengan pendapatan premi asuransi adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan premi dan penentuan kewajiban manfaat polis masa depan serta premi yang belum merupakan pendapatan.

b. Pendapatan Premi Bruto. Pengungkapan pendapatan premi tahun pertama (first year premium) dan premi tahun lanjutan (renewal) secara terperinci berdasarkan kelompok perorangan dan kumpulan serta jenis asuransi.


(35)

2.1.6. Review Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu berkaitan dengan pengaruh kinerja keuangan kaitannya dengan perubahan harga saham.

Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian Dian Harryanti

(2006)

Penerapan PSAK No. 36 Tentang Pengakuan dan Pengukuran

Pendapatan Pada PT. Asuransi Bersama Bumiputera 1912 Cabang Medan

Menyatakan bahwa PT. Asuransi BumiPutera 1912 sudah menerapkan secara keseluruhan metode pengukuran dan pengakuan pendapatan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 36.

Ria Hafni Batubara

Penerapan PSAK No. 23 dan No. 36 Tentang Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Asuransi Jiwasraya Cabang Pematang Siantar

Menyatakan bahwa PT. Asuransi Jiwasraya Cabang Pematang Siantar telah menerapkan metode pengakuan dan pengukuran pendapatan sesuai dengan PSAK No. 23 dan PSAK No. 36

1. Dian Harryanti

Dian Harryanti ( 2006 ) menjelaskan bahwa PT. Asuransi BumiPutra 1912 telah menerapkan secara keseluruhan metode pengukuran dan pengakuan pendapatan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) NO. 36, dimana hal ini telah analisis satu persatu berdasarkan program atau produk yang ada pada PT. Asuransi BumiPutra 1912.

2. Ria Hafni Batubara

Ria Hafni Batubara (2004) menilai metode pengakuan dan pengukuran pendapatan yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi jiwaseraya telah sesuai deangan PSAK No. 23 dan 36. Dimana jumlah pendapatan dapat diukur dengan


(36)

andal dan besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan dan pendapatan diakui dalam periode kontrak secara proporsi berdasarkan periode kontrak maupun pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.

2.2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui pada masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual PT.Allianz Life Indonesia

Cabang Medan

Pengakuan Pendapatan Pengukuran Pendapatan

Analisis Penerapan Standart Akuntansi (PSAK) No. 36

Penyajian dan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan


(37)

Dalam pengukuran dan pendapatan premi yang dilakukan PT. Allainz Life Indonesia Cabang Medan tentuanya harus sesuai dengan PSAK No. 36 yang didalamnya telah diatur permasalahan yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan serta penyajiannya dalam sebuah laporan keuangan.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan. Beralamat di B&G Tower, Lt. 6 Unit 9 &10 Jl. Putri Hijau No.10 JW Marriot Medan.

3.2. Data Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini terdiri dari: a. Data Primer

Data yang berkaitan dengan judul yang diperoleh dan masih perlu diolah agar dapat dipergunakan dalam penelitian,misalnya hasil wawancara dan observasi terkait dengan pengakuan dan pengukuran pendapatan premi asuransi.

b. Data Sekunder

Data yang telah terdokumentasi di perusahaan, misalnya struktur organisasi perusahaan, sejarah singkat perusahaan, tabel-tabel premi asuransi, pedoman perhitungan premi asuransi, dan sebagainya.

3.3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2003: 72) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(39)

kesimpulannya”. Populasi penelitian ini adalah pendapatan premi asuransi selama periode 2009. Pendapatan premi asuransi yang berasal dari kontrak jangka panjang dan kontrak jangka pendek.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini adalah pendapatan premi asuransi mulai bulan April 2007 sampai bulan Juli 2007.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan cara yang digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak atau disebut simple random sampling. Menurut Sugiyono (2003: 74) “simple random sampling merupakan pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis selama melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut: a. Wawancara Tidak Terstruktur

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara ini digunakan dalam


(40)

penelitian pendahuluan dan penelitian yang lebih mendalam. Wawancara ini digunakan selama penelitan untuk mengetahui dan memahami permasalahan yang terjadi sehubungan dengan pengakuan dan pengukuran pendapatan premi asuransi, alasan penggunaan dasar kas dalam pengakuan pendapatan premi, komponen perhitungan premi asuransi, alasan perusahaan tidak membuat Laporan Rugi-Laba namun hanya membuat Rincian Rugi Laba.

b. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis”. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Observasi ini digunakan selama penelitian untuk mengumpulkan data mengenai misalnya: proses perhitungan premi asuransi oleh Tenaga Teknik Allianz Life, pembukuan pendapatan premi yang telah disetor, dan lain-lain.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

a. Metode Deskriptif

Metode analisis dengan menyusun data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap mengenai masalah yang diteliti.


(41)

b. Metode Komparatif

Metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi menurut PSAK No.36 dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan.


(42)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

Allianz merupakan salah satu perusahaan jasa keuangan terbesar di dunia, bergerak di bidang layanan asuransi dan manajemen aset. Allianz berdiri pada tahun 1890 di Jerman dan merupakan perusahaan yang sangat berpengalaman dan mempunyai posisi finansial yang kuat. Saat ini Allianz beroperasi di lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan melayani lebih dari 76 juta nasabah di seluruh dunia. Allianz memberikan perlindungan dan pelayanan kepada nasabah, dimana separuh dari nasabah tersebut termasuk dalam kategori perusahaan Fortune 500. Di tahun 2010, Allianz Group berhasil membukukan total pendapatan lebih dari 106,5 milyar euro. Allianz merupakan perusahaan manajemen aset terbesar dengan aset pihak ketiga yang dikelola sebesar 1.164 milyar euro pada akhir 2010.

Pada September 2006, kesepakatan merger telah ditanda tangani antara Allianz AG dan RAS Holding S.p.A, dan kemudian Allianz AG merubah namanya menjadi Allianz SE (Societas Europaea) suatu perusahaan Eropa. Menyusul prosedur pendaftaran di Itali dan Jerman, pada 16 Oktober 2006 Allianz SE resmi menjadi perusahaan pertama yang terdaftar di DJ EURO STOXX 50 Index.

Allianz di Asia Pasifik

Asia Pasifik adalah satu dari tiga regional yang tumbuh pesat di Allianz. Dengan kekayaan kebudayaan, bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam


(43)

adalah karakteristik dari regional ini. Allianz hadir di Asia Pasifik pada tahun 1917, di pesisir Cina dengan menyediakan asuransi kebakaran dan asuransi jasa pengangkutan. Di Asia Pasifik, Allianz hadir dalam 15 pasar dengan fokus utama bisnisnya pada asuransi umum, jiwa dan kesehatan, dan manajemen asset. Dengan lebih dari 14.500 staf, Allianz melayani kebutuhan lebih dari 21.5 juta nasabah di kawasan ini. Kemampuan Allianz untuk beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan local menjadi kunci sukses. Kantor regional Allianz untuk wilayah Asia Pacific berada di Singapura.

Allianz di Indonesia

Allianz hadir sejak tahun 1981 melalui kantor perwakilannya di Jakarta. Tahun 1989, PT Asuransi Allianz Utama Indonesia resmi beroperasi memberikan pelayanan di bidang asuransi umum. Di tahun 1996, Allianz melengkapi pelayanan asuransinya di Indonesia dengan mendirikan PT Asuransi Allianz Life Indonesia yang bergerak di bidang asuransi jiwa, kesehatan dan dana pensiun. Pada tahun 2006, kedua perusahaan memulai bisnis asuransi Syariah.

Di tahun 2007, Allianz Indonesia memperkenalkan Allianz Center sebagai sebuah konsep One Stop Solutions, dimana nasabah & agen Allianz bisa mendapatkan pelayanan asuransi kami di satu tempat. Allianz Center telah beroperasi di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Denpasar. Kini, bersama-sama, Allianz Indonesia hadir di 44 kota dengan 80 titik pelayanan, didukung oleh lebih dari 14,000 agen, dengan sekitar 1,000 karyawan dan mitra perbankan yang solid untuk melayani nasabah kami. Allianz Indonesia memberikan solusi asuransi dari A – Z.


(44)

Pada tahun 2010, Allianz Indonesia yang terdiri dari Allianz Utama dan Allianz Life Indonesia mencetak total premi bruto (Gross Written Premium/GWP) sebesar Rp 5,6 trilyun. Saat ini, Allianz Indonesia menjadi salah satu pemimpin pasar yang dipercaya melayani lebih dari 1,8 juta nasabah baik dari individu maupun grup.

4.1.2. Struktur Organisasi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian di PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan yaitu:

a. Kepala Cabang Tugas:

1). Melaksanakan seluruh program kerja yang telah ditetapkan perusahaan. 2). Melaksanakan pemenuhan kebutuhan dan pengembangan sumber daya

manusia.

3). Menganalisa produk. 4). Menyiapkan jaringan pasar

5). Melaksanakan peran hubungan masyarakat

6). Mengawasi jalannya seluruh proses administrasi dan keuangan 7). Mengelola sarana kantor dan sarana operasional.


(45)

b. Kepala Unit Administrasi dan Keuangan (termasuk di dalamnya kasir dan pegawai dinas dalam).

Tugas :

1). Administrasi Produksi, meliputi : a). Pencatatan produksi.

b). Laporan Produksi.

c). Sistem laporan informasi.

d). Pembuatan kwitansi premi pertama.

e). Laporan pemakaian kwitansi premi pertama. f). Pemakaian materai.

2). Administrasi Premi, meliputi :

a). Pembuatan daftar tagihan dan Kwitansi Premi Lanjutan Tahun Pertama dan Premi Lanjutan.

b). Laporan Portofolio c). Laporan Premi Mingguan d). Pencatatan kardapol.

3). Administrasi Keuangan, meliputi :

a). Rencana penerimaan / pengeluaran dan pengawasan keuangan : (1). Menyusun rencana cash flow

(2). Melaporkan realisasi cash flow

(3). Mencatat transaksi pada kontrol kas b). Kas :


(46)

(2). Memasukkan data transaksi pembukuan di komputer. (3). Print rekap Lembaran Buku Kas lampiran-lampiran.

(4). Melaporkan rekap Lembaran Buku Kas, Bukti Kas dan lampiran. (5). Laporan sisa kas harian.

c). Bank :

(1). Print Lembaran Buku Bank.

(2). Pembuatan Lembaran Buku Bank Manual. (3). Rekonsiliasi Bank.

(4). R/C. d). Buku Pajak :

(1). Pencatatan buku pajak. (2). Daftar objek pajak.

(3). Pembuatan Surat Pajak Tahunan Masa / Surat Setoran Pajak. (4). Membayar pajak.

(5). Penyusunan Surat Pajak Tahunan. e). Utang Piutang

(1). Mencatat buku pengobatan dan piutang lainnya.

(2). Memasukkan data mutasi utang piutang, buku tambahan dan master file utang piutang.

(3). Mencocokkan Mutasi Utang Piutang dengan rekap Lembaran Buku Kas.

(4). Melaporkan Mutasi Utang Piutang Bumiputera Master File Utang Piutang.


(47)

4). Administrasi Klaim meliputi :

a). Membuat kwitansi pembayaran klaim. b). Laporan pemakaian kwitansi klaim. c). Mengirim laporan klaim.

d). Mencatat pembayaran klaim ke kardapol. e). Memfile berkas klaim.

5). Administrasi Investasi, meliputi : a). Membuat daftar mutasi investasi b). Membuat daftar investasi

c). Melaporkan daftar mutasi investasi dan hasil investasi. 6). Administrasi Inventaris, meliputi :

a). Membuat daftar mutasi inventaris. b). Membuat daftar sisa inventaris. c). Membuat daftar inventaris dan sisa.

c. Tenaga Teknik

Tugas :

1). Teknik, meliputi :

a). Desain produk dan tarif. b). Pembuatan proposal. c). Laporan Proposal.

d). Memeriksa kelengkapan Surat Permintaan Penutupan Asuransi, daftar peserta, dan tarif premi.


(48)

f). Memeriksa kebenaran perhitungan pengeluaran biaya produksi. g). Memasukkan data peserta ke komputer.

h). Penerbitan akseptasi. i). Presentasi.

j). Distribusi akseptasi, polis dan sertifikat.

2). Organisasi Dinas Luar, meliputi :

a). Formasi pegawai organik dan non organik. b). Laporan rekrut agen.

c). Laporan pendidikan agen.

3). Adminstrasi Klaim, meliputi :

a). Mengecek kelengkapan berkas klaim. b). Membuat perhitungan pembayaran klaim.

d. Koordinator Agen / Agen Koordinator Tugas :

1). Melakukan rekruitmen calon agen.

2). Mengikuti pertemuan kantor sesuai jadwal.

3). Menyiapkan dan distribusi data pasar potensial ke masing-masing agen sesuai dengan Kartu Penggarapan Prospek.

4). Mengendalikan dan melaporkan kegiatan agen sesuai dengan Kartu Penggarapan Prospek.

5). Membantu memecahkan masalah agen di lapangan sekaligus memberikan solusinya.


(49)

6). Melakukan penagihan dan penyetoran premi sesuai jatuh tempo dan memelihara portofolionya .

4.1.3. Jenis dan Sumber Pendapatan Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan.

Jenis pendapatan pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan secara umum sama seperti perusahaan asuransi jiwa lainnya yang terdiri dari :

1. pendapatan premi

2. pendapatan dari hasil investasi, dan 3. pendapatan lain-lain

Oleh karena penelitian difokuskan terhadap pendapatan dari penerimaan premi maka hasil penelitian dari jenis pendapatan ini dipaparkan secara lebih mendalam.

PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan memiliki dua sumber pendapatan yaitu :

1. Bersumber dari aktivitas operasional utama perusahaan

Kegiatan utama PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan adalah penjualan jasa melalui produk asuransi kumpulan. Penjualan jasa tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penutupan polis.

2. Bersumber dari aktivitas non operasional perusahaan.

Aktivitas yang bukan merupakan kegiatan utama perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Beberapa diantara kegiatan tersebut antara lain melakukan investasi, menyewakan gedung kantor, menjual aktiva tetap, dll.


(50)

1. Produk-produk Asuransi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

Produk-produk (plan) PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan digolongkan dalam 2 golongan yaitu

a. Non Saving yaitu asuransi yang tidak memiliki unsur tabungan (murni proteksi). Produk non saving terdiri dari :

1). Asuransi Ekawarsa 2). Asuransi Ekawaktu 3). Asuransi Kecelakaan Diri

4). Asuransi Rawat Inap & Pembedahan 5). Asuransi Proteksi Kredit :

● As. Ekawaktu Proteksi Kredit ● As. Kredit Cicilan Bulanan

b. Saving yaitu asuransi yang memiliki unsur tabungan. Produk saving terdiri dari :

1). Asuransi Iuran Dana Mantap 2). Asuransi Dwiguna

1). Asuransi Ekawarsa

Asuransi Ekawarsa adalah suatu program asuransi yang memberikan proteksi murni terhadap risiko kematian dalam jangka waktu 1 tahun. Asuransi ini tidak mengandung unsur tabungan sehingga apabila peserta hidup sampai masa asuransinya berakhir maka tidak ada pembayaran apapun terhadapnya.


(51)

2). Asuransi Ekawaktu

Asuransi Ekawaktu adalah suatu program asuransi yang memberikan proteksi murni terhadap risiko kematian dalam jangka waktu kurang atau lebih dari 1 tahun. Asuransi ini tidak mengandung unsur tabungan sehingga apabila peserta hidup sampai masa asuransinya berakhir maka tidak ada pembayaran apapun terhadapnya..

3).Asuransi Kecelakaan Diri

Asuransi kecelakaan diri kumpulan adalah suatu program asuransi yang memberikan proteksi murni terhadap resiko kematian, cacat tetap total atau sebagian dan penggantian biaya pengobatan akibat kecelakaan dalam masa asuransi. Asuransi ini dijual menurut macam resiko kecelakaan yang dihadapi : meninggal, cacat ataupun pengobatan yang disesuaikan dengan tingkat resiko calon peserta.

● Klas Pekerjaan

- Klas 1, pekerjaan administratif

- Klas 2, pekerjaan ½ administratif dan ½ fisik contoh salesman - Klas 3, pekerjaan dengan tenaga fisik

- Klas 4, pekerjaaan kasar dan berbahaya contoh buruh pabrik Resiko yang dapat dijual :

● Resiko A : Meninggal akibat kecelakaan

● Resiko A + B : Meninggal dan cacat tetap akibat kecelakaan


(52)

● Resiko A + B + D : Meninggal, catat tetap, dan penggantian biaya pengobatan akibat kecelakaan.

4). Asuransi Rawat Inap & Pembedahan

Asuransi Rawat Inap & Pembedahan adalah suatu program asuransi yang memberikan jaminan atas penggantian biaya rawat inap dan atau pembedahan di rumah sakit karena suatu penyakit atau kecelakaan. Rancangan asuransi ini

memberikan perlindungan bagi karyawan / anggota suatu perusahaan dan dapat diperluas bagi anggota keluarga (suami / istri dan anak-anak).

5). Asuransi Proteksi Kredit

Asuransi Proteksi Kredit adalah : suatu program asuransi jiwa yang diselenggarakan secara kumpulan dan memebrikan jaminan pelunasan kredit apabila debitur meninggal dunia sebelum jangka waktu pelunasan kreditnya berakhir. Asuransi Proteksi Kredit terdiri dari :

As. Ekawaktu Proteksi Kredit

Benefit : Apabila peserta meninggal dunia dalam masa pelunasan kredit (masa asuransi) kepada kreditur akan diberikan pelunasan kredit sebesar Nilai Pinjaman Awal (Uang Pertanggungan).

. As. Kredit Cicilan Bulanan

Benefit : Apabila peserta meninggal dunia dalam masa pelunasan kredit (masa asuransi) kepada kreditur akan diberikan pelunasan kredit sebesar Sisa Pinjaman yang besarnya dihitung berdasarkan Uang Pertanggungan yang menurun secara proporsional tiap bulan.


(53)

Besar Uang Pertanggungan dapat diperhitungkan murni dari Nilai Pinjaman saja atau Nilai Pinjaman plus Jumlah Bunga pinjaman.

6). Asuransi Iuran Dana Mantap (IDAMAN)

Asuransi IDAMAN adalah suatu program asuransi yang dirancang untuk memberikan jaminan sejumlah dana berupa nilai tunai pada saat habis kontrak ataupun keluar kepesertaan sebelum kontrak berakhir dan memberikan sejumlah santunan meninggal apabila peserta meninggal sebelum kontrak berakhir dimana besar santunan meninggal tersebut setiap tahun bertambah besar sebesar santunan meninggal tahun pertama sehingga cukuip proporsional / sebanding dengan masa kepesertaan yang dijalani.

7). Asuransi Dwiguna

Asuransi Dwiguna adalah suatu program asuransi yang dirancang khusus untuk menyediakan penyediaan dana sebesar nilai yang direncanakan (Uang Pertanggungan) untuk jangka waktu tertentu dengan jaminan besar dana tersebut akan diterimakan kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia sebelumnya.

Benefit yang didapatkan :

▪ Apabila peserta mencapai akhir masa asuransi, maka kepadanya melalui pemegang polis diberikan jaminan sebesar nilai Uang Pertanggungan.

▪ Apabila peserta meninggal dunia dalam masa asuransi, maka kepada ahli warisnya melalui pemegang polis diberikan jaminan sebesar nilai Uang Pertanggungan.


(54)

▪ Apabila peserta berhenti atau keluar dari kepesertannya, maka kepadanya melalui pemegang polis akan diberikan jaminan sebesar Nilai Tunai saat berhenti.

4.1.4. Pendapatan Premi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan. Kebijakan akuntansi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan tentang pengakuan pendapatan premi adalah mengakui premi sebagai pendapatan secara dasar kas (cash basis) yaitu premi diakui sebagai pendapatan apabila uang premi telah diterima dari pihak tertanggung. Perusahaan menggunakan dasar kas karena premi selalu dibayarkan oleh pihak tertanggung sekalipun terlambat dari waktu pembayaran yang semestinya

Pendapatan premi diperoleh dari hasil penutupan polis berbagai produk asuransi yang dilakukan oleh perusahaan maupun agen. Besarnya jumlah premi didasarkan tarif premi yang sudah ditetapkan sesuai dengan jenis produk asuransi, uang pertanggungan, usia peserta, resiko kerugian, namun tarif tersebut masih dapat diubah sesuai dengan permintaan pihak tertanggung asalkan tidak merugikan perusahaan. Pendapatan premi terdiri dari tiga kelompok yaitu premi pertama (PP), premi lanjutan tahun pertama (PLTP), premi lanjutan (PL).

a. Premi Pertama (PP)

Merupakan suatu jenis penerimaan uang premi pertama dari seluruh pemegang polis ketika penutupan polis telah dilaksanakan. Penerimaan tersebut direalisasikan dengan pembayaran secara tunggal, tahunan, setengah tahunan, triwulanan dan bulanan . Namun idealnya suatu penerimaan premi pertama adalah dengan pembayaran tunggal, tahunan maupun setengah tahunan,


(55)

karena penerimaan premi pertama ini adalah untuk mengimbangi biaya pertama yang dikeluarkan pada saat penutupan polis.

b. Premi Lanjutan

Merupakan penerimaan lanjutan dari pemegang polis yang terdiri dari premi lanjutan tahun pertama (PLTP) dan premi lanjutan (PL). PLTP merupakan penerimaan premi lanjutan yang diperoleh dari pemegang polis setelah pembayaran premi pertama (PP) dalam masa satu tahun pertama, sedangkan PL merupakan penerimaan premi lanjutan setelah melewati masa satu tahun. Premi pertama dan premi lanjutan perlu dibedakan penerimaannya karena mempunyai tujuan yang berbeda menurut perusahaan.

Transaksi yang berhubungan dengan pendapatan premi dicatat sebagai berikut :

Kas xxx

Pendapatan premi xxx

4.1.5.Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

a. Pengukuran Pendapatan Premi Asuransi

PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan sebagai perusahaan jasa melakukan penjualan jasa dalam bentuk produk-produk asuransi. Penjualan produk asuransi tersebut akan menghasilkan pendapatan premi bagi perusahaan apabila penutupan polis telah terjadi . Besarnya premi yang telah disepakati oleh


(56)

perusahaan maupun pemegang polis pada saat penutupan polis inilah yang menjadi ukuran pendapatan premi bagi perusahaan yang akan diterima secara kas dari pemegang polis.

Dalam menentukan besarnya premi yang harus dibayar oleh peserta melalui pemegang polis, PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan tentu menetapkan tarif premi asuransi. Besarnya tarif tergantung pada jenis produk/plan asuransi, uang pertanggungan, usia, resiko dan jangka waktu asuransi. Unsur-unsur yang terdapat di dalam tarif premi asuransi Askum Bumiputera meliputi mortalita, biaya, dan hasil Investasi yang diharapkan.

Dasar pembayaran premi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan, kecuali produk Idaman adalah tahunan. Namun dapat pula dilakukan dengan pembayaran tunggal, semesteran, triwulanan, atau bulanan. Di PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan untuk produk Asuransi Proteksi Kredit ditetapkan dengan cara bayar premi tunggal. Khusus untuk produk Idaman, dasar pembayaran preminya adalah bulanan. Secara umum tarif premi plan standar PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan dihitung sebagai berikut:

a. Premi Tunggal

Premi Tunggal adalah premi yang dibayarkan oleh pemegang polis untuk seluruh masa kontrak asuransi. Cara menghitung premi tunggal yaitu :

Premi Tunggal = (UP / 1.000) x Tabel Premi Tunggal Plan Diambil b. Premi Tahunan


(57)

c. Premi Semesteran

Premi Semesteran = 51,20% x Premi Tahunan

d. Premi Triwulanan

Premi Triwulanan = 26% x Premi Tahunan e. Premi Bulanan

Premi Bulanan = 9% x Premi Tahunan

Premi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan yang dibayarkan oleh setiap peserta (pihak tertanggung) dalam satu polis berbeda – beda tergantung dari usia masing-masing peserta. namun premi Askum dalam satu polis dapat dibuat sama untuk tiap-tiap peserta, walaupun usianya berbeda-beda. Caranya dengan menghitung rata-rata premi dari seluruh peserta yang diasuransikan pada saat penutupan.

b. Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan, dalam hal kebijaksanaan mengenai pengakuan pendapatan premi, lebih mengacu kepada pengakuan pendapatan berdasarkan konsep dasar kas yaitu pendapatan premi asuransi diakui sebagai pendapatan pada saat premi telah diterima secara kas dari pemegang polis. Pengakuan pendapatan tersebut berlaku untuk pendapatan premi yang berasal dari kontrak jangka panjang maupun kontrak jangka pendek.

PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan lebih mengacu kepada pengakuan pendapatan berdasarkan konsep dasar kas karena perusahaan memiliki keyakinan bahwa premi selalu dapat berhasil ditagih dari pemegang polis.


(58)

Keyakinan tersebut didasarkan pada pengalaman perusahaan dan beberapa hal, yaitu perusahaan bergerak dalam bidang asuransi kumpulan atau kelompok sehingga kemungkinan premi tidak tertagih sangat kecil. Selain itu pemegang polis akan menghadapi masalah dengan perusahaan apabila suatu saat terjadi klaim karena pemegang polis tidak menyetorkan premi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam penutupan polis. Perusahaan selaku kantor cabang tidak melaksanakan pembuatan Laporan Rugi Laba namun hanya membuat Rincian Rugi Laba. Kantor Pusat PT. Allianz Life Indonesia tidak memberikan wewenang kepada kantor cabangnya untuk membuat Laporan Rugi Laba. Rincian Rugi Laba merupakan laporan yang dibuat oleh kantor cabang yang menunjukkan rincian anggaran dan realisasi dari penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama satu bulan. Unsur-unsur yang terdapat di dalam Rincian Rugi Laba terdiri dari seluruh komponen pendapatan dan komponen biaya yang terjadi selama satu bulan.

Untuk menentukan besarnya pendapatan dilihat dari sudut akuntansi, maka besarnya pendapatan yang diperoleh satu pihak dengan besarnya pendapatan bagi pihak lain harus dapat ditentukan secara tepat. Dari beragam jenis pendapatan yang terdapat PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan maka perusahaan menggunakan prinsip bahwa pendapatan diakui pada saat kemungkinan besarnya manfaat ekonomi akan diterima atau mengalir di perusahaan. Dasar pengakuan pendapatan yang diterapkan pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan adalah dasar waktu kejadian (accrual basic) yakni pendapatan diakui pada periode terjadinya penjualan dan bukan pada periode penerimaan atau pembayarannya.


(59)

Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan dasar tersebut adalah masalah “cut off” secara tepat, maksudnya adalah pemisahan pendapatan antara periode akuntansi yang satu dengan periode akuntansi yang lain.

Pengakuan pendapatan pada perusahaan, dilakukan oleh panitia khusus penyusun anggaran khususnya anggaran pendapatan. Pengakuan pendapatan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang menurut standar akuntansi keuangan yaitu dari laporan laba rugi perusahaan. Dimana kalkulasinya dengan menjumlahkan semua pendapatan perusahaan baik dari pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional.

Pengakuan pendapatan perusahaan yang berasal dari penerimaan premi adalah pada saat kas diterima dari pemegang polis dan bukan pada saat terjadinya transaksi, sehingga hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam pengakuan pendapatannya menerapkan metode cash basis sedangkan menurut standar akuntansi yang berlaku umum lebih menerapkan accrual basis. Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengakuan pendapatan menurut standar akuntansi keuangan telah dilakukan dengan baik, namun kalkulasinya tidak sesuai dengan standar yang berlaku umum.

4.2. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian

Setelah diuraikan data-data mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan, maka penulis akan mencoba menganalisa sesuai dengan data yang sudah ada. Analisa dan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prinsip pengukuran dan pengakuan


(1)

Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan dasar tersebut adalah masalah “cut off” secara tepat, maksudnya adalah pemisahan pendapatan antara periode akuntansi yang satu dengan periode akuntansi yang lain.

Pengakuan pendapatan pada perusahaan, dilakukan oleh panitia khusus penyusun anggaran khususnya anggaran pendapatan. Pengakuan pendapatan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang menurut standar akuntansi keuangan yaitu dari laporan laba rugi perusahaan. Dimana kalkulasinya dengan menjumlahkan semua pendapatan perusahaan baik dari pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional.

Pengakuan pendapatan perusahaan yang berasal dari penerimaan premi adalah pada saat kas diterima dari pemegang polis dan bukan pada saat terjadinya transaksi, sehingga hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam pengakuan pendapatannya menerapkan metode cash basis sedangkan menurut standar akuntansi yang berlaku umum lebih menerapkan accrual basis. Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengakuan pendapatan menurut standar akuntansi keuangan telah dilakukan dengan baik, namun kalkulasinya tidak sesuai dengan standar yang berlaku umum.

4.2. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian

Setelah diuraikan data-data mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan, maka penulis akan mencoba menganalisa sesuai dengan data yang sudah ada. Analisa dan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prinsip pengukuran dan pengakuan


(2)

pendapatan premi di perusahaan dan apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan tersebut telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

4.2.1. Pengukuran Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

Pengukuran pendapatan premi pada perusahaan adalah besarnya premi pada waktu penutupan polis yang merupakan kesepakatan antara pemegang polis dengan perusahaan. Besarnya premi tentu tidak dapat terlepas dari ketentuan tarif premi yang telah ditetapkan perusahaan.

Pengukuran pendapatan premi pada perusahaan ditentukan berdasarkan premi yang telah disepakati dengan pemegang polis meskipun diterima secara kas di kemudian hari. Dengan demikian, pengukuran pendapatan ini telah sesuai dengan PSAK No.23 yaitu bahwa pengukuran pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh perusahaan. Pengukuran pendapatan premi didasarkan pada PSAK No.23 oleh karena dinyatakan pada bagian Pendahuluan PSAK No.36 hanya mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi berkaitan secara khusus dengan industri asuransi jiwa dan hal-hal yang bersifat umum, atau hal-hal yang tidak diatur dalam PSAK No.36 diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dengan demikian pengukuran pendapatan premi di perusahaan tersebut telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


(3)

4.2.2. Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan selaku kantor cabang yang hanya melakukan pembuatan laporan yang disebut Rincian Rugi Laba dan tidak membuat Laporan Rugi Laba. Unsur-unsur yang ditunjukkan melalui laporan Rincian Rugi Laba yaitu penerimaan kas berupa pendapatan dari penerimaan premi, pendapatan dari hasil investasi dan pendapatan lainnya. Serta unsur pengeluaran kas berupa pengeluaran kas dalam bentuk klaim dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu bulan.

Pengakuan pendapatan perusahaan yang berasal dari penerimaan premi adalah pada saat kas diterima dari pemegang polis dan bukan pada saat terjadinya transaksi. Oleh karena itu dari dua kriteria pengakuan pendapatan yang terdapat dalam literatur akuntansi, PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan lebih mengacu kepada kriteria pengakuan pendapatan berdasarkan dasar kas. Menurut PSAK No. 36, pengakuan pendapatan premi mengacu kepada dasar akrual yaitu premi diakui sebagai pendapatan selama periode sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Sedangkan PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan dalam hal pengakuan pendapatan premi lebih mengacu kepada dasar kas. Oleh karena itu pengakuan pendapatan premi tidak sesuai dengan PSAK No.36.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi data-data penelitian maka penulis akan mencoba membuat kesimpulan mengenai pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan. Kemudian penulis berusaha menyumbangkan saran berkaitan dengan kesimpulan tersebut.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi penelitian penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggolongan pendapatan premi dibedakan atas dua kelompok yaitu premi pertama dan premi lanjutan. Premi lanjutan dibedakan lagi menjadi premi lanjutan tahun pertama dan premi lanjutan.

2. Pengukuran pendapatan premi dihitung dengan mengalikan jasa yang diberikan dengan tarif premi yang berlaku. Tarif yang berlaku tersebut dianggap suatu nilai wajar yang akan diterima perusahaan dari suatu transaksi yang wajar. Pengukuran pendapatan premi telah sesuai dengan PSAK No.23.

3. Pengakuan pendapatan premi asuransi mengacu kepada pengakuan pendapatan dengan dasar kas. Pengakuan pendapatan premi tersebut tidak sesuai dengan PSAK No.36 dengan dasar akrual


(5)

5.2. Saran

Penulis menyadari sepenuhnya masih memiliki banyak kekurangan dalam menganalis dan mengevaluasi hasil penelitian , namun penulis mencoba untuk memberikan saran yang mungkin bisa menjadi masukan bagi perusahaan dalam mengukur dan mengakui pendapatan preminya. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :

1. Dari segi pengukuran pendapatan premi yang didasarkan pada tarif premi, sebaiknya perusahaan terus bereksperimen dalam menetapkan tarif preminya sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat dan persaingan usaha asuransi sehingga mampu menghasilkan premi asuransi yang menarik minat masyarakat untuk menjadi peserta asuransi dan menjadi perusahaan yang mampu bertahan di tengah-tengah bisnis asuransi.

2. Dari segi pengakuan pendapatan premi, sebaiknya perusahaan menggunakan dasar akrual. Dengan demikian perusahaan telah mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia. Penggunaan dasar akrual akan membantu perusahaan dalam mengukur keefektifan kebijakan penagihan premi sehingga bisa melakukan perbaikan ataupun koreksi di masa yang akan datang.

3. Penentuan besar premi yang harus dibayar oleh pihak tertanggung tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan Tenaga Teknik perusahaan. Sebaiknya perusahaan menambah jumlah karyawan Tenaga Teknik perusahaan mengingat peranannya sangat penting dalam kalkulasi premi PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan..


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006. Teori Akuntansi, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Rismawati Dermauli, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.

Budisantoso, Totok, Sigit Triandaru, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Darmawi, Herman, 2006. Manajemen Asuransi, Edisi 1, Bumi Aksara, Jakarta. Djojosoedarso, Soeisno, 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko dan Asuransi,

Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, 2005. Akuntansi Intermediate, Jilid 3, Edisi 10, Alih Bahasa Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta.

Skousen, K. Fred, W. Steve Albrecht, James D. Stice, Earl K. Stice, 2005. Akuntansi Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima, Alfabeta, Bandung. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan (Per 1 September

2007), Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan. Umar, Husein, 2007. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi